Sambil berjalan menuju lokasi Dungeon Laphista, Kria melakukan kultivasi sambil berdiri. Walau efisiensinya rendah dibanding ketika bermeditasi, setidaknya dapat membantu Kria lebih cepat naik ke ranah berikutnya dibandingkan tanpa melakukan apa-apa.
“Kalau tak salah level skill naik kalau sering dipakai kan ya? Perception Eye dari namanya itu skill untuk mengidentifikasi sesuatu kan? Kalau gitu, misal aku memfokuskan Qi-ku dibagian mata saja, apa aku bisa menggunakan skill itu ya ….” Ucap Kria sambil memegang dagunya ketika berjalan.
Kria berhenti kultivasi sementara sebab tidak bisa berkultivasi sambil mengeluarkan jurus termasuk skill yang Kria miliki. Dirinya langsung memfokuskan aliran Qi yang ada pada tubuhnya ke daerah mata secara perlahan untuk menghindari kelebihan kapasitas yang dapat meledakkan matanya karena Kria tak tahu pasti berapa jumlah Qi yang diperlukan dan apa bisa Qi yang dia gunakan itu dapat mengaktifkan skill Perception Eye-nya.
Di sepanjang jalan, Kria semakin banyak bertemu orang ketika dirinya semakin dekat dengan lokasi Dungeon, yang artinya jalan yang sudah dia tempuh itu benar mengarah ke lokasi Dungeon.
“Apakah segini cukup?” kata batin Kria sambil memelototi suatu benda yang ada di depannya.
Usaha yang dilakukan Kria belum berhasil, dirinya langsung menambahkan aliran Qi lagi ke daerah matanya. Sedikit demi sedikit Kria berhati-hati menambahkan aliran Qi-nya. Setelah dirasa cukup, Kria mencoba apa yang dia lakukan sebelumnya beberapa menit lalu.
“Ini? Wah ini berhasil!”
Kria gembira melihat sebuah layar yang bertuliskan nama benda serta deskripsi singkat yang ada di depannya. Dia tak menyangka buku yang terbilang karangan tak terkenal dapat membantunya mengaktifkan skill Perception Eye yang sangat berguna bagi dirinya di masa depan.
“Kalau gitu, coba aku menggunakan skill ini ke orang!”
Kria kembali mengalirkan aliran Qi ke daerah matanya. Karena Kria sudah tahu seberapa banyak yang dibutuhkan untuk mengaktifkan skill, Kria langsung mengalirkan energi Qi sebanyak yang dia perlukan. Setelah semua terkumpul, Kria mencoba melakukan hal yang sama sebelumnya.
“I-ini tidak aktif. Apa setiap objek yang diidentifikasi itu memerlukan jumlah Qi yang berbeda ya?” gumam Kria.
Masih penasaran dengan penggunaan skill-nya itu, Kria menambahkan aliran Qi lagi ke matanya secara perlahan. Ketika Kria melakukan itu berulang kali, Kria juga menyemil di jalan agar tak kelaparan karena menggunakan Qi cukup melelahkan bagi tubuh dirinya yang terbilang masih jauh kata normal bagi praktisi pendekar di kehidupan sebelumnya.
Setelah dirasa cukup, Kria mencoba menggunakan skill ke laki-laki yang ada di depannya tanpa terlalu mencolok seperti sebelumnya agar tak disangka mencari ribut.
〘Nama: Pratama Zani Andira〙
〘Usia: 17 Tahun〙〘Kelamin: Laki-laki〙
〘Ras: Manusia〙
〘Level: Tidak Diketahui《Level Perception Eye Terlalu Rendah Untuk Melihat》〙
〘Mana: Rank F〙
〘Rank Serikat: F〙
〘Affiliate: Serikat Angkasa Bakti〙
〘Pekerjaan: Hunter〙
〘Afinitas Elemen: Api〙
〘Skills:Flare Burst 《Level Perception Eye Terlalu Rendah Untuk Melihat》, Fireball 《Level Perception Eye Terlalu Rendah Untuk Melihat》, Fire Punch 《Level Perception Eye Terlalu Rendah Untuk Melihat》, Assault Kick 《Level Perception Eye Terlalu Rendah Untuk Melihat》, Firebody 《Level Perception Eye Terlalu Rendah Untuk Melihat》, etc〙
“Ini berhasil, Yeah!” sorak dalam hati Kria yang wajahnya terlihat kegirangan.
