HOSPITAL #LIVE, LOVE & LAUGH#

HOSPITAL #LIVE, LOVE & LAUGH#

Stetoskop 1, Permulaan

"dokbar.. posisi dimana? Ada pasien kecelakaan di IGD, tingkat kesadarannya delirium (menurun tingkat kesadaran disertai kekacauan motorik seperti gelisah, meronta)" perawat IGD menelepon dr. Barra Alman Said, yang biasa dipanggil dokbar untuk mempersingkat panggilan.

"Ok segera kesana.. cuci tangan dulu ya, baru sempat makan nih di ruangan, tau sendiri dari tadi IGD ga berhenti pasiennya" jawab dr. Barra yang langsung menghentikan makan malamnya di ruangan dokter jaga, persis disamping IGD.

dr. Barra segera memakai snellinya (jas dokter berwarna putih) sambil setengah berlari memakai masker dan sepatunya. Ia langsung menuju bilik periksa yang ditunjuk oleh perawat IGD.

Sudah banyak darah mengucur dari kaki pasien, ada korban tabrakan antara dua motor yang berlawanan arah, salah satunya meninggal di tempat kejadian dan sedang diurus oleh pihak kepolisian.

Pasien yang dibawa ke IGD, diperiksa dan dihentikan perdarahannya. Luka robek pada paha karena terkena stang motor, helmnya juga terlepas sehingga kepala terbentur aspal jalan. Tidak ada luka terbuka dibagian kepala, tapi perlu untuk di Rontgen untuk memastikan kondisinya.

Keluarga pasien sudah datang ke Rumah Sakit dan berteriak histeris melihat kondisi pasien. Setelah semua dihentikan perdarahannya dengan cara dijahit, pasien baru di Rontgen untuk memeriksa apakah ada fraktur (patah tulang) atau tidak serta cedera bagian kepala. Keluarga pasien mendapat penjelasan singkat namun padat dari dr. Barra mengenai kondisi pasien secara umum.

dr. Barra yang berdinas malam ini menjelaskan bahwa tampak patah tulang di telapak kaki karena tertimpa motor sportnya dan akan dikonsultasikan dengan dokter spesialis Ortopedi dan Traumatologi (dikenal sebagai dokter ortopedi/dokter spesialis tulang dan ahli bedah ortopedi, memiliki fokus perawatan pada bagian sistem muskuloskeletal/sistem yang meliputi otot, tulang, sendi dan struktur jaringan penunjang sekitar sendi) untuk penanganan lebih lanjut.

"Anda tuh dokter baru ya? kok bingung banget sih tanganin pasien, yang sat set sat set dong kalo jadi dokter IGD, mikir yang cepat. Masa segala mau tanya ke dokter lainnya, dokter ini sebenarnya ngerti ga cara menangani pasien?" Bapak sang pasien marah.

"Kami berusaha melakukan tindakan terbaik yang bisa kami upayakan Pak" jawab dr. Barra dengan sopan.

Memang ketika menghadapi keluarga yang tertimpa musibah, seorang dokter harus memiliki empati dan tata bahasa yang baik sehingga tidak menimbulkan permasalahan baru bahkan rasa tersinggung dari pihak keluarga pasien. Menghadapi keluarga pasien yang pasti kalut dan sedih serta tidak berpikir panjang, membuat sering terjadi selisih paham antara pihak medis yang berada di garda terdepan dengan pihak keluarga.

"Anda kan dokter ... masa masih tanya dokter yang lain. Emangnya ga bisa ditanganin sendiri dulu? kalo ga ngerti, kenapa diterima kerja di IGD sih?" lanjut pihak keluarga mulai mengoceh dengan mengulang ucapan yang sama.

"Kami para dokter mempunyai keilmuan yang berbeda-beda, sebagai dokter umum, saya meminta saran dengan cara berkonsultasi dengan dokter spesialis tulang, sehingga penanganan pasien akan lebih optimal Bapak.. Ibu.." jelas dr. Barra.

"Ga usah deh, kalo dokter Rumah Sakit itu ujung-ujungnya pasti disuruh operasi. Ga orang kecelakaan, ga orang melahirkan.. pasti disuruhnya langsung operasi, mau enaknya doang, biar dapat uang banyak. Memang ga bisa gitu minum obat atau pasang penyangga dulu? Saya bawa pulang aja dok, nanti anak saya mau dibawa ke Cimande. Disana ga perlu pake operasi-operasian segala, sebentar juga udah bisa jalan lagi. Tetangga saya kecelakaan terus diurut di Cimande tiga kali, sekarang udah bisa lari" putus Bapaknya pasien kecelakaan.

"Baik Pak.. kami hormati keputusan keluarga, meskipun kami belum menjelaskan tindakan operasi sebagai tindakan lanjutan. Tapi disini saya jelaskan mengapa perlu berkonsultasi dengan rekan sejawat itu guna tegaknya sebuah diagnosa" lanjut dr. Barra.

"Ga usah tegak diagnosa segala dok, sekarang yang penting anak saya bisa jalan aja udah cukup, soalnya anak saya ini kan tulang punggung keluarga" ucap Ibunya pasien dengan nada yang kurang sopan.

