Hay bebebkuuu semuanya..
Aku mohon bantuannya ya, tolong vote dan komen di setiap chapter ceritaku karena itu semua yang membangkitkan semangat ku. Aku selalu suka komen apapun dari kalian, terutama komen yang berhubungan sama isi ceritanya. Terimakasih untuk yang sudah rate, favorit, vote apalagi komen.
JANGAN LUPA BACA CERITA AKU YANG LAIN :
• FRIENDSHUT
• PAST AND FUTURE
• JUST MARRIED
PS: DISARANKAN SAAT MEMBACA GUNAKAN LATAR HITAM :)
......................
...----------------...
Dia sudah sampai di salah satu kedai bakso yang tak begitu besar, namun bisa menampung pengunjung yang lumayan banyak. Kedai bakso yang pemiliknya kini sudah berumur itu, menjadi salah satu bakso primadona di Kota ini. Tak ayal, meskipun tempatnya tak terlalu besar. Namun, orang-orang berbondong-bondong datang kesini. Entah itu menunggu atau memilih dibungkus.
“Mas, masih tempat duduk lagi gak di dalam?”
Seharusnya, tanpa bertanya pun dia sudah tahu. Terbukti dari suara riuh pengunjung kedai ini serta para pelayannya yang tak henti-hentinya mondar-mandir mengantarkan pesanan.
“Enggak ada mbak, didalam penuh semua. Kalau Mbak nya mau makan disini, tunggu aja, nanti gantian sama yang lain.” Jawab Mas karyawan disini sambil berlalu dari hadapan Tiffany dan kembali mengantarkan pesanan pelanggan yang lain.
Dia mengangguk-angguk, hingga suara notifikasi dari ponselnya mengurungkan niatnya untuk pergi. Alhasil, sekarang dia menarik kursi plastik yang disediakan disini dan duduk disana. Matanya menatap kendaraan yang berseliweran, karena kebetulan lokasi kedai ini berada di tengah kota di pinggir jalan dan dekat dengan kawasan perdagangan.
Dia mengehentikan matanya pada penjual gorengan yang berada di depan kedai bakso ini. Dia beranjak, pergi menuju penjual gorengan itu hanya untuk membeli goreng tempe tepung yang sangat cocok dimakan dengan kuah bakso yang panas dan pedas. Setelah itu, dia kembali duduk di tempat nya semula. .
Dia menengok kedalam kedai, ingin memastikan apakah pengunjungnya masih banyak atau tidak. Dia menghela napas pelan, mengambil goreng tempe tepung dari dalam wadah kertas di tangannya dan memakannya. “Terpaksa deh, gue harus nunggu disini. Lagian, ayah tumben banget sih. Tck, pasti ada Tante Windi di rumah. Malas.” Keluh Tiffany.
Sambil menunggu, dia menikmati gorengannya sambil men-scroll beberapa postingan di Instagram. Dia tersenyum tipis saat menemukan postingan dari teman-teman satu angkatannya dulu saat sekolah, mereka berpose layaknya para model dan selebgram. Dan entah kenapa, dia merasa lucu. Aneh, tidak?
“Bang, saya pesen dua.”
Dia kenal dengan suara itu, sehingga membuat dia mendongak hanya untuk memastikan. Dan dugaannya benar, orang yang baru saja bersitatap dengannya adalah orang yang baru saja di tebak oleh otaknya. Orang itu adalah Delfano. Dia mematikan layar ponselnya, kembali menatap Delfano.
“Ngapain Lo disini?” Tanya Tiffany, dia mengendikan bahunya sambil menumpu kaki kanannya diatas kaki kiri.
Delfano melipat tangan di depan dada. Hanya menatap sekilas Tiffany dan kembali fokus pada penjual bakso yang kini tengah meracik mie bakso pesanannya.
Sedangkan, dia kini mendengus. “Songong.” Ejek Tiffany pelan yang meskipun masih terdengar Delfano, hanya saja di acuhkan.
Dia mengerutkan keningnya, segera beranjak dengan cepat sambil memasukkan ponsel ke saku celana jeans-nya. “Loh, kok dia duluan sih Mas? Kan saya yang daritadi disini.” Protes Tiffany, dia tak terima saat Delfano yang notabennya baru datang tiba-tiba sudah dilayani. “Lagian, dia baru datang. Gak tunggu dulu.” Lanjutnya.
“Maksudnya, mbak?”
“Katanya harus tunggu disini, sampe ada yang udah selesai baru bisa pesan. Tapi, kenapa dia yang baru datang bisa langsung?” Tanya Tiffany kesal, dia menunjuk Delfano yang diam di sampingnya.
Karyawan itu terkekeh. “Mbak, yang tunggu itu kalau mbaknya mau makan disini. Kalau mau di bungkus, mbaknya bisa langsung pesen aja.” Jelas karyawan itu yang membuat Tiffany terdiam.
Dia terdiam sambil mencerna ucapan karyawan tersebut. Benar juga ya? Toh, dia tak akan makan disini. Tapi, kenapa dia harus rela berlama-lama menunggu? Kenapa coba?
Dia langsung menatap Delfano saat suara kekehan yang terdengar mengejek itu masuk ke telinganya. Bibirnya sudah mencebik sekarang dengan kening yang mengerut karena kesal. “Apa?” Tanya Tiffany kesal sambil memutar bola matanya jengah.
