Chapter 8: Eksplorasi Dungeon Pertama Kali Bagian I

“Bunuh semuanya- Bakar semuanya! Habisi semua yang ada!”

“Para penghianat yang telah menjual kita ke emperor- kita habisi saja!”

Kobaran api di mana-mana, bangunan yang didominasi terbuat dari kayu berjatuhan dan terlalap api hitam. Semua yang ada di mata anak kecil yang tersesat di tengah-tengah peperangan itu berhancuran, yang mana bangunan yang roboh mengeluarkan suara bergemuruh.

Anak kecil tersebut hanya bisa menangis di tengah peperangan yang terjadi. Walau begitu, ada satu orang yang mengusap kepalanya, mengusap air matanya, dan mendekatinya, mencoba untuk menenangkannya.

“Dik Voa, kalau kau tetap menangis di sini tak akan berubah! Cepat kabur dari sini sebelum mereka menemukanmu!”

“Ta-Tapi kalau aku pergi, Gu-gu-guru bagaimana!?” tangis air mata keluar dari mata sayu bocah bernama Voa.

Di saat anak kecil itu menangis, orang yang ada di depannya mendorong tubuh anak tersebut dan saat mencoba membuka matanya, pemandangan anak itu langsung gelap seketika.

“Huft … aku di mana?”

“Kau ada di rumah sakit lagi Kria, maaf aku terlalu berlebihan di tes sebelumnya,” ucap lelaki rambut coklat gondrong dengan mata tajam seperti mengintrogasi seseorang.

“Ah, begitu ya Gezi,” ucap seorang laki-laki yang terbaring bernama Kria yang menyaut pria gondrong bernama Gezi.

Setelah dirinya sadar bahwa Er Voa bereinkarnasi menjadi Kria seperti sekarang, dirinya selalu bermimpi tentang gurunya, baik ketika mengalami kenangan yang indah, maupun kenangan paling buruk yang dia ingin lupakan seperti barusan yang dialaminya.

Kria tak tahu pasti mengapa dia selalu bermimpi tentang gurunya, tetapi asumsi dirinya berkata kalau Kria memang rindu saja dengan gurunya, seseorang yang dia habiskan hanya sebentar, tetapi sangat bermakna bagi kehidupannya, yang membuat Kria sebagai Er Voa dapat menjadi salah satu pendekar kuat yang diakui banyak orang.

“Oh ya Kria, ini kartu Hunter-mu. Selamat kamu sudah resmi menjadi Hunter Rank F. Walau Rank Mana dan Rank Kekuatanmu hanya H dan G, tetapi kemampuanmu yang mencapai Rank E membuat dirimu bisa menjadi Rank F. Yah walau dari Rank H sampai F tak terlalu signifikan, tetapi setidaknya di Rank F kamu dapat menjelajah lebih banyak Dungeon ke depannya,” ucap Gezi sambil menepuk kedua tangannya.

“Oh iya, kamu sudah boleh pulang, kalau soal biaya seperti biasa, sudah aku tangani semuanya,” ucap Gezi yang tersenyum sambil mengedipkan matanya.

Kria yang terbaring itu langsung memeluk sahabatnya dengan erat. Beberapa detik kemudian, mereka menyadari kalau yang dilakukannya terlihat menggelikan sehingga membuat suasana sedikit canggung.

“Ngomong-ngomong apa kau mau langsung terjun ke Dungeon? Kalau iya, yuk ke serikat bareng,” ajak Gezi.

“Ah, masih ada sesuatu yang ingin ku urus dulu, nanti aku ke serikatnya,” jawab Kria yang tersenyum pahit mengingat apa yang dilakukan sebelumnya.

Mereka berdua pun pergi meninggalkan rumah sakit dengan arah yang berlawanan. Gezi dengan barang bawaannya pergi kembali ke serikat untuk bekerja, sementara Kria pergi ke kos dengan tangan kosong dan bergegas pergi ke stasiun terdekat untuk menggunakan kereta.

