Malam ini, dalam kamarnya yang berukuran 2x2 meter, Barra berbaring di kasur tanpa dipan, sambil melihat transaksi mobile banking rekening tabungannya. Discroll naik turun untuk melihat bagaimana kondisi keuangannya selama ini.
Sikap Elsa hari ini cukup menohok hatinya, menyadari dunia saat ini sedang tidak baik-baik aja, terutama yang menyangkut permasalahan ekonominya. Bukan tidak cukup pendapatannya, tapi memenuhi kebutuhan keluarga dan cicilan Bank menjadi prioritas saat ini.
Kembali ia mengingat masa lalu, sedari kecil selalu bilang kalo dia bercita-cita menjadi seorang dokter. Tetangga bahkan saudara banyak yang menertawakannya, mereka pesimis dengan kemampuan ekonomi keluarganya Barra. Meskipun kini pada kenyataannya, sekarang Barra sudah menjawab rasa pesimis dan cacian semua dengan menjadi seorang dokter bahkan sudah praktek ditiga tempat sekaligus.
Banyak berkembang di masyarakat jika alasan menjadi dokter itu umumnya ada dua, yaitu pertama bagi yang keluarganya bukan dokter, yang hanya tau manis-manisnya aja. Hidup bisa auto mapan dan tidak perlu mencari pekerjaan karena dokter akan selalu dibutuhkan disepanjang masa selama dunia ini masih ada, dokter akan menjadikan status sosial naik dimata tetangga dan saudara bahkan uangnya banyak. Alasan yang kedua jika berasal dari keluarga dokter, maka ingin anak juga mendapatkan posisi seperti mereka. Sadar juga jika hanya sekedar dokter umum akan kurang menjanjikan masa depan yang cerah, tapi spesialis masih ada harapan. Harapan ya bukan kepastian. Biasanya kesuksesan generasi sebelumnya akan menurun ke generasi selanjutnya. Tapi paling tidak, pilihan menjadi seorang dokter sudah paling aman. Daripada keluarga harus menebak-nebak dibidang lain yang belum mereka pahami. Biasanya nanti para dokter umum akan dipacu untuk mengambil spesialis, bahkan diprediksi sekitar sepuluh tahun lagi mungkin spesialis juga akan lebih banyak jumlahnya dari sekarang. Jadi kurang kalo cita-citanya cuma spesialis, harus subspesialis.
Untuk menjadi seorang dokter umum butuh perjuangan yang lama, biaya mahal, waktu dan pikiran terkuras. Dengan kenyataan seperti itu, ada pergeseran dimana kebanyakan mahasiswa kedokteran berubah dari "pintar" menjadi "kaya". Karena sekarang tidak semua pintar untuk menjadi mahasiswa kedokteran, karena yang pintar tidak bisa masuk dengan alasan biaya masuk yang sedemikian besarnya. Belum biaya on-going sampai jadi dokter. Bahkan untuk pendidikan dokter umum yang diharuskan untuk magang sebelum diijinkan praktek penuh sebagai seorang dokter juga banyak drama dan emosi serta bersedia ditempatkan dimana saja.
*Maaf jika ada yang merasa tersinggung atas kenyataan diatas, tidak berniat menyinggung mahasiswa kedokteran, just my opinion dan novel ini kan juga sekedar rekaan belaka. Semoga tidak terjadi ya di real life🙏*
"Sampai kapan sih Mas kerja gini terus? Jarang libur, waktu buat keluarga jadi terbatas, bisa komunikasi disela dinas" protes Elsa yang sering terlontar dari bibirnya.
Memang, sulit bagi Barra meluangkan waktu untuk bertemu dengan teman-temannya bahkan keluarga. Dia bekerja sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan berdasarkan kesepakatan, biasanya terdiri dari jaga pagi dan jaga malam.
Setelah jaga malam (pada beberapa Rumah Sakit bervariasi waktu selesai jaga malamnya, berkisar di pukul 07.00 hingga 08.00), biasanya akan dihabiskan untuk tidur sejenak, menebus waktu istirahat yang dipakai untuk bekerja dimalam sebelumnya. Karena biasanya siang hari akan kembali praktek di Klinik hingga keesokan paginya.
Kualitas tidur setelah jaga malam tidak sama dengan tidur malam. Pagi hari cenderung berisik dan biasanya hanya bisa tidur sampai tengah hari saja. Siklus tidur pun bisa dibilang berantakan. Para dokter dan tenaga kesehatan seolah dipaksa untuk selalu sehat lahir batin agar bisa melayani pasien dengan baik.
Pasien dan keluarga tidak tau bagaimana keadaan dokter hari ini. Tidak pernah terlintas dari pikiran para pasien, apakah hari ini dokternya sehat? apa hari ini dokternya cukup rehat? apakah hari ini keluarga dokternya damai-damai saja?. Sebagai garda terdepan yang melayani pasien, pastinya para dokter dan tenaga kesehatan berusaha sekuat tenaga mengenyampingkan masalah yang menerpa, harus punya tenaga agar pasien terlayani dengan baik, paling tidak hingga mereka lepas dinas.
"Kenapa sih sering banget dinas malam? memang ga bisa minta dinas pagi terus gitu, biar kaya orang normal kalo malam ya tidur" protes Elsa juga yang kadang sering dihubungi oleh Barra saat sedang berdinas malam.
