Bab 5

Beberapa menit yang lalu, Nayla dan juga Rein sudah sah menjadi sepasang suami istri menurut hukum dan agama. Pesta pernikahan mereka berlangsung tanpa kehadiran keluarga dari kedua pihak mempelai.

Meski jauh dari lubuk hati Nayla, ia ingin menikah dengan pria yang ia cintai dan juga mencintainya.

Dan saat ini mereka berdua sudah berada di depan pintu mansion milik Rein, dengan Mark yang berjalan mengikuti dari belakang bersama beberapa anak buahnya.

"Lepaskan aku, dasar pemaksa!" Nayla mencoba memberontak saat Rein menarik kuat pergelangan tangannya. "Apa kau puas sekarang, Tuan?!"

"Seharusnya kau senang karena menikah dengan pria tampan, kaya dam mapan sepertiku!" ucap Rein tanpa sedikitpun menatap Nayla. Masih dengan sikap sombongnya yang luar biasa meski pada istrinya sendiri.

Nayla berdecak kesal seraya memutar bola matanya dengan malas mendengar semua kalimat yang keluar dari bibir Rein. Sungguh, ia sama sekali tidak bahagia dengan pernikahan paksa nya ini. Apalagi suaminya adalah Rein, manusia es, dingin dan juga kejam.

"Kenapa kau diam saja, jawab aku!" Rein semakin mencengkram kuat tangan Nayla, tapi anehnya gadis itu sama sekali tidak merasakan sakit. Apa mungkin ia kurang kuat melakukannya?

"Apa aku harus melompat-lompat dan menari di depanmu seperti mendapat doorprize besar, begitu?! Menggelikan sekali!" Nayla mengacuhkan Rein, ia berniat meninggalkannya. Namun langkah Nayla terhenti saat Rein kembali menarik pinggangnya dan mencengkeramnya sedikit kuat. Membuat Nayla meringis menahan sakit. "Lepaskan!"

Plak!

Nayla yang terbawa emosi pun tanpa sengaja melayangkan satu tamparan keras tepat di pipi kanan Rein. Wajah pria itu memerah dengan rahang mengeras. Apalagi saat ini matanya melotot tajam pada Nayla, seakan ingin keluar dari tempatnya.

"Aww, itu pasti sakit sekali," gumam Mark dalam hati. Ia menyuruh para bodyguard untuk menunduk, agar tidak melihat itu semua.

Gret!

Rein yang tak terima dengan perlakuan Nayla, menarik kuat rambut wanitanya. "Berani sekali kau melakukan ini pada suamimu, hum?! Dimana letak sopan santun mu!"

"Ke-kenapa aku tidak berani padamu! Aku tidak bersalah, kau yang pertama menculik ku dan mengajakku menikah lalu menyentuhku sembarangan seperti tadi!" padahal jauh dari lubuh hati Nayla, ia begitu ketakutan karena sudah berani menampar Rein. Hanya saja ia berpura-pura sok kuat.

"Kau ini benar-benar--"

Plak!

Belum selesai Rein bicara, Nayla kembali melayangkan satu tamparan di wajah Rein. Ini adalah kali kedua pria tampan itu dipermalukan oleh istrinya sendiri di depan para anak buahnya.

"Kau!" Rein yang sudah tidak tahan mengangkat satu tangannya ke wajah Nayla.

Plak!

Ya, dengan seringai tipis dan juga senyum licik Rein membalas Nayla. "Bagaimana rasanya?! Sepertinya kau memang harus diperlakukan seperti ini supaya menurut dan--"

"Kau menyebalkan!" Nayla menampar dan memukul wajah Rein tanpa peduli dengan teriakan dan kata-kata kasar yang keluar dari mulut suaminya.

Terjadilah adegan yang tidak pernah di bayangkan oleh Mark sebelumnya. Di hari pernikahan yang seharusnya mereka merayakannya dengan bahagia, malah saling menyakiti satu sama lain. Dan yang paling membuat Mark heran, kenapa Rein bisa begitu sabar menghadapi Nayla.

"Mark, kenapa kau diam saja! Pisahkan mereka sekarang!" Hana yang baru saja datang menutup mulutnya tak percaya melihat apa yang terjadi di depan matanya.

"Apa kau gila, Hana! Aku masih sayang dengan nyawaku!" ketus Mark berlalu dari sana. Jika ia berani ikut campur bisa dipastikan dirinya akan di pecat dengan tidak terhormat. Tapi yang lebih mengerikan adalah, terpisahnya kepala plontosnya dari leher. Karena biasa nya Rein akan meng-habisi nyawa seseorang dengan cara menembak atau me-menggal kepalanya.

