"Iya, bener. Delfano Juan Carlos. Kenapa gitu?" Tanya Anjani bingung, dia mengerutkan keningnya bingung menatap kedua sahabatnya.
Tiffany mendengus, sebal dengan jawaban yang diberikan Anjani. Beda halnya dengan Yolanda yang kini tersenyum senang, dia senang sekali melihat Tiffany saat ini.
"Ada apa sih? Kok gue gak tau?"
Yolanda menghentikan tawanya, meksipun belum reda sepenuhnya. "Jadi gini. Delfano itu pacarnya Tiffany—"
"—apaan!? Bukan ya!" Tukas Tiffany, dia menatap tajam dan sebal Yolanda yang kini terkekeh.
Anjani mengulas senyumnya. "Jadi, yang bener siapa? Lo atau Yola?" Tanya Anjani, dia menatap menggoda Tiffany sambil menangkup dagu dengan sebelah tangannya. Yolanda tertawa, ternyata Anjani satu pemikiran dengannya kini, yaitu ingin mengerjai Tiffany.
Fyi. Tiffany itu tak pernah mau sekalipun meladeni cowok-cowok, apalagi cowok-cowok yang dengan terang-terangan mencoba mendekatinya. Contohnya Raka. Dia akan merasa risih dan langsung ilfeel seketika saat melihat lelaki seperti itu. Dan anehnya, dia sekarang malah terlihat dekat dengan Delfano. Dan itu, bukan Tiffany sekali kecuali kalau memang benar ada apa-apa antara mereka.
"Enggak kok, gue sama si cowok songong gak ada hubungan apapun. Ya.." ucap Tiffany yang masih menggantung, dia bingung harus menjelaskan apa lagi. Karena rasanya memang benar, mereka tak ada hubungan apapun. ".. nyokap nya tuh langganan gue." Lanjut Tiffany.
Anjani dan Yolanda saling tatap, mereka terkekeh pelan melihat wajah kebingungan Tiffany. Padahal Tiffany bisa menjawab dengan gamblang jika memang iya mereka tak memiliki hubungan apapun.
"Sejak kapan, anak langganan deket sama Lo?" Tanya Anjani.
"Dan sejak kapan, lo mau deket sama cowok?" Sahut Yolanda.
Mereka seperti sedang menyerang Tiffany saat ini juga. Entah apa tujuan utama mereka melakukan itu.
Tiffany mendengus, "Kalian apaan sih!? Kenapa jadi ngomongin cowok songong sih." Kesal Tiffany. "Ingat, kita mau ngapain kesini? Jangan ngaco deh!" Lanjut Tiffany, dia menyedot kembali milk shake miliknya dengan kesal.
Hahaha..
"Yaudah Fan, jadi tawaran Lo masih berlaku kan? Lo masih mau kan, cari tahu siapa Nana sama sahabatnya Anton, Delfano?" Tanya Anjani kembali, dia kembali dalam mode seriusnya. Masalahnya saat ini adalah pernikahannya, bukan hal sepele lainnya.
Tiffany tampak diam, dia masih menimang jawaban apa yang akan di berikannya. Di satu sisi, dia ingin membantu Anjani menyelesaikan masalahnya. Tapi, disisi lain dia tak mau berurusan lebih jauh lagi dengan lelaki bernama Delfano itu. Andai saja, sahabat Anton bukan Delfano. Mungkin, dia bisa dengan cepat mengiyakannya.
Tiffany menatap Anjani. "Kata Lo, Anton punya dua sahabat kan?" Tanya Tiffany, Anjani mengangguk. "Nah, siapa tadi namanya?" Tanya Tiffany lagi.
"Sebastian."
Tiffany tersenyum lebar, dia menjentrikan jarinya tersenyum senang. "Nah, gue cari info nya dari si Sebastian aja ya? Daripada dari Delfano, ogah banget."
"Tapi, dia di Amerika."
"Hah!?"
Tiffany terlonjak, dia terkejut mendengar ucapan Anjani. Bagaimana mungkin dia mencari informasi tentang seseorang, sedangkan orang yang memiliki informasi itu berada di tempat jauh kini.
Yolanda terkekeh, "Udahlah Fan. Mending sama kak Fano, deket. Daripada sama Sebastian, jauh, Amerika loh ini." Timpal Yolanda, dia kembali menikmati roti bakar.
Tiffany mendengus, dia melirik tajam Yolanda yang masih terkekeh. Dia kembali menatap Anjani. "Gak deh, gue mending si Sebastian aja. Ini kan zaman modern gitu, udah canggih. Tinggal telpon atau apa gitu, gampang kan?" Tukas Tiffany. "Jadi, gue minta dong nomor Sebastian." Pinta Tiffany, dia mengeluarkan ponselnya.
"Gak punya,"
Rasanya rahang Tiffany lemas seketika mendengar jawaban Anjani. Beda halnya dengan Yolanda dan Anjani yang kini terkekeh.
