HOSPITAL #LIVE, LOVE & LAUGH#
"dokbar.. posisi dimana? Ada pasien kecelakaan di IGD, tingkat kesadarannya delirium (menurun tingkat kesadaran disertai kekacauan motorik seperti gelisah, meronta)" perawat IGD menelepon dr. Barra Alman Said, yang biasa dipanggil dokbar untuk mempersingkat panggilan.
"Ok segera kesana.. cuci tangan dulu ya, baru sempat makan nih di ruangan, tau sendiri dari tadi IGD ga berhenti pasiennya" jawab dr. Barra yang langsung menghentikan makan malamnya di ruangan dokter jaga, persis disamping IGD.
dr. Barra segera memakai snellinya (jas dokter berwarna putih) sambil setengah berlari memakai masker dan sepatunya. Ia langsung menuju bilik periksa yang ditunjuk oleh perawat IGD.
Sudah banyak darah mengucur dari kaki pasien, ada korban tabrakan antara dua motor yang berlawanan arah, salah satunya meninggal di tempat kejadian dan sedang diurus oleh pihak kepolisian.
Pasien yang dibawa ke IGD, diperiksa dan dihentikan perdarahannya. Luka robek pada paha karena terkena stang motor, helmnya juga terlepas sehingga kepala terbentur aspal jalan. Tidak ada luka terbuka dibagian kepala, tapi perlu untuk di Rontgen untuk memastikan kondisinya.
Keluarga pasien sudah datang ke Rumah Sakit dan berteriak histeris melihat kondisi pasien. Setelah semua dihentikan perdarahannya dengan cara dijahit, pasien baru di Rontgen untuk memeriksa apakah ada fraktur (patah tulang) atau tidak serta cedera bagian kepala. Keluarga pasien mendapat penjelasan singkat namun padat dari dr. Barra mengenai kondisi pasien secara umum.
dr. Barra yang berdinas malam ini menjelaskan bahwa tampak patah tulang di telapak kaki karena tertimpa motor sportnya dan akan dikonsultasikan dengan dokter spesialis Ortopedi dan Traumatologi (dikenal sebagai dokter ortopedi/dokter spesialis tulang dan ahli bedah ortopedi, memiliki fokus perawatan pada bagian sistem muskuloskeletal/sistem yang meliputi otot, tulang, sendi dan struktur jaringan penunjang sekitar sendi) untuk penanganan lebih lanjut.
"Anda tuh dokter baru ya? kok bingung banget sih tanganin pasien, yang sat set sat set dong kalo jadi dokter IGD, mikir yang cepat. Masa segala mau tanya ke dokter lainnya, dokter ini sebenarnya ngerti ga cara menangani pasien?" Bapak sang pasien marah.
"Kami berusaha melakukan tindakan terbaik yang bisa kami upayakan Pak" jawab dr. Barra dengan sopan.
Memang ketika menghadapi keluarga yang tertimpa musibah, seorang dokter harus memiliki empati dan tata bahasa yang baik sehingga tidak menimbulkan permasalahan baru bahkan rasa tersinggung dari pihak keluarga pasien. Menghadapi keluarga pasien yang pasti kalut dan sedih serta tidak berpikir panjang, membuat sering terjadi selisih paham antara pihak medis yang berada di garda terdepan dengan pihak keluarga.
"Anda kan dokter ... masa masih tanya dokter yang lain. Emangnya ga bisa ditanganin sendiri dulu? kalo ga ngerti, kenapa diterima kerja di IGD sih?" lanjut pihak keluarga mulai mengoceh dengan mengulang ucapan yang sama.
"Kami para dokter mempunyai keilmuan yang berbeda-beda, sebagai dokter umum, saya meminta saran dengan cara berkonsultasi dengan dokter spesialis tulang, sehingga penanganan pasien akan lebih optimal Bapak.. Ibu.." jelas dr. Barra.
