Bab 9

"Dasar merepotkan!" Rein meletakkan perlahan tubuh Nayla ke atas ranjang agar gadis tersebut tidak terbangun. Melihat pakaian Nayla yang sedikit basah membuatnya berinisiatif untuk menggantinya. Namun, niatnya terhenti saat melihat kedua gundukan kembar Nayla jelas terlihat. "Shitt! Bisa-bisanya aku memikirkan hal kotor saat dia sedang tertidur seperti ini!" gumamnya seraya menelan saliva berkali-kali.

Bagaimana tidak tergoda, selama ini banyak wanita yang memperlihatkan tubuh indah mereka di hadapan Rein dengan sukarela, tapi pria dingin itu sama sekali tidak tertarik. Dan sekarang, hanya melihat tubuh Nayla yang memiliki ukuran tiga puluh empat dan bo-kong yang tepos, sudah berhasil membuat miliknya di bawah sana bangun.

"Tidak Rein, kau tidak boleh melakukannya!" meski bibir Rein terus mengatakan tidak, pikirannya selalu mengatakan iya. "Tidak apa 'kan, jika hanya bermain-main saja." Akhirnya pertahanan seorang Reinhard jebol, lagipula tidak ada salahnya jika ia menyentuh istrinya sendiri. Anggap saja ini adalah hukuman untuk Nayla karena selama ini sudah berani padanya.

Rein mengusap lembut pipi Nayla. Sungguh, baru kali ini ia merasa nyaman hanya dengan melihat wajah seseorang yang sedang tertidur lelap. Matanya terus tertuju pada bibir berwarna merah muda yang terlihat sangat menggoda di matanya. Rein masih mengingat jelas, bagaimana manisnya bibir itu.

Karena sudah tidak tahan, Rein mengecupnya tanpa membuat gadis itu terbangun. Hanya sebuah ciuman tanpa luma-tan. Puas dengan itu, tangan Rein mulai menarik ke atas gaun sedikit basah yang di kenakan oleh Nayla lalu mengecup perut datar gadisnya berkali-kali, menikmati aroma tubuhnya yang menenangkan jiwa.

Saat ini Nayla benar-benar polos tanpa sehelai benangpun yang menutupi.

"Breng-sek! Ujian macam apa ini! Tahan sampai dia mau menyerahkannya dengan sukarela padamu, Rein!" ucapnya lalu kembali melanjutkan kegiatannya. Kedua gundukan kenyal milik Nayla tak luput dari kenakalan Rein. Pria itu memainkan lidahnya di sana dengan sangat lincah. Hingga membuat Nayla sedikit terusik. "Ternyata tubuhmu cukup sensitif juga," cicitnya pelan sambil mere-mas kuat salah satu gundukan tersebut.

"Mphh..." Nayla mende-sah dan menggigit bibir bawahnya sendiri dengan mata yang masih terpejam erat. Anehnya, Nayla seakan tidak bisa membuka matanya meski rasanya ingin. Sehebat itukan permainan seorang Reinhard di atas ranjang?

Ciuman Rein naik ke leher Nayla, ia mengukir banyak tanda kepemilikan di sana dan bahkan hampir di seluruh tubuh Nayla tanpa terkecuali.

"Sepertinya, malam ini cukup sampai di sini saja. Semoga mimpi indah, my sweet heart!" Rein mengecup bibir Nayla lalu menyelimuti tubuhnya dan beranjak menuju ke kamar mandi.

Namun, langkah kaki Rein terhenti saat mendengar ponsel Nayla yang berada di atas nakas bergetar. Saking keponya, Rein meraih ponsel tersebut dan membukanya.

^^^"Sebentar lagi aku kembali. Bisakah kita bertemu? Aku merindukanmu Nayla..."^^^

Membaca pesan singkat yang sepertinya dikirim oleh kekasih Nayla, membuat wajah Rein memerah padam dengan tangan terkepal erat. "Tidak ada yang boleh menyentuhmu kecuali aku! Kau milikku Nayla, hanya milikku!"

Rein mengetik sebuah pesan dan mengirimnya kembali ke nomor tersebut. Seringai tipis terukir dari salah satu sudut bibir Rein. "Lihat saja, permainan akan segera di mulai!"

*****

Keesokan harinya, sepasang pengantin baru tersebut masih tidur dengan lelap di atas ranjang. Hingga bunyi alarm dari ponsel Nayla, membuat gadis itu terusik. Nayla mematikan suara berisik tersebut dan kembali memejamkan matanya.

"Eugh..." gumamnya yang masih setengah sadar. Ia membenamkan kepalanya di dada Rein. Wangi maskulin dan hangatnya tubuh pria itu membuat Nayla merasa tenang. "Tunggu! Kenapa guling nya bisa bernafas?" batin Nayla dengan mata yang sedikit terbuka, memastikan kalau memang saat ini ia sedang memeluk guling.

