Dasuki tengah duduk di lantai rumah yang megah berlantai marmer yang mengkilap serta furniture nan mewah.
"Ohhh... akhirnya anak yang hilang kembali pulang" seringai lelaki tua.
"Pa... saya minta maaf" jawab Dasuki.
"Setelah dua puluh tiga tahun ga ada kabar berita.. baru sekarang tau jalan pulang? tersesat atau sudah menganggap tidak punya keluarga?" tanya lelaki tua tersebut.
"Pa.. " kata Dasuki.
⬅️
Dasuki sebenarnya anak orang berada, keluarganya memiliki Apotek jaringan yang tersebar diseluruh kota besar di Indonesia. Dasuki adalah anak tertua dari tiga bersaudara. Orang tuanya Dasuki ingin sekali anak-anaknya meneruskan bisnis keluarga, mereka kuliah di jurusan farmasi dan juga bisnis. Tapi pilihan Dasuki ingin menjadi pekerja seni, khususnya dibidang fotografi.
Dasuki muda sudah salah pergaulan sejak SMP. Tawuran, obat terlarang, minuman keras serta wanita sudah menjadi santapannya tiap hari. Hidup bergelimang harta serta kurang pengawasan orang tua, makin membuatnya salah langkah.
Hingga puncaknya dia pergi dari rumah karena dipaksa masuk jurusan bisnis oleh Papanya sendiri. Tujuannya karena kelak Dasuki diharapkan menjadi salah satu penerus bisnis keluarga.
"Otak saya ga mampu Pa untuk belajar bisnis, mau jadi pekerja seni aja. Ada kalangan yang bisa bekerja serius, tapi saya ga bisa... saya mau kerja santai tanpa formalitas serta tekanan" jawab Dasuki muda saat itu.
"Sadar kamu... Papa sudah tiga kali mengeluarkan kamu dari kantor polisi dengan cara damai. Belum saat kamu tertangkap razia karena pacaran di Monas segala dalam kondisi minim pakaian .. bikin malu..." sahut Papanya Dasuki.
Sejak kakinya keluar dari pagar rumah, sejak saat itu dunianya berubah. Hingga akhirnya dia bergabung disalah satu komunitas seni, belajar dari nol. Kemudian nongkrong di teater yang makin membuat hidupnya lebih bebas. Begitu dapat uang langsung untuk foya-foya. Rasanya uang harus habis sekarang juga tanpa pernah pikir panjang esok bagaimana.
Hingga ia akhirnya punya pekerjaan disalah satu studio foto milik fotografer ternama. Bekerja secara formal, membuat ada perubahan dalam diri Dasuki.
Kemudian berkenalan dengan Diah. Meskipun mereka pacaran hingga kebablasan melakukan hubungan suami istri, tapi saat Diah hamil, Dasuki langsung bertanggung jawab dengan menikahi Diah.
Kehidupan mereka pada awalnya baik-baik saja hingga Dasuki berulah kembali, tergoda dengan gaya hidup bebas tanpa aturan.
➡️
"Pulang karena mau bagian harta?" tanya Pak Daliman, Papanya Dasuki.
Nama-nama mereka memang masih nama orang jaman dulu, belum modern, karena memang terlahir di desa dengan kondisi yang serba kekurangan.
Pak Daliman muda meninggalkan bangku sekolah untuk mengadu nasib di Jakarta. Hidupnya beruntung saat dia bekerja sebagai supir pribadi ekspatriat yang bekerja disalah satu pabrik obat besar di Indonesia.
Orang luar negeri tersebut tidak punya anak, sehingga saat beliau meninggal, rupanya telah membuat surat warisan, dimana berbunyi Daliman adalah pewaris semua kekayaannya. Beliau sangat terbantu dengan kehadiran Daliman didalam hidupnya yang sunyi, Daliman menjadi supir sekaligus teman dan keluarga di Indonesia.
Daliman tidak hedon begitu uang milyaran ada dalam rekening tabungannya, bermodal sedikit banyak ilmu yang diberikan mantan majikannya, dia beranikan membuka toko obat kecil tapi lumayan lengkap, semakin besar menjadi toko obat berijin kemudian berubah menjadi Apotek. Dari punya satu, hingga sekarang ada puluhan Apotek sudah dimiliki, bukan Apotek jaringan yang seperti franchise, ini murni milik keluarga Daliman semuanya tapi tersebar di kota-kota besar di Indonesia. Biasanya dimana ada Rumah Sakit besar dan terkenal, maka akan berdiri Apotek tersebut tak jauh dari sana.