"Baik Bapak.. Ibu, silahkan tandatangani inform concern ini, sebagai bukti bahwa kami pihak medis, sudah memberikan penjelasan kondisi medis kepada pihak keluarga serta pihak keluarga memutuskan pasien akan dibawa pulang. Hal ini sebagai laporan kepihak yang berwajib dan pihak pelayanan medis Rumah Sakit jika dikemudian hari diperlukan" kata dr. Barra.

"Ribet banget sih nih Rumah Sakit, sini dok.. mana kertas yang mau ditandatangani?" tanya keluarga pasien.

dr. Barra menyodorkan secarik kertas kepada keluarga pasien.

Setelah menandatangani dan mendengarkan penjelasan dr. Barra, keluarga sepakat untuk membawa pasien keluar dari IGD dengan segala resiko yang ditanggung sendiri.

.

Baru saja dr. Barra mencuci tangannya kemudian berniat untuk melanjutkan makan malam yang dinikmati hampir tengah malam, tiba-tiba datang pasangan muda memasuki pintu IGD.

Pasangan tersebut disambut dengan keramahan dan kesigapan para perawat. Sesuai prosedur awal, perawat bertanya tentang keluhan yang membuat pasien datang tampak terburu-buru masuk ke IGD. Setelah mengetahui penyebab kedatangan, pasangan ini diarahkan kesalah satu bilik yang ada di IGD.

Tampak keluarga pasien yang tadi mengalami kecelakaan sudah ada didepan IGD bersiap untuk pulang. Cleaning service pun segera membersihkan tempat tidur dan lantai yang terkena tetesan darah.

Perawat melaporkan ke dr. Barra yang masih mencuci tangan di wastafel, ada pasien baru di bilik nomer tiga. dr. Barra mendekati bilik tersebut untuk memeriksa kondisi pasien.

"Selamat malam... ada keluhan apa Mba?" sapa dr. Barra dengan sopan kepada wanita yang masih tampak muda belia.

"Anu dok" jawab sang wanita agak ragu.

Lelaki yang ada disebelahnya pasien juga tampak malu-malu untuk menjawab pertanyaan dr. Barra.

"Coba dijelaskan perlahan ya, jadi saya bisa mendiagnosa secara lebih jelas" ucap dr. Barra.

"Begini dok... anu... gimana ya dok... Mas coba deh, Mas aja yang jelasin ke dokternya" pinta sang wanita.

dr. Barra mengalihkan pandangannya kearah sang lelaki.

"****** ketinggalan didalam dok" jawab laki-laki itu setengah berbisik menahan rasa malunya.

"Tunggu ya.. saya akan panggilkan bidan agar lebih nyaman bagi pasien untuk mengeluarkan alat tersebut, pasti pasien akan sungkan jika saya yang mengambilnya" jelas dr. Barra.

dr. Barra kembali ke mejanya dan menghubungi ruang bersalin, dia meminta satu orang bidan untuk turun dan membantunya di IGD serta membawa alat yang sudah diminta untuk dibawa turun.

Lima menit kemudian, bidan sudah datang ke IGD, dijelaskan singkat untuk mengambil tindakan mengeluarkan alat kontrasepsi yang tertinggal di **** **********. Bidan langsung menuju ke bilik pemeriksaan.

dr. Barra duduk di mejanya kemudian membuka map medical record pasien yang baru saja diantar oleh bagian rekam medis, dia menulis apa yang diceritakan oleh pasien. Sambil menarik nafas panjang, dia melihat status pasien belum menikah dan usianya baru enam belas tahun.

"Semudah itu hubungan suami istri terjadi sebelum menikah. Semoga perkiraan saya salah, siapa tau kan mereka memang menikah diusia dini" ucap dr. Barra dalam hatinya.

dr.Barra belumlah menjalankan agama dengan baik, hanya sekedar sholat lima waktu yang waktunya juga belum tepat waktu. Jadwal sebagai dokter jaga di dua Rumah Sakit swasta ditambah menjadi dokter umum di Klinik BPJS faskes tingkat 1, membuatnya tidak bisa ikut kajian agama secara rutin. Membaca Al Qur'an pun belum istiqomah setiap hari dilakukan.

.

Bidan keluar dari dalam bilik periksa sambil tersenyum dan mendekati dr. Barra yang duduk di kursi tempat konsultasi.

"Sudah ya dok... untung masih belum dalam banget, jadi masih bisa ditarik pake pinset" jelas bidan pelan.

Pasangan tersebut masih berada didalam bilik, belum mendekat kearah dr. Barra.

"Oke, thanks ya... oh ya, sudah memberikan edukasi bagaimana cara memakai alat kontrasepsi tersebut ke pasien?" tanya dr. Barra

"Belum dok... pasangan itu mungkin pengantin baru dok, jd belum paham cara pakainya. Ya maklumlah dok masih hot-hotnya, lupa kalo tembakan udah mengeluarkan peluru pasti kisut perlahan.. hehehe" bisik bidan.

"Ampun deh kalo dinas sama emak-emak, apalagi profesinya bidan... omongannya parah dan bikin pengen ketawa" jawab dr. Barra sambil nyengir.

"Makanya kawin dok... udah banyak yang ngantri tuh dokter jaga di instalasi rawat inap, tiap dokbar yang jaga pasti pada titip salam.. atau mau sama perawat aja dok? Nanti saya kenalin yang cakep-cakep deh" promo bidan.

"Udah sana.. kerja.. kerja.. ngerumpi aja" usir dr. Barra becanda.