Sesaat tiba di kos, Kria langsung mengambil posisi duduk senyaman mungkin dan memulai meditasi untuk meningkatkan aliran Qi dalam tubuhnya.

“Untung saja aliran udara di sini tak buruk”

Kria memusatkan pikirannya dengan memejamkan matanya, dirinya menarik seluruh udara yang ada di sekitar dengan tenaga dalam yang dia keluarkan melalui tangannya.

Menit tiap menitnya kondisi tubuh Kria membaik dan udara di sekitar mulai memadat sehingga terasa sejuk di sekeliling Kria. Di saat Kria merasakan sesuatu seperti rasa kesetrum di tubuhnya, Kria langsung memusatkan aliran udara dengan tenaga dalamnya ke arah bagian tubuh tersebut.

“Heepth!”

Sebuah sinar muncul di dalam tubuh Kria, menandakan bahwa dirinya sudah naik tingkat ke ranah berikutnya. Setelah melakukan meditasi, napas Kria terlihat terengah-engah sebab ketika seseorang telah meningkatkan ranah kultivasinya, dia akan mengalami kelelahan akibat tubuh orang tersebut harus membiasakan terlebih dahulu dengan tubuh yang baru saja mengalami peningkatan. Setelah naik tingkat, Kria terbaring lemas selama beberapa menit dan akhirnya bisa pulih ke semula.

Semakin tinggi seseorang menaikkan ranah kultivasinya, maka semakin berat juga cobaan ketika melakukan meditasi ataupun setelah tingkat Qi-nya naik ke ranah berikutnya.

Sementara itu, di sebuah ruangan yang serba bewarna putih di waktu bersamaan, seseorang yang memiliki rambut panjang disambut oleh beberapa orang yang sudah ada di ruangan tersebut.

“Pak manajer, bagaimana kondisi Kria?”

“Kondisi dia sudah pulih, dia juga sudah pergi ke kos-annya,” jawab pria berambut panjang bewarna coklat yang seorang manajer di tempat ruangan tersebut.

“Aku tak mengerti kenapa Kria menjadi Hunter. Memang sih Hunter itu gajinya besar, tapikan Rank Mana dia cuman H ya kan? Kalau itu aku sih tetap menjadi resepsionis karena tunjangannya gede,” ujar salah satu orang yang ada di bangunan serba putih.

“Memang Rank Mana dia hanya H, tetapi dia itu Hunter Rank F loh! Aku yakin kalau dia bisa naik sampai Rank C- tidak bahkan sampai Rank A kalau dia bisa membangkitkan kekuatannya dua kali saat menjadi Hunter. Kria punya bakat bertarung, sayang saja Rank Mana dia begitu rendah,” ucap sang Manajer.

Ketika mendengar apa yang diucapkan manajer semua karyawan yang ada di bangunan itu terkejut, mereka tak menyangka ada orang yang bisa menjadi Hunter Rank F walau Rank Mananya rendah. Mendengar hal tersebut, mereka semua bersorak dan berpesta atas teman mereka yang berhasil mencapai Rank F.

“Omong-omong apa di dunia ini ada artifak yang dapat membantuku kultivasi tidak ya? Ah iya juga- aku harus coba cek status-ku untuk mengetahui apa Rank Manaku naik atau tidak,” ucap Kria sambil menyiapkan barang untuk pergi ke serikat.

Sebuah artifak seperti giok, gulungan, atau benda mistis lainnya dapat membantu seseorang dalam kultivasinya. Sebab itulah Kria mencari apakah benda itu ada atau tidak di dunianya sekarang, tetapi dia tak terlalu fokus pada artifak tersebut karena kalau misalnya ada, harganya pasti sangat tinggi yang tak mungkin dibeli oleh Kria sekarang.