Apotek "Waras Mari", bahasa Jawa yang dalam bahasa Indonesianya berarti sembuh disini, filosofinya punya makna jika obat-obatan yang dijual disini bisa menyembuhkan keluhan orang sakit. Dari jaman punya toko obat kecil juga namanya ini, konon nama Waras Mari juga menjadi keberuntungan untuk Daliman sehingga terus dipakai.
Meskipun Daliman tidak tamat SMP, beliau adalah orang yang selalu ingin maju. Tak malu mengambil kejar paket untuk jenjang SMP dan SMA kemudian kuliah di universitas terbuka. Saat itu usianya sudah hampir kepala empat saat di wisuda.
"Pa... saya datang ingin meminta bantuan. Saya sudah gagal, tapi anak saya tidak boleh gagal seperti saya" ucap Dasuki.
"Uang rupanya.. sudah susah hidup kamu?" tanya Pak Daliman.
"Saya kerja ngurusin kebun milik orang di Solo. Anak saya di Jakarta, tinggal sama mantan istri saya. Sekarang mantan istri tidak mau membiayai lagi karena anaknya ga mau jadi perawat" cerita Dasuki.
"Like father like daughter... pembangkang juga seperti Bapaknya" sindir Pak Daliman.
"Saya rela melakukan apa saja, demi anak saya bisa sekolah yang tinggi" tawar Dasuki.
Pak Daliman memandang anak sulungnya yang masih duduk di lantai.
"Apa aja?" tanya Pak Daliman meyakinkan.
"Ya Pa.. bahkan nyawa ini taruhannya pun saya sanggup" jawab Dasuki.
"Tinggalkan nomer HP kamu, nanti Papa hubungi lagi" perintah Pak Daliman.
🍄
Diva masuk kesebuah Cafe, dia duduk sendirian dengan menenteng belanjaan yang lumayan banyak.
Dia mengawasi setiap sudut Cafe sambil menikmati minuman yang sudah dipesan, berharap ada yang mengenalinya dan meminta foto atau tanda tangan.
Sudah mencoba menarik perhatian di Cafe, tetap saja tidak ada yang kenal. Mungkin karena memang belum ngetop jadinya banyak yang tidak kenal, atau bisa juga karena Mall ini sasarannya para eksekutif muda, pekerja kantoran dan kalangan menengah keatas, jadinya nama Diva sebagai penyanyi pendatang baru tidak ada yang tau.
Ketika sedang mentouch up wajahnya, tak sengaja dari kaca bedak terlihat sosok dokter Barra. Setelah selesai merapihkan make up, Diva menghampiri dokbar yang duduk dibelakangnya.
"Sore dok .. sendirian?" sapa Diva.
"Iya... maaf ini siapa ya?" tanya dokbar.
"Diva dok.. yang pernah ke IGD" jawab Diva.
"Oh ya.. Mba Diva yang artis penyanyi ya?" ingat dokbar.
"Wah dokter masih ingat rupanya sama saya, tapi jangan panggil Mba.. cukup Diva aja" pinta Diva.
"Kan baru beberapa hari yang lalu kita ketemu, ya masih ingatlah siapa aja pasien-pasien saya" jawab dokbar.
"Mau minta foto bareng ga dok?" tawar Diva.
"Ga... saya ga paham dunia selebriti, wong Diva aja saya ga pernah tau lagunya yang mana.. sorry.. saya tau penyanyi juga dari perawat" kata dokbar terus terang.
"Aduh dokter ga gaul deh. Ga nonton kontes-kontes nyanyi yang ada di TV dok?" ujar Diva.
"Ga sempatlah.. lagian memang ga tertarik juga" ucap dokbar.
"Coba deh stalking media sosial saya, nanti dokter tau deh siapa Diva ini" kata Diva dengan pedenya.
"Ok.. mungkin next time saya stalking ya.. permisi dulu, saya mau pulang" pamit dokbar.
"dok.. bisa minta nomer HP nya ga?" tanya Diva.
"Buat apa nomer HP saya? kita kan ga ada urusan apapun" jawab dokbar dingin.
Barra meninggalkan Cafe dan bergegas menuju parkiran.
🍄
Tama masih memandang foto di CV nya Bhree, dia melihat ada sebuah potensi besar dalam diri Bhree, Tama memang punya kelebihan intuisi yang tajam terhadap orang-orang yang akan bekerja sama dia. Itulah kenapa Bhree menjadi calon tunggal yang akan diinterview.
Orang tua Tama sudah tidak memaksakan kehendaknya agar Tama menjadi PNS, semua diserahkan ke Tama. Yang penting tidak melanggar norma yang ada.
Dari konten-kontennya serta endorse yang masuk, Tama sudah bisa membantu perekonomian keluarganya meskipun belum banyak.
🌺
Hubungan Bhree dan Ibunya terputus, sepertinya nomer HP Bhree sudah diblokir oleh Ibunya sendiri.
