Kria dan Gezi memasuki ruangan dingin yang serba putih, ruangan yang selalu mereka kunjungi ketika membawa seseorang yang hendak menjalani tes untuk menjadi hunter seperti Kria sekarang.
“Aku sekali lagi memberi tahumu tentang alur seleksi agar bisa menjadi Hunter, anggap saja sebagai formalitas.”
“Seperti yang kau tahu, tahapan dibagi menjadi 3, yaitu tes bakat, tes kekuatan, dan tes kemampuan. Setelah selesai, baru akan didata ulang lagi di bagian Administrasi agar bisa menjadi Hunter secara resmi.
Tapi tak peduli seberapa kuatnya seseorang, dia hanya bisa mendapatkan Rank C setelah melalui tahapan yang aku bilang tadi sebab berdasarkan aturan tentang Hunter, seseorang harus menyelesaikan misi tertentu sebelum akhirnya bisa dipromosikan ke Rank selanjutnya yaitu B, A, dan yang paling tinggi S+,” sambung Gezi.
“Karena aku sudah tahu status-mu kemarin, maka kita akan melakukan tes setelahnya yaitu tes kekuatan,” ucap Gezi yang menuntun Kria ke arah tempat yang terdiri dari banyak peralatan.
Kini Kria dan Gezi tiba di di ruangan untuk tes kekuatan. Walau ruangan tiap tes atau 3 tes tersebut sama, tetapi ada penghalang seperti kaca transparan yang memisahi antar ruangan tes tersebut.
Tempat yang ada di depan Kria dan Gezi ini banyak sekali peralatan, baik peralatan berat sampai yang terlihat kecil dan sepele, yang semuanya terlihat futuristik tetapi tak tak terlalu menyakitkan mata seperti bangunan lain yang pada umumnya dipasang lampu kelap-kelip.
“Oke Kria, pakai gelang ini sebelum kita mulai tesnya,” ujar Gezi.
Gelang bewarna putih abu yang sekaligus menjadi warna simbol Serikat Sayap Abadi sudah dipakai Kria saat ini. Fungsi gelang tersebut tak lain berguna untuk alat ukur sekaligus sinkronisasi antara gelang dengan alat yang ada di depan Kria.
Ketika setelah melakukan tes dengan alat yang di depannya itu, barulah akan muncul sebuah layar pada gelang yang dipakai Kria dengan tulisan di dalamnya yang berisi hasil dari tes pemakai gelang tersebut.
“Kalau gitu, mulai!”
Kria langsung memulai ancang-ancang untuk mengeluarkan Qi dalam tubuhnya, yang mana Qi tersebut langsung melapisi bagian kulit Kria. Karena Kria belum sempat belajar tentang penggunaan Mana, jadi dirinya mengeluarkan Qi sebagai pengganti Mana untuk memperkuat tubuhnya.
Udara di sekitar Kria dan Gezi langsung terpusat pada sekeliling mereka, yang membuat Kria dan Gezi merasa lebih sejuk dibanding sebelumnya.
“Aku tak pernah melihat aliran Mana Rank H sepekat ini,” ucap batin Gezi yang sambil memerhatikan Kria dari dekat.
“Haaaat!!”
Kria meluncurkan serangan sekuat tenaga dengan tangan kanannya yang diyakini sebagai anggota tubuh terkuatnya. Parameter yang ada pada alat di depan Kria menaik, dan sebuah tulisan langsung muncul ketika benda tersebut terkena pukulan.
“Skala kekuatan 102 … Rank G,” ucap Gezi setelah melihat tulisan di alat di depan dia dan Kria.
“Kepekatan Mana tadi apa hanya kebetulan?” gumam Gezi yang terheran.
“Rank G huh … Untuk tubuh sampah ini tidak begitu buruk- Ku kira skala kekuatanku berada di Rank H,” ucap Kria dalam hatinya.
Bagi Kria, tubuhnya ini sangat lemah karena saat dirinya menjadi pendekar, tubuhnya tersebut dibilang sampah sebab pondasi Qi di tubuhnya dalam tingkat yang sangat rendah.