"Ga usah deh, kalo dokter Rumah Sakit itu ujung-ujungnya pasti disuruh operasi. Ga orang kecelakaan, ga orang melahirkan.. pasti disuruhnya langsung operasi, mau enaknya doang, biar dapat uang banyak. Memang ga bisa gitu minum obat atau pasang penyangga dulu? Saya bawa pulang aja dok, nanti anak saya mau dibawa ke Cimande. Disana ga perlu pake operasi-operasian segala, sebentar juga udah bisa jalan lagi. Tetangga saya kecelakaan terus diurut di Cimande tiga kali, sekarang udah bisa lari" putus Bapaknya pasien kecelakaan.
"Baik Pak.. kami hormati keputusan keluarga, meskipun kami belum menjelaskan tindakan operasi sebagai tindakan lanjutan. Tapi disini saya jelaskan mengapa perlu berkonsultasi dengan rekan sejawat itu guna tegaknya sebuah diagnosa" lanjut dr. Barra.
"Ga usah tegak diagnosa segala dok, sekarang yang penting anak saya bisa jalan aja udah cukup, soalnya anak saya ini kan tulang punggung keluarga" ucap Ibunya pasien dengan nada yang kurang sopan.
"Baik Bapak.. Ibu, silahkan tandatangani inform concern ini, sebagai bukti bahwa kami pihak medis, sudah memberikan penjelasan kondisi medis kepada pihak keluarga serta pihak keluarga memutuskan pasien akan dibawa pulang. Hal ini sebagai laporan kepihak yang berwajib dan pihak pelayanan medis Rumah Sakit jika dikemudian hari diperlukan" kata dr. Barra.
"Ribet banget sih nih Rumah Sakit, sini dok.. mana kertas yang mau ditandatangani?" tanya keluarga pasien.
dr. Barra menyodorkan secarik kertas kepada keluarga pasien.
Setelah menandatangani dan mendengarkan penjelasan dr. Barra, keluarga sepakat untuk membawa pasien keluar dari IGD dengan segala resiko yang ditanggung sendiri.
.
Baru saja dr. Barra mencuci tangannya kemudian berniat untuk melanjutkan makan malam yang dinikmati hampir tengah malam, tiba-tiba datang pasangan muda memasuki pintu IGD.
Pasangan tersebut disambut dengan keramahan dan kesigapan para perawat. Sesuai prosedur awal, perawat bertanya tentang keluhan yang membuat pasien datang tampak terburu-buru masuk ke IGD. Setelah mengetahui penyebab kedatangan, pasangan ini diarahkan kesalah satu bilik yang ada di IGD.
Tampak keluarga pasien yang tadi mengalami kecelakaan sudah ada didepan IGD bersiap untuk pulang. Cleaning service pun segera membersihkan tempat tidur dan lantai yang terkena tetesan darah.
Perawat melaporkan ke dr. Barra yang masih mencuci tangan di wastafel, ada pasien baru di bilik nomer tiga. dr. Barra mendekati bilik tersebut untuk memeriksa kondisi pasien.
"Selamat malam... ada keluhan apa Mba?" sapa dr. Barra dengan sopan kepada wanita yang masih tampak muda belia.
"Anu dok" jawab sang wanita agak ragu.
Lelaki yang ada disebelahnya pasien juga tampak malu-malu untuk menjawab pertanyaan dr. Barra.
"Coba dijelaskan perlahan ya, jadi saya bisa mendiagnosa secara lebih jelas" ucap dr. Barra.
"Begini dok... anu... gimana ya dok... Mas coba deh, Mas aja yang jelasin ke dokternya" pinta sang wanita.
dr. Barra mengalihkan pandangannya kearah sang lelaki.
"****** ketinggalan didalam dok" jawab laki-laki itu setengah berbisik menahan rasa malunya.
"Tunggu ya.. saya akan panggilkan bidan agar lebih nyaman bagi pasien untuk mengeluarkan alat tersebut, pasti pasien akan sungkan jika saya yang mengambilnya" jelas dr. Barra.
dr. Barra kembali ke mejanya dan menghubungi ruang bersalin, dia meminta satu orang bidan untuk turun dan membantunya di IGD serta membawa alat yang sudah diminta untuk dibawa turun.