Sudah dua kali Bhree berusaha menemui Ibunya di Rumah Sakit, tapi ga berhasil juga karena pihak resepsionis selalu mengatakan kalo Ibunya tidak ada di tempat karena ada pelatihan diluar Rumah Sakit.
Bapaknya Bhree juga sudah balik ke Solo untuk kembali bekerja seperti biasa. Sebelum pulang, sudah menemui Bhree dan bilang akan mengusahakan agar Bhree bisa kuliah sesuai keinginannya.
🌿
Nama Mas Wisnu sudah lumayan banyak dikenal, setelah dia memenangkan beberapa lomba fotografi yang diselenggarakan oleh para fotografer profesional dan terkenal di Indonesia.
Karier yang mulai menanjak berbanding terbalik dengan kehidupan rumah tangganya, Mas Wisnu dan Mba Fenti sedang ribut besar, beribu kali Mas Wisnu menjelaskan, beribu kali pula Mba Fenti ga terima dengan penjelasan tersebut.
Sepertinya ini adalah akumulasi dari banyak hal yang terjadi belakangan ini. Mas Wisnu yang makin larut dalam pekerjaan dan banyak menghabiskan waktu diluar rumah, membuat Mba Fenti merasa terabaikan. Ditambah Mas Wisnu banyak ambil berat masalahnya Bhree. Sebagai seorang istri, Mba Fenti merasakan cemburu.
Bisa dikatakan saat ini adalah periode keemasan Mas Wisnu dalam usahanya dibidang fotografi. Studio fotonya sudah makin banyak dikenal menjadi rekanan di sekolah-sekolah, beberapa kantor juga membuat company profile memakai jasanya, plus menjadi asisten fotografer seorang fotografer yang sering keliling dunia.
Mas Wisnu memang serba bisa, mulai dari penguasaan teknik pengambilan gambarnya, mengedit hingga layout yang menarik juga dia bisa. Semua dipelajari dari berbagai kursus dan pertemanannya dengan beberapa fotografer handal negeri ini.
Kemarin Mba Fenti meminta waktu untuk bertenang, ia ingin pulang ke kampungnya di Garut, tempat orang tuanya bertempat tinggal.
Setelah melalui perdebatan yang lumayan sengit, akhirnya Mas Wisnu sendiri yang mengantarkan anak dan istrinya menuju Garut.
Mba Fenti memang diam seribu bahasa atas apa yang sedang menimpa rumah tangganya. Kepada orang tua, ia hanya beralasan rindu keluarga dan suasana kampung.
Mas Wisnu pun langsung balik ke Jakarta, besok dia akan terbang ke Bali, menjadi asisten fotografer dan akan membuat foto prewedding artis terkenal dengan pengusaha papan atas. Bukan sekedar bayaran yang dia incar, tapi jaringan dari artis dan pengusaha itu yang ingin ia dapatkan. Kalo artis menikah biasanya full endorse, tapi nama rekanannya akan terpampang jelas sebagai salah satu yang ikut menyukseskan acara.
Persiapan sudah dilakukan dalam seminggu terakhir, inilah yang membuat rumah tangganya makin gonjang-ganjing. Bhree memang membantu didalam persiapan ini, mulai dari merapihkan perlengkapan yang akan digunakan saat pemotretan hingga menyusun jadwal serta pakaian, agar tidak ada yang terlewat oleh Mas Wisnu.
di rumah pun Mas Wisnu selalu menghubungi Bhree, jadinya makin membuat Mba Fenti terbakar api cemburu.
⬅️
"Bhree itu udah Mas anggap seperti adik sendiri" jawaban yang selalu diberikan oleh Mas Wisnu ke Mba Fenti.
"Jaman sekarang Mas.. ga bisa deh kita anggap ga bahaya hubungan adik kakak ketemu gede. Karyawan Mas yang lain kan ada, kenapa malah melibatkan dia. Jangan-jangan Mas mau bawa dia ke Bali juga ya?" oceh Mba Fenti.
"Ya gak lah.. Mas berangkat sendiri, karena masuk didalam tim fotografer. Ga usah banyak mengkhayal yang malah jadi merusak mental kamu sendiri. Kita kan sudah lama kenal.. tau kan gimana seorang Wisnu kalo udah masuk urusan kerjaan? Please.. pahami Mas.. bagaimana Mas bisa maju kalo kamu ga bisa seiring sejalan mendukung? Mas lakukan ini buat keluarga kita" alasan Mas Wisnu.
"Mas.. cuma ada satu cara biar rumah tangga kita adem... suruh Bhree keluar dari sana" pinta Mba Fenti.
