"Hallo semuanya"
Mereka yang sedang duduk di meja makan dan sedang melanjutkan sarapan langsung menoleh pada sumber suara. Jenny terdiam hingga sendok yang sedang di pegangnya jatuh mengenai piring hingga terdengar bunyi dentingan keras.
"Mas Dio"
Hildan langsung menatap pada Jenny yang bergumam memanggil Dio yang baru saja datang. Ada rasa kesal yang tidak bisa Hildan jelaskan ketika dia melihat bagaimana Jenny yang masih mengingat mantan pacarnya.
Dio berjalan mendekat ke arah meja maka, dia tersenyum pada Jenny. Rasanya Dio benar-benar menyesal karena telah meninggalkan Jenny hanya demi wanita yang nyatanya tidak setia.
"Jen, aku minta maaf atas semua kesalahan aku di masa lalu"
Jenny menatap Dio dengan tatapan mata yang penuh rasa kecewa. Tapi Jenny tidak bisa terus-terusan marah pada Dio. Karena saat ini dia juga sudah menikah. Dan yang harus Jenny pertanyakan kenapa Dio bisa berada di tempat ini, di rumah suaminya.
"Kenapa Mas Dio bisa berada disini?"
"Hildan adalah sahabatku, dan yang kemarin memeriksa kamu juga aku. Bagaimana keadaanmu sekarang?"
"Sudah lebih baik, terima kasih karena sudah memeriksa aku"
Jenny menundukan kepalanya dan melanjutkan makannya. Dia tidak bisa terus berbicara dengan Dio, sementara ada suaminya yang sejak tadi menatapnya dengan tajam.
"Aku ikut sarapan ya"
Tanpa rasa malu, Dio langsung duduk di samping Jenny. Hal itu membuat Hildan yang duduk di sebrang mereka semakin kesal. Dia mencengkram garpu dengan kuat. Dio mengambil makanan yang tersaji di depannya. Namun tangannya langsung di tahan oleh Jenny ketika dia akan mengambil sayuran disana.
"Ini pake udang Mas, kan alergi"
Dio tersenyum, dia merasa senang karena ternyata Jenny masih mengingat tentang makanan yang akan membuatnya alergi. "Kamu masih ingat saja Jen, makasih ya sudah di ingetin"
Jenny hanya mengagguk, dia menatap suaminya yang melayangkan tatapan penuh permusuhan padanya. Membuat Jenny langsung menunduk dan melanjutkan memakan sarapannya.
"Bunda, Zaina sudah selesai makan"
Jenny mendongak dan melihat anaknya yang sudah rapi dengan seragam sekolah. Meski sebenarnya tubuh Jenny masih sangat terasa tidak enak. Tapi dia tidak mungkin membiarkan Zaina tidak sekolah lagi, sudah pasti suaminya akan marah besar.
"Yaudah, ayo kita berangkat sekolah sekarang"
"Biar aku saja yang mengantar Zaina sekolah, lagian aku mau pergi ke rumah sakit juga"
"Kau pulang saja, ngapain juga mau pergi ke rumah sakit pake mampir kesini dan hanya meminta makan saja" ketus Hildan pada sahabatnya itu.
"Kau ini, aku hanya minta makan kali ini saja. Yuk Zaina, berangkat saja sama Om Dio. Kasihan Bunda masih sakit dan harus banyak istirahat"
"Sebenarnya tidak perlu Mas, aku bisa mengantar Zaina kok"
Tentu Jenny tidak akan bisa menerima begitu saja bantuan dari Dio, sementara Hildan yang sudah menatapnya dengan tajam. Mungkin memang Hildan tidak mau jika anaknya di antarkan oleh Dio sementara Jenny malah hanya diam di rumah.
"Tidak papa Bunda, Zaina bsia berangkat dengan Om Dio saja. Bunda istirahat saja di rumah ya"
Akhirnya Jenny tidak bisa melarang lagi, Zaina telah pergi bersama Dio. Dan sekarang di meja makan masih ada dirinya dan Hildan. Jenny mengambil beberapa piring kotor dan membawanya ke wastafell dengan tubuhnya yang masih terasa sakit.
Prank..
Jenny terlonjak kaget saat suara pecahan piring itu terdengar begitu nyaring di telinganya. Jenny menoleh dan melihat Hildan yang dengan sengaja melempar piring bekas makan dia ke atas lantai. Jenny bersingsut mundur ketika Hildan berjalan mendekat padanya.
