Bab 14

Di meja makan, hanya terdengar terdengar dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir mereka berdua.

"Makanlah! Jangan hanya di lihat seperti itu!" Rein melirik Nayla yang sejak tadi terdiam dan hanya mengaduk-aduk makanannya saja. Entah apa yang sedang perempuan itu pikirkan.

"Nayla, apa kau mendengar ku!" kali ini, Rein meninggikan suaranya. Namun, Nayla masih saja mengabaikannya.

Ia merasa tak suka dengan perubahan Nayla, yang biasanya selalu menatap tajam dirinya penuh kebencian, sekarang terdiam seakan tak pernah menganggap ia ada.

Rein beranjak dari tempat duduknya dan mendekati Nayla. Ia sedikit membungkuk dan berbisik lirih tepat di telinga istrinya. "Sampai kapan kau akan mengacuhkan aku seperti ini, hum?"

Pyar.

Karena kaget, tanpa sengaja Nayla menyenggol gelas yang berada di sampingnya hingga jatuh ke lantai.

"Nona, anda tidak apa-apa 'kan?" Hana yang khawatir majikannya terluka, segera menghampirinya. Tapi langkahnya terhenti saat Rein memberi kode padanya untuk pergi.

"K-kau! Sejak kapan berada di sini?" tanyanya sedikit gugup.

Bagaimana tidak gugup, saat ini posisi Nayla terpojok dan tidak bisa bergerak sedikitpun karena Rein mengunci tubuhnya.

Rein menarik dagu Nayla. Mengikis jarak diantara mereka berdua. Ia memiringkan kepalanya mencari posisi yang tepat dan...

Cup.

Benda kenyal dan basah milik Rein mendarat di bibir merah muda milik Nayla yang sedikit terbuka.

"Kiss morning," Rein kembali berbisik seraya mengusap sudut bibir Nayla. Ia kembali duduk dan menikmati sarapan paginya. Wajahnya kembali datar, seakan baru saja tidak terjadi apapun.

"Astaga, jantungku sepertinya bermasalah," gumamnya dalam hati. Kecupan sesaat tersebut, berhasil membuat jantung Nayla berdebar tak karuan. Rasanya seperti akan meledak saat itu juga.

"Aku tidak menyangka kalau tuan Rein bisa bersikap lembut pada wanita," ucap salah satu pelayan yang sejak tadi mengintip apa yang mereka berdua lakukan.

"Kau benar, anda saja aku yang ada di posisi nona muda. Pasti aku akan--" belum selesai pelayan tersebut bicara, sepasang manik mata dengan tatapan tajam tertuju ke arahnya.

"Oh, jadi selain bekerja jadi pelayan kalian punya pekerjaan tambahan, ya. Bergosip dan membicarakan aib orang lain, begitu?!" Mark menaikan satu alisnya dengan lengan yang ia lipat di bawah dada.

"Jaga pandangan kalian, sebelum aku mencong-kel kedua mata kalian keluar dari tempatnya!" ancam Mark. Ia tidak pernah main-main dengan ucapannya. Jangan lupakan wajah garangnya yang sebelas dua belas seperti Rein.

"Tu-tuan Mark, maafkan kami Tuan! Kami benar-benar tidak sengaja melihat mereka berdua yang sedang--"

"Kalian pikir aku peduli. Minta bodyguard untuk mencambuk kalian seratus kali!" tegasnya.

"Tapi, Tuan...."

"Tidak ada penolakan!" Mark mengabaikan mereka berdua dan menuju ke meja makan. Ada hal penting yang harus di sampaikan padanya.

Beberapa detik berlalu, mereka berdua masih saling diam dan fokus pada pikiran masing-masing. Rein merasa aneh dengan situasi seperti ini, merasa bosan. Tidak ada suara cempreng dan berisik yang keluar dari bibir Nayla.

"Kemari lah," Rein menepuk pahanya, meminta Nayla untuk duduk di sana.

"Untuk apa aku..." Nayla menghela nafas kasar. Ia terpaksa menuruti perintah Rein. Karena sampai kapanpun, dirinya adalah budak yang harus patuh pada tuan nya.

"Suapi aku!" Rein membalik posisi Nayla agar berhadapan dengannya. Dimana posisi itu membuat sisi liar Rein terbangun. Dan dengan bodohnya, Nayla mengikuti kemauannya.