Akan tetapi, Kria tidak tahu bahwa perbandingan kekuatan di kehidupan sebelumnya sebagai Er Voa dengan yang sekarang sangat berbeda, di mana orang sepertinya yang selalu membawa alat berat ketika dirinya bekerja sebagai resepsionis itu lebih kuat dari orang biasa pada umumnya.
Jadi itu sangat wajar kalau Rank fisik Kria berada pada tingkat G walau dia belum melatih tubuhnya dengan intens yang akan dia rencanakan setelah resmi menjadi Hunter.
Alasan Kria tak melatih tubuhnya dulu baru mendaftar karena dirinya mau lihat seberapa cepat perkembangan kekuatannya dengan orang lain, termasuk dirinya sendiri ketika sebelum bereinkarnasi sebab Kria saat ini sudah memiliki keuntungan yaitu pengetahuan di dunia lamanya.
Bisa dibilang hal itu dilakukan karena sebagai orang yang kuat, Kria sudah bosan dan mencoba tantangan baru untuk menaikkan gairah dalam tubuhnya yang sudah lama pudar, baik sebagai Er Voa, maupun Kria.
“Rank G ya, seperti dugaan ku. Tapi, Kria- apa kau yakin tak menunda tesnya sebelum kau melatih tubuhmu dulu? Kalau kau tetap bersikeras melanjutkan, kau butuh setidaknya 10 Juta Rupiah untuk tes ulang?” Wajah cemas Gezi terlihat yang khawatir nasib Kria ke depannya.
“10 juta emang banyak, bahkan bisa untuk membayar kos selama 4 tahun lebih hahaha! Tapi tak usah, Gezi,” jawab Kria.
“Baiklah kalau itu maumu, aku tak akan menghentikanmu. Kalau gitu mari kita ke tes yang sebenarnya, tes kemampuan!” ujar Gezi yang langsung ke ruangan selanjutnya.
Kria dan Gezi sekarang tiba di ruangan seperti ring tinju, tetapi ukuran ruangannya jauh lebih besar berkali lipat. Di sana banyak senjata yang beragam digantung seperti sebuah pameran, mulai dari pedang, tongkat sihir, knuckle, bahkan alat yang dibilang aneh sekalipun, contohnya bambu runcing pun ada karena terkadang ada calon Hunter yang menuntut untuk memakai alat aneh sebagai senjatanya jadi mau tak mau serikat harus mempersiapkannya agar tak terkena tuntutan yang dapat menurunkan rating serikat.
Apabila rating serikat turun, otomatis banyak orang yang enggan mendaftar di serikat tersebut, bahkan parahnya bisa membuat Hunter yang ada di serikat mengundurkan diri dan pindah ke serikat lawan.
Kria langsung menuju barisan yang berisi pedang tanpa bertanya ke Gezi dan memilih sebuah pedang Todak, pedang yang mirip dengan ikan todak, yang mana bentuknya lancip dan menyerupai bulan sabit.
Pedang lancip berbentuk bulan sabit itu seperti pedang yang pernah Kria atau Er Voa pakai, yang sampai dirinya dijuluki sebagai Pendekar Pemancing Nyawa karena dalam aksinya Kria seperti memancing mangsa sebelum ditebas tiap anggota tubuh korbannya tersebut.
“Pedang Todak? Baru kali ini aku melihatnya dipilih, tak sia-sia aku membeli ‘Borongan’ dari seseorang, ternyata ada yang mau makai. Kenapa kau pilih itu Kria? Kenapa tidak memilih katana atau greatsword seperti kebanyakan orang pilih?”
“Entah kenapa aku merasa kalau ini seperti belahan jiwa yang ku cari selama ini. Ya tapi kalau misalnya tak cocok, kan bisa diganti nanti hehe-“ ucap Kria yang asal jawab sambil melihat cerminan yang mengkilap di depannya.
“Cih belahan jiwa- awas kalau sampai beralasan kalah karena senjata ya,” ujar Gezi yang menghela napas.