"Udahlah, bener kata gue, mending kak Fano." Tukas Yolanda kekeh. "Lagian nih ya, kayaknya Lo ditakdirkan sama dia deh. Soalnya di deketin mulu sama keadaan." Sambung Yolanda yang langsung mendapat dengusan dari Tiffany.
"Takdir dari Hongkong!"
"Bisa saja."
"Ih, nyebelin banget!"
"Oke... Oke... Tapi, Lo masih hutang penjelasan ya sama gue. Kenapa Lo bisa berduaan sama kak Fano di kantin tadi?" Tanya Yolanda, dia menumpu sebelah tangannya di atas meja, menatap Tiffany disampingnya.
Anjani tersenyum, dia menggeleng tak mengerti. "Sekarang apa lagi?" Tanya Anjani, dia tak percaya. "Ya ampun.. kayaknya gue yang paling gak tau deh, ada sama Tiffany kita." Lanjut Anjani, dia mendesah pelan.
Oh iya, Anjani beda kampus dengan mereka. Dia itu satu kampus dengan suaminya, Antonio. Tapi, status mereka yang sudah menikah tentu saja di rahasiakan dan tak ada satupun penghuni kampus yang tau tentang kebenaran itu.
Tiffany menghela napas pelan, dia mengangkat tangan meminta salah satu pelayan menghampiri meja mereka. "Mas, saya pesen fried fries sama spaghetti carbonara satu ya. Makasih." Ucap Tiffany, dia kembali menatap kedua sahabatnya yang masih menunggu jawaban darinya.
"Jadi, gini. Tuh cowok songong meremehkan banget kemampuan masak gue. Dia bilang, kue buatan gue kemarin gak enak, itu beli. Terus—"
"Wait!" Potong Anjani, dia mengerutkan keningnya bingung. "Kue buatan kemarin, maksudnya?" Tanya Anjani.
"Gue ajarin tantenya dia buat kue," jawab Tiffany yang langsung mendapat dengusan sebal dari Yolanda.
"Tuh kan, bahkan dia udah deket dong sama tantenya. Pertama nyokap nya, kedua tantenya. Besok siapa lagi? Bokap nya? Om nya?" Tanya Yolanda geli.
Tiffany memutar bola matanya jengah, dia menghela napas kasar. "Males deh, ah! Dengerin dulu!"
"Oke...oke.."
"Ya gitu, dia bilang cewek tomboi kayak gue mustahil bisa masak. Yaudah dong, gue buat aja pembuktian. Dia minta gue buatin nasi goreng mentega. Ya, gue buatin. Tapi.."
Anjani dan Yolanda saling tatap, mereka menatap Tiffany yang masih diam belum melanjutkan ucapannya yang digantung.
"Tapi?"
"Tapi anehnya, dia bilang masakah gue sama kayak 'dia."
Anjani dan Yolanda tak mengerti maksud ucapan Tiffany.
"Dia, dia siapa? Delfano?"
Tiffany menggeleng. "Bukan. Dia, dia orang lain. Tapi, gue gak tau siapa." Jawab Tiffany.
"Dia?"
"Dia?"
Tiffany menatap kedua sahabatnya yang seperti tengah berpikir keras. Dia tertawa, tergelak melihat keterdiaman mereka. "Kalian kenapa, mikir sampe keras banget. Udahlah, lagian gak penting juga. Masa bodo mau masakan sama kayak 'dia' kek, enggak kek. Gak berpengaruh."
Pelayan datang dengan pesanan Tiffany, dia meletakkan pesanan tersebut di atas meja yang kosong. Setelah mendapat ucapan terimakasih, pelayan tersebut pergi. Sedangkan Tiffany, dia langsung melahap spaghetti pesanannya.
"Atau jangan-jangan, 'dia' yang dimaksud Delfano. Masalalunya?" Tebak Anjani, dia menaikkan kedua alisnya menatap kedua sahabatnya.
Tiffany mendongak, dia terdiam. Sedangkan Yolanda, dia mengangguk-angguk seolah setuju dengan tebakan Anjani.
"Bisa jadi sih," jawab Yolanda, dia mencomot fried fries tanpa mencocolkannya pada saos.
"Emang rasanya sama atau gimana sih?"
"Kata dia sih, sama."
Anjani mengangguk-angguk. "Emang Lo dapet resep dari mana? Kalau dari google, pantes sih kalo sama."
Tiffany menggeleng. "Bukan, orang itu resep temen gue."
"Temen Lo?"
"Siapa?"
"Tasya."
***
**Hm.. Jadi part ini tentang Tiffany dan dua sahabatnya..
Tasya**?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
KhoirunNsFn
Tasya? pasti natasya
2020-09-12
2
Boy Vendra kesayangan oca
ternyata tifany teman natasya
2020-07-09
1
Miels Ku
up up up
2020-07-02
1