"Enak deh kalo dinas pas dokbar ada di UGD, kasusnya lucu-lucu, besok saya ajarin ya cara ambil alat tadi, jadi kalo ada pasien begitu lagi, dokbar ga usah panggil bidan" kata bidan.

"Bukan ga bisa, tapi risih lah... pasien pasti akan lebih nyaman sama cewe dong. Lagian takut ah..." ujar dr. Barra.

"Takut apa dok? kan tinggal ditarik aja. Katanya mau sekolah Ortopedi, itu malah lebih parah kasus-kasusnya" tanya bidan.

"Takut kepengen.. secara liat begituan... hehehe" jawab dr. Barra pelan.

"Hahahha.. oke deh dok, saya balik dulu ke ruang bersalin. Jangan lupa pagi ini ikut sarapan bareng ya di ruang bersalin, ada yang ulang tahun, secara yang lagi dinas kan para fansnya dokbar loh, tadi udah pesen buat ajak dokbar sarapan bareng" ajak bidan.

"Hehe kaya artis aja banyak fansnya, kita liat nanti pagi aja ya.. ga janji loh" jawab dr. Barra.

"Ok... met malam dokbar ... mudah-mudahan bisa istirahat dengan nyenyak ya malam ini" pamit bidan.

"Woyyyyy di IGD ngomong begitu... tabu...." potong perawat UGD.

"Upsss lupaaaa.. hehehe piss" jawab bidan sambil meninggalkan IGD.

Ya IGD memang keramat untuk berkata-kata, kebiasaannya pasti akan terjadi kebalikannya.

dr. Barra mempersilahkan pasien duduk di kursi konsultasi. Sebagai seorang dokter, kewajibannya adalah mengedukasi pasien tentang alat kontrasepsi meskipun penjelasannya tidak terlalu rinci, seperlunya saja. Biar bagaimanapun dia bukan pemuka agama yang menasehati tentang haram halal, kewajibannya hanya sebatas profesi.

💠

Sekitar jam dua siang, sebuah motor terparkir didepan sebuah minimarket, haus melanda sang pengendara motor. Ya, lelaki tersebut memilih untuk naik motor karena jadwal hari ini lumayan padat dan yang dilalui adalah daerah rawan macet.

Lelaki tersebut harus sudah ada di Bogor jam delapan pagi tadi, ada seminar yang harus dihadiri karena beliau bertindak sebagai narasumber. Padahal dini hari masih ikut operasi sectio caesaria di dua Rumah Sakit yang berbeda. Sebenarnya ada supir yang biasa mengantar, tapi kemarin ijin tidak kerja karena istrinya sakit.

Nama lelaki tersebut adalah Farraz Alif Ramadhan, biasa dipanggil dokter Raz, profesinya sebagai dokter bedah sekaligus dokter anak (dokter Raz mengambil dua spesialisasi dalam waktu yang hampir bersamaan). Beliau adalah anak pertama dari empat bersaudara, usianya sudah menginjak empat puluh tiga tahun. Statusnya adalah single father dengan dua orang anak. Istrinya telah meninggal dunia lima tahun yang lalu karena kecelakaan saat akan memberikan surprise ulang tahun dokter Raz di Rumah Sakit tempat suaminya praktek.

Setelah membayar minuman di kasir, dokter Raz langsung keluar menuju parkiran, sambil duduk di jok motor, diteguknya air mineral dingin. Sambil menghapus peluh yang sudah membanjiri wajahnya karena sengatan cahaya matahari siang hari.

dokter Raz sudah tidak ada jadwal praktek hari ini, jadi berniat pulang ke rumah untuk beristirahat, karena besok jadwal prakteknya full dari pagi hingga sore.

Saat beliau sudah bersiap kembali memacu si kuda besi, ada sebuah motor yang tepat melintang didepan motornya. Membuatnya tidak bisa melaju.

Siang ini macet, sehingga dokter Raz diam diatas motornya hingga motor yang berada didepannya bergerak.

Sebenarnya pemandangan jalanan macet sudah menjadi santapan harian warga Ibukota, tapi siang ini berbeda, didepannya terbentang pemandangan yang mengguncang jiwa, seorang wanita paruh baya, yang diperkirakan berusia sekitar tiga puluh lima tahun, dengan gamis warna gelap serta ditutupi jaket jeans, tanpa bedak diwajahnya, peluh yang mengalir deras dipipinya, tampak eksotis diterpa sinar matahari.

Sempat terpana, kemudian dokter Raz mengeluarkan HP dari saku jaket motornya dan langsung mengabadikan momen ini.

"Ya Allah, jantung ini berdegup kencang, apa karena wanita yang sekarang ada dihadapanku?" tanya dokter Raz dalam hatinya.

Setelah mengabadikan secara diam-diam sosok wanita tersebut dari arah samping, dokter Raz memasukkan kembali HPnya kedalam kantong jaketnya.

Entah kenapa, hati dan pikiran dokter Raz meminta untuk mengikuti wanita tersebut. Dengan jarak yang masih bisa terpantau tanpa tercurigai, beliau melewati jalan tikus yang tidak pernah sama sekali dilalui.

Sejak kematian istrinya, baru kali ini dokter Raz merasakan rasa yang tak biasa terhadap wanita. Rasanya seperti jatuh cinta kembali. Padahal selama lima tahun terakhir, setiap hari berhadapan dengan kaum wanita tapi tak pernah muncul desiran sehangat ini.

