Bab 12

Ceklek!

Rein yang baru saja menyelesaikan aktifitas mandinya, bergegas menuju walk in closet. Namun, langkahnya terhenti saat melihat sosok wanita yang sangat ia kenali berdiri di hadapannya.

"Apa yang sedang dilakukan gadis bodoh ini," gumamnya dalam hati. Matanya tertuju pada apa yang sedang di pegang oleh Nayla.

"Aku sudah menyiapkan semuanya untukmu," ucap Nayla seraya menyerahkan pakaian yang harus dikenakan oleh Rein. Karena sebelumnya ia sempat bertanya pada Hana tentang suaminya itu.

"Aku tidak tahu warna apa yang kau sukai dan juga ukuran celana da-lam mu. Tapi sepertinya ini--"

"Kenapa kau masih di sini? Bukankah aku sudah bilang, jangan masuk sebelum aku menyuruhmu!" bentak Rein. "Lalu apa ini, kau bahkan berani menyentuh milikku?!"

Nayla terdiam, enggan menjawab ucapan Rein. Jika ia menjawabnya, sudah di pastikan akan terjadi pertengkaran hebat yang tidak bisa ia hindari. Karena jika berhadapan dengan Rein, entah kenapa emosinya meledak-ledak.

"Maafkan aku karena sudah lancang menyentuh milikmu, Tuan." Nayla meletakkan pakaian Rein ke atas ranjang lalu beranjak dari sana.

"Kau mau kemana dengan gaun menjijikan itu?" tanya Rein dengan tatapan datar dan dingin khasnya. Pria itu sepertinya kembali ke mode awal, saat dimana mereka bertemu untuk pertama kalinya.

"Bukankah kau menyuruhku keluar, jadi aku akan keluar!" kesal Nayla. Ia merasa seperti sedang di permainkan sekarang. Meski begitu, ia tidak tega saat melihat luka Rein yang kembali terbuka.

Nayla menghela nafas, berjalan perlahan mendekati pria yang saat ini menatapnya dengan tatapan menyebalkan.

"Kau mau apa? Tetap di sana dan jangan mendekat!"

"Dasar keras kepala. Bisakah kau diam dan jangan berisik!" Nayla tidak mempedulikan ucapan Rein dan malah kembali membentaknya.

Ia mendorong Rein hingga pria itu jatuh terlentang di atas ranjang. Jujur, Nayla sedikit takut karena sudah berani menyentuh Rein tanpa izin.

"Turun, apa yang kau lakukan di atas ku bodoh!" Rein memalingkan wajahnya, menahan sesuatu yang mulai menge-ras di bawah sana.

Ya, Nayla saat ini berada di atas tubuh Rein. Entah apa yang ada di dalam pikiran gadis itu, hingga berani melakukan hal bodoh semacam ini.

"Aku ingin membunuh mu." jawab Nayla.

"Kau berani, hah?!"

"Mana ada orang mau membunuh tapi bilang-bilang! Kalau mau, saat kau sedang tidur tadi, aku sudah mencekik lehermu itu!" ucap Nayla tanpa beban sedikitpun. Tidak peduli kalau Rein akan menghabisinya setelah ini.

Rein langsung memegang lehernya, membayangkan jika Nayla benar-benar akan membunuhnya dengan cara seperti itu. Ia duduk dan merengkuh pinggang Nayla lalu menarik tubuh mungil itu ke dalam pelukannya.

Rein seakan tahu apa yang mau dilakukan istrinya.

Cup!

"Kau!" Rein menyentuh pipi kananya, dimana Nayla baru saja menempelkan benda kenyal miliknya di sana. Ya, hanya sebuah kecupan tapi berhasil membuat tubuh Rein panas dingin. Karena biasanya, ia yang akan melakukannya lebih dulu.

"Tatap mataku, Tuan. Hanya sebentar, ini tidak akan lama," cicit Nayla pelan.

Ia sengaja mengalihkan perhatian Rein, sedangkan tangannya membalut luka yang berada di dada pria itu tanpa sepengetahuannya. "Akhirnya selesai."

Nayla segera turun dari pangkuan Rein sebelum pria itu murka dan membentaknya seperti yang sudah-sudah.

"Sekarang, makanlah. Kau pasti lapar 'kan." Nayla mengambil makanan yang berada di atas nakas dan memberikannya pada Rein.

Rein diam mematung seperti orang bodoh. Shock dan kaget dengan perubahan sikap Nayla.

"Tuan, kau baik-baik saja? Jangan bilang kalau kau terharu karena aku membalut lukamu. Tenang saja, aku melakukannya dengan sukarela. Jadi kau tidak perlu--"

"Keluar!"

"Baiklah, aku akan pergi setelah kau mengabiskan sarapan mu," kekeh Nayla.

"Aku tidak lapar!" jawab Rein.

"Aku tahu, dan aku tidak bertanya tetang itu. Jadi sekarang makanlah. Aku tidak mau mengurus mu kalau sampai kau jatuh sakit," sindir Nayla.

Rein menatap tajam ke arah Nayla. Bagaimana bisa ia menjawab semua kalimatnya dengan begitu menohok tanpa memikirkan perasaannya.

Tunggu, sejak kapan seorang Rein punya perasaan?

"Jangan lupa kalau kau itu istriku. Dan kewajiban seorang istri adalah melayani suaminya!"

"Tanpa kau katakan juga aku tahu, aku ini istrimu dan kau suamiku. Yang aku lakukan sekarang adalah salah satu tugas istri, melayani suaminya lalu--" Nayla tak melanjutkan kalimatnya. Ia sadar kalau dirinya sudah terlalu banyak bicara pada Rein.

Apalagi saat berada di dapur tadi, Hana mengatakan kalau ia harus melayani Rein, juga di atas rajang. Hanya saja, Nayla belum paham maksud ucapan Hana.

..."Anda harus menjalankan tugas utama sebagai istri, memuaskan suami. Membuat bayi yang lucu dan imut."...

Itulah pesan yang Hana katakan pada Nayla.

Glek!

Nayla menelan saliva nya dengan susah payah. Membayangkan jika dirinya harus melakukan itu dengan Rein. Pria yang paling ia benci dalam hidupnya.

Terpopuler

Comments

༄༅⃟𝐐 мєуℓєηη 𝐙⃝🦜

༄༅⃟𝐐 мєуℓєηη 𝐙⃝🦜

antara benci & cinta tipiiisssss Nay,,,,,

skrang urus dulu baby besarmu luluhkan hatinya

2023-05-24

5

🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ𝐀⃝🥀𝐀му𒈒⃟ʟʙᴄ🍟

🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ𝐀⃝🥀𝐀му𒈒⃟ʟʙᴄ🍟

apa tuh yang menggeras? 🍆🍆😱😱
aku kok kepo ya 🤣🤣

2023-05-15

0

Clara Dasella

Clara Dasella

Apakah yg mengeras itu🍌🍌🍌

2023-04-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!