Bab 4

Masih di tempat yang sama, sejak tadi Nayla marah-marah tidak jelas karena tidak di ijinkan bertemu dengan Rein. Tentu saja apa yang gadis itu lakukan membuat Hana kesal.

Bagaimana bisa Tuannya membawa gadis bar-bar yang tidak tahu sopan santun ini datang ke mansion? Tidak mungkin 'kan kalau gadis ini adalah calon nyonya besarnya?

"Anda boleh bertemu dengan tuan Rein. Tapi, tolong jaga sikap anda, Nona!" kata Hana dengan nada pelan, ia takut menyinggung perasaan Nayla. yang notabennya terlihat seperti bocah.

"Apa kau bilang, hah! Aku tidak sopan?! Seharusnya kau tanyakan saja pada manusia es itu, kenapa dia membawaku kemari. Padahal aku sendiri tidak mau!" teriak Nayla seraya berkacak pinggang di hadapan Hana. Jangan lupakan suara cemprengnya yang membuat se-isi mansion menutup telinga.

Sedangkan Hana, wanita itu hanya menghela nafas dan tersenyum tipis. Tebakannya tidak salah lagi, Nayla memang calon istri tuan nya. Rasanya benar-benar tidak mungkin!

Banyak wanita cantik, kaya, berpendidikan, yang datang dan menyatakan perasaannya pada Rein. Tapi kenapa pria itu malah memilih gadis bar-bar seperti Nayla?

"Hana, aku ingin bicara sebentar," seorang pria datang mendekat dan berbisik pada Hana. Setelah mengatakan sesuatu, pria tersebut pergi dari sana. Raut wajah Hana berubah sedikit terkejut, namun ia berhasil menetralisir kan nya kembali.

"Mari ikut dengan saya, Nona. Karena sebentar lagi kalian akan segera menikah," kata Hana memapah Nayla agar bersedia ikut dengannya.

"A-apa, Menikah?! Kau sedang tidak bercanda 'kan." kali ini tak hanya Hana, tapi juga sang calon pengantin yang juga shock mendengar kabar ia akan menikah hari ini. "A-ku akan menikah dengan siapa?!" tanya Nayla menunjuk dirinya sendiri.

"Tuan muda Rein!" jawab Hana singkat.

Brugh!

Tubuh Nayla melemas seketika, ia jatuh terduduk di lantai. Perasaan baru semalam mereka bertemu, kenapa tiba-tiba di ajak menikah.

"Bisakah aku menolaknya, Hana."

"Tidak bisa. Tentu anda sudah tahu, resiko apa yang akan anda terima jika menolak pernikahan ini." jawab Hana mengulurkan tangan, membantu Nayla kembali berdiri.

"Kenapa mereka tega menjual ku pada manusia es..." lirih Nayla. Tanpa sadar air mata gadis itu menetes. Ia tidak bisa membayangkan jika harus menikah dan hidup bersama Reinhard. Akan seperti apa tersiksanya, belum jadi istrinya saja Nayla sudah hampir gila. Apalagi saat sudah sah nanti.

Dengan terpaksa, Nayla mengikuti langkah kaki Hana. Entah kemana wanita itu akan membawanya pergi. Yang pasti, saat ini mereka menuju ke sebuah ruangan. Lebih tepatnya kamar rias.

"Lakukan tugasmu, dandani nona muda secantik mungkin!" perintah Hana pada seorang pria yang berpenampilan seperti wanita.

"Dengan senang hati, Hana," jawabnya dengan nada gemulai.

Roy menarik tangan Nayla dan mendudukkan gadis itu di depan meja rias.

"Lepaskan tanganmu!" ketus Nayla. Ia paling tidak suka ada seseorang yang menyentuhnya sembarangan seperti ini. Apalagi di sentuh pria jadi-jadian.

"Amboi, tenang saja Nona. Eike tidak akan macam-macam pada yey. Atau mungkin saja hanya satu macam." Roy terkekeh seraya mulai memoles wajah Nayla yang terlihat cantik natural meski tidak memakai riasan wajah. "Lagipula, yey ini calon istri bos. Mana berani eike pegang-pegang!"

"Tapi, tadi kau memegang tanganku, Tuan! Aku tidak--"

"Sttt! Panggil saja eike miss R, apa yey paham?!" bisik Roy.

Nayla bengong seketika. Jujur saja saat ini ia sedang menahan tawanya mati-matian. Hanya saja Nayla takut pria jadi-jadian ini marah padanya. Karena setahu Nayla saat di kampung, pria sejenis Roy akan mengeluarkan watak aslinya jika sedang marah atau terpancing emosi.

"Dan asal yey tahu, eike tidak doyan donat. Eike lebih suka pisang," kata Roy.