“Maka nya, punya otak di pake.” Bsikk Delfano tepat di telinganya.
Dia menatap kesal Delfano yang kini melenggang pergi begitu saja. “Songong dasar!” Teriak Tiffany sambil berdecak pinggang.
Dia terdiam sambil perlahan menutup wajahnya saat melihat orang-orang yang kini menatapnya. Dia berdehem, menetralkan perasaannya sambil sedikit mendongakkan wajah acuhnya.
“Mas, 3 bungkus ya.”
Malu banget.
......................
...----------------...
Dia langsung menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang, menatap sebentar langit-langit kamarnya. Pikirannya masih tertuju pada Delfano, entah kenapa lelaki itu sukses menyita pikirannya semenjak mereka bertemu.
“Dih, najis banget sih mukanya. Nyebelin!”
Drttt...
Dia segera meronggoh sakunya saat ponselnya terasa bergetar disana. Keningnya mengerut melihat nomor asing yang masuk ke ponselnya. Biasanya sih, dia akan berpikir berjuta-juta kali untuk mengangkat panggilan dari nomor tak di kenal. Namun, entah kenapa hari ini berbeda. Dan tanpa pikir panjang, dia langsung menggeser tombol hijau di layar ponselnya, menempelkan benda pipih itu ke telinganya.
“Hallo?”
“Hiks ... Hiks ...”
Kerutan di keningnya semakin dalam saat mendengar suara isakan yang berasal dari panggilan yang tengah berlangsung ini. Dia menatap layar ponselnya, mencoba memastikan. Benar, masih panggilan yang sama dan orang yang sama pula. Dia yakin, sangat yakin siapa orang yang menelponnya. Dari suara nya saja, dia sudah tau.
“Jani, Lo kenapa?” Tanya Tiffany bingung, dia beranjak duduk. “Si Anton gak ngapa-ngapain Lo kan?” Cecar Tiffany, dia menunggu jawaban dari orang yang sedang terisak diseberang sana.
Anjani Siti Nasution, sahabatnya. Mereka bertiga—Tiffany, Yolanda dan Anjani bersahabat sejak duduk di bangku SMP. Kebetulan mereka juga satu ekstrakurikuler di sekolah. Tapi sayang, saat SMA mereka harus berpisah. Anjani memilih masuk ke sekolah yang sudah di tentukan ayahnya. Dan sangat disayangkan lagi, di usianya yang baru saja 19 tahun. Dia harus di nikahkan oleh ayahnya dengan Antonio Conte Gabiee. Entahlah siapa lelaki itu.
Tiffany menghela napas pelan. "Ngomong dong! Gue gak tau Lo kenapa!" Tukas Tiffany kesal. "Lo cuma nangis aja gak akan nyelesain apapun. Ngomong!"
Hiks..hiks..
"Kak Anton jahat banget Fan, dia diam-diam masih inget cewek yang dia suka. Padahal, kemarin dia bilang dia mau coba buka hatinya buat gue. Tapi apa? Dia bohong, Fan!"
Sudah di tebak. Pasti ini berhubungan dengan Anton—suami Anjani. Dia yakin, sejak Anjani jatuh cinta dengan lelaki itu. Maka sejak saat itu pula perempuan itu merasakan sakit hati. Mudah sekali untuk Anjani jatuh hati, padahal mereka menikah karena di jodohkan.
Tiffany menghela napas kasar. "Gue kasih pelajaran aja deh tuh cowok, songong banget sih!"
"Jangan.." Cegah Anjani, dia terisak pelan kembali. "Terus gue harus ngapain? Gue sakit hati banget."
"Lo omongin lagi deh sama tuh cowok. Maunya gimana. Dia tuh udah nikah sama Lo, masa iya masih mikirin cewek lain. Songong amat."
Tiffany berjalan kearah balkon kamarnya, menumpu tangan disana masih sambil menelepon dengan Anjani di seberang sana. Dia menatap lurus kedepan.
"Lagian, siapa sih ceweknya? Biar gue kasih pelajaran deh tuh cewek! Ganggu rumah tangga orang aja!" Marah Tiffany, wajahnya memerah karena marah.
Dia tak rela dong. Sebagai sahabat mana mungkin dia rela saat sahabatnya disakiti. Apalagi yang nyakitin nya tuh bukan lagi seorang pacar, tapi suami. Bayangin, SU-A-MI. Dan alasannya tuh lagi-lagi harus karena perempuan. Ada apa sih sama perempuan sekarang? Aneh-aneh.
"Gue juga gak tau, Fan. Yang gue tau cuma namanya. Gue gak tau orangnya kayak gimana, bahkan gue gak tau dimana tuh cewek sekarang."
Tiffany menghela napas pelan, dia memutar tubuhnya dan bersender pada balkon pembatas. Sebelah tangannya di lipat di dada. "Yaudah, siapa namanya? Biar gue usut tuh cewek! Berani-beraninya gangguin rumah tangga sahabat gue." Gerutu Tiffany.
"Anton sih seringnya manggil tuh cewek, Nana."
"Nana?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
KhoirunNsFn
aku rindu nana tata syasya (NATASYAAAA) Thor
2020-09-12
5
Indah Wulan Sari
natasya dimana thor?
2020-09-07
2
👑🄽🄰🄽🆃︎🅰︎💣
pasti lah ingat cewek lain, antonio kan cintanya sama natasya...
2020-07-03
1