"Benar juga!" gumam Hana seraya menyentuh lehernya dan juga dadanya bergantian. Ia segera berlari menyusul Mark tanpa menghiraukan majikannya.

***

"Cukup! Hentikan semua ini, aku menyerah!" akhirnya Nayla mengalah, tenaga Rain berbeda dengan teman-teman nya yang dulu mem-bully nya di sekolah. Jika dulu Nayla bisa melawan lima orang bersamaan, tapi kali ini banyak tenaganya yang terbuang sia-sia.

"Bagus, akhirnya kau menyerah juga, gadis bar-bar!"

Bisa kalian bayangkan, bagaimana penampilan mereka saat ini. Rambut dan gaun pengantin yang acak-acakan, pipi keduanya memerah bekas tamparan juga cakaran. Benar-benar seperti anak kecil yang bertengkar hanya untuk sebuah permen lolipop.

"Apa yang kalian lihat, hah?!" bentak Rein pada semua pelayan yang ternyata sejak tadi mengintip. "Dan kau, urusan kita belum selesai!" Rein menunjuk tepat di hidung mungil milik Nayla.

"Aku tidak peduli, terserah kalau kau ingin--" kalimat Nayla terhenti saat beberapa helai ram-but yang berada di jari-jari tangannya. "Astaga, ini kuharap bukan milikmu tapi--" Nayla mendongak, dan tepat saat itu Rein sedang dalam mode iblis yang siap kapanpun memangsanya.

"Pantas saja rasanya sakit sekali. Ternyata kau menjambak nya begitu kuat hingga rontok seperti ini!" Rein tidak habis pikir, seorang Nayla tidak takut sama sekali padanya. Dan selalu menjawab semua ucapannya bahkan membalasnya tanpa tahu siapa dirinya sebenarnya. "Atau jangan-jangan, kalau aku menodongkan senjataku, dia juga akan melakukan itu," gumamnya lirih.

Saat Rein tengah asik dengan lamunan nya, perlahan Nayla bangkit dari duduknya dan berlari kabur menuju ke kamar mereka.

"Nayla! Kembali kau!" teriak Rein seraya memungut ram-butnya yang tercecer di lantai. "Argh! Dasar menyebalkan!" meski kesal, namun jauh di dalam hatinya, ia merasa tidak kesepian lagi setelah kehadiran Nayla dalam hidupnya.

Bagi Rein, Nayla itu berbeda dari wanita yang berada di luar sana. Nayla yang tahu kalau ia kaya dan memiliki segalanya tapi tetap menolak mentah-mentah dirinya. Bahkan terang-terangan berani menampar wajah tampannya juga membentaknya. Tidak seperti mereka yang datang pada Rein hanya karena ingin memiliki hartanya saja lalu dengan sukarela menyerahkan tubuhnya.

"Nayla, buka pintunya sekarang!"

"Tidak mau! Kau pasti akan menamparku lagi jika aku membukanya, iya 'kan?" teriaknya dari dalam. Nayla sengaja mengunci pintu kamarnya supaya Rein tidak bisa masuk dan tetap berada di luar malam ini.

"Tentu saja aku emm maksud ku tidak! Aku tidak akan melakukannya. Kau sekarang adalah istriku, jadi aku--"

"Aku apa?! Aku akan membuka pintunya asal kau berjanji, tidak akan pernah memukulku!" Nayla ingin memastikan kalau dirinya keluar dengan selamat saat kabur dari manusia es.

Setelah berpikir cukup lama. Rein menghela nafas panjang. Lalu mengetuk perlahan pintu kamarnya. "Baiklah, aku berjanji padamu. Sekarang, cepat buka pintunya, karena aku sudah tidak tahan lagi!"

"Ti-tidak tahan apa? Jangan bilang kalau kau mau melakukan itu padaku!"

"Sebenarnya apa yang ada di otak kecilmu itu, hah?! Aku sudah tidak tahan lagi ingin buang air kecil, kau pikir aku akan melakukan apa?!" Rein mengusap wajahnya frustasi. Sepertinya ia harus mempunyai stok kesabaran yang lebih untuk menghadapi istri kecilnya itu.

Terpopuler

Comments

Tarmi Widodo

Tarmi Widodo

hihihi

2024-03-28

0

jumirah slavina

jumirah slavina

cepat Nayyyy...
nanti s'Rein ngompolllll...
🤭🤭🤭🤭🤭

2024-03-17

2

Muhamad Hasyim

Muhamad Hasyim

ngakak Thor d part ini😆😆😆

2024-03-08

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!