"Semoga rasa yang muncul bukan sekedar nafsu belaka dan wanita itu pun masih sendiri statusnya .. siapkan hati Raz jika dia sudah punya suami" ucap dokter Raz dalam hatinya.

Sepanjang perjalanan, do'a terlantun tanpa putus. Berharap inilah jodoh yang Allah kirim kembali untuknya agar bisa membina rumah tangga untuk kedua kalinya.

"Ini otak kenapa ya? kenapa ga bisa berpikir panjang... Raz.. kalo dia istri orang gimana?" kembali ada perang batin dalam diri dokter Raz.

Wanita paruh baya tersebut mungkin tidak terlihat menarik bagi kaum Adam. Badannya berisi meskipun tidak gempal, kulitnya sawo matang, tidak terlalu tinggi juga tampaknya.

Setelah tiga puluh menit perjalanan, wanita tersebut membelokkan motornya kesebuah rumah sangat sederhana.

dokter Raz ikut menepikan motornya diseberang rumah tersebut, kebetulan ada tanah lapang yang sepertinya jika malam hari menjadi pujasera (pusat jajanan serba ada).

dokter Raz duduk disebuah kedai minuman, beliau memesan segelas es jeruk peras, sambil memperhatikan rumah wanita tersebut dari seberang jalan.

Wanita tersebut sudah masuk kedalam rumah sedari tadi. Yang kini terlihat oleh dokter Raz adalah seorang Bapak tua berusia sekitar enam puluh tahunan, dokter Raz memprediksikan jika Bapak tua tersebut adalah orang tua dari wanita yang telah berhasil mencubit hatinya.

🤩

Haiiii para readers...

Semoga sehat dan masih mau menikmati hasil karya author yang terbaru ya.

Setelah semedi dan menimbang-nimbang, finally keputusannya nulis lagi. Ternyata diri ini perlu menumpahkan banyak kata-kata tiap harinya. Tapi selow-selow buat updatenya ya, ga perlu setiap hari tayang yang penting ada 🤭. Mencoba menikmati rasanya menulis lagi seperti awal pertama kali nulis. Beneran beberapa bulan ini kehilangan ide dan mood untuk menulis. Bahkan buat nulis episode 1 aja sampe memakan waktu dua Minggu 🙈.

Kali ini kita mainnya di Rumah Sakit, banyak hal yang bisa tergali didalam sana. Bisa dibilang ini 50% pengalaman selama "main" di Rumah Sakit dan 50% nya cuma rekaan belaka biar terkesan dramatis😁.

Dengar kata Rumah Sakit pasti yang terlintas itu kata sakit, penyakit, dokter, operasi, tindakan medis, biaya dan sebagainya. Tapi jangan lupa, layaknya dunia .. disana ada cerita cinta dengan segala kisahnya, kehidupan dengan segala problematikanya serta canda tawa meskipun penuh air mata.

Selamat membaca semua... inilah karya terbaru author ...

🏪🏪🏪🏪🏪🏪🏪🏪🏪

HOSPITAL

# LIFE, LOVE & LAUGH#

🚑🚑🚑🚑🚑🚑🚑🚑🚑

Jangan lupa tinggalkan jejak like and komentarnya serta iklankan judul ini ke pembaca lainnya.

Jejak Anda sangat berarti sebagai support systemnya author.

Jika ada kesamaan latar, nama, cerita dan lain sebagainya, hanya kebetulan semata.

🌿 BundaDM 🌿

Terpopuler

Comments

Akhmad Soimun

Akhmad Soimun

aku bingung bayangin mukanya Hana deh Bund, kyaknya Hana gak cntik gtu yaah, manis jga gak terlalu..kyaknya cntik dan manis jd satu..jdinya mungkin wajahnya sedang² ajaa. kalo kulit sawo matang si kyak aku, tpi bdan agak berisi sma tdk terlalu tinggi..aku nyari² org d sekitar aku yg mirip² Hana kok susah yah Bund,

2023-12-06

1

Akhmad Soimun

Akhmad Soimun

saking sukanya sama DokBar dan Up.nya cuman 1, terus stiap liat NT pasti buka Novel in jdi rindu ini smkin berat ke dokbar. Akhirnya di putuskan utk baca awal ceritanya. Dan baru inget LG tokoh yg diceritakan diawal si DokBar. Berarti emang di sini DokBar bintangnya lah yaa. Endingnya kyaknya bahagia.