"Huwaamph!" Nayla segera menutup mulutnya, ia takut kalau suaranya membuat Rein terbangun.

"Dasar mesum! Bisa-bisanya dia di sini? Dia tidak berbuat macam-macam padaku 'kan?" Nayla meraba tubuhnya yang ternyata masih berpakaian utuh. Lalu ia mendekati Rein untuk memastikan apa pria itu masih tidur atau hanya berpura-pura. "Dia masih tidur? Tapi kenapa semalam aku mimpi aneh."

Ya, semalam Nayla merasa jika ada yang menyentuh tubuhnya, ia juga merasa ada sesuatu yang aneh pada dirinya, sebuah kenikmatan. "Lho, kok basah? Tidak mungkin 'kan kalau aku ngompol?! Astaga, manusia es pasti menghukum ku lagi!" Nayla terus menyalahkan dirinya sendiri. Ia memang sangat bar-bar dan urakan, tapi bodoh dalam urusan ranjang. Saking bodohnya, ia sendiri tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya.

Tak mau terlalu larut dengan pikirannya yang tidak jelas, Nayla memilih untuk beranjak dari tempat tidurnya karena ia harus segera menyiapkan sarapan pagi untuk Rein. "Tapi aku tidak tahu dimana letak kamar mandinya! Kau benar-benar kampungan, Nayla!"

Nayla terus mondar mandir di depan meja rias. Memikirkan cara untuk keluar tanpa ada yang tahu. Tapi, tiba-tiba Nayla berhenti tepat di depan cermin, ada sesuatu pada dirinya yang membuat kedua bola matanya melotot dengan sempurna.

"Aaaaaa!" Nayla reflek menjerit dengan sekuat tenaga. Gadis tersebut kaget saat melihat seluruh tubuhnya memerah seperti di sengat lebah, hanya sayangnya tidak bengkak.

Brugh!

"Argh, sial!" Rein terjatuh dari atas tempat tidur karena mendengar teriakan Nayla. "Ada apalagi, hah?! Kenapa kau berteriak pagi-pagi begini!" bentak Rein. Ia bangun dan menyandarkan tubuhnya di headboard ranjang sambil terus memperhatikan tingkah menggemaskan Nayla.

"Tuan, lihat ini. Seluruh tubuhku memerah seperti di gigit lebah hiks..."

"Aneh, bisa-bisanya tubuhmu memerah seperti itu. Atau mungkin kau di gigit nyamuk? Tapi tidak, mana mungkin di kamar mewahku ini ada nyamuk?!" sangkal Rein. Dalam hatinya, pria itu menahan tawa mati-matian karena berhasil membuat Nayla kebingungan.

"Atau mungkin aku alergi karena bersentuhan denganmu?"

"Alergi karena menyentuhku?!" Nayla mengangguk. "Apa kau pikir aku ini debu!" Rein bersikap seakan tidak terjadi apapun tadi malam agar gadis itu tidak berpikir aneh-aneh tentang dirinya.

Nayla yang kebingungan berpikir kalau yang terjadi padanya sekarang adalah sebuah masalah serius. Tanpa berpikir panjang, Nayla mengambil ponselnya dan berniat menghubungi seseorang.

"Hei, apa yang mau kau lakukan?" Rein sedikit panik, ia tidak mau seseorang yang mengirim pesan pada Nayla, kembali menghubunginya. Karena semalam Rein lupa memblokir nomor pria tersebut.

"Tentu saja, aku mau memesan taksi. Aku harus ke dokter dan memeriksakan keadaanku! Sebelum alergiku semakin parah, Tuan," jawabnya kembali meletakkan ponsel tersebut saat Rein mendekatinya.

"Kau pikir dengan pergi ke Dokter akan menyelesaikan semuanya! Yang ada, Dokter akan menertawakan kebodohanmu itu!" Rein menonyor kening Nayla, kesal dengan tingkahnya yang begitu bodoh.

"Mana mungkin Dokter malah menertawakan ku, apa dia pikir aku ini badut? Dan satu lagi, tolong untuk sementara jangan dekati aku. Nanti Tuan malah tertular danmphh---" belum selesai Nayla bicara. Rein sudah membungkam Nayla dengan bibirnya. Membuat gadis itu kesal dengan perlakuannya yang tiba-tiba.

"Kita lihat saja nanti! Setelah ini, aku akan tertular atau alergi mu yang akan bertambah banyak!" Rein tersenyum licik.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

aduh lucu nya kau Nayla 🤣🤣🤣

2024-06-02

0

Wiwin Narsih

Wiwin Narsih

polos apa pura2

2023-11-16

3

Meriana Erna

Meriana Erna

🤦🏼‍♀️🤦🏼‍♀️🤦🏼‍♀️

2023-10-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!