“Please kak, gue kemarin udah usaha. Tapi dianya aja yang gak mau. Gue bisa apa dong?”
Mereka—senior yang memberi hukuman untuk Tiffany kemarin, memutar bola matanya jengah mendengar pembelaan yang sama yang di lontarkan Tiffany. Tapi, mau bagaimana lagi? Toh, kenyataannya memang seperti itu. Bahkan, saat dia meminta di toko pun jawaban Delfano tetap sama, tetap menjawab permintaan Tiffany itu dengan sebutan ‘cewek gak jelas’.
“Ya harusnya Lo tuh lebih keras lagi usahanya, pasti bisa lah.”
“Iya, lo nya aja kali yang malas.”
Sudah cukup! Mereka pikir, mereka siapa? Iya, senior. Tapi, apa harus seperti ini? Lagian, hukuman yang mereka berikan itu tidak masuk akal, tidak mendidik sama sekali dan tentunya tak ada manfaat untuk dirinya ataupun praktis lain. Kecuali, kalau mereka memang memanfaatkan dirinya.
“Kalian bilang, gue gak berusaha?” tanya Tiffany dengan suara pelan, dia memicingkan mata tak suka. Kemudian langsung menunjuk luka di lengannya. “Terus, ini apa? Kalian tau gak sih, gue sampai jatuh cuma buat ngelakuin hukuman kampungan yang kalian kasih ke gue.”
Mereka terlonjak mendengar ucapan Tiffany yang mungkin tak terpikir sebelumnya. Mereka pikir, Tiffany akan diam dan pasrah saja. Namun ternyata perempuan itu memberontak dan melawan. Bahkan Tiffany terlihat tak peduli bahkan saat mereka terang-terangan menatap tajam dirinya.
“Lo bilang apa tadi? Kampungan? Bagus... Lo berani lawan kita?”
Tiffany kadang tidak mengerti dengan senior seperti ini. Mereka itu sakit atau apa? Atau ada dendam lama yang ingin dibalaskan? Atau kenapa gitu. Aneh, memperlakukan junior di kampus dengan gaya kampungan.
Tiffany menarik sudut bibirnya, tersenyum sinis. “Kalian pikir, kalian juga siapa? Jangan mentang-mentang kalian senior, kalian bisa ngelakuin sesuatu seenaknya. Dikira bagus apa? Enggak!”
Semuanya terkejut mendengar ucapan Tiffany. Pasalnya baru sekarang ada junior yang berani menentang senior, biasanya siapa yang berani menentang senior tak akan selamat dari hukuman. Siap-siap saja menjadi bahan bully-an untuk beberapa waktu ke depan. Btw, saat ini Tiffany berada didepan, dihadapan semua mahasiswa baru dan senior disini. Mereka menyaksikan Tiffany yang bersiap dihukum karena gagal melakukan hukuman yang mereka berikan sebelumnya.
Tiffany terkejut saat kedua lengannya tiba-tiba ditarik paksa oleh dua senior itu. Ditambah, suara keras Tiffany yang meminta dilepaskan menjadikan dia semakin menjadi pusat perhatian. Semuanya berbondong-bondong mengikuti kemana dirinya di bawa. Saling berdesak-desakan hanya untuk melihat, apa yang akan dilakukan dua senior itu pada Tiffany.
Bahkan, rasanya Tiffany ingin mengumpat sekarang saat tak ada satupun orang yang membantunya. Tak usah membantu dengan tindakan, cukup dengan ucapan pencegahan saja sudah cukup rasanya. Tapi, semuanya hanya diam seakan tak peduli atau mungkin lebih tepatnya mereka semua takut.
“Nyebur Lo!”
Jadi, Tiffany dibawa kedua senior itu menuju danau. Tempat dimana kemarin seharusnya dia di hukum di tempat ini.
Tiffany tersentak kaget, dia menatap tajam dan tak percaya kedua seniornya ini. “Apa-apaan!? Gue kemarin udah bersihin perpustakaan dan sekarang disuruh nyebur? Gila ya kalian.” tukas Tiffany, dia masih mencoba melepaskan cekalan kedua senior nya itu.
Kedua senior itu saling tatap kemudian langsung mendorong Tiffany ke danau, membuat semuanya memekik histeris karena mereka tau sedalam apa danau itu. Apalagi saat ini Tiffany tak bisa berenang, membuat perempuan itu kesusahan.
Byur!
Bunda ... Bunda ...”
Tiffany tersedak air danau, dia masih mencoba menggapai udara, mencoba bernapas meskipun nyatanya susah. Sama sekali tak ada yang membantu, mereka semua takut. Sekarang bukan takut karena senior mereka lagi, tapi takut karena kedalaman danau itu yang bukan main. Bahkan, wajah kedua senior yang mendorong Tiffany itu sudah tak karuan, antara terkejut, takut dan was-was terjadi sesuatu yang buruk.
“Eh, tolongin dong. Itu dia gak bisa berenang.” teriak Yola, dia mencoba meminta tolong pada seniornya terutama laki-laki. Tapi, tak ada satupun yang bergerak menolong. Dia tak mungkin menolong, dia sama seperti Tiffany, lemah dalam urusan berenang.
Byur!
Semuanya terkejut. TERKEJUT.
Tiba-tiba seseorang menceburkan diri untuk menolong Tiffany, membawa perempuan itu ke pinggir danau. Yang semakin membuat mereka terkejut adalah saat mereka tahu siapa orang yang menolong Tiffany itu.
Delfano, si cowok datar yang menjadi ice prince di kampus mereka. Semua orang pasti kenal dengan cowok yang satu ini.
Tiffany pun sama terkejutnya dengan semua orang saat matanya menangkap wajah itu. Tanpa pikir panjang, dia langsung mengalungkan tangannya ke leher Delfano yang kini tengah berenang ke pinggir danau membawanya. Dia tak mau kalau sampai harus tenggelam lagi.
Sekarang,Tiffany mampu bernapas lega. Rasanya seperti mau mati saat dia berada di air danau itu. Apalagi kilasan memori yang membuat dia trauma dengan danau kembali berputar di benaknya. Beruntung, ada Delfano yang membantunya.
Yola langsung menghampiri Tiffany yang masih diam memandang Delfano yang melepas tangan Tiffany dari leher lelaki itu. Tiffany tak henti menatap Delfano, menatap wajah lelaki itu yang masih datar. Delfano sendiri langsung beranjak, dia menyugar rambutnya yang basah membuat semuanya harus memekik tertahan melihat ketampanan lelaki itu yang berkali lipat. Mereka semakin mengangumi sosok Delfano dan satu julukan lagi untuk lelaki itu, gentleman.
Disaat semua laki-laki tak ada yang mau membantu, dengan beraninya Delfano menyebur begitu saja. Tak ayal, dia pasti akan semakin dikagumi semua orang, terutama junior barunya.
Delfano menatap tajam kedua senior perempuan yang tadi mendorong Tiffany. Dia mendesis, menatap sinis kedua perempuan itu yang menunduk. "Kampungan!" ejek Delfano kemudian pergi meninggalkan kerumunan orang-orang disini.
Sedangkan Tiffany, dia masih menatap kepergian Delfano. Ada bagian hatinya yang terenyuh mendapat pertolongan tak terduga dari lelaki itu. Seulas senyum tipis muncul di bibirnya.
“Fan, ayo kita ke ruang kesehatan.” ajak Yola yang di angguki Tiffany. Tiffany langsung beranjak, dibantu Yola yang memapahnya.
***
Tiffany mengeringkan rambutnya dengan handuk milik Yola. Dia menatap pantulan wajahnya lewat cermin besar dihadapannya, sedangkan Yolanda duduk di belakangnya. “Makasih ya, Yol.” ucap Tiffany yang membuat Yolanda mendongak kemudian mengangguk.
“Iya, kebetulan aja gue selalu bawa baju ganti. Jadi, Lo bisa deh pakai baju gue. Toh, badan kita gak beda jauh.” ucap Yola yang di angguki Tiffany. “Tapi, ya sorry aja. Baju gue warna soft pink, bukan Lo banget.” lanjut Yola sambil terkekeh.