2023-12-06

1

Maura

Maura

jangan lupa visual thor biar tambah menarik dibacanya👍

2023-10-16

1

lihat semua
Episodes
1 Stetoskop 1, Permulaan
2 Stetoskop 2, Pada awalnya
3 Stetoskop 3, Masa lalu
4 Stetoskop 4, Masa kelam
5 Stetoskop 5, Kisahpun bermula
6 Stetoskop 6, Perkenalan
7 Stetoskop 7, Menjemput impian
8 Stetoskop 8, Realitanya ada
9 Stetoskop 9, Dinamika IGD
10 Stetoskop 10, Bertemu masa lalu
11 Stetoskop 11, Hari dan wanita
12 Stetoskop 12, Tugas dokter
13 Stetoskop 13, Para lelaki
14 Stetoskop 14, Tak sesuai bayangan
15 Stetoskop 15, Berbincang
16 Stetoskop 16, Rencana baru
17 Stetoskop 17, Merenung
18 Stetoskop 18, Sekelumit kisah
19 Stetoskop 19, Menyimpan cerita
20 Stetoskop 20, Keresahan
21 Stetoskop 21, Mencari jalan
22 Stetoskop 22, Dilema
23 Stetoskop 23, Putaran takdir
24 Stetoskop 24, Perubahan
25 Stetoskop 25, Kisahnya Barra
26 Stetoskop 26, Penolakan
27 Stetoskop 27, Demi masa depan
28 Stetoskop 28, Dan terjadilah..
29 Stetoskop 29, Perbaikan
30 Stetoskop 30, Kehilangan
31 Stetoskop 31, Menahan emosi
32 Stetoskop 32, Bicara
33 Stetoskop 33, Tragedi
34 Stetoskop 34, Rutinitas
35 Stetoskop 35, Duka
36 Stetoskop 36, Pertemuan
37 Stetoskop 37, Jalan berdua
38 Stetoskop 38, Hati ke hati
39 Stetoskop 39, Mencari
40 Stetoskop 40, Harus bisa
41 Stetoskop 41, Menuju yang lebih baik
42 Stetoskop 42, Langkah
43 Stetoskop 43, Berjuang
44 Stetoskop 44, Mengenal
45 Stetoskop 45, Penjajakan
46 Stetoskop 46, Keadaan
47 Stetoskop 47, Terkuak
48 Stetoskop 48, Kedua kalinya
49 Stetoskop 49, Seperti biasa
50 Stetoskop 50, Musibah
51 Stetoskop 51, Melihat dari berbagai sisi
52 Stetoskop 52, Keras hati
53 Stetoskop 53, Berduaan
54 Stetoskop 54, Rejeki tidak hanya berupa uang
55 Stetoskop 55, Akhirnya..
56 Stetoskop 56, Keputusan
57 Stetoskop 57, Menuju halal
58 Stetoskop 58, Menyerahkan
59 Stetoskop 59, Bercerita masa lalu
60 Stetoskop 60, Gosip
61 Stetoskop 61, Menuju bahagia
62 Stetoskop 62, Pengantin baru
63 Stetoskop 63, Cinta
64 Stetoskop 64, Jumpa lagi
65 Stetoskop 65, Antara bahagia dan kecewa
66 Stetoskop 66, Pendekatan
67 Stetoskop 67, Rasa sayang
68 Stetoskop 68, Pasangan?
69 Stetoskop 69, Peristiwa
70 Stetoskop 70, Pelepasan PPDS
71 Stetoskop 71, Kesempatan baru
72 Stetoskop 72, Penyesuaian
73 Stetoskop 73, Diskusi masa lalu
74 Stetoskop 74, Berjumpa
75 Stetoskop 75, Kegiatan
76 Stetoskop 76, Malam ini
77 Stetoskop 77, Babak baru
78 Stetoskop 78, Bertemu lagi
79 Stetoskop 79, Langkah selanjutnya
80 Stetoskop 80, Takut
81 Stetoskop 81, Menemani
82 Stetoskop 82, Mengusik hati
83 Stetoskop 83, Hampir aja
84 Stetoskop 84, Terselamatkan
85 Stetoskop 85, "Kesasar"
86 Stetoskop 86, Dunia milik berdua
87 Stetoskop 87, Setan berbisik
88 Stetoskop 88, Bertemu
89 Stetoskop 89, Campur aduk
90 Stetoskop 90, Aku berhak atas rasaku
91 Stetoskop 91, Nikah Yukkkk
92 Stetoskop 92, Lembaran baru
93 Stetoskop 93, Kembali bersama
94 Stetoskop 94, Rangkaian cerita
95 Stetoskop 95, Tembung
96 Episode 96, Ricuh
97 Stetoskop 97, Pendekatan
98 Stetoskop 98, Perbincangan
99 Stetoskop 99, Gamang
100 Stetoskop 100, Membuka hati
101 Stetoskop 101, Ricuh
102 Stetoskop 102, Menjelang hari H
103 Stetoskop 103, Rencana busuk
104 Stetoskop 104, Di rumah
105 Stetoskop 105, Ketahuan
106 Stetoskop 106, Kesibukan di hari Sabtu
107 Stetoskop 107, Kondangan
108 Stetoskop 108, Ciuman pertama
109 Stetoskop 109, Kembali
110 Stetoskop 110, Kurang fit
111 Stetoskop 111, Miskom
112 Stetoskop 112, Berdebat
113 Stetoskop 113, Pria gila
114 Episode 114, Di Rumah Sakit
115 Stetoskop 115, Jalan pulang
116 Stetoskop 116, Percakapan mendalam
117 Stetoskop 117, Membahas tentang nikah
118 Stetoskop 118, Edisi curhat
119 Stetoskop 119, Resign
120 Stetoskop 120, Touring
121 Stetoskop 121, Sharing ilmu