"Hah? Donat, pisang?" sekali lagi, Nayla dibuat seperti gadis polos yang bodoh karena tidak mengetahui istilah seperti itu.

Hingga suara bariton terdengar, membuat keduanya menoleh ke belakang bersamaan.

"Apa kalian masih lama, hah! Aku sudah menunggu sejak ta--" kalimat Rein terhenti saat melihat wajah cantik dengan polesan make up tipis yang tengah duduk menatap dirinya.

"Tunggu, kenapa warna bola matanya berbeda..." gumam Nayla namun hanya dalam hati. Ya, Nayla baru sadar kalau malam itu Mark tidak mengijinkannya mendongak. Dan pagi tadi juga, Rein selalu memakai kacamata hitam. Meski begitu, Rein terlihat sangat tampan dengan ****** yang tumbuh di sekitar dagunya. "Astaga, sadar Nay! Apa yang sedang kau pikirkan, bodoh!" Nayla merutuki dirinya sendiri, hampir saja ia terpesona pada manusia es.

"Bagaimana, Tuan. Nona muda cantik, bukan?" tanya Roy, bangga dengan hasil kerja kerasnya.

"Dia sangat jelek!" jawab Rein dengan wajah datar dan penuh penekanan di setiap kalimatnya.

"Tapi, Tuan..."

Rein tidak mempedulikan ucapan Roy dan berjalan mendekat ke arah Nayla. Entah kenapa saat melihat Nayla mengingatkannya pada seseorang dari masa lalunya.

"K-kau mau apa?!" Nayla sedikit mundur ke belakang hingga tubuhnya terpojok ke sudut meja rias.

Wajah Rein semakin dekat dan membuat tubuh Nayla gemetar ketakutan lalu memejamkan matanya.

"Tentu saja aku sedang menjemput calon istriku!"

Greb!

Tubuh Nayla seakan melayang saat Rein menggendongnya ala bridal style. Lalu membawanya keluar dari sana menuju ke tempat pernikahan.

"Turunkan aku!" Nayla mencoba memberontak.

"Diam dan hapus air matamu itu, atau kau akan kembali menjadi jelek seperti upik abu!" ketus Rein tanpa menghiraukan lagi teriakan Nayla yang begitu mengganggunya.

Nayla hanya bisa pasrah jika saat ini dirinya memang harus menikah dengan Rein. Mau memberontak sekalipun, tidak akan ada gunanya sekarang. Ia hanya harus memikirkan cara bagaimana supaya bisa kabur dari sana nanti.

"Ck!" Nayla terpaksa mengalungkan kedua tangannya di leher Rein.

Tanpa sadar pria itu tersenyum tipis. Senyum yang bahkan Nayla tidak bisa melihatnya.

Rein membawa Nayla masuk ke dalam mobil dimana Mark sudah berdiri menunggunya sejak tadi. Pria berkepala sedikit plontos tersebut tidak berkedip sama sekali saat melihat kecantikan Nayla.

"Jangan sampai aku mencong-kel keluar matamu itu, Mark!" ketus Rein merasa tidak suka saat calon istrinya di tatap oleh pria lain.

"Ah ya maafkan saya, Tuan. Hanya saja nona terlihat sangat berbeda memakai gaun dan juga berdandan seperti ini," jawab mark dengan jujur. "Saya rasa pria yang melihat nona juga pasti akan--"

Bugh!

"Shh...apa yang anda lakukan," desis Mark saat mendapat pukulan keras di bagian perutnya.

"Berisik!" Rein membanting kuat pintu mobilnya.

"Cih! Bilang saja kalau anda sedang cemburu, tuan," gumam Mark lalu segera masuk menyusul Rein. Mark pikir tuan nya tidak doyan wanita, namun ternyata selama ini ia salah. "Jangan sampai tuan Rein jatuh cinta pada gadis itu," ucap Mark namun hanya dalam hati

Terpopuler

Comments

nenk 'yLa

nenk 'yLa

klo rein jtuh cnta bsa ambyar dunia mafia y mksd y gtu kn mark🤣🤣🤣 repot klo mafia udh bucin

2023-08-06

4

༄༅⃟𝐐 мєуℓєηη 𝐙⃝🦜

༄༅⃟𝐐 мєуℓєηη 𝐙⃝🦜

Kenapa Mark bilang spt itu???
itu haknya Rein mw jatuh cinta sama siapa,,, lagian Rein juga udah falling in love sejak awal mreka ketemu wkwkwkwk

2023-05-23

1

ᥫᩣ 🕳️ Chusna

ᥫᩣ 🕳️ Chusna

lah klok jatuh cinta mah NPA mark

2023-04-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!