"Dia mau tinggal dimana? tega kamu melihat sesama wanita luntang-lantung di jalan?" tanya Mas Wisnu.
"Whatever.. Mas selalu cari alasan buat back up dia" sahut Mba Fenti.
➡️
Sudah dari jam tiga dinihari Mas Wisnu di Bandara, menunggu tim yang lainnya. Mereka akan terbang menggunakan pesawat paling pagi. Siang ini akan ada briefing semua vendor yang terlibat dalam prewedding kali ini, bahkan nanti acara pernikahan tersebut digadang-gadang menjadi wedding of the year, akan disiarkan langsung pula oleh salah satu TV swasta nasional.
Sambil menikmati secangkir kopi hangat, Mas Wisnu duduk sambil mengetikkan sesuatu di HP nya.
Setelah itu, kembali Mas Wisnu memandang kearah jendela besar dimana dia bisa melihat pesawat terparkir rapih.
"Kenapa jadi begini ya? Fenti selama ini ga pernah masalah sama kehadiran Bhree. Sering juga kirim makanan ke Bhree. Sekalinya dibahas malah jadi perang begini. Padahal Fenti sendiri yang memberikan support ke Bhree. Wanita kalo cemburu itu udah ga bisa denger penjelasan apapun. Dia kan tau ya kalo selama ini suaminya sibuk juga di studio foto atau meeting sama klien. Dia bisa aja nyari kesana. Ada apa ya sama dia? apa jangan-jangan dia hamil? kan kalo bumil itu biasanya mood jadi gampang swing" duga Mas Wisnu.
Buru-buru Mas Wisnu mengambil HP nya, tadinya hendak menelepon istrinya, tapi karena masih subuh, dia mengirimkan pesan saja. Pesan yang berisi tentang pertanyaan apakah Fenti sedang hamil atau tidak.
🌿
Jam sembilan pagi, dokbar dipanggil oleh kepala instalasi rawat jalan. Dia ijin sebentar dari IGD, jika ada pasien maka nanti menghubungi dokter umum yang ada di Poli Umum atau dokter jaga yang ada di nurse station rawat inap lantai dua.
dokbar duduk dihadapan dokter Julius dalam ruangan kepala instalasi rawat jalan. dokter Julius adalah dokter spesialis saraf di Rumah Sakit ini. Sebagai awalan mereka ngobrol yang ringan-ringan saja.
"dokbar... kami pihak pelayanan medis sudah mengadakan rapat beberapa kali. Menilai dan menimbang segala sesuatunya serta melihat kecakapan seorang dokter umum yang ada di Rumah Sakit ini. Pihak Rumah Sakit akan menawarkan dokbar untuk jaga full Poli Umum dari jam delapan pagi sampai jam dua siang, Senin sampai Sabtu. Bagaimana dok? apa tertarik dengan penawaran ini?" tanya dokter Julius.
"Terima kasih atas penilaiannya dok. Saya ini kan masih baru setahun mendapatkan ijin praktek, IGD bagi saya adalah tempat bisa banyak belajar dengan beragam kondisi pasien yang datang. Bukan saya menyepelekan Poli Umum, tapi lebih baik saya memperkuat IGD dulu dok" jawab dokbar.
Barra memang sudah mendengar tentang hal ini sebelumnya, kepala IGD yang memberitahukan jika ada rencana dokbar akan memperkuat Poli Umum, sebagai batu loncatan sebagai dokter jaga di ruang rawat inap.
"dokbar kan mau ambil spesialis, kami bisa bantu. Pihak Rumah Sakit bersedia memberikan bantuan pinjaman uang ke dokbar yang akan mengambil spesialis. Kuliah lagi itu makan waktu dan pikiran loh .. kalo masih di IGD pasti repot atur jadwalnya" alasan dokter Julius.
"dok.. seperti dokter yang lain, saya juga praktek di tempat lain. Pastinya jika ada perubahan disalah satu tempat praktek, maka harus saya bicarakan dengan tempat lainnya juga. Saya minta waktu ya dok" ucap dokbar.
"Oke.. saya tunggu jawabannya seminggu lagi" jawab dokter Julius.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 280 Episodes
Comments
Edelweiss🍀
artis terkenal ini pasti, nanti bakalan viral kok beritanya😁
2023-06-17
3
Edelweiss🍀
keren pak Daliman udh kaya bule ngomongnya🤭
2023-06-17
3
jii
Baru baca berasa sebentar eeh kok habis.Ternyata kehidupan itu bener ujian yaa ada saja masalah yang mesti dihadapi.Semua orang dengan segala problemnya.Semoga semua terselesaikan dengan baik.Yang agak riskan si Diva artis baru. Semoga sadar hingga g semena² sama asisten.Ok ditunggu next nya bund.
2023-06-17
3