Hukuman

Saat perempuan asing itu sedang makan, Garda duduk agak jauh darinya tetapi tidak berniat meninggalkannya. Lagi lagi hal itu dia lakukan bukan karena perhatian, melainkan karena pikiran negatif yang memenuhi pikirannya tentang perempuan itu.

Ketika makanan perempuan itu sudah hampir habis, Garda mulai mengeluarkan suara.

"Cepat habiskan makanan kamu dan tinggalkan rumah ini. Ini aku beri kamu ongkos kalau kamu tidak punya uang." titah Garda sembari mengeluarkan lembaran uang ratusan ribu dengan total dua juta.

Bukannya senang, perempuan itu justru merasa tersinggung.

"Apa maksud anda Tuan? Anda pikir saya kesini untuk mengemis? Orang tua saya masih cukup mampu untuk memberi fasilitas untuk saya. Anda benar benar tidak sopan, bahkan kepada perempuan yang sedang merintih kesakitan pun Anda tidak punya rasa simpati." sahut perempuan itu dengan wajah yang geram.

"Lalu simpati seperti apa yang harus saya tunjukkan? Bukankah saya sudah memberi kamu makan ketika kamu bilang sedang lapar? " tanya Garda dengan enteng.

"Nama, untuk hal sekecil itu bahkan Anda tidak bertanya padaku." jawab perempuan itu.

"Nama? Apa pentingnya untukku? Jadi kamu datang kesini hanya untuk berkenalan denganku? Kalaupun ingin bertanya, yang ingin aku tanyakan bagaimana kamu bisa datang ke rumahku? Sudah baik aku tidak meneriaki kamu itu maling. "

Seketika jawaban itu benar benar membuat perempuan itu geram, tetapi dia berusaha menahan rasa kesalnya dengan kembali mencoba menarik perhatian Garda.

"Aduh, perutku terasa sakit lagi. Bolehkah aku sejenak beristirahat? " tanya perempuan itu dengan merintih.

"Uang ini cukup kamu pakai untuk beristirahat di rumah sakit. Jika kurang, biar aku tambah. Asal kamu tidak sampai istirahat di rumah ini, karena hal itu akan sangat menggangguku! "

Jawaban dari Garda kali ini benar benar membuat perempuan itu tidak mampu menahan amarah. Dia pun lekas bangkit dengan kasar lalu pergi meninggalkan Garda dengan melontarkan kalimat kasar sebelumnya.

"Dasar laki laki tidak berperasaan! Sepertinya kamu itu memang mengalami kelainan! " cecar perempuan itu kepada Garda, karena dia pikir hanya pria kelainan saja yang tidak tertarik pada dirinya. Padahal saat itu dia berpenampilan sangat maksimal guna menarik perhatian Garda.

Garda tidak menggubris ucapan perempuan itu, dia justru mengantarnya hingga keluar dari rumahnya lalu mengunci pintu rumahnya rapat rapat.

"Astaga, saya benar benar pasrah menghadapi Garda. " tukas Dara yang rupanya tengah memantau aksi Garda dan perempuan itu lewat CCTV yang sengaja di pasang dengan kontrol jarak jauh.

"Sepertinya usaha kita gagal lagi, kalian lebih baik cepat pulang saja daripada nanti Garda akan semakin marah. Tapi sebelumnya saya ucapkan terimakasih karena kalian mau membantu usaha ini dan saya minta maaf jika nanti Garda akan memarahi kalian. Terutama kamu Vina." tukas Dara sebelum menyuruh Vina dan Didi untuk pulang.

"Tidak apa apa Nyonya. Kami senang jika bisa membantu. Iya kan Mas? " tanya Vina kepada Didi, lalu Didi pun membenarkannya.

Usai bercakap singkat dengan Dara, mereka segera pergi meninggalkan rumah Ibu majikannya tersebut. Dan benar saja, kedatangan mereka sudah di sambut Gaston dengan wajah garang.

"Dari mana kalian? " tanya Garda dengan tegas setelah Didi dan Vina masuk ke dalam rumah.

"Dari rumah Nyonya Dara Tuan. Beliau meminta bantuan kami secara dadakan." Didi berusaha menjelaskan kembali alasannya.

"Bagaimana perempuan itu bisa ada di rumah ini?" tanya Garda dengan ekspresi yang menyeramkan.

Mendengar pertanyaan itu membuat Didi dan Vina sempat saling beradu pandang.

"Cepat jawab! " bentak Garda yang menggema ke seluruh ruangan.

"Emmm, itu Tuan. Tadi saya hanya ingin menolongnya." jawab Vina dengan bibir gemetar.

"Menolong? Kamu pikir rumah ini panti asuhan, bisa main keluar masukin orang sesuka kamu! "

Bentakan dari Garda kali itu benar benar membuat tubuh Vina bergetar.

"Didi, pergilah! Saya masih ingin memberi hukuman pada perempuan ini! " tukas Garda tanpa melepaskan tatapannya kepada Vina.

Didi tidak mampu berbuat banyak meski sebenarnya tidak tega meninggalkan Vina sendirian. Dia pun akhirnya berlalu dari hadapan majikannya agar tidak membuat masalah.

"Ikut aku! " titah Garda sembari melangkah menuju kamarnya.

Didi yang menyaksikan dari kejauhan merasa begitu was was ketika Vina mulai mengikuti majikannya untuk masuk ke kamar.

"Apa yang akan di lakukan oleh Tuan Garda? " karena merasa cemas, Didi pun akhirnya mendekat ke arah pintu agar dia bisa memberi pertolongan jika sewaktu waktu Vina berteriak meminta bantuan.

Setelah berdiri selama sepuluh menit, Didi mendengar suara teriakan.

"Tidak! Jangan! " suara itu jelas sekali terdengar di telinga Didi dan berasal dari suara Vina.

"Astaga, apa yang di lakukan oleh Tuan Garda pada Vina? " lirih Didi dengan penuh kecemasan. Kini bayangan buruk telah memenuhi pikirannya tentang apa yang di lakukan majikannya itu kepada Vina.

Ingin rasanya dia gedor pintu itu, tetapi mendadak dia teringat bahwa itu akan mengancam pekerjaannya. Jika dia sampai di pecat, bukan hanya pekerjaannya yang hilang, tetapi dia lebih memikirkan Vina yang akan tinggal sendiri menemani majikannya yang tak berperasaan. Dalam kondisi seperti itu, Didi memilih untuk diam dan menanti hingga Vina keluar dari kamar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!