Baru Sadar

Malam menjelang, Ezki pun tidak bisa tidur dengan nyenyak. Dia justru terus saja di bayangi oleh wajah cantik Ecca, tetapi wajah itu sejenak sirna, dan ia terdengar dengan segala perkataan dari Dedy.

Bahkan hingga malam, ia tidak nyenyak tidur. Hanya tiga puluh menit saja memejamkan mata, ia terbangun.

"Astaghfirullah aladzim, ada apa ini? kenapa aku malah menjadi seperti ini ya?"

Ezki memutuskan untuk segera mengambil air wudhu dan menunaikan sholat malam. Ia ingin lebih tenang dan juga tidak salah dalam mengambil sebuah keputusan di dalam rumah tangga dirinya dengan Ecca.

Ezki sebenernya anak yang sangat baik dan ia setia dengan satu wanita. Hanya saja ia terlalu gampang dihasut.

Beberapa menit bersimpuh di hadapan Allah dalam sholat dua rakaat. Ezki juga tidak lupa berdoa. Seperti ada seseorang yang berbisik di dalam telinganya dengan mengatakan banyak hal.

"Ezki, lihatlah dengan baik-baik! kamu bandingkan saja sikap istrimu dengan mantan pacarmu. Mana yang pernah menorehkan luka begitu dalam? mana yang pernah berbuat tidak terpuji dihadapan dirimu secara langsung? jangan sampai kamu kehilangan bidadari surgawi. Jangan sampai kamu menyesal jika ada pria lain yang menjadi pendamping dirinya menggantikan posisi dirimu."

Sejenak Ezki diam, ia seolah berpikir dengan kata-kata yang barusan terngiang di telinganya.

"Apakah tindakanku salah, hingga hari nuraniku saja berpihak pada Ecca? memang selama ini Ecca selalu setia padaku dan ia istri yang solehah. Adanya aku rajin ibadah juga karenanya. Aku bodoh benar ya? padahal aku sendiri yang telah mengatakan jika suatu hubungan harus didasari dengan rasa saling percaya satu sama lain."

"Kenapa aku mengatakan itu sendiri, tetapi aku tidak percaya pada Ecca justru aku percaya pada orang asing? bahkan Ecca dengan sabar memberikan pengertian padaku. Ia sama sekali tidak marah-marah terhadapku."

"Terima kasih ya Allah, dengan melakukan sholat malam ini aku jadi bisa berpikir jernih dan aku sadar jika aku yang salah. Apa yang Ecca katakan benar jika aku ini belum bisa bersifat dewasa seperti anak kecil saja."

Ezki sedikit lega, ia sudah tidak dilema lagi dan ia esok akan datang ke kantor untuk menemui Ecca. Iapun sudah bisa memejamkan matanya, dan sejenak terlelap dalam tidurnya.

Hingga tak terasa pagi menjelang...

Ezki segera menunaikan sholat subuh, sejenak ia teringat istri dan ayah mertuanya.

"Biasanya aku selalu menunaikan sholat berjamaah dengan istri dan ayah mertua. Kini aku menunaikan sholat sendiri seperti ini. Ternyata sendiri itu tidak enak juga ya? serasa sepi seperti ini dan sedih juga diriku," gumamnya seraya mengusap wajahnya dengan kasar beberapa kali.

Beberapa menit kemudian...

Ezki melakukan rutinitas mandi pagi dan segera berpakaian. Lagi-lagi ia teringat akan istrinya yang selalu merapikan dasinya dan menyiapkan air mandi untuk dirinya. Bahkan Ecca juga yang dengan sabar memakaikan kaos kaki dan sepatu untuknya walaupun kerap kali ia menolak.

Setelah rapi, ia pun ke meja makan. Ia melupakan jika saat ini dirinya tinggal sendiri di rumah sendiri hingga tidak ada yang menyiapkan sarapan. Pada saat ia membuka tudung saji, tidak ada satu makanan pun.

Ezki terduduk," nggak enak juga hidup seorang diri seperti ini."

Ezki diam mengerucutkan bibirnya seraya memangku dagunya sendiri. Selagi ia diam, terdengar suara deru motor di pelataran rumahnya.

Tok tok tok tok tok

Terdengar suara ketukan pintu .

"Den Ezki ini saya Den, Mamat! tolong buka pintunya!"

Ezki heran kenapa pagi-pagi sekali Mamat datang ke rumah," ada apa ya, kok Mamat pagi-pagi datang kemari?"

