Hildan bangun ketika sinar matahari yang sudah menembus lewat ventilasi di kamar ini. Hildan terbangun dan berharap jika semua ini hanya sebuah mimpi buruk yang akan hilang ketika dia bangun. Namun ternyata semuanya adalah kenyataan.
Hildan mengelus sprei yang berada bekas noda merah yang sudah mengering itu. "Jenny kemana kamu pergi? Kenapa sekarang aku yang menangisi kepergianmu, padahal sebelumnya aku juga yang berharap kamu pergi. Maafkan aku Jenny"
Semua yang pernah terjadi hanya menjadi sebuah penyesalan bagi Hildan yang terus terbayang-bayang dengan semua yang pernah dia lakukan pada Jenny. Bahkan Hildan pernah hampir membunuhnya ketika di rumah sakit. Bagaimana dia yang begitu tega mencekik leher Jenny dengan tanpa rasa kasihan sedikit pun.
"Ya Tuhan kenapa semuanya jadi seperti ini?"
Bahkan setelah dia bermimpi kedatangan mendiang istrinya yang mengatakan jika Jenny adalah wanita baik yang tulus menerima anaknya. Maka sejak saat itu hati Hildan terbuka dan merasa jika dia sudah bisa melepaskan cinta untuk mendiang istrinya dan bisa mulai menerima Jenny dalam hidupnya. Tapi ternyata semuanya terlalu terlambat karena sekarang Jenny sudah pergi dan Hildan tidak tahu dimana keberadaan dia.
Hildan mandi dengan berendam di dalam bak mandi untuk merilekskan tubuh dan pikirannya saat ini. Hildan tidak tahu harus mencari Jenny kemana lagi. Saat ini dirinya hanya berada dalam penyesalan.
Ketika dia keluar dari dalam kamar, seolah Hildan melihat Jenny yang sedang membersihkan foto Zaina yang masih terpajang disana. Dengan tersenyum Hildan mendekati Jenny, namun semakin dia mendekat maka bayangan itu memudar dan hilang. Hildan baru sadar jika itu hanya sebuah bayangan halusinasinya saja. Hildan menatap beberapa figura foto Zaina disana.
"Maafkan aku Zaina, tapi sepertinya aku harus mengganti semua foto kamu ini dengan foto istriku yang sekarang. Terima kasih karena sudah pernah hadir dalam kehidupanku dan memberkan Zaina kecil sebagai pelengkap kebahagiaanku"
Hildan mulai mengambil satu persatu figura foto itu dan memasukannya ke dalam sebuah kardus. Bahkan foto besar yang terpajang di kamarnya pun dia hilangkan dan d bawa ke gudang. Hildan ingin menutup semua masa lalu dengan Zaina yang hanya tinggal kenangan. Dan dia akan memulai hal baru bersama dengan Jenny. Semoga saja Jenny bisa menerima dia kembali.
Rasanya Hildan ingin menertawakan dirinya sendiri. Disaat istrinya pergi, dia baru memajang foto pernikahan mereka. Sementara saat Jenny masih berada disini, Hildan malah melukainya dan menyiksanya. Jadi hari ini dia benar-benar seperti orang gila yang tidak tahu arah tujuan.
Hildan mengambil satu foto pernikahan mereka yang sudah dia tata dengan rapi di seluruh penjuru ruangan. Memeluknya dengan air mata yang tidak berhenti mengalir saat dia menata semua foto pernikahannya dengan Jenny.
"Maafkan aku Jenny, aku mohon kembalilah"
Tidak! Rasanya adalah hal yang mustahil jika Jenny kembali begitu saja pada Hildan setelah apa yang telah Hildan lakukan padanya. Saat ini hanya perlu perjuangan Hildan untuk menemukan Jenny dan membujuk wanita itu agar mau kembali padanya. Meski yakin jika semua itu tidak akan mudah.
######
Di dalam penyesalan yang Hildan alami saat ini, ada Jenny yang hanya sering merenung ketika dia sedang sendirian. Jujur Jenny masih memikirkan tentang Hildan yang mungkin sekarang sudah menikah dengan Erina. Sperti yang telah di rencanakan.
"Hatiku yang luka tapi kenapa aku tidak bisa membencinya, Tuhan. Aku juga ingin melupakannya"
Jenny bingung sendiri dengan perasaannya ini. Ketika dia yang terus mencoba untuk melupakan Hildan dan membenci pria itu. Tapi entah kenapa dia malah semakin mengingatnya dan semakin sulit untuk bisa melupakan Hildan dalam ingatannya.