“Kalau gitu akan ku mulai!” ucap Gezi yang menerjang ke arah Kria berdiri.
Gezi langsung mengayunkan kedua tangan tanpa senjatanya itu ke arah Kria yang tengah terkejut. Sayangnya, serangan kejutan Gezi itu mudah ditangkis dengan pedang yang Kria pegang saat ini.
“Oh boleh juga- bagaimana kalau ini-〘Flake Burst〙!”
Tekanan yang diterima Kria menjadi lebih berat dan membuatnya terpukul mundur. Kria dengan cepat menjaga jarak dari Gezi dan mendorong tubuhnya dengan kedua kakinya untuk menyerang bagian titik buta Gezi, tetapi serangan itu dapat dihalau dengan mudah karena respon Gezi yang cepat.
“Serangan belakang!? Tidak mempan bodoh! 〘Rock Bullet〙” teriak Gezi sambil menembakkan peluru batu tepat di depan Kria setelah membalikkan badannya.
Bebatuan kecil yang memiliki bobot lumayan berat meluncur ke arah Kria. Walau saat ini Kria tak memakai Qi untuk memperkuat dirinya akibat sudah kehabisan energi karena mengeluarkan seluruhnya di tes kekuatan, Kria masih bisa menangkis peluru yang mengarah ke tubuhnya dengan mudah.
Walau di dunia ini skill adalah segalanya, tetapi ada pengecualian kalau seseorang dapat kuat dengan ketekunan yang tinggi, yang kerap kemampuan tersebut disebut sebagai passive skill, skill yang tak tertera pada gelang seseorang. Namun, sayangnya hal tersebut jarang dimiliki seseorang lantaran manusia di bumi ini lebih mengandalkan skill aktif mereka.
“Tetapi kenapa aku tak merasakan Mana lagi dari tubuh Kria? Apa jangan-jangan dia kehabisan Mana? Kalau begitu- bertanding lebih dari 3 menit tanpa Mana!?” batin Gezi merasa janggal.
Sekitar 3 menit-an Gezi dan Kria sudah bertarung. Walau serangan dominan dilakukan oleh Gezi, tetapi Kria dengan mudahnya menangkis serangan yang dilancarkan oleh Gezi.
Saat ini kemampuan Gezi menyesuaikan dengan hasil tes kekuatan yang Kria lalui, kalau tidak- tentunya Gezi sudah menang telak dari tadi.
“Coba ku sedikit iseng. Kalau dia bisa menangkis serangan ini juga, berarti dia punya bakat walau Rank Mana-nya sedikit buruk bagi Hunter,” ucap Gezi dalam hatinya.
Aura di sekitar Gezi berubah. Aliran udara seketika menuju ke tubuh Gezi yang menandakan dirinya sedang melakukan perapalan untuk mengeluarkan skill.
Perapalan yang dilakukan Gezi tak dapat didengar oleh Kria karena ada suatu pembatas serta aliran udaranya pun tak dapat dirasakan kecuali seseorang memiliki skill pendeteksi Mana.
Walau Kria tak dapat merasakan itu semua, Kria sangat yakin kalau Gezi akan melancarkan serangan terakhir yang dapat mengalahkan dirinya kapan saja. Karena itu, Kria menggunakan energi Qi yang ada dalam tubuhnya untuk dialiri ke pedang yang di genggamnya sekarang.
“Aku akui kau hebat untuk seseorang yang hanya memiliki mana pada Rank H! Tapi- asal kau tahu banyak di luar sana yang lebih kuat darimu! Ingatlah serangan ini dan jadikan pelajaran ke depannya- 〘Detroit Punch〙!”
“Oiiii!”
Sebelum Kria menyelesaikan perkataannya, Gezi sudah menghantam tubuhnya dengan pukulan berkecepatan tinggi tanpa bisa menahan serangan itu sedikit pun. Kria yang terkena serangan itu langsung pingsan dan tak sadarkan diri di hadapan Gezi,”
“Gawat, kayaknya aku terlalu berlebihan,” tawa canggung Gezi yang melihat Kria terbaring.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 19 Episodes
Comments