"Berani sekali kau menunjukan kemesraanmu dengan Dio di depanku"
"Maaf Mas, tapi aku dan Mas Dio sudah tidak ada hubungan apapun lagi. Kamu sudah lama berpisah"
"Bohong!"
Hildan mendorong tubuh Jenny hingga terpojok di meja kompor yang berada di belakang tubuh Jenny. Kedua tangan Hildan berada di kedua sisi tubuh Jenny dengan bertumpu pada meja kompor itu. Menatap istrinya dengan tajam.
"Apa kau masih mencintainya?"
Jenny mengggeleng dengan wajah takut, berada di dekat Hildan seperti ini membuat Jenny merasa gugup dan takut sekaligus. Jatungnya sudah berdebar kencang saat itu.
"Ingat ya Jenny! Kau sudah menjadi milikku, jadi jangan sampai kau berdekatan dengan pria lain dan akan membuat berita tidak jelas untuk kehidupanku"
"Baik Mas"
Hildan langsung pergi dari hadapan Jenny setelah dia mengatakan itu. Jenny menghela nafas pelan ketika suaminya tidak menyiksa dirinya lagi. Jenny mengambil sapu untuk membersihkan bekas pecahan piring itu.
######
Hildan sedang berada di dalam mobil menuju perusahaannya. Dia memukul kemudi dengan kesal saat mengingat kejadian di meja makan.
"Sial. Bahkan dia masih mengingat makanan yang membuat Dio alergi. Sepertinya memang mereka masih mempunyai perasaan. Lihat saja Jenny, aku akan memberi kamu pelajaran jika berani selingkuh dariku"
Entah apa yang Hildan rasakan saat ini, yang jelas dia marah dan tidak suka ketika melihat Jenny yang berdekatan dengan pria lain. Karena dalam pikiran Hildan jika Jenny memang sudah menjadi miliknya, jadi tidak ada seorang pun yang bole menyentuh apa yang sudah menjadi miliknya. Meski Jenny buka dia jadikan sebagai istri pada umumnya, tapi Hildan tetap tidak suka ketika Jenny berdekatan dengan pria lain.
Hildan sampai di perusahaan, dia masuk ke dalam kantornya dengan wajah dingin yang tidak bersahabat. Semua karyawan yang berpapasan dengannya hanya mengangguk hormat dengan sedikit takut.
Hildan masuk ke dalam ruangannya dan melihat asistennya yang sudah berada disana. "Ada apa kau pagi-pagi sudah berada disini? Apa ada masalah?"
"Tidak Tuan, tapi tadi di luar sempat ada keributan, karena ada seorang wanita yang memaksa ingin bertemu anda"
Hildan mengerutkan keningnya denga bingung. Dia berjalan ke arah sofa dan duduk disana. Menatap asistennya dengan bingung.
"Siapa? Wanita yang ingin bertemu denganku?"
"Erina, Kakak dari mendiang istri anda"
Hildan menghela nafas pelan, pasti mantan kakak iparnya itu sedang menuntut pertanggung jawaban atas ucapannya dulu. Bagaimana Hildan pernah mengatakan jika dia tidak akan menikah lagi setelah dia menikah dengan Zaina. Namun sekarang Hildan yang telah menikah lagi, pasti sudah di dengar oleh Kakaknya Zaina itu.
"Yasudah, kalau nanti dia datang lagi kamu suruh saja dia masuk dan menemuiku"
"Baik Tuan"
Hildan mengusap wajahnya dengan kasar, dia tahu jika pernikahannya ini pasti akan terdengar oleh keluarga mantan istrinya. Dan sudah di pastikan jika Hildan harus menjelaskan semuanya pada mereka yang sudah terlanjur mendengar janji Hildan yang tidak akan menikahi lagi selain dengan Zaina.
Mereka pun melanjutkan dengan membahas pekerjaan. Meski pikiran Hildan sedang bingung, memikirkan bagaimana cara dia bisa menjelskan pada Erina nanti tentang pernikahannya yang telah terjadi.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Mia Sukatmiati
kenapa harus marah ,kan km cuma butuh baby sitter gratisan buat anakmu,,Pengusaha mental preman,,mental pengemis ,gak sanggup bayar babysitter,,kasar pula,haduhhh,,kasihan sekali Jenny dan bodoh juga sich jika bertahan dengan kondisi kdrt
2023-10-02
0
lovely
bacanya bikin emosii ko ada cewek yg mau di siksa masih bahagia diam² aja ga bertindak🥴
2023-05-05
1
Yoo anna 💞
mending selingkuh dari pada sama laki-laki sinting dan kasar kek kamu!
2023-04-09
1