NovelToon NovelToon

HOSPITAL #LIVE, LOVE & LAUGH#

Stetoskop 1, Permulaan

"dokbar.. posisi dimana? Ada pasien kecelakaan di IGD, tingkat kesadarannya delirium (menurun tingkat kesadaran disertai kekacauan motorik seperti gelisah, meronta)" perawat IGD menelepon dr. Barra Alman Said, yang biasa dipanggil dokbar untuk mempersingkat panggilan.

"Ok segera kesana.. cuci tangan dulu ya, baru sempat makan nih di ruangan, tau sendiri dari tadi IGD ga berhenti pasiennya" jawab dr. Barra yang langsung menghentikan makan malamnya di ruangan dokter jaga, persis disamping IGD.

dr. Barra segera memakai snellinya (jas dokter berwarna putih) sambil setengah berlari memakai masker dan sepatunya. Ia langsung menuju bilik periksa yang ditunjuk oleh perawat IGD.

Sudah banyak darah mengucur dari kaki pasien, ada korban tabrakan antara dua motor yang berlawanan arah, salah satunya meninggal di tempat kejadian dan sedang diurus oleh pihak kepolisian.

Pasien yang dibawa ke IGD, diperiksa dan dihentikan perdarahannya. Luka robek pada paha karena terkena stang motor, helmnya juga terlepas sehingga kepala terbentur aspal jalan. Tidak ada luka terbuka dibagian kepala, tapi perlu untuk di Rontgen untuk memastikan kondisinya.

Keluarga pasien sudah datang ke Rumah Sakit dan berteriak histeris melihat kondisi pasien. Setelah semua dihentikan perdarahannya dengan cara dijahit, pasien baru di Rontgen untuk memeriksa apakah ada fraktur (patah tulang) atau tidak serta cedera bagian kepala. Keluarga pasien mendapat penjelasan singkat namun padat dari dr. Barra mengenai kondisi pasien secara umum.

dr. Barra yang berdinas malam ini menjelaskan bahwa tampak patah tulang di telapak kaki karena tertimpa motor sportnya dan akan dikonsultasikan dengan dokter spesialis Ortopedi dan Traumatologi (dikenal sebagai dokter ortopedi/dokter spesialis tulang dan ahli bedah ortopedi, memiliki fokus perawatan pada bagian sistem muskuloskeletal/sistem yang meliputi otot, tulang, sendi dan struktur jaringan penunjang sekitar sendi) untuk penanganan lebih lanjut.

"Anda tuh dokter baru ya? kok bingung banget sih tanganin pasien, yang sat set sat set dong kalo jadi dokter IGD, mikir yang cepat. Masa segala mau tanya ke dokter lainnya, dokter ini sebenarnya ngerti ga cara menangani pasien?" Bapak sang pasien marah.

"Kami berusaha melakukan tindakan terbaik yang bisa kami upayakan Pak" jawab dr. Barra dengan sopan.

Memang ketika menghadapi keluarga yang tertimpa musibah, seorang dokter harus memiliki empati dan tata bahasa yang baik sehingga tidak menimbulkan permasalahan baru bahkan rasa tersinggung dari pihak keluarga pasien. Menghadapi keluarga pasien yang pasti kalut dan sedih serta tidak berpikir panjang, membuat sering terjadi selisih paham antara pihak medis yang berada di garda terdepan dengan pihak keluarga.

"Anda kan dokter ... masa masih tanya dokter yang lain. Emangnya ga bisa ditanganin sendiri dulu? kalo ga ngerti, kenapa diterima kerja di IGD sih?" lanjut pihak keluarga mulai mengoceh dengan mengulang ucapan yang sama.

"Kami para dokter mempunyai keilmuan yang berbeda-beda, sebagai dokter umum, saya meminta saran dengan cara berkonsultasi dengan dokter spesialis tulang, sehingga penanganan pasien akan lebih optimal Bapak.. Ibu.." jelas dr. Barra.

"Ga usah deh, kalo dokter Rumah Sakit itu ujung-ujungnya pasti disuruh operasi. Ga orang kecelakaan, ga orang melahirkan.. pasti disuruhnya langsung operasi, mau enaknya doang, biar dapat uang banyak. Memang ga bisa gitu minum obat atau pasang penyangga dulu? Saya bawa pulang aja dok, nanti anak saya mau dibawa ke Cimande. Disana ga perlu pake operasi-operasian segala, sebentar juga udah bisa jalan lagi. Tetangga saya kecelakaan terus diurut di Cimande tiga kali, sekarang udah bisa lari" putus Bapaknya pasien kecelakaan.

"Baik Pak.. kami hormati keputusan keluarga, meskipun kami belum menjelaskan tindakan operasi sebagai tindakan lanjutan. Tapi disini saya jelaskan mengapa perlu berkonsultasi dengan rekan sejawat itu guna tegaknya sebuah diagnosa" lanjut dr. Barra.

"Ga usah tegak diagnosa segala dok, sekarang yang penting anak saya bisa jalan aja udah cukup, soalnya anak saya ini kan tulang punggung keluarga" ucap Ibunya pasien dengan nada yang kurang sopan.

"Baik Bapak.. Ibu, silahkan tandatangani inform concern ini, sebagai bukti bahwa kami pihak medis, sudah memberikan penjelasan kondisi medis kepada pihak keluarga serta pihak keluarga memutuskan pasien akan dibawa pulang. Hal ini sebagai laporan kepihak yang berwajib dan pihak pelayanan medis Rumah Sakit jika dikemudian hari diperlukan" kata dr. Barra.

"Ribet banget sih nih Rumah Sakit, sini dok.. mana kertas yang mau ditandatangani?" tanya keluarga pasien.

dr. Barra menyodorkan secarik kertas kepada keluarga pasien.

Setelah menandatangani dan mendengarkan penjelasan dr. Barra, keluarga sepakat untuk membawa pasien keluar dari IGD dengan segala resiko yang ditanggung sendiri.

.

Baru saja dr. Barra mencuci tangannya kemudian berniat untuk melanjutkan makan malam yang dinikmati hampir tengah malam, tiba-tiba datang pasangan muda memasuki pintu IGD.

Pasangan tersebut disambut dengan keramahan dan kesigapan para perawat. Sesuai prosedur awal, perawat bertanya tentang keluhan yang membuat pasien datang tampak terburu-buru masuk ke IGD. Setelah mengetahui penyebab kedatangan, pasangan ini diarahkan kesalah satu bilik yang ada di IGD.

Tampak keluarga pasien yang tadi mengalami kecelakaan sudah ada didepan IGD bersiap untuk pulang. Cleaning service pun segera membersihkan tempat tidur dan lantai yang terkena tetesan darah.

Perawat melaporkan ke dr. Barra yang masih mencuci tangan di wastafel, ada pasien baru di bilik nomer tiga. dr. Barra mendekati bilik tersebut untuk memeriksa kondisi pasien.

"Selamat malam... ada keluhan apa Mba?" sapa dr. Barra dengan sopan kepada wanita yang masih tampak muda belia.

"Anu dok" jawab sang wanita agak ragu.

Lelaki yang ada disebelahnya pasien juga tampak malu-malu untuk menjawab pertanyaan dr. Barra.

"Coba dijelaskan perlahan ya, jadi saya bisa mendiagnosa secara lebih jelas" ucap dr. Barra.