Ezki bergegas bangun dari duduknya dan melangkah dengan cepat menuju ke ruang tamu untuk membuka pintu rumahnya.

CEKREKKK.....

Terbukalah pintu dan Mamat sedang duduk di teras halaman.

"Ada apa Mat?" tanya Ezki heran.

"Den, maaf ya menggangu. Ini saya di suruh Non Ecca untuk menyerahkan ini."

Mamat memberikan rantang berisikan makanan, wangi makanan semerbak membuat perut Ezki sudah tidak sabar lagi ingin segera di isi.

"Terima kasih ya Mat," Ezki menerima rantang tersebut.

"Ya sudah Den, saya pamit pulang ya. Kata Non Ecca, suruh dimakan biar nggak sampai kumat sakit maghnya."

Ucap Mamat berpamitan dan ia segera melajukan motornya arah pulang ke rumah majikannya.

Terselip sebuah amplop, dan Ezki membuka amplop kecil tersebut, meraih secuil kertas bertuliskan sesuatu. Ezki duduk sejenak dan ia membacanya.

[Teruntuk suamiku tersayang dan tercinta. Aku telah membuatkan makanan kesukaanmu untuk sarapan. Tolong dimakan ya sayang. Marah ya marah tapi jangan sampai lupa diri hingga tidak menghiraukan tubuhmu. Ingatlah jika kamu memiliki riwayat penyakit magh, aku nggak mau suamiku sakit hanya karena masalah kecil.]

Tiba-tiba mata Ezki berkaca-kaca, ia benar-benar terharu setelah membaca surat tersebut.

"Astaghfirullah aladzim, disaat aku marah seperti ini. Istriku masih saja peduli padaku. Dan bahkan ia sama sekali tidak marah denganku. Ia masih mau memasak untukku," gumamnya seraya mengusap setetes air yang ada di sudut matanya.

Ezki pun membawa rantang itu masuk ke dalam rumah dan ia meletakkan di meja makan. Pada saat dirinya akan makan, sejenak terbayang kebersamaan bersama Ecca dan Michael.

"Biasanya aku sarapan bersama istri dan ayah mertua. Kini aku sarapan seorang diri. Ini semua karena keegoisan diriku dan kebodohanku sendiri hingga aku merasa kesepian seperti ini. Apa yang Ecca katakan benar. Seharusnya aku tidak langsung marah dan pergi seperti ini. Tetapi selesaikan permasalahan dari hati ke hati," gumamnya.

Dengan kejadian ini, Ezki berjanji untuk tidak bertindak seperti ini lagi. Ia tidak ingin kehilangan sosok istri yang sangat baik dan sosok mertua yang baik pula. Ayah Michael seorang ayah mertua yang sabar dan tidak pernah memandang menantunya itu miskin. Ia selalu menganggap Ezki adalah anak lelakinya.

"Aku nggak mau menghancurkan semuanya. Kebaikan istri dan ayah mertua, sulit didapatkan. Apa yang Ecca katakan benar adanya, aku tidak ingin menyesal dikemudian hari. Karena sulit untuk bertemu dengan orang baik," gumam Ezki.

Sementara saat ini Mamat sudah sampai di rumah. Ia langsung mendapatkan teguran dari Ecca," bagaimana Mat? sudah kamu berikan pada suamiku bukan?"

"Sudah donk non, don't worry bos."

Mamat tersenyum sumringah seraya mengacungkan kedua ibu jarinya.

Seperti itulah kelakuan Mamat, ia sudah terbiasa. Ia tidak canggung dengan bosnya karena bosnya sangat baik dan tidak sombong.

Bahkan di dalam hati Mamat menyayangkan sikap Ezki," bodoh banget Den Ezki pakai acara ngambek segala. Kalau saya yang menjadi dirinya, nggak akan meninggalkan Non Ecca sedetik saja. Malah aku kekepin saja di dalam sarung," batinnya tanpa sadar ia terkekeh.

"Heh Mat, kamu kumat ya?" tegur Ecca mengagetkan lamunannya.

Terpopuler

Comments

Rama Blaem Blaem

Rama Blaem Blaem

🤣🤣🤣🤣🤣 terhibur sejenak oleh mamat..

dikekepin terus dlm sarung😂😂😂🤪

2023-05-31

1

Citra Merdeka

Citra Merdeka

Oh Mamat banguuunnnn😂😂

2023-05-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!