Penggabungan Geng

Hari kemenangan dan persetujuan itu membuahkan hasilnya. Finally, geng LorezQ dan geng CaPaMud akhirnya diganti menjadi The Geng’s, kemarin Devi sudah mengajukan nama baru kepada panitia acara, untung saja bisa karena kebetulan geng LorezQ sempat di daftarkan pada saat itu.

Kini, aku dan mereka semua berkumpul di warung pinggir sekolah untuk beristirahat sejenak sepulang sekolah, bukan hanya istirahat tapi aku juga mau membahas masalah festival dengan mereka semua.

Sandi dan teman-temannya datang membawa sekantong plastik putih penuh yang diletakkan di atas meja.

“Apaan nih?” tanyaku pada mereka semua, mengedarkan pandangan dari satu ke yang lainnya.

Sandi pun menjawab, “Jajan, buat kita semua.” Dia mengatakannya dengan santai, lalu duduk di sebelahku.

Aku masih terdiam, terpaku melihat banyak jajanan di atas meja hanya untuk kita, pikirku, “Ini bisa habis tidak ya?” Dalam pikiranku terus bertanya-tanya.

“Ya kita juga tahu, Sandul, kalau ini semua jajan, tapi buat naon? Banyak loh ini!” sahut Alya yang ternyata sepemikiran juga padaku.

“Nah sama nih sama gue. Tadi gue juga herman sama Sandi dah, ngapain beli banyak-banyak, kayak buat orang kelaparan 7 bulan dah,” sambar Putra.

“Gue tahu perut kalian karet, jadi ini bakal abis dalam waktu 2 jam,” jawab Sandi dengan santai, dia membuka kantong plastik, mengambil salah satu jajanan ringan, dan mulai memakannya.

“Teuing aing nyerah sama pemikiran Sandi!” desis Putra yang ikut mengambil salah satu jajanan ringan dan minuman bersoda, lalu mulai memakannya.

“Udahlah Put, rejeki kagak boleh disia-siain, kalau ada sisa, bisa lah sumbang ke gue semua, yakan?!” ujar Rendy yang ikut-ikutan menyomot jajanan milik Putra.

Putra langsung menepis tangan Rendy, “Gosah nyomot jajanan gue juga! Noh ambil diplastik banyak!”

“Halah medit amat lu sama gue!” sewot Rendy yang akhirnya mengambil jajanan dari kantong plastik.

“Nggak geng LorezQ, nggak geng CaPaMud, sama-sama sedeng semua,” cicit Devi yang melihat kelakuan diantara kedua geng yang tidak jauh berbeda keadaan gengnya, istilahnya 11/12 lah dalam sifat, karakter, dan keanehan-keanehan lainnya yang bisa sama persis dengan keadaan di geng masing-masing.

“Nah bener banget tuh!” sahut Reyga yang menyetujui ucapan Devi.

“Hilih, mana ada gue sedeng!” elakku pada ucapan Devi. “Ini juga ngapain dah bilang bener-bener bae, gue gak sedeng!” lanjutku.

“Yang bilang lo sedeng saha?” Kini Tara ikut-ikutan menyahuti.

“Tadi Devi bilang geng LorezQ ya, berarti gue ikut-ikutan ke bawa woi!” Aku menatap Tara penuh dengan kegemasan haqiqi.

“Lo ngerasa?” Pertanyaan Tara cukup membuatku terdiam.

“Kampret,” desisku yang menatap Tara dengan penuh kekesalan, bisa-bisanya dia menamparku dengan ucapan kebenaran.

“Udah ribut-ributnya? To the point aja deh maunya bahas apa aja,” ujar Via yang kini memberikan jalur penengah diantara kebisingan dari geng LorezQ dan geng CaPaMud.

“Iya Bu, mangapin saya yak,” tuturku pada Via sambil merapatkan kedua tangan permohonan.

“To the point, CanCan.” Jika nada ucapan Via sudah mulai malas, maka aku harus waspada, tandanya dia sedang tidak mau bercanda.

Aku pun mulai menyiapkan duduk yang rapi, menatap semuanya, dan mulai membuka pembicaraan.

“Oke, tujuan gue ngumpulin kalian di sini itu untuk bahas festival dance.” Aku menjelaskan sampai sini, lalu kembali melanjutkannya, “Nah tadi pas istirahat Devi coba hubungi pihak panitia buat pergantian nama grup dancenya, dan nama grup dance kita udah disepakati jadi The Geng’s, soalnya kita sebenarnya geng masing-masing, cuman digabung biar nggak memihak ke geng gue atau geng kalian.” Aku menunjuk ke deretan cowok-cowok.

