Bab 15

Rein sudah berada di dalam perjalanan menuju ke kantor. Tentu saja, ia diantar oleh Mark, asisten pribadi sekaligus sahabatnya.

"Apa barang yang dikirim dari negara A sudah sampai sampai tujuan?!" tanya Rein yang masih fokus dengan ponselnya. Tidak biasanya pria itu bermain ponsel jika sedang berada di dalam mobil. Rein akan terus memandang keluar jendela tanpa melakukan apapun.

"Sudah, Tuan. Anda bisa langsung mengeceknya di markas," jawab Mark tegas. Matanya masih fokus ke depan, sesekali ia melirik Rein dari kaca spion depan. "Aneh, tumben sekali tuan senyum-senyum sendiri di depan ponsel. Apa ada yang lucu di sana?" gumam Mark namun hanya dalam hati.

"Lalu, apa jadwalku hari ini."

"Pukul sepuluh anda ada meeting dengan nona Hana dari Jepang, lalu jam delapan malam dengan Mr. Kevin dari Cina," jawab Mark.

Rein menganggukkan kepalanya, lalu sesaat kemudian mematikan ponselnya.

"Apa ada masalah, Tuan?" Mark sedikit khawatir melihat keadaan Rein. Wajahnya sedikit pucat. "Atau anda sedang sakit? Bagaimana kalau kita pergi ke dokter dan memeriksakan luka anda--"

"Aku ingin melihat keadaan wanita dan pria itu sebentar. Antar aku ke markas." Rein mengalihkan pembicaraan. Baginya, luka yang saat ini ia dapat tidak ada apa-apanya dibandingkan apapun.

"Tapi Tuan, anda sedang tidak sehat." Mark memberikan tisu kering pada Rein yang terlihat berkeringat.

"Aku tidak suka di bantah, Mark!" bentak Rein. Mau tidak mau, Mark melakukan perintah tuannya dan mengendari mobilnya menuju ke markas milik Rein.

***

***

Nayla kabur dan bersembunyi di bagasi belakang saat salah satu anak buah Rein ingin pergi keluar. Ia berhasil melakukannya dan menuju ke suatu tempat untuk menemui seseorang.

Dan di sinilah Nayla berada, di salah satu restoran terkenal di kota. Ya, gadis itu berhasil pergi dari mansion tanpa sepengetahuan Rein. Ia bahkan tidak peduli dengan apa yang akan terjadi pada dirinya setelah ini.

"Kenapa lama sekali, apa dia lupa," gumam Nayla sambil melirik layar ponselnya. Namun, tidak ada pesan atau panggilan yang tertera di sana. Manik matanya mengedar ke sekeliling, melihat keadaan sekitar.

Hampir satu jam Nayla menunggu. Saat ini ia begitu was-was dan khawatir. Nayla takut, saat Rein pulang nanti tidak mendapati dirinya ada di mansion. Bisa-bisa kedua orangtuanya jadi sasaran kemarahan manusia es itu.

Nayla berpikir, lebih baik pulang daripada harus menuggu tanpa kepastian. Gadis itu beranjak dari tempat duduknya. Tapi, seseorang menarik pergelangan tangannya dan membuatnya duduk kembali.

"Maaf, aku terlambat." suara bariton membuyarkan lamunan Nayla. Ia berbalik dan terlihat kaget saat melihat pria yang ada di depannya, Leon! Kekasihnya.

Pria itu lantas menarik Nayla ke dalam pelukannya. Melepaskan kerinduan yang selama ini ia pendam. Berpisah dua tahun lamanya dari Nayla membuat Leon hampir gila. Ia harus mengikuti kemauan papa nya, yang memintanya untuk kuliah jurusan bisnis di luar negeri.

Wajah tampan, hidung mancung dan rahang tegas. Itulah gambaran Leon. Pria yang selama ini selalu ada di hati Nayla. Tapi, di mata Nayla pria itu terlihat berubah, seperti bukan Leon yang dia kenal.

"Hei, kenapa melamun? Apa kau tidak senang bertemu denganku, hum?" Leon memapah Nayla agar gadis itu kembali duduk dan meraih tangannya, menggenggamnya dengan erat.

"Ti-tidak, hanya saja kau banyak berubah Leon." cicit Nayla.

Sedangkan Leon terkekeh pelan mendengar ucapan Nayla yang menurutnya sangat lucu. Tentu saja dia berubah, tidak mungkin dirinya akan terus berpenampilan cupu di jaman modern seperti ini.

"Apa kau sudah makan?" tanya Leon. Dengan tangan yang mengusap pipi gadisnya. Nayla terlihat semakin cantik di mata Leon.

"Sudah," jawab Nayla singkat. Ia berusaha menyembunyikan rasa gugupnya. Dan juga bahagia tentunya. Hatinya sedang berdebar sekarang. Oh god! Semoga saja Leon tidak mendengar detak jantungnya yang sedang berdisco tak karuan.

"Maaf, karena sudah meninggalkanmu selama itu dan--"

"Tanpa memberiku kabar!" ketus Nayla.

"Aku terlalu sibuk untuk mengubungi mu, sayang," bohong Leon. Padahal ia sudah menyelesaikan pendidikannya selama satu tahun. Dan sisanya, tentu saja untuk bersenang-senang. "Maafkan aku."

"Sudahlah, tidak perlu meminta maaf." Nayla sadar, jika dirinya juga sudah menikah dan tidak mungkin bersatu engan Leon. Apalagi ingin bersama selamanya dengan pria itu.

Leon mengeluarkan sesuatu dari saku celananya, kotak kecil berwarna merah. Perlahan Leon membukanya. Betapa terkejutnya Nayla saat tahu, kalau Leon memberikannya cincin berlian.

"Menikahlah denganku, Nayla."

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

cam mana kau mau nikah dengan Leon sedang kan kau sudah nikah dengan Rein.....

2024-06-02

0

Wiwin Narsih

Wiwin Narsih

Leon teman rein

2023-11-16

2

Meriana Erna

Meriana Erna

astaga trnyata sang petualang ni leon,ap leon ni kenalan ny suami nayla

2023-10-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!