Kebaikan Rebecca

Melihat suaminya tidak percaya dengan dirinya, Rebecca segera merubah dirinya seperti sediakala. Bahkan di hadapan Yehezkiel. Hingga suaminya terperangah pada saat presiden direkturnya berubah parasnya menjadi culun.

"Astaga...ternyata dia memang istriku yang selama ini selalu aku hina. Bagaimana ini, apakah aku akan dipecat dari perusahaan ini dan juga dipecat menjadi suaminya?" mendadak Yehezkiel berubah pias dan panik seketika itu juga. Setelah melihat perubahan pada wajah presiden direkturnya.

"Kenapa kamu terlihat panik seperti itu mas? apa yang sedang kamu pikirkan di dalam hatimu?" teguran dari Rebecca mengagetkan lamunan Yehezkiel.

Seketika keringat dingin keluar dari tubuh Yehezkiel, dia benar-benar bingung akan mengatakan apa? karena saat ini lidahnya serasa tercekat tidak bisa digerakkan sama sekali.

Rebecca merubah kembali penampilannya menjadi seorang wanita yang sangat cantik jelita.

"Kenapa kamu menyamar menjadi seorang wanita yang culun? dan kenapa juga kamu tidak mengatakan sejujurnya kepadaku bahwa kamu adalah seorang presiden direktur di mana aku bekerja?"

serentetan pertanyaan keluar dari mulut Yehezkiel seraya dia terus saja tertunduk takut.

Rebecca mengatakan yang sebenarnya, bahwa dirinya awalnya tidak tahu menahu jika Yehezkiel bekerja di kantornya. Dan ia juga mengatakan sengaja menyamar untuk menghindari dari kejahatan ibu tiri dan kakak tirinya yang saat ini sudah pergi jauh.

Rebecca menyamar karena dia ingin mendapatkan pria yang tulus cinta apa adanya, tetapi hal itu belum sampai terjadi sudah di jebak oleh Ibu

tiri dan kakak tirinya hingga ia terpaksa menikah dengan Yehezkiel.

"Lantas, apakah kamu akan menggugat cerai aku? secara selama ini aku tidak pernah baik padamu?"

Rebecca tersenyum," aku tidak akan pernah menggugat cerai suamiku. Tetapi jika suamiku akan menalakku, aku terima dengan lapang dada."

Yehezkiel semakin salah tingkah," aduhhhhhh aku harus bagaimana ini? jika aku bertahan, pasti dia mengira aku belum berubah lebih baik karena telah mengetahui siapa dia yang sebenarnya. Tetapi jika aku menalak dia, itu juga rasanya gimana gitu loh."

Yehezkiel benar-benar sedang dilema saat ini, dia benar-benar bingung untuk memutuskan langkah apa yang terbaik.

"Mas, kenapa kamu diam saja? ya sudah aku tidak akan memojokkanmu untuk sebuah jawaban. Aku berikan waktu kamu satu Minggu untuk berpikir."

Yehezkiel mengangguk perlahan, ia pun berpamitan pada Rebecca untuk kembali ke ruang kerjanya.

"Aduhhhhhh... aku harus memberikan jawaban apa ya? takutnya aku salah bicara yang ada karierku hancur. Karena aku sudah nyaman bekerja di perusahaan Rebecca."

"Aku sangat malu pada saat diriku ingat akan perilakuku padanya yang sangat kasar. Sebenarnya aku ingin sekali menebus rasa dosaku ini padanya. Tapi.... ah.. kenapa hidupku begitu rumit seperti ini sih?"

Yehezkiel terus saja berpikir hingga dia sama sekali tidak bisa fokus dalam bekerja. Bahkan hingga pulang kerja dan sampai rumah pun Yehezkiel masih saja tak tenang.

Rebecca bersikap biasa saja, dia tetap melayani suaminya. Karena dia sudah sampai di rumah terlebih dahulu.

"Bu, nggak usah. Biar aku lepas sendiri,"

tolak halus Yehezkiel pada saat istrinya akan melepaskan dasinya.

"Kenapa, aku kan masih istrimu? apakah kamu sudah ingin sekali lepas dariku, dan kenapa memanggilku ibu?" ucap Rebecca heran.

Yehezkiel semakin serba salah dengan apa yang dikatakan oleh Rebecca," bukan begitu, kamu kan atasanku. Aku merasa nggak enak apa lagi dengan semua yang telah aku lakukan padamu Bu."

Rebecca terkekeh pada saat mendengar perkataan Yehezkiel,' jadi jika aku bukan atasanmu, kamu masih akan semena-mena padaku ya? terus saja memanggilku culun dan lain sebagainya?"

