Festival dance, 25 Mei. Tepat di hari ini acara itu akan digelar, jam delapan pagi. Aku sudah menginformasi kepada semuanya agar berkumpul di depan rumahku yang dekat dengan lokasi acara.
Sandi adalah orang yang lebih dulu ke rumahku, sebab dia dan aku rumahnya berdekatan. Aku dan Sandi menunggu teman-teman lainnya yang sama sekali belum hadir.
“Duh mereka kemana sih!” desisku dengan suara lirih yang didengar oleh Sandi.
“Sabar kali, Can, masih jam delapan pagi ini loh,” sahut Sandi yang memberikan nasihatnya agar aku tidak terlalu parno dengan waktu.
“Tapi, San. Ini udah jam delapan, belum persiapan kita ke sananya, kalau telat masuk gimana? Nanti kalau nggak dibolehin masuk gimana? Ish mereka kok pada nggak kepikiran sama apa yang aku pikirin sih!” keluhku yang mengomel tentang mereka.
Sandi hanya bisa menatapku dengan tatapan tak percaya. Aku mengotak-atik ponsel, memberikan pesan broadcast pada semuanya.
Berharap mereka akan membalas, aku juga mengirimkan pesan banyak di grup The Geng’s. Hingga akhirnya Alya dan Bara membalas pesanku. Alya masih berangkat ke sini, sedangkan Bara dia sudah sampai, tetapi harus berjalan dari ujung jalan ke sini.
Aku menunggu di depan gerbang dengan Sandi, menunggu mereka semua hadir. Bara sudah nampak terlihat, dia pun menghampiri aku dan Sandi yang sedang berjongkok di luar rumahku.
“Kalian sampe nungguin di sini dari tadi?” tanya Bara yang aku angguki.
“Iyalah kita dari tadi di sini, nungguin kalian semua,” jawabku yang mengeluarkan nada kekesalan padanya.
“Oh.” Bara hanya berkata ‘oh’ saja, setelahnya dia mengambil posisi jongkok dekat Sandi.
Aku menunggu sekitar lima belas menit, hingga akhirnya Alya, Tara, Reyga, dan Rendy pun datang bersamaan. Kini tinggal Rio, Devi, Via, dan Putra saja.
“Weis udah pada siap nih?” tanya Rendy yang baru saja datang.
“Oh iya dong,” sahutku dengan semangat. Tak lama setelah itu, teman-teman yang belum datang pun akhirnya datang.
Mereka berjalan ke arah sini, aku dan semuanya pun berkumpul dengan lengkap. Couple baju pun senada dengan baris yang sudah ditentukan waktu itu.
“Mantap nih udah pada kumpul semua,” ujar Reyga.
“Alhamdulillah,” kataku yang menatap mereka satu per satu.
“Gue tadi udah pesen taksi online, nanti kita ke sana naik itu aja, dibayarin sama Sandi.” Penuturanku membuat Sandi menoleh ke arahku.
Dia menunjuk dirinya sambil berbicara terbata-bata, “G-gue?” Dia bertanya yang aku jawab dengan anggukan.
“Lo, ya udah deh.” Sandi pun pasrah, dia mau menyanggahku pun sudah tidak bisa.
Aku pun nyengir kuda, menggaruk kepala yang tak gatal, “Maap, San, dah keluar dari mulutnya gitu.”
“Heem,” sahut Sandi.
Aku pun jadi malu, tapi semua tertepis karena Devi langsung berseru, “Yuk kita berangkat, itu dua taksi udah ke sini!” Seruannya membuat aku dan kita semua menatap dua taksi yang kini berhenti tepat di depan.
“Ayo gais masuk, bentar lagi mau jam sembilan!” Aku dan mereka masuk ke dalam taksi. Taksi pun berjalan menuju tempat acara.
Aku turun dari taksi, berjalan di depan bersama Devi menuju tempat Scan QR bahwa kami sudah mendaftar.
Di belakang aku dan Devi, ada teman-teman lainnya yang mengikuti arah kemana kita berjalan.
Di ruang tunggu, di mana semua peserta berada di sini pun sangat luas, aku mengambil tempat paling ujung. Menunggu panggilan dari MC nantinya untuk tampil.
Waktu bergulir begitu cepat, beberapa peserta acara juga sudah ada yang dipanggil satu per satu.
Aku menatap semua teman-temanku yang asyik bercanda tawa satu sama lain, hingga Sandi pun berbisik di telingaku, “Kenapa? Khawatir? Atau gimana?”