122 Stetoskop 122, Teman
123 Stetoskop 123, Breaking news
124 Stetoskop 124, Duka menggelayut
125 Stetoskop 125, Sepanjang gang
126 Stetoskop 126, Tidak bersedia
127 Stetoskop 127, Pemakaman
128 Stetoskop 128, Bermuka dua
129 Stetoskop 129, Masih ramai
130 Stetoskop 130, Berjumpa
131 Stetoskop 131, Di kamar Bhree
132 Stetoskop 132, Yang muda yang bercinta
133 Stetoskop 133, Ketahuan
134 Stetoskop 134, ICU
135 Episode 135, Tahap pemulihan
136 Stetoskop 136, Ruang rawat
137 Stetoskop 137, Kecurigaan
138 Stetoskop 138, I love you
139 Stetoskop 139, Tetirah
140 Stetoskop 140, Berbincang
141 Stetoskop 141, Pulang
142 Stetoskop 142, Kangen
143 Stetoskop 143, Bersamamu
144 Stetoskop 144, Berkegiatan
145 Stetoskop 145, Terkuak
146 Stetoskop 146, Berdekatan
147 Stetoskop 147, Ngedate
148 Stetoskop 148, Kencan
149 Stetoskop 149, Emosi jiwa
150 Stetoskop 150, Ada-ada saja
151 Stetoskop 151, Duduk bersama
152 Stetoskop 152, Nakal
153 Stetoskop 153, Komitmen baru
154 Stetoskop 154, Panggilan darurat
155 Stetoskop 155, Berangkat
156 Stetoskop 156, Kehebohan
157 Stetoskop 157, Mau menikah
158 Stetoskop 158, Temu kangen
159 Stetoskop 159, Tak disangka
160 Stetoskop 160, Maaf
161 Stetoskop 161, Gawat
162 Stetoskop 162, Menggelitik jiwa
163 Stetoskop 163, Kesibukan menjelang pernikahan
164 Stetoskop 164, Perbincangan laki-laki
165 Stetoskop 165, Menegang
166 Stetoskop 166, Ambang kesabaran
167 Stetoskop 167, Persiapan
168 Stetoskop 168, H-1
169 Stetoskop 169, Tegang
170 Stetoskop 170, Sah
171 Stetoskop 171, Ramah tamah
172 Stetoskop 172, Caption
173 Stetoskop 173, Kegiatan pasangan
174 Stetoskop 174, Full of love
175 Stetoskop 175, Jumpa lagi
176 Stetoskop 176, Ricuh
177 Stetoskop 177, Penjelasan
178 Stetoskop 178, Di Solo
179 Stetoskop 179, Warna warni kehidupan pasangan
180 Stetoskop 180, Ribut lagi
181 Stetoskop 181, Mantu dan mertua
182 Stetoskop 182, Kesibukan dokbar
183 Stetoskop 183, Manja
184 Stetoskop 184, Bertengkar
185 Stetoskop 185, Pembicaraan tepi jurang
186 Stetoskop 186, Hiburan
187 Stetoskop 187, Ruwet
188 Stetoskop 188, Kesibukan harian dokbar
189 Stetoskop 189, Edisi curhat
190 Stetoskop 190, Rahasia yang terkuak
191 Stetoskop 191, Quality time
192 Stetoskop 192, Obrolan penting
193 Stetoskop 193, Pesona Barra
194 Stetoskop, kegiatan Bhree
195 Stetoskop 195, Perkembangan
196 Stetoskop 196, Hidup baru Tama
197 Stetoskop 197, Perbincangan keluarga
198 Stetoskop 198, Curhatan Barra
199 Stetoskop 199, Isu yang tak hangat
200 Stetoskop 200, Pandangan terhadap Barra
201 Stetoskop 201, Di rumah Prof Andjar
202 Stetoskop 202, Menuju bahagia
203 Stetoskop 203, Dunia masing-masing
204 Stetoskop 204, Kehidupan
205 Stetoskop 205, Kegiatan seperti biasa
206 Stetoskop 206, Lelah
207 Stetoskop 207, Menggelitik kalbu
208 Stetoskop 208, Mikir
209 Stetoskop 209, Obrolan yang ga penting
210 Stetoskop 210, Berita menggelegar
211 Stetoskop 211, Mellow
212 Stetoskop 212, Bola panas
213 Stetoskop 213, Kebaikan
214 Stetoskop 214, Menahan emosi
215 Stetoskop 215, Pelan tapi pasti
216 Stetoskop 216, Berbeda
217 Stetoskop 217, Karena masa lalu
218 Stetoskop 218, Sedikit mereda
219 Stetoskop 219, Perbincangan
220 Stetoskop 220, Kejadian tak biasa
221 Stetoskop 221, Kabar duka
222 Stetoskop 222, Kejadian luar biasa
223 Stetoskop 223, Keajaiban itu ada
224 Stetoskop 224, Perbincangan
225 Stetoskop 225, Jenguk
226 Stetoskop 226, Tak seperti yang diharapkan
227 Stetoskop 227, Terus terang
228 Stetoskop 228, Berkunjung
229 Stetoskop 229, Belum ada titik terang
230 Stetoskop 230, Bintangnya
231 Stetoskop 231, Ngobrol santai
232 Stetoskop 232, Rahasia terbongkar lagi
233 Stetoskop 233, Dukacita
234 Stetoskop 234, Ada aja kendalanya
235 Stetoskop 235, Di rumah aja
236 Stetoskop 236, Masih panas
Episodes