"Begini dok... anu... gimana ya dok... Mas coba deh, Mas aja yang jelasin ke dokternya" pinta sang wanita.

dr. Barra mengalihkan pandangannya kearah sang lelaki.

"****** ketinggalan didalam dok" jawab laki-laki itu setengah berbisik menahan rasa malunya.

"Tunggu ya.. saya akan panggilkan bidan agar lebih nyaman bagi pasien untuk mengeluarkan alat tersebut, pasti pasien akan sungkan jika saya yang mengambilnya" jelas dr. Barra.

dr. Barra kembali ke mejanya dan menghubungi ruang bersalin, dia meminta satu orang bidan untuk turun dan membantunya di IGD serta membawa alat yang sudah diminta untuk dibawa turun.

Lima menit kemudian, bidan sudah datang ke IGD, dijelaskan singkat untuk mengambil tindakan mengeluarkan alat kontrasepsi yang tertinggal di **** **********. Bidan langsung menuju ke bilik pemeriksaan.

dr. Barra duduk di mejanya kemudian membuka map medical record pasien yang baru saja diantar oleh bagian rekam medis, dia menulis apa yang diceritakan oleh pasien. Sambil menarik nafas panjang, dia melihat status pasien belum menikah dan usianya baru enam belas tahun.

"Semudah itu hubungan suami istri terjadi sebelum menikah. Semoga perkiraan saya salah, siapa tau kan mereka memang menikah diusia dini" ucap dr. Barra dalam hatinya.

dr.Barra belumlah menjalankan agama dengan baik, hanya sekedar sholat lima waktu yang waktunya juga belum tepat waktu. Jadwal sebagai dokter jaga di dua Rumah Sakit swasta ditambah menjadi dokter umum di Klinik BPJS faskes tingkat 1, membuatnya tidak bisa ikut kajian agama secara rutin. Membaca Al Qur'an pun belum istiqomah setiap hari dilakukan.

.

Bidan keluar dari dalam bilik periksa sambil tersenyum dan mendekati dr. Barra yang duduk di kursi tempat konsultasi.

"Sudah ya dok... untung masih belum dalam banget, jadi masih bisa ditarik pake pinset" jelas bidan pelan.

Pasangan tersebut masih berada didalam bilik, belum mendekat kearah dr. Barra.

"Oke, thanks ya... oh ya, sudah memberikan edukasi bagaimana cara memakai alat kontrasepsi tersebut ke pasien?" tanya dr. Barra

"Belum dok... pasangan itu mungkin pengantin baru dok, jd belum paham cara pakainya. Ya maklumlah dok masih hot-hotnya, lupa kalo tembakan udah mengeluarkan peluru pasti kisut perlahan.. hehehe" bisik bidan.

"Ampun deh kalo dinas sama emak-emak, apalagi profesinya bidan... omongannya parah dan bikin pengen ketawa" jawab dr. Barra sambil nyengir.

"Makanya kawin dok... udah banyak yang ngantri tuh dokter jaga di instalasi rawat inap, tiap dokbar yang jaga pasti pada titip salam.. atau mau sama perawat aja dok? Nanti saya kenalin yang cakep-cakep deh" promo bidan.

"Udah sana.. kerja.. kerja.. ngerumpi aja" usir dr. Barra becanda.

"Enak deh kalo dinas pas dokbar ada di UGD, kasusnya lucu-lucu, besok saya ajarin ya cara ambil alat tadi, jadi kalo ada pasien begitu lagi, dokbar ga usah panggil bidan" kata bidan.

"Bukan ga bisa, tapi risih lah... pasien pasti akan lebih nyaman sama cewe dong. Lagian takut ah..." ujar dr. Barra.

"Takut apa dok? kan tinggal ditarik aja. Katanya mau sekolah Ortopedi, itu malah lebih parah kasus-kasusnya" tanya bidan.

"Takut kepengen.. secara liat begituan... hehehe" jawab dr. Barra pelan.

"Hahahha.. oke deh dok, saya balik dulu ke ruang bersalin. Jangan lupa pagi ini ikut sarapan bareng ya di ruang bersalin, ada yang ulang tahun, secara yang lagi dinas kan para fansnya dokbar loh, tadi udah pesen buat ajak dokbar sarapan bareng" ajak bidan.

"Hehe kaya artis aja banyak fansnya, kita liat nanti pagi aja ya.. ga janji loh" jawab dr. Barra.

"Ok... met malam dokbar ... mudah-mudahan bisa istirahat dengan nyenyak ya malam ini" pamit bidan.

"Woyyyyy di IGD ngomong begitu... tabu...." potong perawat UGD.

"Upsss lupaaaa.. hehehe piss" jawab bidan sambil meninggalkan IGD.

Ya IGD memang keramat untuk berkata-kata, kebiasaannya pasti akan terjadi kebalikannya.

dr. Barra mempersilahkan pasien duduk di kursi konsultasi. Sebagai seorang dokter, kewajibannya adalah mengedukasi pasien tentang alat kontrasepsi meskipun penjelasannya tidak terlalu rinci, seperlunya saja. Biar bagaimanapun dia bukan pemuka agama yang menasehati tentang haram halal, kewajibannya hanya sebatas profesi.

💠

Sekitar jam dua siang, sebuah motor terparkir didepan sebuah minimarket, haus melanda sang pengendara motor. Ya, lelaki tersebut memilih untuk naik motor karena jadwal hari ini lumayan padat dan yang dilalui adalah daerah rawan macet.

Lelaki tersebut harus sudah ada di Bogor jam delapan pagi tadi, ada seminar yang harus dihadiri karena beliau bertindak sebagai narasumber. Padahal dini hari masih ikut operasi sectio caesaria di dua Rumah Sakit yang berbeda. Sebenarnya ada supir yang biasa mengantar, tapi kemarin ijin tidak kerja karena istrinya sakit.

Nama lelaki tersebut adalah Farraz Alif Ramadhan, biasa dipanggil dokter Raz, profesinya sebagai dokter bedah sekaligus dokter anak (dokter Raz mengambil dua spesialisasi dalam waktu yang hampir bersamaan). Beliau adalah anak pertama dari empat bersaudara, usianya sudah menginjak empat puluh tiga tahun. Statusnya adalah single father dengan dua orang anak. Istrinya telah meninggal dunia lima tahun yang lalu karena kecelakaan saat akan memberikan surprise ulang tahun dokter Raz di Rumah Sakit tempat suaminya praktek.

Setelah membayar minuman di kasir, dokter Raz langsung keluar menuju parkiran, sambil duduk di jok motor, diteguknya air mineral dingin. Sambil menghapus peluh yang sudah membanjiri wajahnya karena sengatan cahaya matahari siang hari.

dokter Raz sudah tidak ada jadwal praktek hari ini, jadi berniat pulang ke rumah untuk beristirahat, karena besok jadwal prakteknya full dari pagi hingga sore.

Saat beliau sudah bersiap kembali memacu si kuda besi, ada sebuah motor yang tepat melintang didepan motornya. Membuatnya tidak bisa melaju.

Siang ini macet, sehingga dokter Raz diam diatas motornya hingga motor yang berada didepannya bergerak.

Sebenarnya pemandangan jalanan macet sudah menjadi santapan harian warga Ibukota, tapi siang ini berbeda, didepannya terbentang pemandangan yang mengguncang jiwa, seorang wanita paruh baya, yang diperkirakan berusia sekitar tiga puluh lima tahun, dengan gamis warna gelap serta ditutupi jaket jeans, tanpa bedak diwajahnya, peluh yang mengalir deras dipipinya, tampak eksotis diterpa sinar matahari.