Aku menoleh, membuat Sandi harus mengundurkan diri sedikit menjauh dari area telingaku.
Lalu aku menjawab dengan wajah yang merah merona akibat ulahnya, hawa sedikit memanas saat berada di dekatnya, “Nggak apa-apa, gue cuman lagi pengen jadi orang waras.” Aku menjawab dengan lelucon agar wajahku cepat kembali ke seperti.
“Padahal jadi Cantika yang gila lebih bagus loh, jadi keliatan Cantikanya yang memang cantik orangnya,” ujar Sandi membuat Reyga menoleh dengan wajah yang hendak meledek Sandi dan aku.
“Sssst kalau pacaran jangan pas mau manggung dong,” bisik Reyga yang mendekat ke arah aku dan juga Sandi.
“Rey, bisa gak usah ganggu?” Wajah Sandi menampakkan wajah yang sama seperti waktu pertama kali aku menawari penggabungan geng.
Padahal tidak biasanya dia begitu, entahlah mungkin memang dia sedang berbicara padaku, tapi tidak mau diganggu.
“Bisa kok, kalem ae.” Reyga langsung menjauh dari Sandi dan aku dengan muka yang cengar-cengir kesurupan jin ciye-ciye sepertinya.
Aku memutar bola malas melayani sesuatu kalau sudah begini. Aku pun kembali menunggu sebuah panggilan yang urutan ke tiga puluh, di mana itu adalah urutan terakhir.
Aku bangkit dari tempat duduk, bersiap untuk naik ke panggung bersama teman-teman. Momen ini adalah momen yang ditunggu-tunggu.
Aku dan teman-teman naik ke panggung, berdiri sesuai formasi saat latihan, membayangkan semua orang yang menatap kita saat ini tidak ada, meskipun sepertinya sudah ada ratusan orang yang melihat aksi para peserta tadi.
“Silahkan untuk The Geng’s memberikan aksi dancenya.” Saat MC mengatakan itu, lampu padam.
Lalu mulai menyala kembali, tetapi lampunya meredup. Suara musik pun mulai dinyalakan sebagai pengiring dance.
Dalam hitungan satu, dua, dan ketiga aku dan kami semua geng LorezQ dan CaPaMud mulai menari, menampilkan aksi dance yang selama ini sudah kita optimalkan dalam setiap kali latihan.
Aku menari bersama lainnya sesuai dengan apa yang telah kita latihan. Aku melakukan sama persis dengan semangat dan atraktif. Membuat semua anggota jadi ikutan bersemangat sepertiku, hingga di detik perputaran badan sekali lagi, lalu penutupan atau akhir dari dance.
Aku dan The Geng’s berhasil menyelesaikan dance kami dipanggung, suara tepuk tangan memenuhi ruangan lomba, juri berdiri melihat penampilan kita semua. Aku terharu, meskipun itu adalah tindakan kecil yang dilakukan oleh juri, tetapi sangat berkesan di hati.
Aku menundukkan setengah badan sebagai ucapan terima kasih, diikuti dengan anggotaku yang lainnya. Aku menatap Sandi sebentar, dia pun sama-sama menatapku dengan tatapan yang tak bisa diartikan.
“Baiklah, akhir dari acara ini luar biasa sekali, ditutup oleh penampilan grup yang bernama The Geng’s ini, wow!” MC bertepuk tangan.
“Boleh minta tepuk tangannya sekali lagi?” tanya MC pada semua orang yang memberikan kembali tepuk tangannya.
“Okey baiklah untuk para peserta silahkan keluar dari studio ini, terima kasih saya ucapkan untuk kita semua. Untuk peserta festival dance yang lolos akan dikabari via email atau pun pesan dari pihak kami, semoga lomba kali ini menyenangkan semuanya dengan system terbaru di KDSI ini!” jelas MC kepada seluruh peserta.
Aku dan teman-teman pun turun dari panggung, melihat dari bawah tangga apa kelanjutan yang dikatakan MC.
“Saya juga Akbar undur diri, sampai jumpa di babak final!” serunya yang membuat acara semakin meriah.
Acara berakhir, tinggal pengumuman dari KDSI yang akan memberikan kabar jika lolos ke babak final nantinya, melalui email atau pesan.
Aku pulang bersama teman-teman dengan perasaan letih, bingung, dan deg-degan bagaimana kabar nantinya, apakah The Geng’s lolos?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments