Chapter 15: Kembali Menaklukkan Dungeon Bagian I

Kria dan Porenov memasuki kawasan Russia Trading Center, yang terdapat sebuah bingkai yang tertera tulisan nama bangunan di pintu masuk itu memiliki kawasan seluas 95 hektar, di mana terdapat 6 buah anak bangunan di sekeliling bangunan utama.

Bangunan utama Russia Trading Center itu bewarna biru muda dengan garis hitam sebagai coraknya, kaca bangunan yang ada pada bangunan di depan Kria bewarna putih tanpa memantulkan cahaya dan tak bisa dilihat isi di dalamnya, dan di bagian dasarnya terdapat banyak dekorasi serta patung manusia yang menghunuskan pedangnya ke sebuah patung monster di depannya.

Sementara 6 bangunan lainnya bewarna putih-biru-merah, melambangkan warna negara Russia, di mana setiap bangunannya memiliki bentuk yang berbeda seperti perpaduan kuil dan igloo.

Walau wilayah itu seharusnya terlihat gelap karena banyak salju lebat yang menyelimuti bangunan yang ada, tetapi lampu-lampu yang menempel pada sebuah garis yang menempel pada setiap bangunan mampu menyinari wilayah tersebut.

“Velikiy, bangunan paling besar di depanmu itu punya tinggi sekitar 1 kilometer dan ada 180 lantai kalau tak salah. Aku tak tahu pastinya, kamu datang aja ke perpustakaan kalau mau tahu, aku akan beri aksesnya, tinggal bilang saja,” jawab Porenov yang memandang bangunan tinggi bersama Kria.

“Ah lain kali mungkin, aku harus segera balik kalau tidak ....”

“Ah iya, aku lupa kalau kamu dicari Gezi makanya aku mengantarmu ke sini, kalau begitu beri aku kontakmu untuk dihubugi lain kali,” saut Porenov.

Mendengar perkataan bosnya, bawahan anggota Russia Trading Center tercengang sebab baru kali ini bosnya, Porenov meminta kontak ke orang lain. Kria tak memperdulikan respon orang-orang itu, dan membalas perkataan Porenov dengan senyum masamnya.

“Aku tak punya smartphone, hubungi Gezi atau email serikatku aja ya,” jawab Kria.

“Baiklah kalau gitu, yuk kita masuk sebelum hari makin malam,” ujar Porenov.

Mereka akhirnya memasuki bangunan besar dan menjulang tinggi itu. Kria melihat banyak orang di dalamnya yang berkerumunan dan ruangan yang dia masuki adalah sebuah aula yang besar dengan dilapisi karpet bewarna merah tua dengan beberapa pola ukiran di dalamnya.

Di dalam ruangan ini bukan hanya ada meja resepsionis, tetapi banyak hal seperti kafe, meja bermain game, baik itu game kartu atau hal lainnya, market yang terdapat oleh-oleh khas Russia, dan tempat hiburan lainnya.

Saat memasuki ruangan, Porenov menyuruh anggotanya untuk bubar dan akhirnya Kria dan Porenov tiba di ruangan resepsionis.

“Se-selamat malam Pak Kepala Stavichos!” sapa resepsionis wanita yang gugup melihat pria tinggi dan kekar di depannya.

“Antarkan anak ini ke ruang bawah tanah dan beri akses ke X-FT1, alokasikan tujuannya ke Dharmaya, Banten Trading Center. Maaf ya Kria, sebenarnya ada banyak hal yang ingin ku bicarakan denganmu, tapi saat ini aku sedang sibuk,” ujar Porenov.

Setiap wilayah atau negara setidaknya memiliki sebuah pusat tempat bagi Hunter yaitu Trading Center. Tempat pusat bagi Hunter itu hanya ada di beberapa wilayah besar tertentu yang memiliki potensi sebagai pusat perbelanjaan atau tempat berkumpulnya Hunter banyak untuk saling berkoneksi.

Tempat ini sering menjadi tempat berkumpulnya Hunter untuk mencari informasi, relasi, serta tempat untuk memakai alat yang paling penting di dunia saat ini yaitu alat teleportasi. Untuk membuat alat teleportasi membutuhkan bahan yang langka serta persetujuan negara, itu sebabnya alat ini hanya ada di satu tempat yaitu Trading Center.

“Tidak apa, seharusnya aku berterima kasih karena sudah mau repot-repot antar aku ke sini dan menuruti permintaannya Gezi,” ujar Kria sambil membungkuk ke arah Porenov.

“Aku benar-benar terima kasih karena melihat suatu pemandangan menarik di sini, tak menyangka aku bisa melihat itu di sini,” ucap batin Kria yang sambil menatap seseorang yang sedang duduk menyilangkan kakiknya.

Porenov beserta bawahannya pergi meninggalkan Kria sendiri bersama resepsionis. Saat Kria bersama Porenov, dirinya memerhatikan sekeliling sambil menggunakan Perception Eye untuk menganalisa seberapa banyak Hunter kuat yang ada di tempat dia berada.

Ketika Kria melihat salah satu orang yang sedang duduk di tempat kafe, dia tak menyangka melihat statusnya.

“Ku kira di dunia ini tak ada kultivator, sepertinya aku salah. Tapi, apa dia benar-benar kultivator sepertiku atau hanya namanya yang sama?” ucap batin Kria.

Awalnya Kria berpikir dia bisa melihat status tingkat kultivasi semua Hunter karena dia merasa level skill Perception Eye-nya itu meningkat, tetapi setelah dia mencoba menggunakan skill itu lagi ke Hunter lain yang sama-sama kuat setelah melihat orang yang mempunyai skill itu, Kria tak melihat adanya status tingkat kultivasi pada Hunter yang sama-sama kuat tersebut.

“Psst … Kau tahu perempuan yang duduk di sana? Dia asalnya dari mana?” bisik Kria ke resepsionis di depannya sambil berjalan.

“Dia berasal dari Cina … Hm? Apa jangan-jangan kamu tertarik dengannya? Dia memang cantik, tapi sebaiknya nyerah saja karena dia Hunter Rank S dan dari keluarga konglomerat juga,” balas resepsionis yang tersenyum menyeringai perkataan Kria.

“Nggak! Maksudku bajunya punya motif bagus, aku penasaran dari mana baju itu berasal sebab ada ukiran yang kayaknya keren aja gitu, dan baru kali ini aku melihat pakaian yang menyatu dari bahu ke tumit,” ucap Kria.

“Ah itu Qipao khas Beijing. Pakaian Qipao itu banyak ragamnya, tapi kalau dilihat dari motifnya sih dari Beijing,” ujar resepsionis yang berjalan di samping Kria.

“Begitu ya … Sepertinya kamu tahu banyak hal tentang negara itu padahal letak Cina dan Russia kan jauh?”

“Sebaiknya aku mencari informasi tentang negara Cina di perpustakaan nanti ….” Renung batin Kria.

“Sebagai resepsionis setidaknya harus tahu banyak hal karena kita harus memuaskan pelanggan dengan informasi yang kita berikan,”

“Benar juga, aku kan resepsionis juga sebelumnya hahaha … yah walau di serikat kecil sih,” balas Kria dengan senyum pahitnya.

Kondisi dunia sudah berbeda jauh dibanding 3.000 tahunan yang lalu, di mana sebagian letak geografis negara sudah memencar, bahkan ada yang lenyap akibat bencana besar 2.500 tahun yang lalu, bencana alam yang menghancurkan separuh wilayah di dunia.

Mungkin dulu negara Russia dan Cina termasuk negara yang besar dan berdekatan, tetapi sekarang kedua negara tersebut tak memiliki wilayah sebesar dulu dan letaknya pun sudah saling berjauhan.

Setelah beberapa menit berbincang, Kria dan resepsionis wanita di sampingnya akhirnya tiba di suatu tempat yang mereka tuju.

Saat tiba di lokasi itu, resepsionis mendekatkan kartu miliknya ke sebuah alat dan direspon dengan kebukanya pintu di hadapan mereka. Berbeda dengan suasana di ruangan sebelumnya yang serba ramai dan bewarna, di sini cenderung gelap dengan warna dinding biru muda polosan.

Di depan mereka terdapat sebuah gambar lingkaran yang di dalamnya terdapat suatu ukiran yang rumit untuk dipahami.

“Selamat datang di ruangan X-FT1, di sini Anda berada di ruangan teleportasi milik Russia. Sebelum memasuki gambar berbentuk lingkaran di depan Anda, Anda harus memakai alat ini agar teleportasi berlangsung lancar,” ucap resepsionis yang mengubah ucapannya menjadi formal.

“Fungsinya buat apa?” tanya Kria yang penasaran.

“Alat berbentuk sabuk ini berfungsi untuk menahan penggunanya dari massa berat dampak teleportasi nantinya. Perlu diingat, apabila pengguna tak memakai alat ini dan terjadi luka setelah menggunakan Teleportation Circle, maka kami tak bertanggung jawab atas itu semua. Apabila tak ada yang ingin ditanyakan, silahkan pakai dan pergi ke lokasi gambar lingkaran berada,” jawab resepsionis yang sedang berada di dekat alat seperti mesin fax.

Kria tanpa ragu menggunakan alat yang diberikan resepsionis di dekatnya dan langsung menuju di titik tengah gambar lingkaran berada.

Saat Kria memasuki titik tersebut, resepsionis menggunakan alat di depannya dan seketika sebuah gambar lingkaran di bawah Kria menyala terang dan berbunyi semakin kencang tiap detiknya.

“Selamat menikmati perjalanan Anda, terima kasih sudah mempercayakan jasa kami,” ujar resepsionis yang tersenyum.

Setelah resepsionis berkata demikian, Kria langsung menghilang dari lokasi itu dan dirinya tiba di ruangan yang hampir sama, tetapi warna dinding dan orang yang ada di depannya berbeda. Saat tiba, Kria kembali disambut oleh seorang resepsionis wanita.

“Apa aku di Banten?”

“Benar Tuan, tepatnya Anda berada di Leuwisari, Serang. Silahkan lepas alat yang Anda kenakan pada pinggang Anda agar saya bisa mengirim kembali alat tersebut ke titik semula Anda berada,” ucap resepsionis wanita yang ada di depan dekat pintu masuk ruangan Kria berada.

Setelah mengembalikan alat yang dia pakai, Kria dituntun oleh resepsionis itu ke ruang aula tempat Kria berada. Walau tempat ini lebih kecil dibandingkan Trading Center yang ada di Russia, tetapi di sini lebih ramai orang yang berlalu-lalang dan lebih banyak suara-suara yang masuk di kepala.

Ketika Kria berada di ruang aula tersebut, Kria melihat sosok pria berambut gondrong bewarna coklat menghampiri dirinya.

“Kria! Apa kau baik-baik saja? Kau tak apa kan? Maaf aku tak bisa menyelamatkanmu karena aku sedang sibuk urus administrasi,” ucap pria tersebut yang langsung memeluk Kria.

“Ah Gezi, aku gak kenapa-kenapa kok, aku bisa selamat karena nemu artifak walau udah hancur sih,”

“Coba lihat,” ujar pria yang langsung melepas pelukannya bernama Gezi.

“Sepertinya Anda sudah menemukan kawanan Anda, kalau tidak ada hal yang diperlukan, saya pamit dulu,”

Kria melambaikan tangannya ke resepsionis yang menemani dirinya sebelumnya lalu memperlihatkan artifak yang hancur ke Gezi yang menatap dirinya.

“Hmm … ini benar-benar artifak, sepertinya kamu hoki sekaligus apes pada saat itu, yah yang terpenting kamu selamat. Oh ya, ayo ke serikat bareng, pasti duit kamu habis kan?”

“Jangan nampar aku dengan realita dong, kan jadi inget lagi kalau duit habis,” respon Kria yang menghela napasnya dalam-dalam.

Sambil berbincang-bincang, mereka berdua menuju stasiun terdekat untuk menggunakan kereta dan kembali ke serikat.

Perjalanan itu berlangsung lama walau kereta yang mereka tumpangi itu tergolong cepat karena mereka menaiki kereta lokal, kereta yang melayani dan berhenti di banyak stasiun.

Banyaknya stasiun dari stasiun mereka pijaki sekarang yaitu Stasiun Besar Serang ke stasiun tujuan, Stasiun Rangkasbitung, tempat Serikat Sayap Abadi berada ada sebanyak 21 stasiun sehingga membutuhkan waktu yang lama sampai akhirnya mereka tiba di stasiun tujuan.

Di dalam kereta, Kria menjelaskan apa yang dia alami dengan sedikit bumbu cerita yang dia ubah sebagian.

“Begitu ya, aku tak pernah mendengar serikat Svetlana tetapi untuk serikat yang satunya aku tahu. Ketuanya kalau tak salah Koyanskaya kan? Serikat mereka salah satu serikat top yang ada di Russia. Aku tak menyangka mereka hampir terpojok,” ujar Gezi.

“Dan dia mengirim uang sebagai kompensasi melibatkanmu ke pertarungan mereka? Baik sekali mereka, sepertinya aku harus membalas budi serikat White Destiny saat aku ke Russia nanti,” tambah Gezi.

“E-e jangan, tambah malu aku nanti, udah diselametin mereka, dikasih uang pula, masa membiarkan ketua serikatku balas budi juga sih. Btw- aku rencana membeli smartphone, ada saran yang bagus gak yang mana?” tanya Kria yang mencoba mengganti topik pembicaraan.

Mereka berbicara banyak hal di dalam kereta sampai mereka tiba di Stasiun Rangkasbitung. Setelah sampai, mereka berjalan kaki dari stasiun ke tempat serikat mereka, Serikat Sayap Abadi.

“Ah manajer, Kria, akhirnya kalian datang!” ucap resepsionis perempuan yang berambut merah muda dan rambutnya di kepang ke arah samping.

Mendengar ucapan tersebut, semua kru yang ada di serikat serentak menghampiri Kria dan Gezi yang baru datang dan bertanya banyak hal.

Setelah mereka puas, Kria dan Gezi menuju ke meja resepsionis di mana perempuan berambut merah muda itu berada.

“Katanya ada uang masuk dari rekening atas nama Laurissa atau White Destiny, nanti kamu kasih semua ke Kria ya, Felaria. Kria, maaf aku ada banyak hal unnuk diurus, kalau ada apa-apa tanya aja ke resepsionis yang lagi berjaga,” ujar Gezi yang langsung meniggalkan serikat.

Setelah Gezi meninggalkan mereka, Kria menjelaskan semua kebutuhan yang dia perlu seperti mengecek status, mengambil uang yang diberi Laurissa, dan mendaftar untuk menjelajah Dungeon baru.

“Ok, udah didaftarin ya, tinggal datang aja ke Dungeon-nya. Ngomong-ngomong banyak banget duit yang kamu terima Kria, traktir dong~” ucap wanita berambut merah muda bernama Felaria yang melirik Kria dengan senyum genitnya.

“Iya-iya, aku traktir makanan buat semua kru deh habis jelajah Dungeon, gimana?”

Mendengar perkataan Kria, Felaria dan kru atau pekerja di serikat yang menguping langsung bersorak dan memuji Kria berkali-kali. Hunter selain Kria yang ada di ruangan langsung terkejut akibat teriakan kencang yang secara tiba-tiba tetapi mereka kembali fokus dengan tujuan dan urusan masing-masing di serikat.

“Udah saatnya ku cek statusku!” ucap batin Kria yang tersenyum dan semangat.

Terpopuler

Comments

Keyyis

Keyyis

mantap

2023-04-07

0

King

King

👍🏻👍🏻

2023-04-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!