Bab 20

Sedikit warning tapi nggak hot, jadi tahan nafas bentar ya🤭

*****

Ceklek!

Rein membuka pintu kamar dengan posisi Nayla yang masih berada di gendongannya. Pria itu membawa Nayla masuk ke dalam kamar mandi lalu menurunkannya perlahan di pinggir bathub.

"Apa masih sakit?" Rein menyentuh leher Nayla dan mengusap bekas luka yang baru saja pria itu buat. Rasa penyesalan menyelimuti hatinya. Bagaimana bisa ia melakukan hal tersebut pada istrinya?

Entah mengapa, melihat Leon yang menyentuh Nayla seperti tadi membuatnya kesal dan emosi. Ia tidak rela jika miliknya di sentuh oleh orang lain, terlebih lagi pria itu adalah Leon.

Nayla mengangguk pelan.

Sedangkan Rein, pria itu rahangnya mengeras dan tangannya terkepal erat. Ia benar-benar tidak menyangka jika Leon adalah kekasih Nayla, bukankah tidak lucu jika semua yang mereka alami terlihat seperti drama ikan terbang "Kekasihku adalah kakak ipar ku"

Mengingat itu, membuat Rein berpikir negatif. Bagaimana kalau Nayla dan Leon berselingkuh di belakang nya?

"Breng-sek! Aku tidak akan membiarkan itu sampai terjadi," gumam Rein.

"Apa kau mengatakan sesuatu?" Nayla menoleh, menatap Rein yang sejak tadi menggerutu tak jelas. Padahal sebelumnya ia berniat untuk membantu Nayla mandi.

"Tidak! Sekarang buka saja gaun mu." tatapan tajam dan dingin terlihat dari raut wajah Rein. Niatnya ingin bersikap lembut, tapi sepertinya itu tidak cocok untuknya.

"A-apa?!" pekik Nayla tak percaya mendengar apa yang Rein ucapkan. Ia segera menutupi benda kenyal nya dengan kedua tangan. "A-aku bisa mandi sendiri. Cepat keluar!" usir Nayla.

"Cih! Kau masih sok jual mahal padahal aku sudah melihat semuanya," ucap Rein tanpa rasa bersalah sedikitpun. "Bahkan juga hampir mencicipinya, kalau saja Mark tidak datang," gumamnya namun hanya dalam hati.

Kedua manik mata Nayla menatap curiga ke arah Rein.

Ya, pasti pria yang berada di depannya saat ini sedang memikirkan sesuatu untuk kembali melakukan apa yang beberapa saat lalu terjadi di dalam mobil.

Melihat Nayla yang menatapnya penuh kebencian membuta Rein menghela nafas lalu berjalan menuju ke arah pintu keluar. "Kalau itu mau mu, baiklah."

Clik!

Bukannya keluar, Rein malah mengunci pintunya dan kembali mendekati Nayla, yang saat ini sedang gugup setengah mati. Apalagi raut wajah Rein saat ini terlihat sangat mengerikan.

"Kau mau apa Rein!"

"Tentu saja, memandikan istriku." senyum licik terukir dari bibir Rein. "Jangan bilang kalau kau bisa melakukannya sendiri dan menolak ku lagi, istriku!" ucapnya dengan nada penuh penekanan di setiap kalimatnya.

"Ya, lakukan saja sesukamu." Nayla pasrah. Melawan pun percuma, karena nanti ia lagi yang harus mengalah.

Menyebalkan! Jadi begini rasanya jadi istri mafia kejam?

"Berhenti melihatku seakan kau ini pria me-sum yang--" kalimat Nayla terhenti saat Rein mendekatinya dan memojokkan nya ke tembok.

Pria itu menyentuh perut Nayla dan mengusapnya dengan lembut. Membuat desiran-desiran aneh di dana.

Apalagi saat ini, tangan Rein sudah menarik ke atas gaun yang Nayla kenakan dan menyelinap masuk ke punggungnya.

Nayla menggigit bibit bawahnya sendiri menahan desa-han. Matanya terpejam erat, sedangkan kedua tangannya berusaha mendorong Rein menjauh dari sana.

"Hentikan, kumohon. Rasanya aneh..."

Rein tidak peduli, bahkan saat ini ia sudah menunduk ke bawah dan mensejajarkan kepalanya dengan perut Nayla. "Aku belum melihat jelas bagian ini," ucapnya lalu menurunkan perlahan kain segitiga yang masih menempel di tubuhnya.

Dengan cepat Nayla menutupi asetnya. Namun lagi, lagi apa yang Rein lakukan membuat tubuh dan otaknya berlawanan arah.

"Aku tidak suka basa basi, jadi lebih baik kita langsung saja menuju ke menu utama."