Setelah bermeditasi, Kria tak lupa melatih tubuhnya dengan berolahraga kecil sebab kultivator yang baik tak hanya memperbaiki pikiran dan Qi mereka, tetapi juga bisa menyeimbangi kondisi tubuh agar tak mendapatkan efek samping akibat mengeluarkan jurus tertentu.

Seperti biasa, Kria selalu mengandalkan kereta bawah tanah sebagai transportasi menuju ke mana saja. Di dalam kereta, orang-orang selain Kria sibuk memandang alat bernama smartphone, sebuah alat untuk komunikasi, mencari informasi, bahkan bisa merekrut Hunter yang belum terasosiasi oleh serikat.

Kria di dalam kereta hanya bisa melamun tentang bagaimana caranya menggunakan Perception Eye agar levelnya meningkat, sebab dia merasa level skill dapat meningkat apabila sering dipakai seperti informasi yang ada pada buku yang dia baca di perpustakaan waktu lalu.

Kria saat ini juga berpikir untuk membeli smartphone segera ketika memiliki uang, untuk mencari informasi apakah ada artifak yang dijual, baik di pasaran seperti market atau pelelangan, maupun di pasar digital untuk membantu dirinya menaikkan ranah kultivasinya.

Kria sekali lagi menapakkan kakinya di bangunan yang memiliki warna serba putih dengan sedikit warna abu di dalamnya, yang terdapat sebuah ukiran di atas yang bertuliskan ‘Serikat Sayap Abadi’.

Kria sekarang di sini bukan sebagai resepsionis, melainkan Hunter yang meregistrasi untuk bisa mendapatkan akses masuk ke Dungeon yang terdaftar di pemerintah.

“Oh Kria, selamat sudah jadi Hunter ya. Ini gelang dan pin-nya. Apa kamu mau mencoba raid Dungeon tertentu?” ucap resepsionis wanita berambut merah muda.

“Aku ingin meng-update status pada gelangku,” kata Kria sambil mendekatkan gelang miliknya pada sensor alat pembayaran.

“A- kau tak perlu membayar, silahkan pakai saja,” ujar perempuan di depan Kria yang mencoba menghentikkannya mendekatkan gelang ke alat dengan menggenggam tangannya.

“O-ok. Kalau gitu aku permisi dulu,” saut Kria yang canggung melepaskan tangan perempuan berambut merah muda itu.

Perempuan berambut merah muda yang rambutnya dikucir ke samping, dengan mata merah gelap dan lipstik yang mempesona itu bernama Felaria, seorang teman Kria saat bekerja sebagai resepsionis.

Walaupun mereka berteman, tetapi hubungannya tak se-istimewa antara Kria dengan Gezi. Kria dan Felaria hanya berbincang ketika urusan kerja saja, atau saat kantor mereka kerja merayakan sesuatu seperti pesta ulang tahun.

Kria tiba di ruangan pertama kalinya dia sadar bahwa dirinya bisa menjadi Hunter. Tanpa basa-basi, Kria langsung mengoperasikan alat yang ada di depannya itu tanpa bantuan siapapun dan menaruh gelang pada alat tersebut.

Beberapa waktu berlalu, akhirnya sebuah bunyi berdering, menandakan gelang milik Kria sudah di-update informasinya. Kria pun langsung melihat informasi pada gelang dan melihat apakah benar bahwa Mana dan Qi itu sama.

〘Nama: Kria Vostred〙

〘Usia: 19 Tahun〙〘Kelamin: Laki-laki〙

〘Ras: Manusia〙

〘Level: 1 《0/100》〙

〘Mana: Rank G 《Growth Mode》〙

〘Rank Serikat: F〙

〘Affiliate: Serikat Sayap Abadi〙

〘Pekerjaan: Hunter〙

〘Afinitas Elemen: Air 《Terkunci》, Angin 《Terkunci》, Cahaya 《Terkunci》〙

〘Skills: Swords Dance 《Lv. 2 - Growth Mode》 , Perception Eye 《Lv.1 - Growth Mode》 , Ancient Seals 《Terkunci》, Spirit Bond 《Terkunci》〙

“Qi dan Mana benar-benar sama! Kalau begitu aku tinggal mencari bagaimana cara menggunakan Perception Eye yang ku punya,” batin Kria langsung gembira melihat status yang ada pada gelangnya.

