12 : Boncengan

Hay bebebkuuu semuanya..

Aku mohon bantuannya ya, tolong vote dan komen di setiap chapter ceritaku karena itu semua yang membangkitkan semangat ku. Aku selalu suka komen apapun dari kalian, terutama komen yang berhubungan sama isi ceritanya. Terimakasih untuk yang sudah rate, favorit, vote apalagi komen.

JANGAN LUPA BACA CERITA AKU YANG LAIN :

• FRIENDSHUT

• PAST AND FUTURE

• JUST MARRIED

PS: DISARANKAN SAAT MEMBACA GUNAKAN LATAR HITAM :)

......................

...----------------...

“Kenapa harus aku? Aku baru pulang ngampus, capek”

Sinora tersenyum lembut menatap putra semata wayangnya yang baru saja mengeluh dan kini sudah menyandarkan tubuhnya dengan kasar ke sofa. Dia berjalan pelan menghampiri putranya itu, duduk di sampingnya. “Kan Mami minta nya besok, bukan sekarang.” Ucap Sinora lembut, tangannya terjulur menyentuh rambut Delfano. Namun, langsung ditepis pelan olek putranya itu.

Dia hanya mampu tersenyum miris melihat penolakan itu.

“Mau ya?”

Delfano menghela napas kasar, kemudian beranjak dari duduknya. “Oke.” Jawab Delfano malas kemudian beranjak pergi meninggalkan Sinora yang hanya mampu menatap punggung putranya itu.

“Maafin Mami,”

......................

...----------------...

Mata yang baru saja terpejam itu, kembali terbuka saat ponsel miliknya yang diletakkan diatas meja serbagunanya itu bergetar. Dengan malas, dia beranjak mengambil ponselnya. Keningnya mengerut saat melihat nomor tak dikenal tertera di layar ponselnya. Tanpa menunggu, dia segera mengangkat panggilan tersebut.

“Hallo, ini siapa?” Tanya Tiffany, dia sudah beranjak duduk di kursi dekat meja tersebut.

“Delfano.”

Bola matanya membulat, terkejut saat mendengar nama yang baru di sebutkan itu. Dia tak salah dengar bukan? Orang yang baru saja menelponnya adalah Delfano, si cowok songong yang baru saja menabraknya pagi tadi. Tapi, tunggu. Darimana lelaki itu mendapatkan nomor ponselnya?

“Lo dapet—”

“Karyawan Lo, nyokap gue dapet dari karyawan Lo.”

Dia mencebik. “Belum juga gue nanya.”

“Tapi Lo mau tanya itu kan?”

Dia beranjak menuju ranjangnya, merebahkan tubuhnya di atas ranjang. “Iya juga sih.” Jawab Tiffany. “ Tapi, Lo ngapain telpon gue?” Tukas Tiffany, entah kenapa sekarang nada suaranya tak santai.

“Besok gue jemput lo jam 8 pagi.”

“Hah?”

“Buat ke rumah Tante gue. Lo kan harus ngajarin dia bikin kue, kalo Lo lupa. Lo gak ada kelas kan besok?”

Dia mencebik kemudian menggulingkan tubuhnya sehingga kini posisinya tengkurap sambil memeluk guling. “Nyebelin banget sih Lo. Gue belum selesai ngomong, malah di potong.” Tukas Tiffany kesal, keningnya sudah berkerut tak suka.

Hanya hening yang didapatnya. Dia menatap ponselnya, memastikan apakah panggilan itu masih terhubung atau tidak. Masih terhubung, tapi kenapa Delfano malah diam. Atau mungkin karena sinyal?

“Hallo?”

Masih tak ada jawaban.

“Hallo...”

“Hah? Iya, iya, kenapa sih!?”

Dia mencebik, “Lo yang kenapa, kok tiba-tiba diam sih? Aneh deh!”

“Loh, bukannya Lo yang minta gue buat diam supaya omongan Lo gak gue potong. Hm?”

“Ih, kapan gue minta gitu? Aneh deh Lo! Udah ah, gue tutup. Bye!”

Tut.

Di lain tempat.

Delfano menatap layar ponselnya yang gelap. Dia menggenggam erat ponsel tersebut. Pikirannya malah kembali pada masalalu saat mendengar kalimat yang baru saja dilontarkan Tiffany sama seperti ucapan perempuan itu di masalalu.

Seulas senyum muncul di bibirnya. Entah apa yang membuat dia bisa tersenyum sekarang. Satu hal yang pasti, dia senang.

......................

...----------------...

“Iya ... Iya ... Sabar dikit dong. Buru-buru banget sih!”

Dia terus menggerutu sambil mengikat tali sepatunya, di menggerutu pada penelpon yang kini berada di depan rumahnya. Bahkan ponselnya harus diapit diantar telinga dan bahunya karena orang itu terus merecokinya, sedangkan tangannya sibuk mengikat tali sepatunya.