Updated 236 Episodes

1
Stetoskop 1, Permulaan
2
Stetoskop 2, Pada awalnya
3
Stetoskop 3, Masa lalu
4
Stetoskop 4, Masa kelam
5
Stetoskop 5, Kisahpun bermula
6
Stetoskop 6, Perkenalan
7
Stetoskop 7, Menjemput impian
8
Stetoskop 8, Realitanya ada
9
Stetoskop 9, Dinamika IGD
10
Stetoskop 10, Bertemu masa lalu
11
Stetoskop 11, Hari dan wanita
12
Stetoskop 12, Tugas dokter
13
Stetoskop 13, Para lelaki
14
Stetoskop 14, Tak sesuai bayangan
15
Stetoskop 15, Berbincang
16
Stetoskop 16, Rencana baru
17
Stetoskop 17, Merenung
18
Stetoskop 18, Sekelumit kisah
19
Stetoskop 19, Menyimpan cerita
20
Stetoskop 20, Keresahan
21
Stetoskop 21, Mencari jalan
22
Stetoskop 22, Dilema
23
Stetoskop 23, Putaran takdir
24
Stetoskop 24, Perubahan
25
Stetoskop 25, Kisahnya Barra
26
Stetoskop 26, Penolakan
27
Stetoskop 27, Demi masa depan
28
Stetoskop 28, Dan terjadilah..
29
Stetoskop 29, Perbaikan
30
Stetoskop 30, Kehilangan
31
Stetoskop 31, Menahan emosi
32
Stetoskop 32, Bicara
33
Stetoskop 33, Tragedi
34
Stetoskop 34, Rutinitas
35
Stetoskop 35, Duka
36
Stetoskop 36, Pertemuan
37
Stetoskop 37, Jalan berdua
38
Stetoskop 38, Hati ke hati
39
Stetoskop 39, Mencari
40
Stetoskop 40, Harus bisa
41
Stetoskop 41, Menuju yang lebih baik
42
Stetoskop 42, Langkah
43
Stetoskop 43, Berjuang
44
Stetoskop 44, Mengenal
45
Stetoskop 45, Penjajakan
46
Stetoskop 46, Keadaan
47
Stetoskop 47, Terkuak
48
Stetoskop 48, Kedua kalinya
49
Stetoskop 49, Seperti biasa
50
Stetoskop 50, Musibah
51
Stetoskop 51, Melihat dari berbagai sisi
52
Stetoskop 52, Keras hati
53
Stetoskop 53, Berduaan
54
Stetoskop 54, Rejeki tidak hanya berupa uang
55
Stetoskop 55, Akhirnya..
56
Stetoskop 56, Keputusan
57
Stetoskop 57, Menuju halal
58
Stetoskop 58, Menyerahkan
59
Stetoskop 59, Bercerita masa lalu
60
Stetoskop 60, Gosip
61
Stetoskop 61, Menuju bahagia
62
Stetoskop 62, Pengantin baru
63
Stetoskop 63, Cinta
64
Stetoskop 64, Jumpa lagi
65
Stetoskop 65, Antara bahagia dan kecewa
66
Stetoskop 66, Pendekatan
67
Stetoskop 67, Rasa sayang
68
Stetoskop 68, Pasangan?
69
Stetoskop 69, Peristiwa
70
Stetoskop 70, Pelepasan PPDS
71
Stetoskop 71, Kesempatan baru
72
Stetoskop 72, Penyesuaian
73
Stetoskop 73, Diskusi masa lalu
74
Stetoskop 74, Berjumpa
75
Stetoskop 75, Kegiatan
76
Stetoskop 76, Malam ini
77
Stetoskop 77, Babak baru
78
Stetoskop 78, Bertemu lagi
79
Stetoskop 79, Langkah selanjutnya
80
Stetoskop 80, Takut
81
Stetoskop 81, Menemani
82
Stetoskop 82, Mengusik hati
83
Stetoskop 83, Hampir aja
84
Stetoskop 84, Terselamatkan
85
Stetoskop 85, "Kesasar"
86
Stetoskop 86, Dunia milik berdua
87
Stetoskop 87, Setan berbisik
88
Stetoskop 88, Bertemu
89
Stetoskop 89, Campur aduk
90
Stetoskop 90, Aku berhak atas rasaku
91
Stetoskop 91, Nikah Yukkkk
92
Stetoskop 92, Lembaran baru
93
Stetoskop 93, Kembali bersama
94
Stetoskop 94, Rangkaian cerita
95
Stetoskop 95, Tembung
96
Episode 96, Ricuh
97
Stetoskop 97, Pendekatan
98
Stetoskop 98, Perbincangan
99
Stetoskop 99, Gamang
100
Stetoskop 100, Membuka hati
101
Stetoskop 101, Ricuh
102
Stetoskop 102, Menjelang hari H
103
Stetoskop 103, Rencana busuk
104
Stetoskop 104, Di rumah
105
Stetoskop 105, Ketahuan
106
Stetoskop 106, Kesibukan di hari Sabtu
107
Stetoskop 107, Kondangan
108
Stetoskop 108, Ciuman pertama
109
Stetoskop 109, Kembali
110
Stetoskop 110, Kurang fit
111
Stetoskop 111, Miskom
112
Stetoskop 112, Berdebat
113
Stetoskop 113, Pria gila
114
Episode 114, Di Rumah Sakit
115
Stetoskop 115, Jalan pulang
116
Stetoskop 116, Percakapan mendalam
117
Stetoskop 117, Membahas tentang nikah
118
Stetoskop 118, Edisi curhat
119
Stetoskop 119, Resign
120
Stetoskop 120, Touring
121
Stetoskop 121, Sharing ilmu
122
Stetoskop 122, Teman
123
Stetoskop 123, Breaking news
124