Sempat terpana, kemudian dokter Raz mengeluarkan HP dari saku jaket motornya dan langsung mengabadikan momen ini.

"Ya Allah, jantung ini berdegup kencang, apa karena wanita yang sekarang ada dihadapanku?" tanya dokter Raz dalam hatinya.

Setelah mengabadikan secara diam-diam sosok wanita tersebut dari arah samping, dokter Raz memasukkan kembali HPnya kedalam kantong jaketnya.

Entah kenapa, hati dan pikiran dokter Raz meminta untuk mengikuti wanita tersebut. Dengan jarak yang masih bisa terpantau tanpa tercurigai, beliau melewati jalan tikus yang tidak pernah sama sekali dilalui.

Sejak kematian istrinya, baru kali ini dokter Raz merasakan rasa yang tak biasa terhadap wanita. Rasanya seperti jatuh cinta kembali. Padahal selama lima tahun terakhir, setiap hari berhadapan dengan kaum wanita tapi tak pernah muncul desiran sehangat ini.

"Semoga rasa yang muncul bukan sekedar nafsu belaka dan wanita itu pun masih sendiri statusnya .. siapkan hati Raz jika dia sudah punya suami" ucap dokter Raz dalam hatinya.

Sepanjang perjalanan, do'a terlantun tanpa putus. Berharap inilah jodoh yang Allah kirim kembali untuknya agar bisa membina rumah tangga untuk kedua kalinya.

"Ini otak kenapa ya? kenapa ga bisa berpikir panjang... Raz.. kalo dia istri orang gimana?" kembali ada perang batin dalam diri dokter Raz.

Wanita paruh baya tersebut mungkin tidak terlihat menarik bagi kaum Adam. Badannya berisi meskipun tidak gempal, kulitnya sawo matang, tidak terlalu tinggi juga tampaknya.

Setelah tiga puluh menit perjalanan, wanita tersebut membelokkan motornya kesebuah rumah sangat sederhana.

dokter Raz ikut menepikan motornya diseberang rumah tersebut, kebetulan ada tanah lapang yang sepertinya jika malam hari menjadi pujasera (pusat jajanan serba ada).

dokter Raz duduk disebuah kedai minuman, beliau memesan segelas es jeruk peras, sambil memperhatikan rumah wanita tersebut dari seberang jalan.

Wanita tersebut sudah masuk kedalam rumah sedari tadi. Yang kini terlihat oleh dokter Raz adalah seorang Bapak tua berusia sekitar enam puluh tahunan, dokter Raz memprediksikan jika Bapak tua tersebut adalah orang tua dari wanita yang telah berhasil mencubit hatinya.

🤩

Haiiii para readers...

Semoga sehat dan masih mau menikmati hasil karya author yang terbaru ya.

Setelah semedi dan menimbang-nimbang, finally keputusannya nulis lagi. Ternyata diri ini perlu menumpahkan banyak kata-kata tiap harinya. Tapi selow-selow buat updatenya ya, ga perlu setiap hari tayang yang penting ada 🤭. Mencoba menikmati rasanya menulis lagi seperti awal pertama kali nulis. Beneran beberapa bulan ini kehilangan ide dan mood untuk menulis. Bahkan buat nulis episode 1 aja sampe memakan waktu dua Minggu 🙈.

Kali ini kita mainnya di Rumah Sakit, banyak hal yang bisa tergali didalam sana. Bisa dibilang ini 50% pengalaman selama "main" di Rumah Sakit dan 50% nya cuma rekaan belaka biar terkesan dramatis😁.

Dengar kata Rumah Sakit pasti yang terlintas itu kata sakit, penyakit, dokter, operasi, tindakan medis, biaya dan sebagainya. Tapi jangan lupa, layaknya dunia .. disana ada cerita cinta dengan segala kisahnya, kehidupan dengan segala problematikanya serta canda tawa meskipun penuh air mata.

Selamat membaca semua... inilah karya terbaru author ...

🏪🏪🏪🏪🏪🏪🏪🏪🏪

HOSPITAL

# LIFE, LOVE & LAUGH#

🚑🚑🚑🚑🚑🚑🚑🚑🚑

Jangan lupa tinggalkan jejak like and komentarnya serta iklankan judul ini ke pembaca lainnya.

Jejak Anda sangat berarti sebagai support systemnya author.

Jika ada kesamaan latar, nama, cerita dan lain sebagainya, hanya kebetulan semata.

🌿 BundaDM 🌿

Stetoskop 2, Pada awalnya

Setelah satu jam, dokter Raz mengamati rumah sang wanita, sepertinya tidak ada tanda-tanda sang wanita akan keluar rumah. Akhirnya dokter Raz memutuskan untuk pulang saja, sambil bertekad besok harus bisa berkenalan atau paling tidak, beliau tau dulu apa statusnya wanita tersebut.

Jika wanita tersebut sudah bersuami, maka dokter Raz menyiapkan hatinya untuk memendam dan melupakan perasaan yang tengah meronta dalam dadanya, tapi jika wanita itu single, beliau sudah bertekad GPL (ga pake lama), mau langsung berkenalan dan diajak kejenjang yang lebih serius bahkan secepatnya menikah. Ada keyakinan luar biasa dalam dirinya untuk kembali menikah setelah melihat wanita sederhana tapi auranya luar biasa.

Dalam perjalanan, entah mengapa bayangan wanita itu terus menari diotaknya. Tanpa sadar senyum terus mengembang hingga beliau sampai ke rumah.

"Assalamualaikum..." sapa dokter Raz sambil mencium tangan Ummi dan Abinya.

Sebenarnya orang tua dokter Raz tidak tinggal serumah dengannya, tapi sejak istri dokter Raz meninggal, orang tuanyalah yang membantu dokter Raz mengurus anak-anak, meskipun ada asisten rumah tangga di rumah tersebut. Hal ini yang membuat seringkali orang tua dokter Raz tinggal di rumah.

Tapi kurang lebih enam bulan kedepan, orang tua dokter Raz akan tetap tinggal di rumah untuk membantu mengawasi anak-anak karena seminggu lagi dokter Raz akan berangkat tugas keliling Indonesia. Meninggalkan anak-anak dalam kurun waktu yang cukup lumayan lama.

Sebuah tugas negara memanggilnya, dokter Raz akan menjadi ketua tim dokter dari Kementrian Kesehatan untuk penanggulangan kasus TBC pada anak diseluruh Indonesia, target dalam jangka waktu seratus delapan puluh hari, bisa menjangkau tiga puluh daerah kota dan kabupaten di Indonesia yang rentan atau tinggi kasus TBC pada anaknya.

"Waalaikumsalam" Ummi menjawab sambil tersenyum penuh tanya melihat wajah dokter Raz yang sumringah.

dokter Raz kemudian mencium tangan Abinya.

"Raz... kamu baik-baik aja kan? ada kabar yang bikin happy kayanya nih .. ada apa sih?" tanya Ummi penasaran.

"Happy gimana Mi?" balik dokter Raz.

"Senyum-senyum terus, muka juga tampak sumringah, pokoknya beda aja. Rasanya sudah lama Ummi ga liat kamu kaya gini Raz" ucap Ummi ikut berbahagia.

"Ya Allah Mi... selama itukah anakmu ini tak bahagia?" ujar dokter Raz sambil tertawa kecil.