Dia berjalan kearah lemari pakaiannya, mengeluarkan kemeja kotak-kotak dari sana. “Iya ... Iya ... Ya ampun. Bisa sabar gak sih lo!? Tungguin bentar!” Gerutu Tiffany, dia mematikan panggilan sepihak karena kesal dengan orang yang menelponnya itu. Di lemparnya asal ponse tersebut ke ranjang, kemudian dia berjalan kearah standing mirror sambil mengenakan kemejanya untuk melapisi kaos hitam polosnya.

Dia menyambar tas ransel dan ponsel, memasukkan benda pipih itu kedalam tas ranselnya. Dia bergegas menemui orang yang bahkan sampai sekarang tak henti-hentinya menelpon dirinya. Disepanjang jalan menuju pintu depan pun, dia tak henti-hentinya menggerutu.

“Dasar cowok gak sabaran! Gue telat 30 menit aja bawelnya minta ampun.”

Ceklek ...

Dia membuka pintu dan langsung menemukan sebuah mobil yang sudah terparkir di depan rumahnya. Dia segera mengunci pintu rumah dan berjalan menghampiri mobil tersebut dengan wajah kesalnya.

“Lama!”

“Sabar kek,”

Dia membalikkan tubuhnya kembali, berniat mengeluarkan motornya dari garasi rumah. Namun, suara orang itu kembali menghentikannya pergerakannya.

“Lo mau kemana?”

“Ya ambil motor lah. Lo pikir?”

Dia mengerutkan keningnya saat Delfano, orang itu tiba-tiba keluar dari mobilnya dengan cepat kemudian menutup pintunya dengan kencang. Dan yang semakin membuatnya bingung adalah saat Delfano tiba-tiba menarik lengannya menjauh dari pintu garasi.

“Apaan sih?!”

Dia menghempaskan cekalan Delfano di lengannya, menatap sebal lelaki jangkung di depannya ini.

“Lo pikir gak sih? Gue kesini bawa mobil, itu artinya Lo berangkat kesana bareng gue.” Tukas Delfano, dia memajukan wajahnya lebih dekat dengan Tiffany.

“Gue gak mau. Gue mau bawa motor sendiri. Gue, gak peduli sama Lo. Lagian nih ya, kita bisa kok barengan, tapi gak satu kendaraan juga.”

Setelah itu, dia membalikkan tubuhnya kembali. Namun, lagi-lagi Delfano menahannya memutar tubuhnya untuk menghadap kearah lelaki itu. Delfano langsung menarik lengannya, mengikuti laki-laki itu untuk masuk ke mobilnya. Dia meronta, tapi dia tetap kalah.

“Kenapa sih, gue kan pengen bawa motor.” Tukas Tiffany kesal, dia menatap kesal Delfano yang sudah duduk disampingnya tengah memakai seltbelt.

Delfano tak menjawab, semakin membuat Tiffany kesal.

“Gue tuh pengen bawa motor. Lo kenapa sih?”

“Biar cepet.”

Dia terlonjak, tak salah dengar tuh. ”Heh, dimana-mana juga pake motor lebih cepet daripada pake mobil. Gimana sih lo?! Aneh!”

Dia melipat tangan di depan dada, mencebikkan bibirnya. “Lagian apaan sih! Dikit-dikit pake mobil, ini itu pake mobil.” Gerutu Tiffany, dia menyandarkan tubuhnya dengan keras pada sandaran mobil. “Lo takut kepanasan ya? Sampe-sampe selalu make mobil. Motor dong, supaya gentle.” Lanjut Tiffany, dia tersenyum meremehkan pada Delfano.

Delfano tak peduli ucapan Tiffany, terserah perempuan itu mau mengejeknya bagaimana pun. Masa bodo. "Mobil lebih aman."

Dia hanya mendengus, memilih diam. Cape juga meladeni Delfano yang tak pernah mau mengalah. Sedangkan Delfano, dia mulai menyalakan mesin mobilnya. Namun entah kenapa, mobilnya tak mau menyala. Dan itu semua tak lepas dari perhatian Tiffany.

Dia menarik sudut bibirnya, tersenyum meremehkan. “Kenapa, mogok?” Sinis Tiffany, dia terkekeh pelan yang membuat Delfano menatap tajam kearahnya.

Dia hanya bisa terkekeh saat Delfano masih berusaha menyalakan mesin mobilnya, namun hasilnya tetap sama. Mobil ini masih tak mau menyala.

“Katanya biar cepet, tapi mobil lo malah bermasalah. Dan ini tuh tambah lama!” Cibir Tiffany, dia tak peduli dengan tatapan tajam Delfano yang tengah dilayangkan kepadanya.

“Udahlah, mending naik motor gue. Jauh lebih cepet. Ayo!”

Dia segera keluar begitu saja dari mobil kemudian berlari kecil kearah garasi rumahnya dan langsung membuka kunci nya dengan cepat. Dia segera mengeluarkan motor kesayangannya.

“Buruan naik. Gue tau kok, Lo pasti gak bisa kan kendarain motor.” Tukas Tiffany seenaknya, dia sudah duduk diatas motornya. “Udahlah, gakpapa. Sesekali, cewek yang boncengin cowok. Yuk!”

Bisa terdengar helaan napas kasar dari Delfano. Namun, keningnya langsung berkerut bingung saat tiba-tiba Delfano menggeser tangannya dari atas stang motornya.

