Semakin Dekat

Seperti yang sudah disepakati, aku dan geng LorezQ menemui rumah Bara yang akan dijadikan tempat latihan. Geng CaPaMud sudah menunggu di luar, mempersilahkan geng LorezQ masuk ke dalam.

Rumah orang tua Bara begitu besar, bahkan ini lebih dari tempat buat latihan, selayaknya rumah tapi tak dipakai saja bagaimana, ya, begitulah.

Aku berjalan masuk ke dalam rumah berwarna cream yang berpadu dengan warna cokelat, hingga tibalah pada ruangan kosong yang hanya ada sound system sedang, poster-poster K-Pop dan beberapa dance ternama.

Aku menatapnya satu per satu, kagum dengan ruangan simpel yang khusus sepertinya untuk latihan menari. Ditambah ada kaca besar yang panjang dari sisi ruangan ke sisi ruangan paling ujung.

Aku melihat, ini lokasi latihan yang pas agar mengetahui seberapa kompaknya kita melalui kaca.

Aku menoleh menatap teman-teman geng LorezQ yang sama-sama terpaku dengan ruangan satu ini. Hingga Alya pun menyeletuk, “Ini ruangannya di desain khusus buat dance ya?” Pertanyaan Alya membuat Bara menoleh ke arahnya.

“Iya, gue dari kecil udah suka dance, jadi setiap bokap beli rumah dia selalu bikin satu ruangan khusus buat gue nge-dance, katanya daripada dancenya di luar mending di sediain, bokap gue rada malu sih kalau anak cowoknya suka nge-dance,” jelas Bara yang membuat kita semua diam, termasuk aku, sebab Bara si cuek dan irit bicara ini bisa menceritakan dengan jelas bagaimana gambaran dia.

Aku yakini bahwa Bara anak yang sebenernya asyik juga, seperti Via. Namun, pasti ada sesuatu yang membuat dia jadi tidak terlalu suka berbaur dan lebih baik diam.

Contoh saja Via, dia tidak mau banyak bicara, cuek, kadang ketus itu disebabkan dari rasa trauma dia yang dulunya dihindari sewaktu masa sekolah pertama, di mana tidak ada teman yang mau bergaul dengannya hanya karena dia suka menari.

“Keren sih, jarang-jarang loh ada ortu yang pengertian,” puji Devi pada Bara, membuat cowok itu tersenyum tipis hingga tidak terlihat guratannya sama sekali.

“Thank you, Dev,” balas Bara pada Devi dengan ucapan terima kasih padanya.

“Oke, gimana nih? Mau latihan sekarang?” tanyaku pada mereka semua.

“Boleh deh, gue siapin dulu,” ujar Bara yang mulai mengatur sound system dan bagian lagunya.

Aku meletakkan tas gendong ke sisi pinggiran, diikuti dengan anak geng LorezQ lainnya.

Kita mulai mengatur strategi formasi. Sandi mulai mengaturnya agar terlihat aesthetic.

“Lo di depan, Can, bareng sama gue.” Dia menarik lengan sampai ke sisi depan, lalu dia kembali menarik Reyga dan Tara ke sisi dibelakangku. Sedangkan, Alya dan Rio dibelakangnya.

Posisi dibelakangku urutan ketiga, ada Rendy dengan Devi, Bara dengan Via dibelakang Sandi urutan ketiga, dan Putra berada di tengah urutan ketiga.

Semuanya sudah siap, Sandi kembali ke barisannya. Lalu Bara mulai menyalakan musik, kami memberi sesi di mana untuk latihan gaya awal, pertama barisan Sandi melakukan gerakan koreografi milik geng CaPaMud sampai semuanya sudah bisa barulah dia mengulang sekali lagi.

Lalu melempar ke bagian dance koreografi milik geng LorezQ yang memang dibagian barisanku, aku sebagai ketuanya memperagakan sampai semuanya bisa.

“Oke finish, huh!” seruku yang melambaikan kedua tangan ke atas.

“Parah-parah, ini tinggal dikasih yel-yel bagus nih,” celetuk Tara yang membuatku baru teringat sesuatu.

“Aish iya yel-yel belum gais, enaknya apa ya?” tanyaku pada mereka.

“CaPaMud and LorezQ, the real the geng’s, kek gini bagus nggak ya?” Devi menanyakan itu pada kita semua.

“Not bad, sih, kalau menurut gue,” ujar Reyga yang diangguki Sandi dan Rio.

“Terus gue mau request, ini nanti pasangan dance ada adegan muternya ya, disetiap ketukan pas nadanya sedeng tuh antara mau tinggi sama rendah, bisa?” tanya Rio.

