Sandiwara

Vina tidak bisa melawan titah sang majikan, sehingga dia pun akhirnya berjalan mengekor di belakang Garda untuk kembali masuk ke dalam kamar.

Ceklek,

Pintu kembali tertutup dan kini Vina kembali di tawan oleh Garda. Berbagai pertanyaan kembali muncul di benaknya untuk menerka nerka rencana apa lagi yang akan di buat oleh majikannya.

"Kenapa?" tanya Garda kepada Vina yang terlihat duduk dengan cemas.

"Kenapa apanya Tuan?" Vina bertanya balik

"Jangan kePEDEan, semua yang aku katakan kepada Mommy tadi semata mata hanya untuk membuat Mommy berhenti menjodohkan aku!" ujar Garda dengan angkuh.

"Huffttt, syukurlah." sahut Vina sembari menghembuskan nafas lega.

"Apa? Kamu bersyukur? Dasar nggak tau diri!" mendadak Robert mengucapkan kalimat yang membuat kening Vina berkerut.

"Nggak tau diri? Maksudnya?" tanya Vina dengan heran.

"Harusnya kamu itu senang kalau misal beneran ada majikan yang mau nikahin kamu!" Seketika Vina terkejut mendengar pernyataan itu.

"Seneng? Seneng dari mana? Ya kali, kalau majikannya ganteng dan baik hati. Lah ini, ganteng sih iya, tapi baik hati kagak!" gumam Vina dalam hati.

"Kenapa diam? Baru nyadar? Nyesel udah terlanjur bersyukur? Nggak usah muna deh!" ucapan Garda semakin terdengar menjengkelkan di telinga Vina.

"Ya Tuhan, kenapa ada makhluk seperti ini di dunia ini? Pantas saja dia jadi bujang lapuk tak punya istri." tak henti hentinya Vina mengutuk majikannya itu. Dia hanya memilih diam tak bersuara dari pada suaranya akan membuat majikannya makin banyak suara.

Usai sekilas bercakap cakap dengan Vina, terdengar ponsel Garda berdering dan panggilan itu datang dari asistennya.

"Baiklah, kirim saja ke email. Nanti biar saya cek." jawab Garda kemudian lekas menutup panggilannya.

Usai menaruh ponselnya di atas nakas, Garda meraih laptop dan mulai bergelut di hadapannya untuk memantau tugas tugas di kantor yang hari itu dia tinggalkan demi sandiwaranya dengan Vina.

Setelah menemani majikannya selama dua jam menghadap laptop tanpa kegiatan dan tanpa suara, Vina merasa begitu jenuh. Dia pun akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.

"Tuan, apa boleh saya..."

"Tidak boleh!"

Tanpa mendengarkan apa permintaan Vina, Garda lekas memotong ucapannya dengan pandangan mata yang tetap tertuju pada layar laptop. Tentu saja ucapan itu begitu membuat Vina kesal.

"Ke kamar mandi dan tidur. Itu saja yang boleh kamu lakukan saat ini hingga aku memberi kamu izin untuk keluar!" Tanpa di minta, Garda kembali bersuara karena dia bisa tau jika Vina begitu kesal padanya.

"Tidur?" lirih Vina yang masih tertangkap di gendang telinga Garda.

"Ya, jika kamu bosan, tidurlah!" tukas Garda sekali lagi dengan nada datar.

Vina menggaruk pelan kepalanya dengan satu jari

mendengar tiap ucapan demi ucapan yang di ucapkan oleh majikannya yang selalu membuatnya merasa heran.

"Jangan heran, tidur saja sana." rupanya Garda masih mampu menembus isi kepala Vina yang nampak ragu dengan perintah itu.

Karena benar benar merasa jenuh hanya duduk berdiam diri saja, rasa kantuk pun akhirnya mulai melanda mata Vina hingga tanpa sadar membuatnya terlelap. Ketika Vina benar benar tertidur pulas, Garda melirik sekilas ke arah Vina lalu tersenyum masam.

"Dasar gadis bodoh yang bawel!" tukas Garda sembari menatap sekilas ke arah Vina yang sedang tertidur pulas.

Di lain tempat, Dara sedang berbicara serius dengan suaminya.

"Apa? Tidak mungkin Garda dan Vina melakukan hal itu." sahut Gaston ketika mendengar berita yang di sampaikan oleh istrinya.

"Apanya yang tidak mungkin? Jelas jelas Vina semalaman di kurung Garda, dan ketika keluar dari kamar, Vina hanya mengenakan handuk kimono dengan rambut yang basah. Sementara Garda hanya memakai boxer." Dara kembali memperjelas kejadian yang baru saja dia saksikan.

Gaston masih terdiam sembari mengerutkan kening mendengar ucapan istrinya, hingga kemudian Dara kembali lagi bersuara.

"Dan satu hal lagi yang pasti bikin kamu kaget mendengarnya, karena tadi aku dengar Garda berbicara sangat lembut kepada Vina dengan panggilan sayang. Bahkan meminta untuk di halalkan."

Gaston semakin tercengang mendengar penjelasan dari Dara, tetapi otaknya mencoba berputar ke masa lalu, hingga akhirnya dia menerka sesuatu.

"Sepertinya itu hanya sandiwara." tukas Gaston dengan ambigu.

" Sandiwara? Maksudnya?" Dara belum bisa menelan kata kata yang di ucapkan oleh suaminya.

Terpopuler

Comments

tusmiyati yati

tusmiyati yati

satu server bapak dan anak,makanya langsung ngrti

2023-08-09

1

Patrish

Patrish

iya pak Gaston... tahu bener... kan satu server sama Garda... pasti sepemikiran lah

2023-08-03

2

Patrish

Patrish

lhah... tibatiba muncul Robert... bukannya Robert di sebelah rumah... 😲

2023-08-03

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!