“Minggir, biar gue yang bawa motornya!” Tukas Delfano yang membuatnya bergeser. Dia segera bergeser ke jok belakang, duduk manis dengan Delfano yang memboncenginya sekarang.

TO BE CONTINUED ...

Terpopuler

Comments

haluannisa

haluannisa

Cemungut kaka💪, di tunggu kelanjutannya😉

2020-06-25

1

Ilham Rasya

Ilham Rasya

aku mampir dsni udah aku boomlike semua bab nya ya thor semangat 💪💪💪

feedback ya di
- PERNIKAHAN KU 🙏

2020-06-25

0

lihat semua
Episodes
1 ~Secret~
2 1 : Hari Pertama
3 2 : Songong
4 3 : Si Songong dan Belagu
5 4 : Anak Tante Sinora
6 5 : Pertolongan
7 6 : Gak ikhlas, bilang!
8 7 : Bakso
9 8 : Ajakan
10 9 : Nana
11 10 : Terkejut
12 11 : Postingan
13 12 : Boncengan
14 13 : Malu
15 14 : Tuduhan dan Tantangan
16 15 : Nasi Goreng Mentega
17 16
18 17
19 18
20 19
21 20
22 21
23 22
24 23
25 24
26 25
27 26
28 27
29 28
30 29
31 30
32 31
33 32
34 33
35 34
36 35
37 36
38 37
39 38
40 39 : Dua Minggu
41 40 : Curhat?
42 41 : Menerima
43 42 : Fakta
44 43 : Aneh
45 44 : Perasaan
46 45 : Jelasin !
47 46 : Penjelasan
48 47 : Sebastian : Rumit
49 48 : Deg ... Deg ...
50 49 : Benarkah, rindu?
51 50 : Feminim
52 51 : Karena dress (1)
53 52. Karena Dress (2)
54 53. Pemakaman
55 54. DT'liefde dan Bioskop
56 55. Mencoba berdamai.
57 56. Semakin Dekat (Titik) (1/2)
58 57. Semakin Dekat (Titik) (2/2)
59 58. Yaudah!
60 59. Perkara ke Supermarket
61 60. Supermarket
62 61. Semuanya akan berubah 1/2
63 62. Semuanya akan berubah 2/2
64 63. Perasaan yang salah. Bodoh.
65 64. Mulai berubah (1)
66 65. Mulai berubah (2)
67 66. Mulai Berubah (3)
68 67. Mulai berubah (4)
69 68. Butik
70 69. Pertanyaan Tante Sinora
71 70. Kepergian
72 71. Bukannya, ini yang Lo mau?
73 72. Ziarah
74 73. Seporsi Bakso
75 73. Teruntuk Lo, Tiffany
76 74. Delfano tahu, dia jatuh cinta.
77 75. Pertanyaan yang mengakhiri semuanya [ End ]
Episodes

Updated 77 Episodes

1
~Secret~
2
1 : Hari Pertama
3
2 : Songong
4
3 : Si Songong dan Belagu
5
4 : Anak Tante Sinora
6
5 : Pertolongan
7
6 : Gak ikhlas, bilang!
8
7 : Bakso
9
8 : Ajakan
10
9 : Nana
11
10 : Terkejut
12
11 : Postingan
13
12 : Boncengan
14
13 : Malu
15
14 : Tuduhan dan Tantangan
16
15 : Nasi Goreng Mentega
17
16
18
17
19
18
20
19
21
20
22
21
23
22
24
23
25
24
26
25
27
26
28
27
29
28
30
29
31
30
32
31
33
32
34
33
35
34
36
35
37
36
38
37
39
38
40
39 : Dua Minggu
41
40 : Curhat?
42
41 : Menerima
43
42 : Fakta
44
43 : Aneh
45
44 : Perasaan
46
45 : Jelasin !
47
46 : Penjelasan
48
47 : Sebastian : Rumit
49
48 : Deg ... Deg ...
50
49 : Benarkah, rindu?
51
50 : Feminim
52
51 : Karena dress (1)
53
52. Karena Dress (2)
54
53. Pemakaman
55
54. DT'liefde dan Bioskop
56
55. Mencoba berdamai.
57
56. Semakin Dekat (Titik) (1/2)
58
57. Semakin Dekat (Titik) (2/2)
59
58. Yaudah!
60
59. Perkara ke Supermarket
61
60. Supermarket
62
61. Semuanya akan berubah 1/2
63
62. Semuanya akan berubah 2/2
64
63. Perasaan yang salah. Bodoh.
65
64. Mulai berubah (1)
66
65. Mulai berubah (2)
67
66. Mulai Berubah (3)
68
67. Mulai berubah (4)
69
68. Butik
70
69. Pertanyaan Tante Sinora
71
70. Kepergian
72
71. Bukannya, ini yang Lo mau?
73
72. Ziarah
74
73. Seporsi Bakso
75
73. Teruntuk Lo, Tiffany
76
74. Delfano tahu, dia jatuh cinta.
77
75. Pertanyaan yang mengakhiri semuanya [ End ]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!