"Serius Raz .. Ummi ga becanda... ya kan Bi?" Ummi meminta dukungan Abi yang sedang membaca buku.

"Ada sesuatu yang mau di share Raz?" tembak Abi.

"Raz ijin mandi dulu ya, bau keringet banget nih" pamit dokter Raz.

Abi dan Ummi saling berpandangan selepas sosok dokter Raz masuk kedalam kamarnya.

"Ada apa ya Mi?" tanya Abinya dokter Raz.

"Perasaan seorang Ibu itu jarang meleset, Raz sepertinya sedang jatuh cinta" jawab Ummi pelan.

"Jatuh cinta? sama siapa? wong selama lima tahun ini dia paling ga suka tiap kita ajak diskusi tentang pasangan baru untuk membantunya membesarkan anak-anak" papar Abi.

"Bi.. Raz itu ga akan tersenyum penuh arti kalo cuma sekedar jadi ketua atau dapat uang jasa medis yang besar" kata Ummi.

.

Didalam kamar mandi, dokter Raz mematut wajahnya dalam kaca.

"Kayanya memang sudah lama ga liat muka ini tampak happy" ucap dokter Raz ngomong sendiri.

dokter Raz segera menuntaskan mandinya, hampir masuk waktu Maghrib.

.

Setelah makan malam, anak-anak meminta ijin untuk belajar di kamar karena akan ada mid semester.

dokter Raz, Ummi dan Abi duduk di teras belakang, berhadapan dengan kolam renang.

"Jujur aja Raz, ada apa sebenarnya?" Ummi masih penasaran.

"Kayanya Raz sudah menemukan calon Ibu untuk anak-anak" jawab dokter Raz to the point.

"Siapa? sudah lama kenal? Kok kami ga tau? kamu juga ga pernah bilang" berondong Umminya khas emak-emak kepo.

"Jangan tanya banyak-banyak Mi, Raz aja belum kenal siapa dia, belum tau apa-apa tentang dia, baru juga tadi ketemu" papar dokter Raz.

Ummi dan Abi saling berpandangan dengan raut wajah penuh keheranan.

"Ummi ga ngerti Raz..." tutur Ummi bingung.

Secara runut, dokter Raz menceritakan semua kejadian siang tadi. Sambil memperlihatkan foto wanita memakai helm dari arah samping. Mukanya tidak terlalu tampak jelas, karena helmnya tertutup kaca hingga hidung.

"Kalo dia udah punya suami gimana?" Abi meletakkan bukunya.

"Itu juga Bi yang Raz pikirkan dari tadi. Tapi hati ini benar-benar terpana sama sosoknya, sampai ga pake logika ikutin dia pulang ke rumahnya" jawab dokter Raz.

"Sholat istikhoroh dulu Raz, selain meminta petunjuk, kamu juga bisa sambil memantapkan hati" saran Abi.

"InsyaAllah Bi" jawab dokter Raz.

.

Jam sepuluh malam, dokter Raz mencoba untuk mengistirahatkan tubuhnya diatas ranjang seorang diri.

Tanpa sadar, memori lima tahun yang lalu kembali terkuak dipikirannya. Padahal dokter Raz berusaha menyimpan rapat-rapat rasa yang berkecamuk saat itu. Sudah malas untuk mengingatnya karena hanya akan menimbulkan rasa tidak ikhlas terhadap mendiang istrinya. Biar bagaimanapun, istrinya telah mengisi hidupnya meski hanya sepuluh tahun menemani dalam mahligai pernikahan.

Sebelum kejadian naas itu, dokter Raz pernah memergoki mendiang istrinya tengah bermesraan dengan sahabatnya sendiri di rumah ini. Entah sejauh apa hubungan mereka berdua, yang dokter Raz lihat hanya mereka tengah berciuman di ruang tamu.

Tidak ada pertengkaran saat itu, tapi sulit bagi dokter Raz percaya seratus persen terhadap mendiang istrinya lagi.

dokter Raz juga menyadari jika obsesinya menjadi dokter anak sekaligus dokter bedah, membuatnya banyak kehilangan. Kehilangan waktu bersama keluarga terutama melewati masa kecil anak-anak, mobil kesayangannya juga terjual untuk kuliah spesialisnya, belum termasuk kehilangan momen-momen penting dalam keluarga besarnya.

Pertemuan dokter Raz dengan mendiang istrinya terjadi saat di bangku kuliah. Raz mengenyam pendidikan kedokteran disebuah Universitas termasyur di Indonesia, sudah semester enam saat itu. Bertemu dengan gadis yang kalem, anak Psikologi di Universitas sebelah kampusnya.

Usia keduanya terpaut sekitar tiga tahun. Saat itu Raz muda sudah mulai menjadi asisten dosen, dan mulai ikut Profesor Suwito (ahli bedah ternama) saat praktek atau ada seminar-seminar.

Raz hanya berani curi-curi pandang sambil mencari identitas gadis tersebut. Hingga saat beliau sudah lulus menjadi Sarjana Kedokteran dan harus praktek dulu sebelum mendapatkan gelar dokter. Masih saja Raz menyimpan asa bersama wanita tersebut.

Sesudah dikukuhkan menjadi seorang dokter, barulah Raz berani berkenalan langsung. Saat itu mendiang istrinya masih kuliah semester enam, dengan nekatnya Raz langsung meminta orang tua untuk segera melamar wanita tersebut untuknya.

Orang tua pihak wanita meminta waktu hingga putrinya lulus kuliah. Dengan sabar Raz menunggu dalam jarak yang jauh. Ya jarak yang jauh karena dokter Raz terpilih menjadi salah satu dokter yang akan berdinas di Puskesmas di daerah Yogyakarta, kampung halamannya. Keduanya menjalin komunikasi lewat sambungan telepon seluler yang terkadang waktu dan sinyal tidak bersahabat dengan mereka.

Memang saat itu terasa berat, waktu libur dan waktu berkegiatan yang tidak sama, tanpa bertemu muka selain Hari Raya tiba.

Hingga akhirnya masa penantian usai. Sang wanita akan diwisuda. Jauh-jauh hari dokter Raz meminta ijin kepada kepala Puskesmas untuk pulang ke Jakarta.

Dua bulan setelahnya mereka menikah, saat itu keduanya masih terbilang pasangan muda, tapi kembali kejodoh, siapa yang bisa menghentikan laju takdir.

dokter Raz mempunyai karier yang cemerlang, hingga akhirnya memboyong istri tercintanya berpindah dari satu kota ke kota lainnya, mengikuti tugas penempatan dari Kementrian Kesehatan (dokter Raz merupakan pegawai negeri sipil).

Hidup rumah tangga keduanya pun normal-normal saja seperti layaknya pasangan yang lain. Hingga akhirnya dokter Raz memutuskan untuk mengambil kuliah spesialisnya, yaitu Spesialis Anak saat punya dua orang anak. Selagi kuliah Spesialis Anak, dokter Raz di "panas-panasi" senior sejawatnya untuk mengambil spesialis bedah umum. Mumpung ada sponsor yang membiayai kuliah. Dengan tekad kuat dan kecerdasannya, dokter Raz berbagi waktu antara keluarga, jadwal kuliah dan praktek.