Tubuh keduanya kini sudah polos tanpa memakai sehelai benangpun. Mata Nayla membola dengan sempurna, ia berkali-kali menelan saliva nya saat melihat milik Rein yang sudah tegak sempurna.

"Itu apa Rein, kenapa besar sekali!" Nayla menutup matanya dengan kedua tangan.

"Buka matamu dan pegang ini. Bayangkan jika dia masuk ke dalam sana." Meraih tangan Nayla agar menyentuh miliknya.

Karena terlalu lama, Rein yang tidak sabar mengangkat salah satu kaki Nayla ke atas dan mengarahkan miliknya.

"Argh! Sakit Rein, keluarkan benda itu dari sana!" teriak Nayla.

"Maaf, aku tidak bisa, sayang. Ini terlalu nikmat."

Rein menggerakkan pinggulnya dengan perlahan, rahangnya terkatup, menahan sesuatu di bawah sana yang baru pertama kali ia rasakan.

Puas dengan posisi seperti itu, Rein menggendong wanitanya dengan keduanya yang masih menyatu masuk ke dalam kamar, merebahkan tubuh Nayla di atas ranjang dan mengungkungnya.

Nayla hanya bisa pasrah di bawah berada di bawah tubuh suaminya yang terus menggerakkan pinggulnya dengan lembut sekaligus menghentakkan miliknya dengan kuat.

"Kau pemaksa!" pekik Nayla.

"Ya, itulah aku, suamimu." gerakan Rein berubah menjadi cepat dan lebih dalam, seiring kedua kaki Nayla yang melingkar di pinggangnya.

Suara desa-han dan lenguhan khas percintaan memenuhi ruangan kamar. Rein terus menghentakkan miliknya hingga tenggelam sempurna di bawah sana. Sedangkan bibir dan tangannya terus bermain dengan kedua gundukan kenyal milik Nayla.

Rasa sakit yang Nayla rasakan berubah, perlahan berubah menjadi rasa nikmat. Hingga tanpa sadar mulutnya terus meracau dan memanggil nama Rein.

Keduanya melakukannya hingga pagi hari menjelang.

***

Keesokan harinya, Nayla merasakan suatu yang berat melingkar di perutnya. Nayla mencoba untuk melepaskan nya, namun tangan kekar tersebut malah semakin erat memeluknya.

"Rein, lepaskan! Aku harus pergi kr kamar mandi," cicitnya dengan bibir yang mengerucut ke depan.

"Sebentar lagi, apa kau tidak lelah." Rein menarik tubuh Nayla dan membenamkan kepalanya di dada polos wanitanya. "Aku akan pergi untuk beberapa hari, maukah kau tinggal dan menungguku?" lirih Rein seraya menggigit kecil pucuk Nayla.

"Rein, hentikan. Jangan mulai lagi."

"Kenapa, kau semalam menyukainya, bahkan terus memintaku untuk memasukkan nya lagi dan lagi." Rein sengaja menggoda Nayla, membuat pipi wanita itu merona.

"Kau yang memulainya. Bukan aku!" Nayla menutupi wajahnya dengan selimut karena malu. Memang benar yang Rein ucapkan, Nayla juga minta tambah. Astaga, benar-benar memalukan.

Wajar sana karena mereka sama-sama belum pernah melakukannya itu dan ini adalah pertama kali bagi keduanya.

"Jawab aku, kalau kau akan menungguku kembali, Nayla," Rein naik ke atas tubuh Nayla dan membingkai wajah cantiknya. "Jangan pernah berpikir untuk kabur dariku, atau aku akan--"

Cup.

"Aku akan kabur kemana, bukankah kau selalu saja bisa menemukanku," ucapnya seraya memalingkan wajah. Karena sudah berani mencium manusia es.

"Pakai bajumu sekarang."

"Sebentar saja Rein, rasanya seluruh badanku remuk," jawab Nayla kembali menarik selimutnya.

Rein menggempurnya habis-habisan. Tanpa memberi jeda sedikitpun padanya.

Rein beranjak dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi. Meninggalkan Nayla yang masih bergulat dengan pikirannya.

"Astaga, aku benar-benar melakukannya dengan manusia es! Bagaiman sekarang?!" Nayla mengacak-acak rambutnya frustasi.

Terpopuler

Comments

jumirah slavina

jumirah slavina

ya gak gmn² Nay..
trs kalian jatuh cinta..
trs hamil..
bahagia smp maut memisahkan..

2024-03-17

3

jaran goyang

jaran goyang

mntp😀😀😀😀

2023-05-06

1

ᥫᩣ 🕳️ Chusna

ᥫᩣ 🕳️ Chusna

nikmat Tuhan. mna yg kau dustkan 🤭🤭🤭

2023-04-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!