Stetoskop 124, Duka menggelayut
125
Stetoskop 125, Sepanjang gang
126
Stetoskop 126, Tidak bersedia
127
Stetoskop 127, Pemakaman
128
Stetoskop 128, Bermuka dua
129
Stetoskop 129, Masih ramai
130
Stetoskop 130, Berjumpa
131
Stetoskop 131, Di kamar Bhree
132
Stetoskop 132, Yang muda yang bercinta
133
Stetoskop 133, Ketahuan
134
Stetoskop 134, ICU
135
Episode 135, Tahap pemulihan
136
Stetoskop 136, Ruang rawat
137
Stetoskop 137, Kecurigaan
138
Stetoskop 138, I love you
139
Stetoskop 139, Tetirah
140
Stetoskop 140, Berbincang
141
Stetoskop 141, Pulang
142
Stetoskop 142, Kangen
143
Stetoskop 143, Bersamamu
144
Stetoskop 144, Berkegiatan
145
Stetoskop 145, Terkuak
146
Stetoskop 146, Berdekatan
147
Stetoskop 147, Ngedate
148
Stetoskop 148, Kencan
149
Stetoskop 149, Emosi jiwa
150
Stetoskop 150, Ada-ada saja
151
Stetoskop 151, Duduk bersama
152
Stetoskop 152, Nakal
153
Stetoskop 153, Komitmen baru
154
Stetoskop 154, Panggilan darurat
155
Stetoskop 155, Berangkat
156
Stetoskop 156, Kehebohan
157
Stetoskop 157, Mau menikah
158
Stetoskop 158, Temu kangen
159
Stetoskop 159, Tak disangka
160
Stetoskop 160, Maaf
161
Stetoskop 161, Gawat
162
Stetoskop 162, Menggelitik jiwa
163
Stetoskop 163, Kesibukan menjelang pernikahan
164
Stetoskop 164, Perbincangan laki-laki
165
Stetoskop 165, Menegang
166
Stetoskop 166, Ambang kesabaran
167
Stetoskop 167, Persiapan
168
Stetoskop 168, H-1
169
Stetoskop 169, Tegang
170
Stetoskop 170, Sah
171
Stetoskop 171, Ramah tamah
172
Stetoskop 172, Caption
173
Stetoskop 173, Kegiatan pasangan
174
Stetoskop 174, Full of love
175
Stetoskop 175, Jumpa lagi
176
Stetoskop 176, Ricuh
177
Stetoskop 177, Penjelasan
178
Stetoskop 178, Di Solo
179
Stetoskop 179, Warna warni kehidupan pasangan
180
Stetoskop 180, Ribut lagi
181
Stetoskop 181, Mantu dan mertua
182
Stetoskop 182, Kesibukan dokbar
183
Stetoskop 183, Manja
184
Stetoskop 184, Bertengkar
185
Stetoskop 185, Pembicaraan tepi jurang
186
Stetoskop 186, Hiburan
187
Stetoskop 187, Ruwet
188
Stetoskop 188, Kesibukan harian dokbar
189
Stetoskop 189, Edisi curhat
190
Stetoskop 190, Rahasia yang terkuak
191
Stetoskop 191, Quality time
192
Stetoskop 192, Obrolan penting
193
Stetoskop 193, Pesona Barra
194
Stetoskop, kegiatan Bhree
195
Stetoskop 195, Perkembangan
196
Stetoskop 196, Hidup baru Tama
197
Stetoskop 197, Perbincangan keluarga
198
Stetoskop 198, Curhatan Barra
199
Stetoskop 199, Isu yang tak hangat
200
Stetoskop 200, Pandangan terhadap Barra
201
Stetoskop 201, Di rumah Prof Andjar
202
Stetoskop 202, Menuju bahagia
203
Stetoskop 203, Dunia masing-masing
204
Stetoskop 204, Kehidupan
205
Stetoskop 205, Kegiatan seperti biasa
206
Stetoskop 206, Lelah
207
Stetoskop 207, Menggelitik kalbu
208
Stetoskop 208, Mikir
209
Stetoskop 209, Obrolan yang ga penting
210
Stetoskop 210, Berita menggelegar
211
Stetoskop 211, Mellow
212
Stetoskop 212, Bola panas
213
Stetoskop 213, Kebaikan
214
Stetoskop 214, Menahan emosi
215
Stetoskop 215, Pelan tapi pasti
216
Stetoskop 216, Berbeda
217
Stetoskop 217, Karena masa lalu
218
Stetoskop 218, Sedikit mereda
219
Stetoskop 219, Perbincangan
220
Stetoskop 220, Kejadian tak biasa
221
Stetoskop 221, Kabar duka
222
Stetoskop 222, Kejadian luar biasa
223
Stetoskop 223, Keajaiban itu ada
224
Stetoskop 224, Perbincangan
225
Stetoskop 225, Jenguk
226
Stetoskop 226, Tak seperti yang diharapkan
227
Stetoskop 227, Terus terang
228
Stetoskop 228, Berkunjung
229
Stetoskop 229, Belum ada titik terang
230
Stetoskop 230, Bintangnya
231
Stetoskop 231, Ngobrol santai
232
Stetoskop 232, Rahasia terbongkar lagi
233
Stetoskop 233, Dukacita
234
Stetoskop 234, Ada aja kendalanya
235
Stetoskop 235, Di rumah aja
236
Stetoskop 236, Masih panas

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!