Otomatis saat itu bisa dikatakan anak-anaknya hampir sembilan puluh lima persen dibesarkan dalam didikan istrinya. Tak hentinya dokter Raz memuji kemampuan istrinya dalam mengurus keluarga. Selain itu, istrinya tidak pernah mengeluh seberapa pun uang yang ia berikan, tidak pernah mengeluh lelah dengan segalanya.

💐

"Kamu ga usah ngimpi bisa jadi fotografer deh Bhree... baru kerja dicuci cetak studio aja udah pengen kuliah fotografi, mending kamu jadi perawat kaya Ibu. Mau makan apa kamu kalo jadi fotografer?" kata Ibu setengah baya yang tengah menghardik anak tunggalnya. "Tapi passion Bhree Bu..." jawab sang anak memelas.

"Passion kamu emangnya bisa buat makan?"

"Bu...ijinin ya ..Bhree ingin jadi fotografer" pinta Bhree setengah merengek.

"Kalo kamu masih melawan... lebih baik angkat kaki dari sini, gapapa Ibu hidup sendiri, mending begini daripada punya anak yang ga nurut" ucap Ibunya Bhree.

"Tapi Ayah juga fotografer kan Bu?" tanya Bhree.

"Ga usah kamu ingat-ingat dia lagi, fotografer kacangan, ga laku, kegedean gengsi, maunya proyek kaya fotografer profesional tapi hasil kerjanya ga bagus. Namanya belajar otodidak, jadi ya ga bisa profesional lah" ejek Sang Ibu.

"Bu.... Bhree akan buktikan ke Ibu .. suatu saat nanti Bhree akan berhasil mewujudkan mimpi jadi fotografer terkenal" kata Bhree.

"Kamu sudah lolos ujian masuk Akademi keperawatan, bulan depan kita daftar ulang. Ribuan orang berebut masuk Akademi itu dan kamu sudah punya kesempatan emas, jadi jangan jgn disia-siakan" lanjut Ibunya Bhree.

"Bhree ga mau Bu... padahal saat ngerjain soal tesnya juga asal-asalan, kenapa bisa diterima?" ujar Bhree.

"Udah ... ga usah dibahas .. pokoknya kamu harus jadi perawat seperti Ibu. Liat kita punya rumah, mobil, bisa makan enak, pakaian dan perhiasan yang cukup. Mana bisa Ayah kamu memberikan semua ini" papar Ibunya Bhree.

"Bu.. Ayah mungkin pernah melakukan kesalahan saat bersama, tapi sekarang Ayah banyak berubah. Bhree tidak memaksa Ibu dan Ayah bersatu lagi, tapi cukup bisa menjadi support system dalam hidup Bhree. Bisa kan ga perlu menghina Ayah disetiap pembicaraan kita?" tutur Bhree yang sudah kecewa.

.

Bhree masuk ke kamarnya, anak baru lulus SMA yang masih minim pengalaman dan menunggu waktu kuliah, dia bekerja di studio foto dekat sekolahannya. Dia sering main kesana, jadi banyak pekerja disana kenal sama dia.

Awalnya Bhree senang melihat para karyawan studio foto mengedit foto. Sedikit demi sedikit, dia mendapatkan ilmu fotografi secara otodidak. Sebagai bayarannya, dia menyapu dan mengepel studio foto.

Shabreena Narasati Aulia, wanita berjilbab dengan dandanan agak boyish ini hanya bisa memandang nanar kamera pemberian Ayahnya.

Orang tuanya sudah berpisah dan Ayahnya pergi keluar kota mengadu nasib disana, perpisahan orang tuanya saat Bhree SD jadi tidak terlalu paham dan tidak terlalu merasa kehilangan. Ayahnya yang dia ketahui belum menikah lagi, meskipun tidak berkomunikasi dengan lancar, Ayah dan anak ini selalu bertukar kabar. Tapi apalah daya, perekonomian Ayahnya tidak bisa memfasilitasi cita-cita Bhree.

Mereka pun tidak pernah bersua secara langsung karena Ayahnya Bhree adalah pekerja serabutan yang tidak jelas penghasilannya. Daripada dihabiskan untuk ongkos ke Jakarta, lebih baik untuk isi paket data hingga bisa berkomunikasi dengan Bhree dan memberikan sedikit uang pulsa untuk Bhree.

Bhree kecil dulu sering diajak Ayahnya hunting foto disekitar tempat tinggal, entah sekedar ke taman, pasar atau stasiun. Mengamati keadaan lingkungan dan orang-orang yang hilir mudik, kemudian menangkap gambar yang unik dari semua yang dilihat.

Selain itu, Bhree juga sedikit diajarkan memindahkan foto ke laptop. Diedit nama sesuai dengan judul dan tanggal pengambilan gambar agar mudah jika akan diedit.

Dari sanalah, Bhree merasa inilah passionnya. Walaupun Ayahnya sebagai contoh tidak bisa dikatakan berhasil. Ayahnya tidak mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga karena bisa dibilang pengacara.. pengangguran banyak acara.

🍄

Aditya Surya Pratama, mahasiswa semester akhir yang kuliahnya mulur sampai enam tahun baru mau mulai menyusun skripsi. Dia sebenarnya termasuk mahasiswa dengan daya pikir yang bagus, tapi karena kesibukannya menjadi Utuber yang mulai naik daun membuatnya lupa melanjutkan kuliahnya.

Papanya adalah seorang pegawai honorer di Pemda, beliaulah yang mengultimatum Tama untuk merampungkan kuliahnya.

"Papa sekolahin kamu tinggi biar sukses.. bisa jadi orang besar, ga seperti Papa yang menjadi pegawai honorer selama dua puluh tahun" kata Papanya Tama.

"Kan ga perlu jadi PNS atau karyawan Pah kalo mau sukses.. sekarang Tama lagi merintis jadi Utuber aja, toh menghasilkan kok. Memang prosesnya lama.. sudah enam tahun membangun channel biar dikenal sama orang-orang. InsyaAllah ini sudah pilihan hidup Tama Pah.. ini yang paling baik buat Tama" papar Tama.

"Jadi Utuber bukan profesi, hanya euforia sesaat saja. Kamu boleh jadi konten kreator, tapi carilah pekerjaan tetap, mau sampai kapan hidup begini?" saran Papanya Tama.

"Selow Pah.... Tama akan selesaikan kuliah, tapi kalo udah lulus, Papa kasih lah kesempatan Tama untuk berekspresi, mencari jati diri Tama sendiri" pinta Tama serius.

Hidup dijaman semua serba diujung jari, membuat Tama tergoda terjun didalamnya. Subscribersnya sudah menyentuh angka satu juta, bahkan beberapa kali kontennya yang daily vlog random, berhasil masuk menjadi sepuluh besar trending topik saat itu.

Meskipun kontennya bervariasi tapi belakangan yang digemari adalah tentang perjalanan murah meriah kesebuah destinasi wisata. Dia pernah naik turun omprengan menuju desa di Baduy luar dengan budget hanya seratus lima puluh ribuan selama tiga hari, hal inilah yang akhirnya banyak diikuti oleh para subscribersnya. Konten makanan warung yang murah meriah dan enak pun sempat jadi trending dan warung tersebut kebanjiran para penikmat kuliner yang datang karena penasaran.

Otak broadcastingnya Tama bisa dibilang lumayan mumpuni, tapi dia terjebak kuliah di jurusan ekonomi sub manajemen.

Tidak ada ilmu yang tidak bermanfaat, Tama mencoba menerapkan ilmu manajemen yang didapatnya dibangku kuliah dalam perencanaan sebuah perjalanan. Mulai dari penyusunan budget sampai edit video dikerjakan sendiri, sehingga minim pengeluaran tambahan.

