Kamar mandi

Malam itu Garda benar benar melarang Vina keluar dari kamarnya, hingga akhirnya Vina begitu mengantuk dan tertidur di sofa. Sementara di balik pintu kamar Garda, masih ada Didi yang senantiasa menunggu Vina hingga keluar dari kamar majikannya.

Kekhawatiran Didi semakin memuncak ketika waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam dan Vina tak kunjung keluar kamar juga. Namun, di tengah tengah kecemasannya, Didi mulia berpikir jika mungkin Vina memang menikmati hukuman itu. Sejak dia berasumsi seperti itu, Didi kemudian beranjak dari tempatnya menunggu lalu masuk ke kamarnya.

Keesokkan paginya Vina bangun lebih awal dan dia merasa ingin buang air kecil. Tetapi, ketika dia ingat bahwa dirinya tengah berada di kamar majikannya, dia urungkan niat tersebut karena dia takut jika memakai toilet secara sembarangan akan membuat majikannya marah.

Berusaha menahan buang air kecil selama hampir sepuluh menit membuat Vina merasa benar benar tidak nyaman. Dia ingin meminta izin kepada Garda, tetapi dia lihat majikannya tersebut masih tertidur pulas.

"Duh, gimana nih? Kalau aku keluar dari kamar, nanti dia marah apa nggak ya? Tapi aku kebelet banget..." ucap Vina sembari duduk tak nyaman menahan pipis.

Dan setelah berulang kali berpikir, Vina akhirnya nekat keluar dari kamar itu tanpa seizin Garda. Namun, sayangnya pintu itu terkunci dan kuncinya tidak ada di pintu itu.

"Ya Tuhan, dimana kuncinya?" gerutu Vina dengan lirih.

Setelah gagal keluar dari kamar, kini tujuan Vina adalah ke kamar mandi. Dia sudah tidak tahan lagi jika harus menunggu majikannya bangun lalu meminta izin. Hingga akhirnya dia mengambil keputusan sendiri untuk masuk ke kamar mandi pribadi milik majikannya.

"Bodoh amat lah, yang penting sekarang aku bisa buang air kecil. " Gumam Vina seraya masuk ke ruangan berukuran tiga kali lima meter tersebut.

Namun sayang, keberuntungan sepertinya tidak berpihak kepada Vina, karena tepat di saat dirinya berada di dalam kamar mandi, mendadak majikannya bangun dan ingin ke kamar mandi juga.

Merasa sedang berada di kawasan kekuasaannya, Garda tidak memperdulikan pintu kamar mandi yang tengah tertutup yang menandakan bahwa ada orang di dalamnya. Karena memang sebelumnya tidak pernah ada orang lain yang masuk ke kamar mandi itu selain Garda sendiri.

Ceklek, ceklek, ceklek

Setelah berulang ulang memutar gagang pintu kamar mandi tetapi pintu tersebut tak kunjung terbuka, tentu saja Garda merasa geram. Namun, rasa geramnya saat itu hanya tertuju pada pintu, tanpa dia duga jika ada Vina di dalamnya.

Jika Garda saat itu merasa geram berada di luar kamar mandi, lain halnya dengan yang sedang berada di dalam kamar mandi tersebut.

"Ya Tuhan, dia bangun. Bagaimana ini? Mana nampak marah marah lagi tuh orang? Duuhh, gimana dong? " Gumam Vina dengan wajah yang begitu panik. Sementara Garda yang sedang berada di balik pintu itu tak henti hentinya memaksa agar pintu tersebut segera terbuka karena dirinya juga sedang ingin buang air kecil, tapi dia masih belum sadar jika saat itu Vina menghilang dari

hadapannya.

Melihat pintu yang nampak terus di paksa untuk di buka, Vina pun akhirnya memberanikan diri untuk berteriak.

"Maaf Tuan, saya di dalam. "

Glek!

Mendadak kedua mata Garda membola mendengar teriakan itu. Kini otaknya mulai mengingat bahwa semalam dia mengunci Vina di kamarnya karena sedang dia hukum.

"Oh My God, ngapain dia lancang sekali memakai kamar mandiku? " Kali ini rasa geram Garda tidak lagi tertuju pada pintu, melainkan beralih kepada Vina.

"Cepat keluar!" Teriak Garda sembari menggedor gedor pintu kamar mandi tersebut. Dan beberapa detik kemudian, pintu itu telah terbuka karena Vina lekas keluar dari kamar mandi itu.

"Siapa yang menyuruhmu memakai kamar mandi ini? " Bentak Garda dengan wajah yang menyeramkan.

"Ma-maaf Tu-tuan. Saya sudah tidak tahan ingin buang air kecil. Awalnya saya ingin pergi ke kamar mandi belakang, tetapi ketika hendak keluar dari kamar, pintunya terkunci dan kuncinya tidak ada. Jadi, terpaksa saya memakai kamar mandi Tuan tanpa izin, sebab tadi Tuan masih tidur pulas. Sekali lagi saya minta maaf Tuan... " Ungkap Vina seraya menundukkan kepala dengan mata terpejam karena tadi sempat dia lihat bahwa wajah majikannya begitu menyeramkan.

Merasa sudah cukup meminta maaf dan menjelaskan semuanya, Vina tidak mendengar majikannya balas membentaknya. Dan hal itu membuat Vina perlahan mengangkat kepalanya untuk melihat reaksi sang majikan. Namun, sungguh di sayangkan, lagi lagi untuk ke sekian kalinya Garda mengacuhkan begitu saja ketika Vina sedang menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar.

"Astaga... Orang itu benar benar menyebalkan! " Lirih Vina sembari menarik nafas dalam lalu menghembuskannya dengan pelan guna membuat dirinya semakin tenang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!