Kesedihan Keluarga

Sekitar 30 menit Humaira dalam penanganan tim medis namun belum ada dokter maupun perawat yang keluar dari ruang perawatan. Jam menunjukkan pukul 6 pagi, Bu ustadzah berinisiatif untuk membeli sarapan. Setelah kepergian Bu ustadzah, Ummi Hasanah membiarkan air mata mengalir di pipinya karena sejak tadi ia menahan tangisan.

"sabarlah ummi, Humaira anak yang kuat ia akan baik-baik saja." ucap Bu ustadzah

"iya ustadzah maaf saya kalut dan pikiran tidak fokus"

"saya paham apa yang ummi rasakan. Mari kita sarapan dulu, ummi harus jaga kesehatan. Jika ummi ikut sakit Humaira dan anak-anak yang lain pasti sedih"

"iya ustadzah".

merek berdua pun segera sarapan dengan makanan yang dibeli oleh Bu ustadzah. Setelah sarapan, keluarlah seorang suster dari ruang perawatan.

"bagaimana keadaan anak saya suster?" tanya Ummi Hasanah

"alhamdulilah Humaira anak kuat, ia sudah melewati masa kritisnya namun hingga saat ini ia belum sadar. Oiya Bu sejak tadi ia bergumam menyebut nama Abang Farhan. Apakah bisa di panggil kan orang itu agar bisa memotivasi Humaira untuk lekas membaik" ucap suster

"baik suster, nanti saya telpon kan rumah agar Farhan bisa segera ke rumah sakit".

"astaghfirullahal'adzim "

"kenapa ummi, apakah ada yang salah?"

"tidak ustadzah tapi saya lupa membawa hp, karena panik tadi jadi tidak kepikiran yang lain"

"pakai hp saya saja ummi. Saya pun menyimpan no Bu Fatimah"

"terimakasih ustadzah "

Ummi Hasanah segera menelpon Bu Fatimah namun beberapa kali telpon belum diangkat, setelah menunggu hampir 20 menit telpon pun diangkat

"assalamualaikum Ustadzah, ada apa menelpon? Apakah ada keperluan yang harus dibawa ke rumah sakit?" tanya Bu Fatimah

"wa'alaikumsalam ini ummi Fatimah, apakah kamu bisa antarkan baju-baju Humaira karena ia harus rawat inap dan kondisinya sangat drop. Beberapa kali ia bergumam memanggil saudaranya Farhan. Apakah kamu bisa membawanya bersamamu?"

"baik ummi nanti saya bersama dengan Farhan akan ke rumah sakit. Tapi saya masih masak. Nanti selesai beberes panti segera ke rumah sakit.

"iya kami tunggu".

Bu Fatimah memanggil Burhan salah seorang anak asuh di panti tersebut, ia sudah berusia 22 tahun. Ia memutuskan untuk tetap tinggal di panti asuhan walau sudah memiliki pekerjaan tetap. Karena ia mempunyai utang Budi kepada para pengurus juga anak-anak di sana. Sejak kecil ia tidak mengenal kedua orang tuanya bahkan darimana ia berasal. Untung saat itu ia ditemukan oleh Ummi Hasanah dan dibawa serta di rawat di panti asuhan.

"Burhan"

"iya Bu,"

"tolong kamu panggilkan Farhan saudara kembar Humaira dan minta ia menyiapkan beberapa baju Humaira untuk dibawa ke rumah sakit.

" siapa yang sakit Bu? Lalu dimana Humaira?"

"semalam Humaira sakit dan dibawa ke rumah sakit, ia diminta untuk menjalani rawat inap. Semalam ummi Hasanah di antar ustadz Ibrahim dan ustadzah Husna yang mengantarkan."

"astaghfirullahal'adzim, kasihan Humaira. Apakah nanti saya boleh ikut ke rumah sakit Bu?"

"apakah kamu tidak bekerja hari ini?" tanya Bu Fatimah

"hari ini jadwal saya libur Bu." Burhan bekerja sebagai seorang satpam disebuah perusahaan BUMN. Setiap selesai melaksanakan 2 kali sift malam seorang satpam mendapat jatah libur sehari.

"baiklah jika demikian, nanti kita bisa gantian menjaga Humaira sedangkan ummi dapat pulang dahulu istirahat di rumah. Ya sudah cepat kamu panggilkan Farhan."

"iya Bu"

Burhan segera menghampiri Farhan yang sedang mendapat piket untuk mengepel lantai pagi itu. Setelah mendengarkan pesan yang disampaikan oleh Bu Fatimah ia segera bergegas bersiap-siap ke rumah sakit. Tak lupa pula ia menyiapkan baju-baju Humaira.

Bu Fatimah, Burhan dan Farhan telah siap berangkat menuju rumah sakit. Mereka menaiki angkot yang masih sering dijumpai di daerah itu. Selain harga yang ekonomis juga menghemat waktu perjalanan.

45 menit kemudian mereka bertiga segera menuju kamar perawatan Humaira. Terlihat Ummi sedang menunggu mereka di bangku penunggu pasien di depan ruangan.

"assalamualaikum Ummi," ucap mereka seraya mencium takzim tangan ummi Hasanah

"wa'alaikumsalam, kalian bertiga sudah datang. Silahkan masuk dulu, Humaira belum bangun."

"ummi terlihat pucat apakah ummi sakit?" tanya Burhan

"ummi tidak apa-apa Burhan hanya saja sejak semalam belum tidur. Jadi badan agak lemas."

"ummi sudah sarapan? Ini saya bawakan nasi dan lauk ummi." ujar Bu Fatimah menawarkan makanan.

"ummi sudah sarapan nak, tadi Ustadzah yang membelikan."

"ummi, apa saya boleh melihat Humaira, sejak semalam pikiran saya tidak tenang"

"temuilah ia nak, ajaklah ia berbicara dan jangan lupa lantunkan ayat suci Al-Quran. beberapa kali ia menggumamkan namamu. Mungkin karena ikatan batin kalian sebagai saudara kembar yang sangat kuat jadi Humaira membutuhkan kehadiran mu di sisinya."

"iya Ummi "

Farhan segera memasuki ruangan perawatan Humaira. Terlihat wajah pucat dan kuyu Humaira, oksigen masih terpasang di mulut juga hidungnya. Tanpa disadari air mata Farhan mengalir melihat kondisi kembarannya itu. betapa perih hatinya melihat Humaira terbaring tanpa daya menanggung sakit.

"dek, ini Abang,, buka matamu dek. Kata Ummi adek terus memanggil nama Abang. Kenapa sekarang Abang disini adek terus tidur. Apa adek tidak sayang Abang? kenapa adek harus sakit? Apakah karena Abang akan di adopsi menjadikan adek sakit. Bangun dek jangan sakit, Abang tidak mau menjadi anak asuh dek. Abang tidak bisa jauh dari adek" ujar Farhan sambil menangis

Ummi Hasanah, Bu Fatimah dan Burhan yang mendengarkan apa yang di ucapkan Farhan ikut berderai air mata.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!