"Aduhh... bagaimana ini? pintar sekali Rebecca berkata, hingga aku tidak bisa menjawabnya," batin Yehezkiel.

"Sudah, nggak usah seperti itu. Sekarang mandi, karena aku sudah menyiapkan air hangat di kamar."

Yehezkiel mengangguk perlahan, ia pun menyunggingkan senyumnya seraya berlalu pergi dari hadapan Rebecca.

"Aku tahu apa yang sedang kamu pikirkan, mas? kamu takut aku memecatmu. Padahal aku tidak akan sejahat itu, apa lagi kamu adalah suamiku. Justru aku ingin sekali membuatmu jatuh cinta padaku dari dalam hatimu, bukan karena kekayaanku. Apakah aku mampu membuat suamiku untuk jatuh cinta padaku ya?" batin Rebecca ragu.

Rebecca bukan tripikal wanita yang mudah sekali untuk balas dendam apalagi sombong dengan segala kekayaan yang dimilikinya. Hingga ia tidak akan melakukan hal buruk kepada Yehezkiel. Dia sedang mencari cara lain untuk menguji suaminya tersebut.

"Aku yakin, apa yang papah katakan waktu itu adalah benar. Jika suamiku adalah seorang pria yang sangat baik. Aku yakin keputusanku untuk mempertahankan rumah tanggaku bersamanya tidaklah salah."

"Tetapi apa ya cara yang tepat untuk menguji Yehezkiel? apakah dia ini matre atau tidaknya? aku harus benar-benar menemukan cara yang tepat untuk hal ini."

"Karena walaupun aku percaya dengan apa yang di katakan oleh papah. Tetapi aku juga harus tetap mengujinya supaya aku lebih yakin dengan, suamiku."

Beberapa saat kemudian...

Yehezkiel pun makan sore berdua bersama dengan Rebecca. Tetapi di dalam hatinya masih saja ada sesuatu yang mengganjal," setelah aku mengetahui bahwa istriku sendiri adalah Bosku. Aku malah semakin bingung untuk berkata atau untuk melakukan suatu tindakan."

"Mas, tolong jangan diam seperti ini. Berperilakulah seperti biasa saja. Lakukan apa yang ingin kamu lakukan, dan katakan saja apa yang ingin kamu katakan. Tak usah ada ganjalan di dalam hatimu."

Teguran Rebecca, sempat mengagetkan lamunan Yehezkiel. Bahkan ia tidak menyangka jika istrinya tersebut mengetahui apa yang sedang ia pikirkan saat ini.

"Gila, istriku seperti seorang cenayang saja. Hingga ia tahu apa yang sedang aku pikirkan saat ini," batinnya heran.

"Aku diam karena aku bingung ingin mengatakan apa padamu. Dan aku merasa sangat bersalah dengan segala yang aku pernah perbuat padamu," ucapnya gugup.

"Apa kamu ingin memperbaiki segalanya dan menebus kesalahanmu padaku?" tanya Rebecca terus menatap ke arah Yehezkiel yang masih saja tertunduk.

"Jika kamu bersedia memberikanku kesempatan untuk diriku menebus segala kesalahanku padamu," ucap Yehezkiel.

"Lantas apakah yang akan kamu lakukan atau cara apa yang ingin kamu kerjakan untuk menebus segala kesalahanmu padaku?" tanya Rebecca kembali.

Yehezkiel berjanji tidak akan mengatakan hal buruk lagi pada, Rebecca..Dan bahkan ia akan mengambil alih pekerjaan rumah yang selama ini selalu di kerjakan oleh Rebecca. Walaupun selama ini Rebecca diam-diam meminta bantuan dari tetangga yang kurang mampu untuk mengurus urusan rumah tanpa sepengetahuan Yehezkiel. Hanya memasak saja yang memang ia kerjakan sendiri karena ia begitu hobby dan sangat suka memasak.

Rebecca terkikik pada saat mendengar apa yang di katakan oleh Yehezkiel.

Terpopuler

Comments

Rama Blaem Blaem

Rama Blaem Blaem

walaupun blum cinta... lumayan lh.. mas suami akhirnya berubh sikap, gak semena mena lgi....yg pling pnting gak nyebut rebeca dengan panggilan CULUN😬😬😬

2023-05-28

0

linamaulina18

linamaulina18

itulah yg punya memandang dr sampul nya aja

2023-05-23

1

Eka Elisa

Eka Elisa

nex....aku syuka...mak....critamu lok bisa di ksih sdikit kocak gtu mak....😁😁😁😁

2023-04-12

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!