Lima menit kemudian, bidan sudah datang ke IGD, dijelaskan singkat untuk mengambil tindakan mengeluarkan alat kontrasepsi yang tertinggal di **** **********. Bidan langsung menuju ke bilik pemeriksaan.
dr. Barra duduk di mejanya kemudian membuka map medical record pasien yang baru saja diantar oleh bagian rekam medis, dia menulis apa yang diceritakan oleh pasien. Sambil menarik nafas panjang, dia melihat status pasien belum menikah dan usianya baru enam belas tahun.
"Semudah itu hubungan suami istri terjadi sebelum menikah. Semoga perkiraan saya salah, siapa tau kan mereka memang menikah diusia dini" ucap dr. Barra dalam hatinya.
dr.Barra belumlah menjalankan agama dengan baik, hanya sekedar sholat lima waktu yang waktunya juga belum tepat waktu. Jadwal sebagai dokter jaga di dua Rumah Sakit swasta ditambah menjadi dokter umum di Klinik BPJS faskes tingkat 1, membuatnya tidak bisa ikut kajian agama secara rutin. Membaca Al Qur'an pun belum istiqomah setiap hari dilakukan.
.
Bidan keluar dari dalam bilik periksa sambil tersenyum dan mendekati dr. Barra yang duduk di kursi tempat konsultasi.
"Sudah ya dok... untung masih belum dalam banget, jadi masih bisa ditarik pake pinset" jelas bidan pelan.
Pasangan tersebut masih berada didalam bilik, belum mendekat kearah dr. Barra.
"Oke, thanks ya... oh ya, sudah memberikan edukasi bagaimana cara memakai alat kontrasepsi tersebut ke pasien?" tanya dr. Barra
"Belum dok... pasangan itu mungkin pengantin baru dok, jd belum paham cara pakainya. Ya maklumlah dok masih hot-hotnya, lupa kalo tembakan udah mengeluarkan peluru pasti kisut perlahan.. hehehe" bisik bidan.
"Ampun deh kalo dinas sama emak-emak, apalagi profesinya bidan... omongannya parah dan bikin pengen ketawa" jawab dr. Barra sambil nyengir.
"Makanya kawin dok... udah banyak yang ngantri tuh dokter jaga di instalasi rawat inap, tiap dokbar yang jaga pasti pada titip salam.. atau mau sama perawat aja dok? Nanti saya kenalin yang cakep-cakep deh" promo bidan.
"Udah sana.. kerja.. kerja.. ngerumpi aja" usir dr. Barra becanda.
"Enak deh kalo dinas pas dokbar ada di UGD, kasusnya lucu-lucu, besok saya ajarin ya cara ambil alat tadi, jadi kalo ada pasien begitu lagi, dokbar ga usah panggil bidan" kata bidan.
"Bukan ga bisa, tapi risih lah... pasien pasti akan lebih nyaman sama cewe dong. Lagian takut ah..." ujar dr. Barra.
"Takut apa dok? kan tinggal ditarik aja. Katanya mau sekolah Ortopedi, itu malah lebih parah kasus-kasusnya" tanya bidan.
"Takut kepengen.. secara liat begituan... hehehe" jawab dr. Barra pelan.
"Hahahha.. oke deh dok, saya balik dulu ke ruang bersalin. Jangan lupa pagi ini ikut sarapan bareng ya di ruang bersalin, ada yang ulang tahun, secara yang lagi dinas kan para fansnya dokbar loh, tadi udah pesen buat ajak dokbar sarapan bareng" ajak bidan.
"Hehe kaya artis aja banyak fansnya, kita liat nanti pagi aja ya.. ga janji loh" jawab dr. Barra.
"Ok... met malam dokbar ... mudah-mudahan bisa istirahat dengan nyenyak ya malam ini" pamit bidan.
"Woyyyyy di IGD ngomong begitu... tabu...." potong perawat UGD.
"Upsss lupaaaa.. hehehe piss" jawab bidan sambil meninggalkan IGD.
Ya IGD memang keramat untuk berkata-kata, kebiasaannya pasti akan terjadi kebalikannya.
dr. Barra mempersilahkan pasien duduk di kursi konsultasi. Sebagai seorang dokter, kewajibannya adalah mengedukasi pasien tentang alat kontrasepsi meskipun penjelasannya tidak terlalu rinci, seperlunya saja. Biar bagaimanapun dia bukan pemuka agama yang menasehati tentang haram halal, kewajibannya hanya sebatas profesi.
