Bab 11

"Tuan," Nayla menusuk pundak Rein dengan ujung jarinya. " Bagaimana kalau aku buatkan coklat hangat untukmu? Ada yang bilang kalau coklat itu bisa mengubah mood yang jelek membaik kembali. Dulu kedua orang tua saya selalu--" kalimat Nayla terhenti saat mengingat kedua orang tuanya.

Ia masih tidak menyangka jika harus di jual demi melunasi sebuah hutang. Merasa di khianati, tentu saja. Bahkan saat ini Nayla seperti bukan anak kandung mereka. Mana ada orang tua yang tega menjual putrinya demi uang.

"Lanjutkan, kenapa kau malah diam?" Ren masih di posisi yang sama, merengkuh pinggang Nayla dan memeluknya erat.

"Lupakan saja, Tuan." Nayla menghapus air matanya. Agar Rein tidak melihatnya. "Lukamu harus segera di obati kalau tidak nanti bisa infeksi dan menyebar kemana-mana."

Rein tidak menjawab ucapan Nayla. Ia mendongak lalu menangkup pipi Nayla, mengunci kedua matanya agar terus menatapnya. "Sial! Gadis ini bisa membuatku gila!" gumam Rein dalam hati.

Deg!

Deg!

Entah jantung siapa yang saat ini sedang berdegup dengan kencang. Wajah Nayla memerah bak kepiting rebus saat melihat tatapan mata Rein yang berbeda dari biasanya. Sorot mata tajam pria itu seakan mengatakan kalau dirinya sangat kesepian.

"Kau boleh pergi, aku bisa mengobati luka ini sendiri!" ucap Rein seraya mengalihkan pandangannya, berharap kalah Nayla segera pergi dari sana.

Ia tidak mau menunjukkan kalau sebenarnya dirinya juga bisa rapuh.

"Tidak! Lukamu harus segera di obati." Nayla hendak memapah Rein, namun tangannya langsung di tepis begitu saja.

"Apa kau tuli, hah?! Kubilang keluar ya keluar, Nayla!" bentak Rein dengan nada penuh penekanan. Ia benar-benar sedang butuh waktu sendiri saat ini.

"Tuan..."

Rein bangkit dari tempat duduknya. Menarik lengan Nayla dan menyeret gadis itu agar segera keluar. "Jangan masuk sebelum aku menyuruhmu masuk, apa kau mengerti!"

Brak!

Rein menutup pintu kamar mandi dengan kuat dan tak lupa menguncinya dari dalam. Agar tidak ada siapapun yang masuk ke dalam dan mengganggunya.

"Sebenarnya apa yang terjadi padanya. Kadang hangat dan kadang menyebalkan!" gumam Nayla. Ia meraih selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya, berniat untuk pergi ke dapur.

"Nona, apa yang anda lakukan malam-malam begini?" tanya Hana yang baru saja masuk ke mansion, menyelesaikan tugas yang di berikan oleh Rein untuk menghukum Mark.

"Aku ingin membuat coklat hangat untuk tuan Rein. Bisakah kau membantuku, Hana?" Nayla menuruni satu persatu anak tangga dengan perlahan karena takut terjatuh.

Terlihat kampungan sekali. Tapi memang seperti itulah Nayla.

"Padahal di sebelah sana ada lift, tapi kenapa anda malah capek-capek menggunakan tangga." Hana terkekeh pelan saat melihat tanda kepemilikan yang terukir hampir di seluruh bagian tubuh Nayla.

"Aku tidak bisa menggunakannya, jadi berhentilah mengejekku." ketus Nayla berjalan terlebih dulu meninggalkan Hana.

***

Sedangkan di dalam kamar mandi, terdengar rintihan kesakitan. Rein terus memegang dadanya yang terasa sesak. Apalagi, bekas lukanya saat ini kembali terbuka. Darah segar menetes dari sana.

"Dasar anak tidak tahu diri! Seharusnya wanita ja-lang itu tidak melahirkan mu!"

"Anak bodoh! Kenapa hanya peringkat dua! Aku ingin kau menjadi yang pertama, Rein!"

"Pembawa sial! Seharusnya aku menghabisi mu saat kau masih bayi!"

"Rein sayang, kemari lah peluk Mama, Nak!"

"Nanti kalau sudah besar, Rein mau ajak Mama keliling dunia."

"Nyonya Sherly mengalami kecelakaan dan di nyatakan meninggal."

"Tuan Federick dikabarkan menikah dengan seorang model terkenal dan masih berusia belia, satu hari setelah kematian sang istri."

"Breng-sek!" Rein mengepalkan tangannya erat, memukul cermin yang ada di depannya hingga hancur berkeping-keping. Bayangan masa lalu yang ingin ia lupakan selalu muncul tiba-tiba di pikiran Rein.

Ayah yang selalu menutut agar dirinya menjadi sempurna dan tidak mau jika ia membantah perkataannya, membuat Rein tertekan. Tidak hanya siksaan batin, Rein selalu mendapatkan siksaan fisik.

Sejak di usir keluar dari mansion keluarga Federick, Rein bertahan hidup seorang diri. Hingga ia dipertemukan dengan Mark, sahabat sekaligus asisten pribadinya.

"Sampai kapan aku harus mengingat kenangan memuakkan itu! Aku benar-benar sudah tidak tahan lagi." Rein meraih handuk dan melilitkan ke pinggangnya, lalu keluar dari sana.

Terpopuler

Comments

Wiwin Narsih

Wiwin Narsih

kasihan juga rein

2023-11-16

1

nenk 'yLa

nenk 'yLa

curiga jg jgn2 nayla jg bkn ank kndung lgi..
pntes rein bs sekejam nii.. tp jauh d lbuk hati yg pling dlam rein jg mmbutuhkn sosok yg prhtian pada y

2023-08-06

2

༄༅⃟𝐐 мєуℓєηη 𝐙⃝🦜

༄༅⃟𝐐 мєуℓєηη 𝐙⃝🦜

Hmmm jadi inilah alasan knapa Rein spt ini,,,,

berbagilah ceritamu kisahmu agar bebanmu sedikit berkurang🚶‍♀️🚶‍♀️🚶‍♀️ krn itu jlan satu"nya agar hatimu bisa tenang

2023-05-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!