PRC Group Building Manhattan New York
Ajeng mengikuti gadis Italia cantik itu dan melihat sebuah cincin berlian di jari manis tangan kirinya. Sudah bertunangan rupanya.
"Mari miss Pratiwi."
"Oh Ajeng saja" jawab Ajeng tidak enak.
"Kalau begitu panggil saya Gemma. Kan kita sebaya" senyum Gemma. "24 tahun kan?"
"Iya, saya 24 tahun."
Gemma dan Ajeng duduk di kursi tempat meeting.
"Jadi begini Ajeng, tugas kamu adalah mengurus bayi besar yang super sulit dihadapi" ucap Gemma serius. "Pernah mendengar nama Bayu Blair O'Grady?"
"CEO Perusahaan ini kan?"
"Yes. Dan kamu yang akan menjadi sekretaris nya" jawab Gemma membuat Ajeng nyaris terjatuh dari kursinya.
"A...apa? Saya jadi... sekretaris CEO? Saya kira... jadi sekretaris Manajer atau ... bukan CEO pokoknya." Ajeng memegang pelipisnya dengan kedua tangannya. Rasanya kok dunia muter macam gasingan.
"Bagaimana Ajeng? Bersedia? Kalau kamu bisa tahan setahun dengan Mr O'Grady, akan ada bonus senilai enam digit" ucap Gemma.
Mata Ajeng berbinar mendengar bonus enam digit. "Serius?"
"Serius. Semua ada di klausal kontrak kerja anda, Ajeng." Gemma memberikan map yang berisikan kontrak kerja Ajeng dan gadis itu mempelajari semuanya.
Wow! Bonus, uang lembur, gaji, bonus tahunan ... Bisa beli pulau di Indonesia ini...
"Maaf Gemma tapi ini apa tidak terlalu berlebihan?" tanya Ajeng.
"Well, ini sepadan dengan beratnya pekerjaan kamu."
Berat kah? Seberapa kilo? "Tugas utama saya?"
"Melayani semua schedule, kebutuhan dan berkas pekerjaan Mr O'Grady. Dengar, Bayu O'Grady adalah orang yang paling susah kamu hadapi. Dia orang yang demanding ( penuntut ) bahwa semua orang harus bisa mengikuti ritme kerja dia. Mr O'Grady adalah workaholic sejati. Oh, kamu ada pacar? Calon suami?"
"Kenapa kalau saya punya pacar?" balas Ajeng bingung.
"Harus siap-siap akan dikacangi" kekeh Gemma yang mengingat Gasendra sampai ngamuk gara-gara Bayu kalau sudah bekerja lupa dengan sekitarnya. Akibatnya lupa kalau Gemma masih di kantor bersamanya padahal jam pulang gadis itu sudah dari tadi hanya karena Gemma malas bolak balik jika dibutuhkan Bayu. Untung pacarku adiknya sendiri.
"Gemma sendiri sudah punya pacar" goda Ajeng sambil menunjuk jari manis Gemma.
"Karena inilah aku harus mencari pengganti ku" senyum Gemma.
"Memangnya sudah berapa banyak sekretaris Mr O'Grady?"
"Apakah kamu percaya kalau kamu adalah sekretaris ke 100?" ucap Gemma yang membuat Ajeng melongo.
"Whaaattt?"
***
Seminggu ini Gemma dengan telaten mengajari Ajeng. Keduanya bisa leluasa tanpa gangguan karena Bayu sedang berada di Tokyo Jepang untuk simposium di bidang engineering dan urusan bisnis selama dua Minggu.
"Kopi gula satu setiap jam sembilan pagi dan jam lima sore. Makanan tidak ada pantangan tapi harus ada Snack pagi dan sore. Gemma, namanya Mr O'Grady kan Bayu. Apakah dia orang Jawa?"
"Dia blasteran bule dan Jawa tapi lebih kuat ke bulenya."
Ajeng mengangguk.
Ponsel Gemma berbunyi dan segera mengangkat nya. "Ya Mr O'Grady? Baik... Sudah ada. Baik." Gemma mematikan panggilan di ponselnya. "Siap-siap, Mr O'Grady sudah naik lift menuju kemari."
Tak lama suara lift berbunyi dan tampak seorang pria bertubuh tinggi besar keluar dengan mengenakan suit biru navy plus kaos turtle neck dengan warna senada serta kacamata hitam. Pria itu berjalan melewati meja Gemma dimana dua gadis itu berdiri menyambutnya. Pria itu lalu menempelkan jempol kanannya ke scanner pintu ruangan sebelah meja Gemma
Bayu Blair O'Grady
"Gemma..." suara bariton yang menurut Ajeng sangat seksih mengingat bentuknya orang yang berbicara agak berbanding terbalik dari sangkaannya.
Kukira suaranya macam berat banget seperti perokok tapi kok nggak. Ajeng melirik ke arah Gemma.
"Yes Mr O'Grady?"