Channelnya juga sudah beberapa kali disponsori. Tentunya Tama amat sangat terbuka untuk pihak sponsor. Tapi sebulan terakhir ini dia disponsori sebuah merek kaos distro yang wajib dipakainya saat membuat vlog. Nilai kontraknya pun lebih besar dari adsense (uang dari pihak UTube) yang didapatnya belakangan ini.

Tama itu wajahnya ga terlalu ganteng, tapi dia sumeh dan mudah bergaul dengan siapa saja, jadi memudahkannya dalam membuat konten. Walau tampak bebas hidupnya, ia tetap menerapkan apa yang didapat saat masuk pesantren dulu.

Tama masuk pesantren selama tingkat SMP karena dia sadar harus punya pondasi agama yang kuat dulu untuk menghadapi kerasnya hidup di kota besar.

🌿

Adiva Azzahra, biasa dipanggil Diva. Seorang penyanyi jebolan acara kontes ajang pencarian bakat, dia berhasil mendapatkan juara ketiga, kualitas suara dia bagus hanya jika dibandingkan dengan yang mendapatkan juara 1 dan 2, Diva hanya kalah tidak bisa bermain musik dan dance.

Lagu-lagu bernuansa melankolis adalah lagu jagoannya saat kompetisi. Terlahir dari orang tua yang berdagang mie ayam keliling dan punya tiga saudara kandung lainnya yang masih kecil. Diva kecil sering ikut orangtuanya berdagang. Membantu mencuci piring dan memberikan minum ke pembeli mie ayam.

Diva duduk di kelas tiga SMA saat lulus audisi, pihak stasiun TV yang membantunya agar tetap bisa mendapatkan materi sekolah saat masa karantina dan bisa ikut Ujian Nasional di sekolah terdekat dari asrama.

Datang dari kota kecil di Jawa Tengah, ingin menjadi orang sukses di Jakarta. Banyak fanbasenya tersebar diseantero Nusantara, kebanyakan remaja seusianya. Setelah kompetisi, dia mendapatkan kesempatan untuk pulang kampung, bertemu dengan keluarga besarnya serta pejabat daerah dari mulai Camat hingga Bupati. Mereka bangga bahwa putri daerah bisa mengharumkan nama kampungnya.

Banjir job off air dan on air sudah siap dijalankan usai kompetisi. Dia juga memutuskan untuk tidak kuliah dulu karena ingin mengejar karier mumpung kesempatan terbuka lebar sekarang ini.

Diva masih dikontrak oleh stasiun TV tempat dia berkompetisi selama dua tahun. Jadi semua diatur oleh manajemen mereka. Sampai tempat tinggal pun sudah disediakan, sebuah Apartemen yang tidak jauh jaraknya dari stasiun TV.

Gegap ketenaran membuatnya melupakan bagaimana dia dulunya. Sampai ia memutuskan untuk membuka jilbabnya sebelum kompetisi agar bisa lolos audisi, menurutnya berpakaian muslim akan membatasi geraknya dalam dunia entertainment.

Orangtuanya menyerahkan keputusan ke Diva, karena menurut mereka, anaknya yang akan menjalani.

Memang sekarang banyak artis yang mulai berhijrah, meskipun pakaian tetaplah ketat membentuk badan, jilbab minimalis tak menutup dada, bahkan masih cipika-cipiki dengan lawan jenis. Memang ga bisa dipungkiri tapi inilah dunia entertainment, penuh drama dan intrik. Bahkan saling sikut menjadi hal yang wajar, saling bersimbiosis mutualisme antar peserta dan orang-orang yang terlibat dikompetisi untuk memuluskan jalan kariernya.

Berubahnya pakaian Diva, membentuk perubahan dari gadis polos dan pemalu menjadi sosok agata (anak gaul Jakarta), sudah jauh dari agama dan hidup hedon.

Stetoskop 3, Masa lalu

dokter Raz tertidur dan bermimpi tentang masa lalunya. Rupanya kita memang tidak boleh menganggap orang diam itu menerima apa adanya. Jauh direlung hati istrinya dokter Raz, dia haus akan kasih sayang, perhatian bahkan belaian manja dari suaminya. Ya.. memang harus dibayar mahal oleh dokter Raz demi karier menjadi dokter anak dan bedah ternama di Ibukota.

Dengan fisik yang lumayan menarik untuk dipandang, istrinya telah mendua dengan sahabatnya sendiri. Sahabat SMA dokter Raz yang memang akrab, seringkali main ke rumah. Ntah bagaimana awal mulai kedekatan diantara mereka, karena sampai istrinya menutup mata pun tidak terjawab.

Saat memergoki perselingkuhan itu, dokter Raz memutuskan untuk "pisah ranjang", beliau yang selalu berusaha pulang tengah malam saat istrinya sudah tidur dan pergi sebelum istrinya bangun. Saat itu, dokter Raz tidak menceritakan kepada siapapun, sehingga sikapnya ini dinilai dingin oleh istri serta keluarganya. Belum ada niat bercerai karena dokter Raz menyadari bahwa perselingkuhan ini terjadi akibat dirinya sendiri. Ditambah anak-anak yang masih membutuhkan sosok Ibu, jadi dokter Raz berusaha berdamai dengan keadaan meskipun sakit rasa hatinya.

dokter Raz mencoba terus menguatkan diri. Meyakinkan jika beliau masih bisa menerima istrinya seperti dulu kala. Beberapa kali dokter Raz berusaha menyentuh istrinya, tapi bayangan pengkhianatan membuatnya tak berdaya.

Hingga berita di televisi tentang kecelakaan mobil di jalan tol, didengar olehnya saat tak sengaja melihat televisi selepas dari kamar mandi disebuah Rumah Sakit swasta tempat beliau praktek diluar jadwal prakteknya sebagai dokter pegawai negeri sipil disalah satu RSUD.

Dalam kecelakaan tersebut, korbannya istri dan sahabatnya sendiri. Mereka berencana akan ke Rumah Sakit tempat dokter Raz praktek, memberikan surprise ulang tahun dokter Raz. Kue ulang tahun sudah dipersiapkan oleh istrinya dokter Raz. Sudah dipesan jauh-jauh hari karena custom bentuk stetoskop.

Rencananya setelah memberikan surprise party, kedua manusia yang tengah dimabuk asmara terlarang ini akan menginap disalah satu privat villa di Puncak (ditemukan booking villa tersebut di HP istrinya dokter Raz), beberapa hari yang lalu istrinya dokter Raz meminta ijin untuk menginap bersama teman-temannya dalam rangka reuni, oleh karena itulah dokter Raz mengijinkan.

Menurut saksi mata kejadian kecelakaan, mobil dalam keadaan berhenti dipinggir jalan, saat itu kondisi jalan tol sedang hujan sangat lebat. Tiba-tiba mobil meluncur bebas dan menabrak dinding pembatas tol kemudian berputar-putar beberapa kali. Bisa dikatakan, kejadian ini adalah kecelakaan tunggal.

Keduanya ditemukan dalam kondisi tewas di tempat kejadian, jasadnya utuh hanya ada luka dibagian pelipis, tapi yang mencengangkan adalah kondisi tanpa pakaian melekat sehelai pun ditubuh mereka.