"Buka mulutmu," lirih Nayla. Dengan sabar ia menyuapi pria menyebalkan yang banyak kemauannya. "Kenapa diam, kau memintaku untuk menyuapi mu tapi mmph--" lagi, bibir Nayla dibungkam oleh Rein.

"Tuan, aku ingin menyampaikan informasi-- ops!" Mark langsung menutup mulutnya dan mengumpat dirinya sendiri. "Sepertinya aku datang di saat yang tidak tepat!" gumamnya.

Brugh.

Nayla mendorong dada Rein dengan kuat, hingga jatuh terjengkang ke lantai. "Aww! Nayla, apa yang kau lakukan!" pekik Rein. Bisa-bisanya, dia mendorongnya hanya karena kedatangan Mark.

"Maafkan, aku." Nayla mengulurkan tangannya, membantu Rein berdiri.

"Tidak perlu!" pria itu mengeraskan rahangnya saat melihat Mark yang diam memasang wajah tanpa dosa ke arahnya. "Kau bosan hidup rupanya!"

Glup.

"Ampun, Tuan. Saya janji tidak akan melakukannya lagi..." Mark memilih untuk pergi dari sana sebelum Rein murka padanya dan menjadikannya sasaran empuk pagi ini.

"Asisten kurang ajar!"

****

Nayla sudah berada kamarnya, ia sedang bersiap. Hari ini, gadis itu berniat untuk mengunjungi kedua orangtuanya. Sayangnya, Nayla belum mendapat ijin dari Rein.

"Alasan apa yang harus ku katakan padanya." Nayla menggigit bibir bawahnya, memikirkan ide untuk menyakinkan seorang Rein.

Ceklek.

"Kau mau kemana?" Rein mengamati Nayla dari atas ke bawah lalu memeluknya, menikmati aroma vanila yang keluar dari tubuhnya. Wangi yang selalu membuatnya tenang.

Rein mencium pundak Nayla, seakan mengatakan kalau Nayla adalah miliknya. Setelah puas, ciuman Rein mendarat di leher istri kecilnya dan meninggalkan beberapa tanda kepemilikan di sana.

"Emhh...apa boleh aku pergi? Aku ingin menemui kedua orangtuaku," ucap Nayla.

"Tidak! Jika kau sampai berani melangkah keluar meninggalkan mansion, akan ku patahkan kakimu!" ucap Rein dengan nada bicara yang mulai berubah dingin.

Mendengar kalimat ancaman Rein, membuat Nayla kesal dan mengepalkan tangannya erat. "Kau tidak bisa mengekang ku seperti ini, tuan Reinhard yang terhormat! Aku bukan boneka mu yang seenak jidatnya saja kau atur sesuka hati!" teriak Nayla. Emosinya yang tertahan sejak tadi, akhirnya ia keluarkan.

"Berhenti menatapku seakan aku ini adalah manusia paling jahat di dunia!" Rein menarik dagu Nayla dan menekannya kuat. "Kau memang istriku, Nayla! Tapi hanya istri pelunas hutang! Jaga batasan mu, dan jangan bertingkah seoalah-olah kau ini berarti untukku!" setelah mengatakan itu, Rein meninggalkan Nayla seorang diri.

Degh.

Bukan fisik Nayla yang saat ini terasa sakit, tapi hatinya. Nayla sadar kalau dirinya hanya istri pelunas hutang. Tapi bukan itu yang membuatnya menangis saat ini.

Kekasihnya, pria yang selama ini ada untuknya sudah kembali dan sedang menunggunya di suatu tempat.

"Aku harus bisa kabur dari sini..."

Terpopuler

Comments

Wiwin Narsih

Wiwin Narsih

tolong ikuti kata rein

2023-11-16

1

Meriana Erna

Meriana Erna

jgn di temui nayla bs2 mati dpn mata mu tu cwo

2023-10-25

0

༄༅⃟𝐐 мєуℓєηη 𝐙⃝🦜

༄༅⃟𝐐 мєуℓєηη 𝐙⃝🦜

jangan temui kekasihmu jika tidak ingin melihat kalo kekasihmu tinggal nama saja nanti, 🚶‍♀️🚶‍♀️🚶‍♀️

2023-05-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!