Makanan

Hingga hari telah berganti, Didi belum juga mendapati pintu kamar majikannya terbuka. Rasa cemas yang kemaren dia rasakan, kini berubah menjadi rasa cemburu karena sepertinya Vina mulai nyaman berada di kamar itu.

Ceklek,

Pintu kamar Garda perlahan terbuka dan hal itu menarik perhatian Didi untuk melihatnya. Dan setelah dia dapati rupanya Garda yang keluar dari kamar itu, Didi pun lekas mendekat lalu menyapanya.

"Selamat pagi Tuan, " Sapa Didi dengan sopan.

"Pagi.. Hari ini aku ada tugas untuk kamu. " Ucap Garda ketika masih berdiri di depan pintu.

"Tugas apa Tuan? " Tanya Didi.

"Tolong kamu kerjakan semua pekerjaan yang biasanya di kerjakan oleh Vina, karena dalam waktu waktu ini dia masih aku kurung. "

Degh!

Jantung Didi mendadak bergetar dengan kedua mata yang membola. Pikirannya mulai melayang tidak karuan membayangkan apa yang sudah di lakukan majikannya itu kepada Vina, apalagi Garda keluar dengan rambut yang basah.

"Apa kamu tidak mendengar ku? " Garda kembali bertanya setelah dia lihat reaksi Didi yang mendadak mematung.

"Ii-iiya Tuan. Saya dengar. " Jawab Didi dengan terbata bata.

"Ya sudah, habis ini akan ada kurir datang membawa makanan karena Vina tidak memasak. Kalau sudah tiba, kamu kasih tahu saya. " Sekali lagi titah dari Garda membuat Didi tercengang.

" Astaga... Apa yang terjadi dengan Vina sampai dia tidak bisa memasak? " Gumam Didi dalam hati ketika majikannya kembali masuk ke dalam kamar. Prasangka buruknya semakin berkelana memikirkan perilaku majikannya, padahal di dalam kamar itu, Vina dan majikannya tidak melakukan apa apa.

Ketika Garda kembali masuk ke dalam kamarnya, Vina bertanya sesuatu.

"Hari ini Tuan tidak bekerja? "

"Tidak." Jawab Garda dengan singkat.

"Ke-na-pa Tuan? " Tanya Vina dengan ragu.

"Menunggu Mommy datang kemari. "

Seketika Vina membuka kedua kelopak matanya lebar lebar memikirkan ucapan majikannya yang selalu membuatnya berdebar debar.

"Me-nunggu Nyonya Dara? Untuk apa Tuan? " Vina kembali mengutarakan isi kepalanya.

"Kamu lihat saja nanti! " Satu jawaban yang semakin membuat Vina tidak karuan. Otaknya mulai tidak bisa berpikir positif dan kecemasannya kini memuncak memikirkan rencana apa yang ada di benak majikannya tersebut.

Lima belas menit kemudian, pintu kamar Garda di ketuk dan hal itu sontak membuat Vina terkejut.

"Siapa itu? Jangan jangan Nyonya Dara?" Tanya Vina dalam hati.

Garda melangkah ke arah pintu itu dengan gontai, lalu setelah pintu terbuka, nampak Garda dengan berbicara pada seseorang yang ternyata adalah Didi.

"Ini makanannya Tuan. " Ucap Didi sembari memberikan kantong plastik berwarna putih yang berisikan makanan.

"Kamu ambil satu buat kamu, dan tolong ambilkan dua sendok dan air minum dingin. " Tukas Garda kepada Didi.

Didi pun lekas melaksanakan perintah majikannya tersebut tanpa banyak bertanya, meskipun sebenarnya otaknya di penuhi dengan banyak pertanyaan.

Setelah menunggu selama dua menit, Garda kembali menutup pintu dengan membawa makanan serta minuman.

"Makanlah! " Titah Garda dengan nada dingin.

Vina masih nampak ragu untuk menyantap makanan tersebut. Dia takut jika di dalam makanan itu sengaja di beri sesuatu yang membuat dirinya hilang kesadaran.

"Saya tidak lapar Tuan. " Jawab Vina.

"Makan sendiri atau aku paksa! "

Lagi lagi Vina tidak punya banyak pilihan, dari pada di paksa untuk makan dengan cara yang pasti tidak nyaman, tentu Vina lebih memilih makan sendiri.

Meski dengan hati yang amat ragu, sesuap demi sesuap makanan itu mulai Vina telan. Bahkan hingga makanan itu telah habis, dia tidak merasakan hal yang aneh pada dirinya.

"Sepertinya aku baik baik saja! Syukurlah makanan ini ternyata aman!" gumam Vina dalam hati.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***