Jangan ditanya lagi bagaimana hancurnya hati dokter Raz ketika mendapati kenyataan seperti ini. Diduga keduanya berbuat mesum didalam mobil, kondisi mesin mobil menyala karena AC menyala. Menurut olah tempat kejadian perkara oleh pihak kepolisian, didapatkan kesimpulan murni kecerobohan keduanya. Diantara mereka menyenggol rem tangan hingga mobil bergerak menabrak pembatas jalan. Ditambah hujan deras makin membuat licin jalanan.

Cukup viral berita kecelakaan tersebut, hingga akhirnya dokter Raz memutuskan untuk pindah ke Malaysia bersama dua orang anaknya agar anak-anak tidak mengetahui tentang penyebab kecelakaan Ibunya.

Sebelum kejadian itu, ada tawaran beasiswa kuliah Magister Manajemen Rumah Sakit disana. Demi menjaga mental anak-anak, dengan segala kerepotan yang ada, dokter Raz memutuskan untuk hijrah, menjauh dari Indonesia agar setiap mata tidak memandang iba padanya.

Menjalani masa dua tahun hidup dalam perantauan dengan penuh suka dan dukanya. dokter Raz berusaha menjadi Ayah sekaligus Ibu untuk anak-anaknya. Hingga kecintaan terhadap tanah air melebihi rasa trauma yang ada, setelah lulus magister dan sempat bekerja disalah satu Rumah Sakit disana, akhirnya dokter Raz memutuskan untuk balik kembali ke Indonesia. Mengabdikan diri di tanah air tercinta.

.

Alarm dari HP nya berbunyi jam dua malam, dokter Raz terbangun dan langsung wudhu untuk menunaikan sholat tahajud. Setelah sholat, beliau merasa hati rasanya berbeda, ada ketenangan yang luar biasa dan bayangan wanita paruh baya itu muncul kembali hingga adzan Subuh berkumandang.

Tepat jam enam pagi, dokter Raz berangkat kesalah satu Rumah Sakit Internasional dibilangan Jakarta Selatan, ada jadwal sunat tapi memerlukan tindakan operasi, anak salah

satu pejabat penting di negeri ini. Pasien-pasien dokter Raz memang rata-rata anak dari kalangan sosialita, pejabat bahkan artis ternama. Namanya cukup dikenal karena sangat mumpuni keilmuan serta keramahannya.

dokter Raz diantar oleh supirnya, oleh karena itu, beliau sempat tertidur di mobil untuk mengumpulkan tenaga.

.

"dokter Raz, ini medical recordnya, pasien sudah masuk rawat inap dari semalam dan sudah dikondisikan akan dilakukan tindakan operasi pagi ini jam delapan, posisi pasien sekarang ada di ruang untuk persiapan operasi dan semua tim operasi sudah hadir" lapor perawat kamar operasi.

"Oke" jawab dokter Raz yang membaca dulu laporan dari laboratorium.

Operasi anak dua belas tahun ini selesai dalam waktu dua jam karena ada faktor penyulit yang memakan banyak waktu. Ada perlengketan serta pasien mempunyai riwayat ashma sejak kecil.

Selesai operasi lanjut membuka praktek pasien rawat jalan, ada tiga puluh pasien yang harus dilayani hingga sekitar jam dua belas siang, nanti beliau akan lanjut lagi membuka praktek setelah jam satu siang.

dokter Raz memang membuat aturan sendiri, sebanyak apapun pasien, begitu masuk jadwal sholat pasti beliau akan break dulu.

Rencana untuk ke rumah sosok wanita misterius itu tidak bisa terlaksana hari ini karena pasien rawat jalan banyak dan ada jadwal operasi cyto (dadakan).

.

Supir pribadi menjemput dokter Raz sekitar jam sebelas malam. Begitu naik kedalam mobil, dokter Raz langsung merebahkan tubuhnya di jok mobil, penat luar biasa mendera.

Sambil melihat HPnya, menjawab chat yang masuk, tanpa sengaja dokter Raz melihat kembali foto wanita itu, langsung lelahnya hilang begitu saja.

"Apa dia ... orang yang selama ini Allah simpan untukku?" pikir dokter Raz dalam hatinya sambil terus memandangi foto tersebut.

Supirnya hanya memandang melalui kaca depan. Karena mendengar beberapa kali dokter Raz tertawa kecil.

🍒

Seperti biasa, Bhree memulai harinya dengan sholat subuh kemudian lanjut menyuci baju dan bebenah rumah. Ibunya hari ini dinas pagi, masuk jam tujuh, jadi berangkat dari rumah jam enam lewat. Beliau bertugas sebagai kepala perawat ruang rawat inap, terhitung sudah termasuk perawat senior dan mumpuni kemampuannya dalam bekerja. Walaupun sudah berumur, rekan sejawatnya memanggilnya dengan panggilan Kak Diah, nama lengkapnya Sabandiyah.

Ibunya Bhree sudah delapan tahun terakhir berstatus single parent, tapi kecantikannya tak lekang dimakan usia. Kulit bersihnya dan muka yang glowing, membuat banyak yang menggoda, bahkan beberapa kali ada pria yang terang-terangan mengajaknya untuk menikah. Tapi beliau tetap tidak mau menikah lagi untuk kedua kalinya. Karena kecantikan parasnya, bahkan sering dibilang jika Ibunya Bhree lebih "laku" dibandingkan anaknya sendiri.

Bhree memang berjiwa seni, baginya tidak penting penampilan, yang penting itu hasil karya. Ibu dan Bhree memang sering berselisih paham, ibunya tipe orang tua yang selalu memaksakan kehendak.

Tidak bisa dipungkiri bak dua sisi mata uang, disatu sisi ia ingin anaknya bisa mandiri, jika kelak beliau sudah tidak ada, tapi disisi lain, beliau juga yang akhirnya memendam impian putri tunggalnya. Bhree sendiri selama ini sudah banyak mengalah, dia masih berpikir logis karena merasa belum bisa mandiri diatas kakinya sendiri. Bhree sudah bulat tekad akan bekerja untuk mewujudkan impiannya menjadi fotografer.

.

Bu Diah menuju ruangannya disebelah nurse station rawat inap kamar VVIP dan VIP.

"Pagi semua...." sapa Kak Diah full senyum.

"Pagi Kak... Operan dinas malam sudah tertulis dan ada diatas meja Kak Diah ya" jawab salah satu perawat jaga.

"Ada yang luar biasa semalam?" tanya Kak Diah.

"Ga ada Kak .. aman terkendali" jawab perawat.

"Oke nanti seperti biasa, saya ada morning meeting bersama pihak manajemen, jadi harus tau situasi jaga semalam" ucap Kak Diah.

.

Jam setengah delapan pagi, Bhree sudah siap berangkat ke studio foto, tugasnya sudah dimulai sebelum jam operasional studio. Dia bertugas menyapu dan mengepel seluruh bagian studio, mengelap meja dan komputer serta merapihkan barang-barang yang berantakan. Dia punya kunci studio, Mas Wisnu, owner studio foto yang memberikan kunci cadangan untuknya.

Sejak pertama kali melihat Bhree, Mas Wisnu merasa iba. Remaja belia tapi harus merasakan pahitnya kehidupan broken home. Ibunya memang sangat mengutamakan penampilan, bisa dikatakan jika setengah penghasilannya untuk perawatan wajah dan tubuhnya.