"Itu yang baru?" tanya pria itu lagi sambil membuka pintu ruang kerjanya.
"Yes Mr. O'Grady."
"Suruh masuk ke ruangan saya lima menit lagi." Pria itu pun masuk ke dalam ruangannya.
"Baik." Gemma menoleh ke Ajeng yang masih memasang wajah auto melongo. "Say hello to Mr Bayu O'Grady."
Ganteng tapi kok njelehi kayake wonge... - batin Ajeng. Duh Gusti, moga-moga iso betah aku. ( bisa betah aku ).
***
Lima menit kemudian Ajeng sudah duduk di hadapan Bayu O'Grady yang sedang mempelajari CV milik gadis itu.
"So, kamu orang Indonesia? Suku Jawa?" tanya Bayu.
"Yes Mr O'Grady. Saya Jawa tulen."
"Jawanya mana?"
"Jawa Tengah."
"Miss Pratiwi. Jawa Tengah itu luas. Apa perlu saya kasih peta?" Mata biru Bayu menatap tajam ke Ajeng.
"Solo. Kedua orang tua saya wong solo. Bapak tahu kan artinya wong solo? Wong Solo itu..."
"I know, miss Pratiwi!" potong Bayu. "Saya juga masih ada keturunan Solo jadi tidak usah dijabarkan arti wong Solo."
"Tapi bapak nggak kelihatan Solonya apalagi Jawanya. Cuma nama doang yang ketahuan masih ada keturunan Jawa" celetuk Ajeng.
Bayu menaikkan sebelah alisnya. "Kamu sendiri. Bagaimana bisa nyasar ke New York?"
"Well, saya mulai dari mana Sir?"
"Jangan dari jaman kamu brojol!"
Ajeng tertawa. "Pak Bayu lucu deh! Jadi begini, kedua orang tua saya mendapatkan pekerjaan disini saat saya masih SMA. Ketika saya kuliah, kedua orang tua saya meninggal karena wabah saat berada di Amerika Selatan, di Suriname tepatnya. Ayah dan ibu saya adalah dokter yang dikirim untuk membantu keadaan disana saat terjadi wabah. Tapi mereka menjadi korban."
Bayu mendengarkan dengan serius.
"Karena itu saya memilih tinggal di New York, mendapatkan green card, berkerja apa saja asal halal dan bisa memenuhi kehidupan saya disini. Oh kalau Mr O'Grady bertanya soal uang asuransi orang tua saya, sebagian saya simpan dan tidak di utak Atik sedangkan sebagian untuk biaya kuliah saya."
"Memangnya saya mau tanya soal uang asuransi kedua orang tua kamu?" balas Bayu dengan nada sinis.
"Mbok menowo bapak nanya" jawab Ajeng dengan bahasa Indonesia. "Eh pak Bayu bisa bahasa Indonesia kan? Saru lho pak, jenenge Bayu gak iso bahasa Indonesia ( Nggak pantas lho pak, namanya Bayu tapi tidak bisa bahasa Indonesia ). Iso mewek mbah buyut, Mbah canggah nya pak Bayu ( bisa nangis eyang buyut, eyang canggahnya )."
"Saya bisa bahasa Indonesia, Ajeng Pratiwi. Bahkan wajib bisa!" jawab Bayu dengan bahasa Indonesia fasih.
"Alhamdulillah. Jadi kalau saya pakai bahasa Indonesia sama bapak, nggak masalah ya? Terkadang saya bosan ngomong bahasa Inggris. Rindu bisa bicara dengan orang yang bisa bahasa ibu saya."
Bayu hanya menggelengkan kepalanya. "No. Tetap menggunakan bahasa Inggris disini!"
"Tapi pak..."
"Ajeng Pratiwi, kalau kamu masih ribut saja..."
"Baik pak." Ajeng menggigit bibir bawahnya untuk diam yang entah kenapa membuat Bayu merasakan sesuatu yang aneh di dirinya.
"Saya kasih waktu seminggu untuk percobaan. Kalau bisa bekerja sesuai dengan ekspektasi saya, kamu baru diangkat menjadi pegawai tetap. Paham?"
"Paham pak."
"Sudah, kamu keluar belajar sama Gemma" usir Bayu.
"Baik pak. Terimakasih mau menerima saya bekerja disini. Permisi." Ajeng mengangguk lalu keluar ruangan Bayu.
Pria bermata biru itu melihat foto profil Ajeng Pratiwi. Kok mirip mommy?
Ajeng Pratiwi
***
Yuhuuuu Up Siang Yaaaaa
Bayu dan Ajeng cerita nya receh Yaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Murti Puji Lestari
jenenge wae angin lisus, jeng ya ngunu, ganteng tapi njelehi... 😂😂😂
semangat ajeng...
2024-12-18
1
Murti Puji Lestari
auto ngak pusing ya jeng dengar bonus enam digit 🤣🤣🤣
2024-12-18
1
Sintia Dewi
kukira anya 🫰pevita jg gk pp
2024-01-23
1