💠
Sekitar jam dua siang, sebuah motor terparkir didepan sebuah minimarket, haus melanda sang pengendara motor. Ya, lelaki tersebut memilih untuk naik motor karena jadwal hari ini lumayan padat dan yang dilalui adalah daerah rawan macet.
Lelaki tersebut harus sudah ada di Bogor jam delapan pagi tadi, ada seminar yang harus dihadiri karena beliau bertindak sebagai narasumber. Padahal dini hari masih ikut operasi sectio caesaria di dua Rumah Sakit yang berbeda. Sebenarnya ada supir yang biasa mengantar, tapi kemarin ijin tidak kerja karena istrinya sakit.
Nama lelaki tersebut adalah Farraz Alif Ramadhan, biasa dipanggil dokter Raz, profesinya sebagai dokter bedah sekaligus dokter anak (dokter Raz mengambil dua spesialisasi dalam waktu yang hampir bersamaan). Beliau adalah anak pertama dari empat bersaudara, usianya sudah menginjak empat puluh tiga tahun. Statusnya adalah single father dengan dua orang anak. Istrinya telah meninggal dunia lima tahun yang lalu karena kecelakaan saat akan memberikan surprise ulang tahun dokter Raz di Rumah Sakit tempat suaminya praktek.
Setelah membayar minuman di kasir, dokter Raz langsung keluar menuju parkiran, sambil duduk di jok motor, diteguknya air mineral dingin. Sambil menghapus peluh yang sudah membanjiri wajahnya karena sengatan cahaya matahari siang hari.
dokter Raz sudah tidak ada jadwal praktek hari ini, jadi berniat pulang ke rumah untuk beristirahat, karena besok jadwal prakteknya full dari pagi hingga sore.
Saat beliau sudah bersiap kembali memacu si kuda besi, ada sebuah motor yang tepat melintang didepan motornya. Membuatnya tidak bisa melaju.
Siang ini macet, sehingga dokter Raz diam diatas motornya hingga motor yang berada didepannya bergerak.
Sebenarnya pemandangan jalanan macet sudah menjadi santapan harian warga Ibukota, tapi siang ini berbeda, didepannya terbentang pemandangan yang mengguncang jiwa, seorang wanita paruh baya, yang diperkirakan berusia sekitar tiga puluh lima tahun, dengan gamis warna gelap serta ditutupi jaket jeans, tanpa bedak diwajahnya, peluh yang mengalir deras dipipinya, tampak eksotis diterpa sinar matahari.
Sempat terpana, kemudian dokter Raz mengeluarkan HP dari saku jaket motornya dan langsung mengabadikan momen ini.
"Ya Allah, jantung ini berdegup kencang, apa karena wanita yang sekarang ada dihadapanku?" tanya dokter Raz dalam hatinya.
Setelah mengabadikan secara diam-diam sosok wanita tersebut dari arah samping, dokter Raz memasukkan kembali HPnya kedalam kantong jaketnya.
Entah kenapa, hati dan pikiran dokter Raz meminta untuk mengikuti wanita tersebut. Dengan jarak yang masih bisa terpantau tanpa tercurigai, beliau melewati jalan tikus yang tidak pernah sama sekali dilalui.
Sejak kematian istrinya, baru kali ini dokter Raz merasakan rasa yang tak biasa terhadap wanita. Rasanya seperti jatuh cinta kembali. Padahal selama lima tahun terakhir, setiap hari berhadapan dengan kaum wanita tapi tak pernah muncul desiran sehangat ini.
"Semoga rasa yang muncul bukan sekedar nafsu belaka dan wanita itu pun masih sendiri statusnya .. siapkan hati Raz jika dia sudah punya suami" ucap dokter Raz dalam hatinya.
Sepanjang perjalanan, do'a terlantun tanpa putus. Berharap inilah jodoh yang Allah kirim kembali untuknya agar bisa membina rumah tangga untuk kedua kalinya.
