Hari pendekatan di mulai, hari ini Hildan sengaja datang menjemput Jenny untuk membawanya pergi jalan bersama putrinya. Zaina yang sudah sangat senang ketika Ayahnya mengatakan akan membawanya pergi jalan bersama dengan Jenny. Sepertinya Zaina sudah langsung merasa cocok dengan Jenny.
"Hai, nunggu lama ya? Maaf aku abis telepon pegawai aku dulu" Jenny masuk ke dalam mobil dengan tersenyum manis pada Hildan. Jenny menoleh dan melihat Zaina yang sedang duduk di kursi belakang.
"Zaina, mau pindah ke depan duduk sama Tante"
Zaina langsung mengangguk, dia pindah ke kursi depan dan duduk diatas pangkuan Jenny dengan nyaman. Mobil mulai melaju, dia merasa cukup cocok dengan sosok Hildan yang baik dan hangat. Sepertinya Jenny benar-benar sudah mulai bisa membuka kembali hatinya.
"Kita mau kemana?" tanya Jenny
Hildan tersenyum dan menoleh sekilas pada Jenny, sebelum dia kembali menatap lurus ke jalanan di depannya. "Aku ingin pergi ke suatu tempat dulu sebelum kita pergi jalan-jalan"
Jenny menganguk, dia tidak merasa kebertan. Hingga mobil berhenti di depan sebuah pemakaman umum. Jenny sedikit bingung, hingga dia ingat perkataan Ibu jika Hildan ini adalah seorang single parent yang di tinggal mati oleh istrinya.
Mungkin dia ingin mengunjungi makam istrinya dan mengenalkan aku sebagai calon istrinya.
Jenny ikut turun dari mobil, menuntun Zaina dan mengikuti langkah Hildan. Jenny menatap ke arah pemakaman, teringat jika Ayahnya juga di makamkan di pemakaman ini.
Sepertinya nanti mampir sebentar ke makam Ayah.
Jenny berhenti saat Hildan juga berhenti melangkah. Di menatap sebuah gundukan tanah di depannya. Jenny menatap Hildan yang sepertinya begitu bersedih ketika dia sampai di makam istrinya.
"Ini makam istriku, Mommy nya Zaina. Dia meningga satu hari setelah melahirkan Zaina karena mengalami pendarahan hebat"
Jenny terdiam, dia menatap batu nisan dengan tulisan Zaina itu. Dia menatap Hildan dengan tanda tanya. Kenapa nama anaknya dan istrinya sama.
"Ya, setelah istriku meninggal. Aku sengaja memberi nama anak kita dengan nama yang sama. Setidaknya aku masih bisa memanggil nama itu, meski dia sudah tidak ada di dunia ini"
Jenny menatap Hildan yang membuka kacamatanya dan mengusap ujung matanya yang berair. Disini Jenny menatap bagaimana besar dan tulusnya cinta Hildan pada mendiang istrinya.
Jenny berjongkok di dekat batu nisan, mengelus batu nisah itu dan menyingkirkan daun kering yang jatuh diatasnya. "Hallo Mbak, meski aku tidak tahu dan belum pernah bertemu dengan Mbak Zaina.Tapi aku yakin jika Mbak sangat cantik dan baik. Secantik putri Mbak ini. Emm. Mbak do'akan ya jika memang kami berjodoh, tolong do'akan yang terbaik untuk kami"
Hildan ikut berjongkok di samping Jenny, dia merangkul bahu Jenny dan mengecup kepalanya. "Dia pasti setuju sekali jika kamu yang menjadi pengganti dia untuk merawat Zaina"
"Aku janji akan merawat Zaina dengan baik, Mas. Aku akan menyayangi dia seperti anakku sendiri" Jenny meraih tangan mungil Zaina dengan tersenyum.
"Sepertinya kita tidak perlu menunggu lagi, aku akan segera membawa kedua orang tuaku ke rumahmu dan melamar kamu dengan segera"
Mendengar itu Jenny tersenyum, sepertinya penantian dia selama ini akan berakhir bersama Hildan. Pria yang di jodohkan oleh Ibunya, yang ternyata berhasil meluluhkan hati Jenny yang sudah lama beku sejak pengkhianatan cinta yang dia alami.
Pulang dari tempat pemakaman umum, mereka melanjutkan jalan-jalan. Tadi, Jenny sempat membawa Hildan ke makam mendiang Ayahnya untuk memint restu.