Jadi, saat ini Tiffany sudah memakai kaos berwarna soft pink milik Yolanda. Pink bukanlah warnanya, warnanya itu biasanya lebih ke warna-warna pria, warna-warna dark. Jadi, pink sangat kontras dengan seorang Tiffany. Biasanya sih, dia membawa kaos ganti seperti yang dilakukan Yolanda hari ini. Tapi, entah kenapa hari ini dia lupa. Beruntung ada Yolanda, jadi Tiffany tak harus kedinginan nantinya.
“Tadi kak Delfano, keren ya!”
Tiffany mengerutkan keningnya saat Yolanda berkata seperti itu. Dia memutar tubuhnya menatap Yolanda yang tengah tersenyum lebar dan senang. Dia berjalan menghampiri Yolanda, kemudian duduk di samping perempuan itu.
“Lo kenal sama cowok songong itu?”
Hush!
“Jangan ngomong gitu, cowok songong yang Lo maksud itu udah nolongin Lo.” ucap Yolanda yang membuat Tiffany mencebik. “Lo harusnya terima kasih sama dia. Kalau bukan karena dia, gue gak tau keadaan Lo gimana sekarang. Apalagi, Lo kan punya trauma, Fan.” lanjut Yolanda yang di angguki Tiffany.
Benar juga kata Yolanda. Cowok songong seperti Delfano begitu-begitu juga sudah membantu Tiffany. Jadi, tak salahkan kan kalau perempuan itu berterimakasih?
“Yaudah deh, nanti gue bilang makasih sama dia.”
“Nah gitu dong, baru itu Tiffany gue.”
“Tapi gue masih belum puas. Lo kenal sama si Delfano?”
Yolanda terlonjak, dia memutar bola matanya jengah. “Hello... Semua yang ada di kampus pasti kenal lah sama kak Fano. Masa iya seorang prince kampus ini gak dikenal, apalagi dia ketua basket pas SMA. Terkenal banget dong.”
“Kok gue gak tau sih?”
“Lo nya aja yang kudet!”
***
Tiffany mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Delfano. Dia sudah ada di pinggir lapangan, tempat yang sama dimana dia menemukan lelaki itu kemarin. Dia tak peduli saat semua mata menatapnya, dia yakin masalah yang baru saja terjadi saat ini sudah menyeruak di seantero kampus. Jadi, tak salah lagi kalau dia menjadi pusat perhatian. Toh, dia sudah terbiasa menjadi pusat perhatian.
Tiffany masih belum melihat keberadaan Delfano, entah kemana lelaki itu pergi. Dia juga sedang malas kalau harus mencari keberadaan lelaki itu di seantero kampus.
“Tiffany!”
Tiffany membalikan tubuhnya saat namanya dipanggil. Dia tersenyum saat melihatYolandaa yang melangkah menghampirinya sambil sesekali berlari pelan.
“Kenapa?”
Yolatersenyum lebar. “Gue ada kabar baik.” tukas Yolanda yang membuat Tiffany penasaran. “Senior yang ceburin Lo ke danau akhirnya di usut sama dekan. Gue sih yakin, pasti mereka kena skorsing.” lanjut Yolanda.
“Bagus deh, seenaknya aja sih sama junior. Mentang-mentang kita junior mereka senior, bisa banget berbuat seenaknya.” balas Tiffany yang dibenarkan Yolanda. Mereka berniat pergi ke Komawa
“Lo ngapain disini?” tanya Yolanda polos yang langsung mendapat pukulan pelan dari Tiffany.
“Gimana sih Lo! Lo yang nyuruh gue bilang makasih sama si Delfano, kok malah nanya sih?”
“Oh iya ya?”
Huh!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
𖣤᭄☘𝑺ᴇᴎᴤᴇᴎ͠ ⍣ᶜᶦᶠ//@sensen_se
semangat trs beb
2020-06-17
2
Katatokoh16
Komentar untuk part ini di tunggu ya, komentar dari kalian membuat aku semunguttt
2020-06-15
2