Jenny menghembuskan nafas kasar, dia merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur dengan menatap langit-langit kamar. "Apa mungkin dia sudah memberikan surat gugatan cerai padaku ya? Sudah pasti, mana mungkin dia menundannya lagi. Pasti Mas Hildan langsung bahagia ketika aku pergi"
Jenny yang tidak pernah berharap jika suaminya akan mencarinya ketika dia meninggalkannya. Karena mungkin selama ini dia ingin melihat Jenny menghilang dari hidupnya. Karena menurut Hildan, Jenny hanyalah seorang yang mengganggu hidupnya dan membuat hidupnya tidak tenang.
Tidak perlu memikirkan dia lagi, Jenny. Kau hanya perlu fokus pada hidupmu.
Biarkan bagaimana takdir Tuhan akan membawanya pada sebuah kebahagiaan. Entah bagaimana takdirnya nanti, Jenny hanya bisa mengikuti alur cerita hidup yang dia akan dia alami selama ini.
Dan pagi ini ketika Jenny terbangun, dia langsung bersiap untuk mengantar Gevin sekolah. Rasanya Jenny lebih senang mengantar Gevin sekolah karena itu akan membuatnya lebih bahagia dan bisa melupakan masalah yang terjadi.
######
"Zaina tidak mau sekolah kalau bukan Bunda yang mengantarkan Zaina"
Mama sudah benar-benar kewalahan dengan cucunya yang mengamuk ini. Sudah beragai cara dia gunakan untuk membujuk Zaina. Namun cucunya itu tetap tidak mau sekolah dan hanya ingin sekolah jika Jenny yang mengantarkannya.
"Iya, nanti Oma akan mencari Bunda. Sekarang Zaina harus makan dulu, terus nanti berangkat sekolah sama Oma ya"
"Gak mau! Zaina tidak mau makan dan tidak mau sekolah. Zaina hanya ingin Bunda"
Mama sudah tidak bisa lagi memaksa cucunya ini, jelas Zaina tidak bisa di bujuk di saat dia hanya menginginkan Bundanya saja.
Hildan yang melihat itu hanya menghela nafas pelan. Kini dia mengerti kenapa Zaina begitu dekat dengan Jenny karena dia bisa merasakan ketulusan Jenny selama ini. Padahal Zaina juga baru kenal beberapa bulan saja bersama Jenny, tapi dia bisa begitu dekat dan menyayangi Jenny saat ini.
Mama keluar dari kamar cucunya, dia sudah tidak bisa membujuk cucunya lagi. AKhirnya Mama hanya membiarkan Zaina terdiam di dalam kamar. Mama menatap Hildan yang berdiri di depan pintu kamar Zaina.
"Kamu lihat sendiri bagaimana anakmu saja begitu menyayangi Jenny. Semua itu karena Jenny yang begitu tulus padanya, tapi dengan bodohnya kamu malah menyia-nyiakan wanita sebaik Jenny. Kamu memang bodoh Hildan!"
"Aku akan mencoba mencari Jenny, Ma"
"Tidak perlu, biarkan saja Jenny bahagia dengan hidupnya daripada dia harus terus tersiksa denganmu"
Mama berlalu meninggalkan Hildan, membuat Hildan langsung menatap Mama dengan helaan nafas panjang. Mama juga terlihat begitu kecewa padanya. Tidak ada yang mendukung Hildan saat ini. Membuat Hildan langsung merasa jika hidupnya tanpa Jenny benar-benar membuat dia tidak mempunyai apapun. Bahkan sebuah kepercayaan dari orang tuanya.
Semuanya benar-benar berubah sejak kepergian Jenny. Sekarang aku mengerti kenapa semua orang begitu mencintai Jenny dan menyayanginya. Karena memang ketulusannya.
Hildan mulai tidak bisa mengendalikan perasaannya. Dia benar-benar menyesal dengan semua yang terjadi.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Tatik Wae
paling ahkirnya kembali lg... udah bisa d tebak.. tp krn novel udah tamat ea gmn lg...
2023-08-24
2
uyhull01
nikmati dulu aja Hil, apa yng kmu tanam itu yng kmu tuai😏
2023-04-11
2