“Gimana San?” tanyaku pada Sandi atas saran ide dari Rio.

“Boleh aja sih kalau gue, asal itu keliatannya kompak mah,” jawab Sandi yang menatap ke Rio dan aku.

Aku mengangguk, “Oke deh kalau gitu.”

“Yuk mulai dari awal lagi!” teriakku yang membuat semuanya kembali ke posisi masing-masing. Kita mulai kembali ke dalam barisan, melakukan gerakan koreografi yang berbeda antara barisan Sandi dan aku.

Yang memulai gerakan koreografi lebih dulu adalah barisan Sandi, mereka melakukan gerakan koreografi ala hip-hop jaman dulu, dipadu dengan hip-hop masa kini.

Sedangkan barisanku melakukan gerakan koreografi ala dance persahabatan yang melakukan tos ala anak SD saat berpapasan, ditambah gerakannya yang begitu lincah serta ceria.

Lalu pas di mana lagu itu kembali ke nada yang dimaksud Rio. Aku dan Sandi menoleh secara bersamaan, membuat yang lain ikuti gerakanku dan Sandi.

Sandi menyodorkan tanganya yang kugapai, lalu aku mulai memutar bersama Sandi ke satu arah, lalu melawan arah, gerakan ini lalu berubah dengan gerakan tarian tangan yang kulakukan saat tantangan waktu itu.

Semuanya serempak, lalu gerakannya kembali berubah mengikuti gerakan dance milik CaPaMud saat tantangan hari itu, ini adalah gerakan dance penggabungan, di mana semua dance yang sering kita lakukan diulas kembali, lalu remake, disatukan antara dance ini dengan dance lainnya, membuat sebuah perbedaan yang dipadu dengan se-apik mungkin.

Saat lagu mulai menemukan nada akhirnya, kami melakukan gerakan yang sama, yaitu saling berjauhan.

Barisan Sandi dan barisanku memisah, membuat jarak yang lumayan kelihatan renggang. Dalam hitungan 1 sampai 3, kita beebalik, menatap barisan lawan.

Berjalan mendekat dan menari, mengangkat pasangan masing-masing, ada yang digendong, ada yang duduk dipangkuan, ada juga yang duduk dibahu.

Sedangkan Putra melakukan koprol hingga berdiri dengan tepat di depan saat lagu sudah habis.

Kita berdiam sebentar, lalu menurunkan pasangan cewek masing-masing, tak lupa kita akhiri dengan tepuk tangan masing-masing.

“Gila keren parah weh!” seru Putra yang diangguki Sandi.

“Mantap bangetlah koreografi kita, nggak nyesel sih kita setujuin, meski pun harus ikutin tantangan geng kalian,” ujar Sandi pada kita semua.

“Ini yang gue maksud dari waktu penawaran waktu itu, tapi kaliannya nggak mau, kita-kita geng LorezQ muter otaklah, biar kalian mau gabung,” jelasku pada mereka semua.

Membuat Rio maju dan berkata, “Kita semua minta maaf deh, kita kirain kalian emang mau nyatuin geng kalian sama kita cuman buat memperluas geng kalian aja, ternyata enggak, so ini kesalahan kita sih yang udah mikir negatif duluan.”

“Nah iya, kita bener-bener minta maaf sih soal itu,” ujar Reyga yang menyodorkan salaman kepadaku, aku pun meraih salamannya.

“Iya gak apa-apa, kita-kita geng LorezQ juga minta maaf karena udah nantangin kalian waktu itu, kita sadar sih kalau lawan kita keren dancenya, ya, karena itu makanya kita nekad biar kalian mau terima penawaran kita, meski pun caranya rada menguras waktu sama tenaga ya,” ujarku panjang kali lebar.

“Udahlah santai aja, yuk kita makan ramen sama teobokki aja yuk!” Devi menengah pembicaraan agar tidak perlu ada masalah nantinya yang timbul akibat perbedaan lagi.

“Yuk!” seruan dari semua orang, aku pun menyerukan kesenangan juga.

Aku dan lainnya pun sibuk mempersiapkan makanan untuk kita nantinya, minuman juga jadi sorotan dalam hal diskusi.

Hari ini berlalu begitu saja, kita semakin dekat, dan akur. Aku juga sering membagikan vidio dance-dance terbaru di grup LorezQ dan grup baru yang bernama The Geng’s.

Keseruan kita terbawa sampai di sekolah, bahkan pulang sekolah pun kita bersama-sama. Layaknya seorang teman dekat pada umumnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!