"Ini otak kenapa ya? kenapa ga bisa berpikir panjang... Raz.. kalo dia istri orang gimana?" kembali ada perang batin dalam diri dokter Raz.
Wanita paruh baya tersebut mungkin tidak terlihat menarik bagi kaum Adam. Badannya berisi meskipun tidak gempal, kulitnya sawo matang, tidak terlalu tinggi juga tampaknya.
Setelah tiga puluh menit perjalanan, wanita tersebut membelokkan motornya kesebuah rumah sangat sederhana.
dokter Raz ikut menepikan motornya diseberang rumah tersebut, kebetulan ada tanah lapang yang sepertinya jika malam hari menjadi pujasera (pusat jajanan serba ada).
dokter Raz duduk disebuah kedai minuman, beliau memesan segelas es jeruk peras, sambil memperhatikan rumah wanita tersebut dari seberang jalan.
Wanita tersebut sudah masuk kedalam rumah sedari tadi. Yang kini terlihat oleh dokter Raz adalah seorang Bapak tua berusia sekitar enam puluh tahunan, dokter Raz memprediksikan jika Bapak tua tersebut adalah orang tua dari wanita yang telah berhasil mencubit hatinya.
🤩
Haiiii para readers...
Semoga sehat dan masih mau menikmati hasil karya author yang terbaru ya.
Setelah semedi dan menimbang-nimbang, finally keputusannya nulis lagi. Ternyata diri ini perlu menumpahkan banyak kata-kata tiap harinya. Tapi selow-selow buat updatenya ya, ga perlu setiap hari tayang yang penting ada 🤭. Mencoba menikmati rasanya menulis lagi seperti awal pertama kali nulis. Beneran beberapa bulan ini kehilangan ide dan mood untuk menulis. Bahkan buat nulis episode 1 aja sampe memakan waktu dua Minggu 🙈.
Kali ini kita mainnya di Rumah Sakit, banyak hal yang bisa tergali didalam sana. Bisa dibilang ini 50% pengalaman selama "main" di Rumah Sakit dan 50% nya cuma rekaan belaka biar terkesan dramatis😁.
Dengar kata Rumah Sakit pasti yang terlintas itu kata sakit, penyakit, dokter, operasi, tindakan medis, biaya dan sebagainya. Tapi jangan lupa, layaknya dunia .. disana ada cerita cinta dengan segala kisahnya, kehidupan dengan segala problematikanya serta canda tawa meskipun penuh air mata.
Selamat membaca semua... inilah karya terbaru author ...
🏪🏪🏪🏪🏪🏪🏪🏪🏪
HOSPITAL
# LIFE, LOVE & LAUGH#
🚑🚑🚑🚑🚑🚑🚑🚑🚑
Jangan lupa tinggalkan jejak like and komentarnya serta iklankan judul ini ke pembaca lainnya.
Jejak Anda sangat berarti sebagai support systemnya author.
Jika ada kesamaan latar, nama, cerita dan lain sebagainya, hanya kebetulan semata.
🌿 BundaDM 🌿
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 267 Episodes
Comments
Akhmad Soimun
aku bingung bayangin mukanya Hana deh Bund, kyaknya Hana gak cntik gtu yaah, manis jga gak terlalu..kyaknya cntik dan manis jd satu..jdinya mungkin wajahnya sedang² ajaa. kalo kulit sawo matang si kyak aku, tpi bdan agak berisi sma tdk terlalu tinggi..aku nyari² org d sekitar aku yg mirip² Hana kok susah yah Bund,
2023-12-06
1
Akhmad Soimun
saking sukanya sama DokBar dan Up.nya cuman 1, terus stiap liat NT pasti buka Novel in jdi rindu ini smkin berat ke dokbar. Akhirnya di putuskan utk baca awal ceritanya. Dan baru inget LG tokoh yg diceritakan diawal si DokBar. Berarti emang di sini DokBar bintangnya lah yaa. Endingnya kyaknya bahagia.
2023-12-06
1
Maura
jangan lupa visual thor biar tambah menarik dibacanya👍
2023-10-16
1