Bab 19

Mereka berdua sudah berada di dalam perjalanan pulang menuju mansion milik Rein. Seketika suasana menjadi hening.

"Tuan, bagaimana kalau kita mampir ke toko bunga untuk--"

"Diam atau kau ingin aku menghajar mu lagi, hah?!" Rein masih emosi mengingat kebodohan Mark tidak becus membeli gaun tidur untuk Nayla. Meski jauh di dalam lubuk hatinya, Rein ingin sekali Nayla memakai itu.

"Baik, Tuan. Saya tidak akan diam," jawab Mark seraya memegang pipinya yang terasa sakit akibat bogeman mentah dari Rein.

Nayla diam dan lebih fokus melihat ke luar, sedangkan Rein, sesekali melirik wanita nya yang terlihat cantik dengan balutan gaun berwarna putih tulang.

Ya, beberapa saat lalu mereka mampir ke pusat perbelanjaan yang berada tidak jauh dari restoran tempat mereka makan.

Gaun tidur yang di beli oleh Mark terpaksa Nayla pakai. Namun, saat keluar dari mobil, Rein membungkus tubuh Nayla dengan jas hitam miliknya.

Tentu saja kedatangan Rein membuat para pengunjung kaget tak percaya. Seorang keturunan Federick yang dikabarkan kejam dan bengis bahkan tidak pernah berkencan, terlihat menggendong seorang wanita.

"Ehem!" Rein berdehem pelan. Tapi, Nayla masih diam dan tak menghiraukannya sama sekali. "Apa kau masih marah karena kejadian tadi?!" tanya Rein dengan wajah datarnya. Sikapnya kembali ke asal. Menjadi pria dingin, ketus dan menyebalkan.

"Tidak!" jawab Nayla singkat tanpa menoleh sedikitpun ke arah Rein. Membuatnya semakin geram dan marah.

"Wajahku ada di sini, kenapa kau terus melihat ke luar?!"

Nayla menghela nafas kasar. Menjawab pun sepertinya percuma, karena mereka pasti akan kembali cekcok dan bertengkar seperti biasanya.

"Pukul aku!"

"A-apa kau bilang?!" pekik Nayla tak percaya.

"Pukul aku, Nayla! Pukul aku jika itu bisa membuatmu memaafkan ku. Tapi jangan mendiamkan aku seperti ini." kali ini Rein benar-benar merendahkan nada suaranya. Entah apa yang membuatnya bersikap seperti itu.

Rasanya, sedetik saja tidak bertengkar dengan Nayla membuat bibirnya gatal.

"Kau tidak sakit 'kan, Tuan?" Nayla berbalik dan hendak menyentuh dahi Rein. Meski ia sangat membenci pria itu, tapi Rein sekarang suaminya. Jika terjadi sesuatu pada Rein, Nayla juga lah yang pasti akan disalahkan oleh keluarganya.

"Jangan temui dia lagi," pinta Rein. Pria itu menggenggam erat tangan Nayla dan menunjukkan cincin yang berada di jari manisnya. "Jangan lupa kalau kita sudah menikah."

"Tapi Tuan, aku tidak--"

"Panggil saja Rein tanpa embel-embel tuan. Karena kau istriku, bukan pelayan ku!" potong Rein. Mendengar Nayla yang selalu memanggilnya dengan sebutan tuan membuat telinga Rein panas.

"Tapi Leon--"

"Dan jangan pernah menyebut namanya di hadapanku. Atau aku akan menghukum mu lagi," bisik nya lirih tepat di telinga Nayla. Kemudian, ditariknya tubuh mungil tersebut dan mendekapnya ke dalam pelukannya.

Nayla hanya menjawab dengan anggukan. Dia sedang tidak mood beradu mulut dengan Rein. Apalagi Nayla merasakan seluruh tubuhnya terasa sakit akibat gigitan-gigitan kecil yang Rein berikan.

"Sifat posesifnya kambuh lagi. Tapi tunggu, kenapa ada banyak gigitan nyamuk di tubuh nona," Mark menggaruk kepalanya seraya mengintip mereka berdua dari kaca spion. "Ah, sudahlah. Nanti saat menikah aku juga akan merasakannya sendiri sensasinya seperti apa," gumamnya dalam hati membayangkan jika dirinya berada di posisi Rein.

"Bagaimana caraku lepas dari pria sinting ini," batin Nayla, ia melirik Rein dan tersenyum kelu.

**

"Turunkan aku Tuan, em maksudku Rein." pinta Nayla yang merasa risih dengan posisinya saat ini. Ia merasa seperti itik yang tiba-tiba berubah menjadi angsa.

Begitu diperhatikan okeh Reinhard.

"Kenapa, apa kau jijik berada di gendonganku? Jika ya maka aku akan--"

"Tidak. Hanya saja aku malu," jawab Nayla lalu menunduk. Banyak mata yang menatap seakan iri padanya. Terutama para pelayan yang bekerja di mansion Rein.

"Menggemaskan sekali," lirihnya. Kenapa ia baru sadar kalau Nayla sangat manis.

"Selama datang, Tuan. Saya sudah menyiapkan air hangat untuk Nona," Hana tersenyum melihat mereka berdua yang terlihat seperti sepasang suami istri yang sebenarnya.

Rumah yang tadinya sepi pasti akan segera ramai dengan tangisan anak-anak, pikirnya.

"Apa yang kau pikirkan, Hana." Rein berhenti tepat di hadapan Hana dan melirik tajam ke arahnya. "Kau sedang jatuh cinta, hum?"

"Sa-saya, Tuan? Mana mungkin saya jatuh cinta. Hidup saya hanya untuk mengabdi anda," jawabnya sedikit gugup. Karena memang benar, rasa terima kasih nya pada Rein membuat Hana rela bekerja pada pria itu, bahkan tanpa memikirkan dirinya sendiri.

"Cobalah untuk mencari pendamping hidup!" celetuk Rein menaiki satu persatu anak tangga dan membawa Nayla masuk ke kamar.

"Uhuk..." mendengar kalimat Rein membuat Mark yang ada di samping Hana tiba-tiba tersedak air liurnya sendiri. "Dia menyuruh Hana mencari pendamping hidup, tapi tidak padaku!" umpat Mark dalam hati.

"Kau tidak apa-apa Mark?" tanya Hana seraya mengusap punggung pria dengan kepala sedikit plontos tersebut.

"Ya, Hana. Aku hanya butuh istirahat," jawab Mark.

Melihat tuan nya yang mulai dibutakan kan oleh cinta membuat Mark khawatir, apalagi kalau dugaannya benar selama ini. Rein pasti akan sangat kecewa dan kembali menggila seperti dulu lagi.

"Mudah-mudahan saja, Nayla memang putri kandung Elena dan Devan." Mark segera menghubungi Haikal untuk memastikan semuanya.

Terpopuler

Comments

meE😊😊

meE😊😊

ap ortu y naya musuh y rein y d masa lalu

2023-08-07

2

༄༅⃟𝐐Loeyeolly𝐙⃝🦜

༄༅⃟𝐐Loeyeolly𝐙⃝🦜

kalau Nayla bukan putri kandung mreka mg nya knapa Mark🤔🤔🤔🤔

2023-05-27

1

jaran goyang

jaran goyang

😀😀😀😀😀😀😀

2023-05-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!