"Tante, lihat aku loncatnya tinggi sekali" teriak Zaina dari dalam permainan, Jenny yang menunggunya di luar hanya tersenyum melihat anak itu begitu bahagia.
"Iya Zaina, hati-hati ya. Loncatnya pelan-pelan, nanti jatuh"
Jenny sedikit terlonjak kaget ketik sesuatu yang dingin menempel di pipinya, saat dia menoleh ternyata itu adalah Hildan yang memberinya minuman kaleng yang dingin.
"Minum dulu, dari tadi kamu bahkan belum minum. Sebentar lagi kita makan"
Jenny mengangguk, dia menatap lengannya yang di genggam oleh Hildan yang membawanya untuk duduk di sebuah bangku yang ada disana. Entah kenapa jantung Jenny langsung berdebar begitu kencang. Dia tidak pernah merasakan di perlakukan begitu lembut seperti ini oleh seorang pria
######
Hampir satu minggu mengenal Hildan, Jenny benar-benar tersentuh dengan segala perhatian yang diberikan oleh Hildan padanya. Hal itu membuat dia begitu bahagia dan senang.
Jenny tidak bisa lagi membohongi hatinya jika dia telah jatuh cinta pada Hildan. Jenny telah jatuh cinta pada seorang pria untuk kedua kalinya setelah pengkhiatan cinta yang dia lalui dan berhasil membuat Jenny trauma selama bertahun-tahun dan hampir tidak mau membuka hatinya kembali untuk pria mana pun.
Tapi akhirnya ada juga seorang pria yang datang dan mau melamarnya dan menikahinya. Pria yang berhasil membuat Jenny kembali jatuh cinta setelah sekian lama dia menutup hatinya untuk pria mana pun.
Hari ini Jenny dan Ibu sedang di sibukan menyiapkan makanan untuk kedatangan keluarga Hildan yang akan melamar Jenny. Terlihat wajah Ibu yang begitu bahagia dengan semua ini. Merasa sangat bahagia karena pada akhirnya anaknya ini akan segera menikah juga.
"Akhirnya ya Jen, kamu menikah juga. Ibu sangat senang"
Jenny mengangguk, dia sendiri tidak pernah menyangka jika pria yang di jodohkan oleh Ibunya ternyata adalah pria yang berhasil membuat Jenny jatuh cinta kembali.
"Iya Bu, aku juga merasa sangat tidak menyangka. Tapi terima kasih ya karena Ibu selalu sabar mencarikan jodoh yang tepat untuk Jennya, hingga sekarang pada akhirnya Jenny bisa menemukan jodoh yang baik untuk aku"
"Iya Nak, Ibu juga tidak menyangka jika kamu akan merasa cocok dengan Nak Hildan"
"Dia baik dan hangat Bu, aku suka dengan semua perhatiannya juga"
Ibu tersenyum mendengar itu, dia mengelus kepala anaknya dengan lembut. Pada akhirnya anak semata wayangnya ini akan menikah juga. Putri kecilnya telah dewasa sekarang.
"Oh ya, apa Vania akan datang?"
"TIdak Bu, anaknya sedang sakit dan rewel dia hanya menitipkan salam saja untuk Ibu dan mendo'akan jika acara hari ini lancar"
Vania adalah teman Jenny yang usianya di bawah Jenny 2 tahun. Dia sudah Jenny anggap seperti adiknya sendiri.
Akhrnya tamu yang di tunggu datang juga, Jenny sudah cantik dengan gaun sederhana namun terlihat indah di tubuhnya itu. Duduk di samping Ibu dengan kepala menunguk. Dia merasa malu saat Hildan terus menatapnya dengan lekat dan senyuman yang tidak bisa diartikan.
Kedua orang tua Hildan langsung membicarakan tujuan mereka datang kesini memang untuk melamar Jenny untuk putra mereka.
"Jadi apa Nak Valeria Jenny bersedia menikah dengan anak Papa dengan segala kekuranganny?"
Jenny menghela nafas pelan, dia memantapkan hatinya jika memang dia siap menikah dengan Hildan.
"Iya, saya mau menikah dengan Mas Hildan"
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Anna Rakinaung
ok
2023-06-29
2
uyhull01
smga lancar Jen🙂
2023-04-08
2