Usaha Kria membaca banyak buku di perpustakaan kini terbayarkan. Skill yang dia miliki itu akhirnya dapat dipakai secara aktif, terlebih dirinya bisa melihat status Hunter lain tanpa harus mendapatkan akses dari gelang milik Hunter yang ingin dia lihat statusnya.
“Ini level 1 kan? Aku penasaran kalau level maks bisa lihat apa saja ya dengan skill ini,”
Karena Kria sangat tahu betul kalau skill itu sangat berguna, dirinya memprioritaskan meningkatkan level skill tersebut dengan mengulang apa yang dia lakukan sebelumnya dan menghentikan berkultivasi sementara waktu. Bila Qi dia dirasa sudah hampir habis, dirinya berhenti sejenak, kalau tidak Kria akan pingsan seperti kehabisan oksigen.
1 jam setengah lamanya Kria berjalan santai dari serikat, akhirnya dia tiba di lokasi Dungeon Laphista, tepatnya di daerah Tanjung Duren. Kria melihat banyak sekali orang, ada yang sedang berdiskusi, ada yang sedang membeli barang dan obat-obatan dari pedagang yang jualan di sana, dan ada yang mengantri untuk memasuki kawasan Dungeon Laphista.
Berbeda dengan kawasan sebelumnya, kawasan di sekitar Dungeon Laphista sudah tak ada bangunan bertingkat-tingkat yang saling berdempetan. Di sekeliling bangunan yang menyerupai goa bewarna hijau itu hanya ada hamparan tanah coklat kehijauan serta tumbuhan yang berbeda ketika dunia belum ada Dungeon itu terlihat banyak akarnya yang menjalar di sekitar Dungeon.
Di dekat arah pintu masuk Dungeon, terdapat sebuah biasan cahaya pelangi seperti menghalangi antara Dungeon dengan lokasi Kria berada.
“Hmm kalau dipikir-pikir, lebih baik ku melakukannya sendiri, atau party ya?”
Untuk menaklukkan Dungeon biasanya orang melakukan dua hal, yaitu Solo Mode atau memasuki Dungeon sendiri, atau Party Mode yaitu masuk Dungeon bersama Hunter lainnya, baik dari serikat yang sama maupun yang berbeda.
Keduanya memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing, apabila seseorang melakukan Solo Mode, dia akan mendapatkan reward yang lebih banyak karena tak perlu berbagi dengan Hunter yang lain, tetapi resiko keselamatan untuk menjelajahi Dungeon sangat riskan, baik itu melawan monster, ataupun Hunter lain yang mencoba membunuh Hunter lainnya atau julukannya Hunter Killer karena orang tersebut mencoba mendapatkan keuntungan lebih dari membunuh Hunter lainnya.
Membunuh sesama Hunter tentu berakibat fatal, tetapi ada saja orang yang melakukan itu demi kesenangan masing-masing.
Sementara Party Mode, seorang Hunter akan terasa lebih aman karena mereka bertarung bersama, tetapi sebagai gantinya Hunter yang tergabung dalam Party Mode harus membagi hasil jarahan mereka di Dungeon. Seseorang yang tergabung dalam Party Mode tak perlu khawatir apabila ada pihak yang melanggar persetujuan saat masuk dalam Party tersebut karena ada sebuah fitur di gelang yang Hunter pakai tentang perjanjian ketika selesai menjelajahi Dungeon.
“Lebih baik ku sendiri aja deh, tidak ada Hunter yang begitu ku kenal di sini. Lain kali aja ah kalau aku ketemu Hunter yang ku kenal reputasinya~,” ucap Kria sambil menuju barisan orang yang mengantri di pintu masuk Dungeon.
Bertarung dan menjelajah Dungeon dengan Party Mode memang menambah kekuatan dan keamanan bagi Hunter yang tergabung di dalamnya, tetapi kalau seseorang bergabung ke Party tanpa mengenal apapun, justru akan membahayakan bagi dirinya sebab tidak tahu kemampuan skill temannya sehingga memungkinkan terjadinya kesalahan formasi saat bertarung dan bisa membahayakan nyawa.