Karena sudah tahu bahwa Qi dan Mana itu sama, Kria bergegas menuju resepsionis untuk mendaftar atau mem-booking sebuah Dungeon tepatnya agar bisa diakses dan dijelajahi.

“Kenapa kamu update status gelangmu? Emangnya Rank kamu naik? Kan enggak-“ tanya resepsionis wanita berambut merah muda bernama Felaria.

“Ahaha- Aku cuman mau memastikan sesuatu. Em Fel- aku ingin daftar untuk mengeksplorasi Dungeon, yang ada apa saja ya?” tanya Kria yang mencoba menyembunyikan fakta bahwa Rank Mana-nya meningkat.

“Tunggu sebentar,” jawab Felaria yang menggunakan sebuah alat seperti komputer di depan Kria.

“Ada 37 Dungeon di tingkat kamu nih, mau yang mana?” tanya Felaria

Kria melihat satu persatu list Dungeon yang tersedia. Pada alat yang memancarkan layar berisikan gambar dan nama Dungeon, di situ juga tertera jenis monster apa saja, potensi tingkat bahaya, serta hadiah apabila mengkoleksi Dungeon Core. Dungeon yang ada di bumi ini tidak bisa hilang sepenuhnya, melainkan hanya bisa tidak aktif untuk sementara waktu.

Untuk menonaktifkan Dungeon tersebut, seorang Hunter harus mengambil Dungeon Core, di mana benda tersebut dilindungi oleh Boss yang berbeda-beda tiap Core-nya. Pada umumnya Dungeon Core berkisar mulai dari 7 sampai ratusan, tergantung seberapa tinggi tingkat bahaya Dungeon tersebut.

Pada awal kemunculan Dungeon, orang-orang kesusahan untuk menaklukkan Dungeon karena belum tahu seberapa susah Dungeon yang ditaklukkannya, tetapi kini sudah ada teknologi yang dikembangkan oleh beberapa negara sehingga dapat mengetahui gambaran kasar kesulitan suatu Dungeon.

“Yang ini saja Fel,” ucap Kria yang menunjuk suatu gambar pada layar alat di depannya.

“Baik, kalau gitu aku scan dulu gelangnya. Oh iya, jangan lupa pakai pin serikatnya juga!” ujar Felaria.

Kria hanya membalas dengan mengangguk. Kedua gelang yang Kria pakai diserahkan ke Felaria untuk di-scan agar bisa di-update. Setelah beberapa menit berlalu, bar pada layar sudah penuh, menandakan kedua gelang sudah diperbarui sepenuhnya.

“Kalau begitu kamu sudah terdaftar di Dungeon Laphista, letaknya di Tanjung Duren, selebihnya bisa lihat map pada gelang. Durasi maksimal 10 hari, kalau enggak kena denda. Hati-hati di jalan ya Kria,” ucap Felaria yang tersenyum.

Kria langsung mengambil kedua gelangnya dari Felaria dan memasang pin pada jas hitam yang dipakainya sekarang. Dungeon Laphista, Dungeon Rank H adalah dungeon yang terletak di kawasan Tanjung Duren, kawasan yang masih di dalam kota Rangkasbitung dan jaraknya hanya berkisar 7 kilometer dari tempat serikat berada.

Karena saat ini Kria sedang mengalami krisis keuangan, Kria berjalan kaki ke sana dengan membawa bekal makan dan minum serta pedang Todak yang diberi Gezi setelah dirinya bertemu sesaat di serikat barusan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!