“Terus, sekarang gue mau bahas latihan. Kita mau latihan di mana, kapan, sama ada ide koreografi nggak?” tanyaku pada mereka semua, hening tidak ada jawaban.

Hingga Sandi pun mulai menjawab beberapa menit setelah pertanyaanku berlalu, “Gue ada koreografi antara geng CaPaMud, itu koreografinya khas kita banget, nanti disatuin aja semisal geng kalian punya koreografi yang khas kalian gitu, jadi kesannya bener-bener penggabungan.” Ucapan Sandi membuatku terdiam sebentar, membayangkan koreografi penggabungan dua geng, sepertinya bukan ide yang buruk.

“Kita punya sih salah satu koreografi andalan kita,” tuturku sambil mengetuk-ngetuk meja, mengingat setiap koreografi yang pernah dilakukan kita dulu dan itu belum pernah ditampilkan di mana pun selain saat bersama geng LorezQ saja.

“Oh gue tahu!” pekik Alya yang mungkin mengingat sesuatu.

“Gue masih inget koreografi khas kita, biasanya cuman buat internal kita-kita doang, kan?!” Aku mengangguk, lalu menjawabnya dengan singkat, “Iya itu.”

Alya mengangguk dan tersenyum. Bara pun tiba-tiba mengatakan, “Kalau gitu geng kalian sama geng CaPaMud bisa mulai latihan di rumah kosong bokap gue aja, terserah mau dipakenya kapan aja, soalnya di sana kosong.”

“Boleh tuh,” ujar Devi yang melirik ke arahku, meminta persetujuan, aku pun hanya memberi kode anggukan kecil sebagai tanda iya atau menyetujuinya.

“Jadi kita mau latihan kapan aja nih?” tanya Reyga.

“Eum, kalian bisanya kapan?” Aku balik bertanya pada geng CaPaMud.

“Kita kapan aja sih,” sahut Sandi yang menjawab pertanyaanku.

Aku memainkan tangan dengan mengetuk-ngetuk meja, lalu menangkup wajah ke satu tangan, menatap mereka dengan memiringkan kepala, membayangkan schedule yang takutnya bentrok dengan latihan.

“Kita keknya bisa-bisa aja sih kalau pulang sekolah sama sorean,” tutur Tara yang kini meminta pendapatku.

“Eum ....” Aku menggantungkan ucapan, hingga seperdetik setelahnya aku langsung mengatakan, “Ya bisa sih, tapi balik lagi, kalau kita ada tugas atau ada acara share aja ke grup, kasih tahu aja gimana, soalnya gue juga nggak tahu ke depannya ada jadwal apa aja gitu.”

Semuanya mengangguk. “Boleh deh, gue buat grupnya,” ujar Via yang berkutat dengan ponsel pintarnya.

Tak lama notif pun masuk, grup baru sudah dibuat dengan nama grup The Geng’s. Aku kembali menatap mereka satu per satu sambil menegak minuman bersoda.

“Kita sebisa mungkin kompak ya, akur-akur aja, soalnya kalau nggak gitu, nanti lawan bakal matahin kita dengan cepet,” peringatku pada mereka semua dengan suara pelan, tetapi masih bisa di dengar jika disatu kerumunan.

“Kalau itu sih tenang aja lah, kita juga paham kok,” ujar Sandi yang juga sama-sama kembali menegak minuman bersodanya.

“Kerenlah kalau gitu, gue jadi nggak perlu ikut nyatuin banget-banget, karena gue yakin kalian bisa berbaur akrab sama kita-kita semua,” balasku pada ucapan Sandi.

Bara pun kembali mengatakan, “Kalau semisal ada info, geng kalian jangan lupa kabarin di grup, soalnya kita juga gak tahu itu festival kayak gimana, rewardnya apa, dan lain-lain.”

“Tenang aja, nanti gue share lagi di sini,” tutur Devi yang memang menjadi invoice informasi tentang festival, karena aku pun juga banyak yang tidak aku ketahui.

“Oke mantap-mantap.” Sandi mengacungkan jempolnya dan kembali ke aktivitas melahap jajanan yang dia beli tadi.

Aku dan lainnya pun akhirnya sama-sama berusaha menghabiskan jajanan, tak kadang juga kita membicarakan kelas masing-masing, pengalaman tentang dance, dan cerita seru-seru lainnya yang membuat geng CaPaMud dan geng LorezQ bisa menyatu dengan keseruan bersama-sama, karena inilah tujuanku, memiliki geng komplit yang bisa dance dan seru.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!