Biasanya Party Mode dilakukan oleh sekolompok Hunter yang sudah mengenal lebih dulu di serikat, atau dilakukan bila Hunter tersebut sudah mencapai Rank tinggi sebab bila dalam bahaya, Hunter itu dapat kabur dengan mudah.
Antrian akhirnya sudah selesai dan kini Kria sedang berhadapan dengan pengawas di pintu masuk Dungeon sambil mendekatkan gelangnya ke alat sensor yang ada di meja pengawas tersebut.
“Sudah terdaftar, silahkan masuk. Berikutnya tolong cepat maju!” ucap penjaga tersebut sambil mencatat data hasil scan gelang milik Kria di smartphone-nya.
Kria langsung memasuki sebuah warna pelangi yang ada di pintu di depannya. Setelah melangkahi cahaya tersebut, Kria melihat hamparan pasir bewarna hijau, dengan bukit-bukit serta bebatuan yang menyerupai bangunan di zaman abad pertengahan.
Dirinya yang baru masuk Dungeon pertama kali dalam hidupnya sangat mengagumi pemandangan indah yang tak bisa dilihat di dunianya, walau dia menyayangkan tempat ini banyak monster yang dapat menghabisi makhluk hidup di bumi kapan saja.
Saat menoleh ke belakang, Kria tak dapat melihat lagi orang-orang yang sedang mengantri, melainkan hanya ada cahaya bewarna pelangi yang berada di antara tumpukkan bebatuan. Pada dasarnya, Dungeon memiliki beberapa pintu dan normalnya ada empat.
Pintu yang dilalui Kria merupakan pintu barat Dungeon Laphista, salah satu pintu masuk Dungeon ini. Pintu-pintu tersebut tak akan pernah tutup, kecuali Dungeon Core yang ada di dalamnya akan habis dan pintu Dungeon akan membuka kembali setelah Dungeon Core terbentuk lagi.
“Sebaiknya aku bergegas mencari monster, menurut info harusnya hanya ada 6 jenis monster di Dungeon ini,” ucap Kria sambil berlari kecil dan melangkah maju ke depan.
Beberapa menit berlalu, akhirnya Kria menemui kawanan monster di depannya. Monster itu menyerupai serigala tetapi ukurannya lebih kecil dibanding serigala yang ada pada masa Pra-Dungeon, dengan bulu bewarna putih dan taring biru yang mengeluarkan air liurnya secara terus menerus menghadap Kria seperti niat menyantap tubuhnya.
“Blurof 3 biji, level 4? Harusnya aku bisa mengalahkannya!” ucap Kria sambil menggunakan skill Perception Eye-nya.
Saat Kria bertemu kawanan monster bernama Blurof itu, Kria langsung menggunakan skill untuk mengetahui kemampuan atau level dari monster yang ada di depannya. Setelah mengetahui bahwa dirinya memiliki kesempatan mengalahkan 3 Blurof, Kria langsung menerjang dengan cepat sambil menganyunkan Pedang Todak-nya.
“Hett! Hyaaat!” Kria yang menggeram sambil mengayunkan pedangnya dengan lihai dan enak dipandang.
Dalam sekejap mata, Kria dapat menebas bagian leher dan memisahkan antara kepala dan bagian tubuh lain salah satu Blurof di depannya. Kria mengulangi lagi gerakannya sampai seluruh Blurof itu mati.
Karena Kria tak mempunyai skill penyimpanan seperti Spatial Room yang beberapa Hunter punya atau seorang Porter, Hunter yang bekerja membawa barang bawaan jarahan di Dungeon, Kria hanya mengambil Monster Core atau benda bulat bertekstur kasar bewarna ungu dari bangkai Blurof yang dia kalahkan dan menyingkirkan bangkai monster itu dengan membuat sebuah lukisan agar Dungeon otomatis melahap bangkai monster tersebut karena dagingnya tak dapat dijadikan makanan serta bagian tubuhnya tak dapat dijadikan armor yang kuat.
Saat dirinya hendak mengambil Core tersebut, salah satu gelang yang ada pada tangan Kria berbunyi dan tulisan di dalamnya berubah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 19 Episodes
Comments