Bhree sekolah disalah satu sekolah swasta, bukan karena dia tidak termasuk anak yang cerdas, tapi sistem penerimaan siswa baru yang mementingkan jarak dibandingkan nilai menjadinya terlempar dari daftar penerimaan siswa baru.

Meskipun bisa dikatakan hidupnya cukup, tak jarang dia dipanggil pihak TU (tata usaha) karena telat bayaran sekolah. Setiap Bhree memberitahukan ke Ibunya, pasti ada saja alasannya. Ibunya memang sudah terjebak dalam hidup ala sosialita, ingin bergaya hidup mewah tapi tidak sadar diri dengan penghasilannya sendiri. Meskipun pada akhirnya Ibunya Bhree terjun mencari "obyekan", tetap saja tidak pernah cukup untuk segala keinginannya.

"Bhree... ngapain bengong disitu" Mas Wisnu mengagetkan Bhree yang tengah memandang kearah studio foto yang hari ini akan dipakai untuk foto prewedding.

"Mas Wisnu... tumben datang pagi" sahut Bhree sambil merapihkan alat pelnya.

"Pagi apanya? udah mau jam sembilan, tuh anak-anak juga udah datang, lagi siap-siap buat pemotretan nanti" kata Mas Wisnu.

"Oh.. Mas... tugas Bhree hari ini apa?" tanya Bhree.

"Bantuin rapih-rapih aja deh... nanti kan biasanya ada properti yang dipakai, nah kamu yang ambilin dan rapihin" jelas Mas Wisnu.

"Ya Mas siap" sahut Bhree penuh semangat.

"Oh ya .. Senin besok, kita ada pemotretan ke sekolah, buat foto ijazah, ada tiga ratus lima belas siswa, kamu datang agak pagian ya. Jam delapan kita harus sampe di lokasi. Berangkat dari sini sekitar jam enam" perintah Mas Wisnu.

"Ok.. siap" jawab Bhree.

🍄

Jaga selama 24 jam IGD dr. Barra akhirnya usai, hampir tidak bisa tidur karena pasien ada aja yang datang ke IGD.

Makan malam yang disediakan untuknya pun tak tersentuh karena setiap mau makan selalu ada pasien.

dr. Barra sudah memakai jaket kulitnya dan menenteng helm, bersiap untuk menuju parkiran motornya.

"Dokbar ... ayo mampir ke nurse station kamar VIP, kita sarapan bareng" ajak salah satu perawat.

"Ngantuk berat nih, banyak pasien semalam, ini aja mencoba pulang dengan sisa-sisa tenaga" jawab dr. Barra.

"Yah dok... ngapain sih buru-buru balik, kaya ada yang nunggu aja di rumah, kan bisa tidur disini dulu kalo ngantuk. Ada jadwal lagi hari ini?" ujar perawat.

"Off dua hari disini, besok shift jaga IGD di Rumah Sakit lain" jelas dr. Barra.

"Mau dibungkusin ga dok? kita lagi ada acara makan-makan pembukaan arisan perawat nih" tawar perawat.

"Ga usah .. makasih ya undangannya, next time kalo bisa, pasti main-main deh ke nurse station tempat para perawat senior banyak berada... hehehe" kata dr. Barra.

"Janji itu hutang loh dok" ucap perawat.

🌿

Tama sudah rapih dengan setelan kemeja putih dan celana hitamnya, bersiap akan sidang skripsi hari ini. Setelah enam tahun kuliah, akhirnya hari ini semoga dia bisa menuntaskan kuliahnya.

Tama sudah merekam aktivitasnya mulai dari persiapan di rumah hingga tiba di kampus. Dibantu oleh Iqbal, kawan akrabnya sejak SMA yang ikut membantunya mengambil video serta mengedit kontennya.

Di Kampus banyak yang menyapanya karena dia lumayan dikenal sebagai efek dari vlog-vlognya. Banyak yang mendo'akan agar dia lulus hari ini.

🌺

Diva baru tidur jam dua malam, ada jadwal latihan untuk acara ulang tahun stasiun TV yang membesarkan namanya. Asistennya, Rika, juga ikutan tidur karena kelelahan. Padahal Diva ada jadwal hari ini jam sembilan pagi. Dia ada jadwal wawancara sebuah majalah online.

Jam sembilan pagi, HP Rika berbunyi dan tidak ada yang terbangun. Sekitar jam sepuluh pagi baru Rika bangun dan sadar banyak misscalled di HPnya.

"Oh my gooooodddd ... Diva... bangun .. ayo bangun, kita telat nih, ada wawancara harusnya jam sembilan, sekarang udah jam sepuluh" pekik Rika sambil mengguncang tubuhnya Diva.

Diva masih memejamkan matanya.

"Gw ngantuk, diundur aja deh wawancaranya" pinta Diva sambil menarik selimut menutupi wajahnya.

"Diva.. Lo tuh artis baru, wartawan lama-lama bakalan kesel kalo hampir semua jadwal wawancara pasti mundur waktunya. Ingat.. kita yang butuh mereka buat publikasi karier Lo" ujar Rika.

"Gw ga perlulah wawancara kaya gitu, orang udah males baca. Kita pencitraan aja di medsos, atau cari sensasi apa gitu .. banyak kok followers yang menantikan caption gw. Lagian medsos bisa jadi sumber duit cuy"

ujar Diva tidur kembali.

"Divaaaa... ga pake alasan, cepet mandi terus kita cabut. Urusan Lo mau pencitraan atau apa kek di Medsos nanti aja dipikirin lagi. Yang penting sekarang kita datang wawancara, nanti gw cari alasan macet atau apa gitu" kata Rika.

Dengan langkah malas, Diva menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Rika sedang menelepon pihak wartawan untuk reschedule wawancara Diva hari ini.

🌿

dokter Farraz ada jadwal visit pasien di ruang VIP, beliau didamping oleh Bu Diah.

"Bakalan kangen nih sama dokter Raz" ujar Bu Diah sambil mendampingi dokter Raz menulis status pasien di map medical record.

"Gayanya kangen.. nanti dokbar lewat juga lupa.. hehehe" ledek dokter Raz.

"Kok tau sih dok kalo perawat-perawat disini pada suka sama dokbar?" tanya Bu Diah.

"Orangnya cool dan lumayan cakep meskipun masih gantengan saya.. hahaha" jawab dokter Raz.

"Bener tuh dok.. dokbar itu baik dan ramah sama siapa aja, orangnya juga asyik, jadi banyak yang suka" lanjut Bu Diah.

"Saya baru dua kali ketemu pas rapat medis, keliatannya cerdas pola pikirnya. Soalnya selalu melontarkan pertanyaan yang cukup rumit. Kapan-kapan saya mau ajak makan siang, dengar-dengar dia mau ambil spesialis ya?" kata dokter Raz.

"Lagi tes masuk ke Ortopedi dok" jawab Bu Diah.

"Masih jarang tuh yang ambil itu, sekolahnya lama" jawab dokter Raz.

"Mumpung masih muda kali dok, dokbar itu sudah lulus jadi dokter diusia dua puluh dua tahun. SD sampai SMA cuma delapan tahun, jadi umur enam belas sudah jadi mahasiswa kedokteran, lulus empat tahun terus dua tahun penempatan didaerah timur sana, balik dah jadi dokter deh" jelas perawat yang lain.

"Widih... sampai tau CV nya dokbar?" kata dokter Raz.

"Namanya juga idola dok.. pasti dicari tau dong beritanya" sahut perawat lainnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!