Well, jaga malam merupakan bagian dari pekerjaan dokter jaga di Rumah Sakit. Para dokter spesialis, meskipun tidak jaga secara fisik, mereka harus cepat tanggap ketika telepon berdering demi menyelamatkan pasien atau mendengarkan laporan dari dokter umum mengenai gejala yang ada pada pasien.
Barra tidak bisa memutuskan sampai kapan harus menjalani jaga malam. Karena Barra juga bekerja di Klinik yang tidak buka 24 jam, jadinya di Klinik biasanya dia ambil dinas jaga dari jam sembilan pagi hingga jam lima sore. Dinas malam itu uang jasa medisnya lebih besar dibandingkan jaga pagi, jadi memang ada alasan ekonomi yang melatarbelakangi hal ini.
Cape hati dan pikiran? dokter hanya profesi, sejatinya mereka adalah manusia biasa yang mengalami cerita kehidupan seperti orang awam. Pastinya ada saat mereka bahagia dan ada saat mereka merasakan kesedihan.
"The good thing is .. I love my job" selalu Barra menekankan dalam otaknya ditengah carut marut kenyataan hidup yang dia jalani.
The lucky one, Barra mendapatkan undangan untuk bisa kuliah di Fakultas kedokteran, pengajuan beasiswa tidak bisa full mengingat orang tuanya berstatus sebagai seorang PNS, jadi tidak dianggap mahasiswa dengan kategori dibawah garis kemiskinan. Oleh karena itu, orang tuanya menggadaikan rumah untuk menutupi biaya yang Barra butuhkan diluar beasiswa yang dia dapatkan. Irit dan menerima apa adanya, konsep Barra dan keluarga saat Barra menempuh masa pendidikannya.
Setelah disumpah menjadi seorang dokter umum, dia langsung berdinas di IGD, mendapatkan pengalaman yang penuh tantangan, terutama bila bertemu dengan pasien yang emergency, tindakan harus terukur dan menghilangkan tekanan baik dari kasus pasien itu sendiri maupun dari keluarga pasien. Belum lagi jika harus konsultasi ke konsulen (biasanya dokter spesialis), harus bisa merangkai data dan gambaran kondisi pasien agar konsulen tidak salah mengambil tindakan dan saran.
Barra sedang berhitung jika dia jadi mengambil spesialis. Dia telah bekerja selama satu tahun, kemudian akan menjalani sekolah spesialis selama lima tahun dengan biaya yang tidak murah. Belum lagi jika dalam perjalanan mengambil spesialis dia memutuskan untuk berkeluarga, pastinya akan banyak biaya tambahan yang harus ditanggung.
"Kamu yakin mau jadi dokter spesialis? sekolahnya lama, biaya mahal dan kayaknya juga kita semua belum ada gambaran biaya. Rumah ini aja belum lunas, memangnya mau mengajukan tambahan kredit pinjaman di Bank untuk sekolah lagi?" terngiang kembali perkataan Bapak saat Barra bercerita keinginannya ambil spesialis.
Jawaban idealis yang saat itu terucap dari bibir Barra. Ingin menolong sesama yang lebih dari saat ini, ingin mengubah nasib dan masih banyak lagi alasan yang seakan menjadikan profesi dokter sebagai profesi terbaik dimuka bumi ini.
Barra melihat laptopnya, dia memang sangat rapih mencatat pemasukan dan pengeluaran. Penghasilan dikurangi bayar cicilan di Bank, buat keluarga dan kebutuhan pribadinya hanya bersisa disekitaran lima ratus ribu rupiah saja perbulan, tapi dengan catatan tidak banyak kondangan, motor ga rusak parah atau ganti onderdil yang mahal, ga banyak jajan (hanya makan jatah makanan dari Rumah Sakit atau Klinik) serta menekan biaya tak terduga lainnya.
"Gope buat hidupin Elsa apa cukup? harus tinggal di kamar ini yang sempit.... wake up Barra... dia princess yang ga pernah hidup penuh perjuangan seperti Lo... Romonya memberikan dia yang terbaik, sekolah yang bagus, tempat tinggal yang nyaman, harta yang banyak serta kesenangan lainnya.. dengan bodohnya atas nama cinta akan menjanjikannya surga untuknya? jangan naif Barra... Penerimaan Elsa terhadap kondisi keluarga ini ya harusnya sudah diperhitungkan matang. Terima semua dengan ikhlas.. duhai hati.. janganlah membencinya, teruslah berjuang meyakinkan dia agar bisa hidup berdampingan dengannya kelak" Barra bicara sendiri.
🌿
Hubungan Hana dengan orang tua dan anak-anak dokter Raz berjalan normal-normal saja. Meskipun tidak setiap hari berkirim kabar, tapi paling tidak dalam seminggu, Umminya dokter Raz menelepon Hana.
Kebetulan hari ini Ummi ada waktu senggang, janjian sama Hana untuk ngebakso bareng dekat Klinik tempat Hana kerja. Kalo diikutkan hati, rasanya Ummi ingin segera Hana dan dokter Raz menikah. Tapi beliau sadar bahwa ini adalah hak anak-anak yang akan menjalaninya.
⬅️
Perselingkuhan mantan istri dokter Raz memang memukul telak kejiwaannya Ummi juga, bahkan Ummi sempat dibawa ke psikolog dan beberapa guru ngaji untuk memulihkan mentalnya.
Ibu mana yang bisa terima jika anaknya mengalami hal seperti yang dokter Raz alami, ditambah dokter Raz dan anak-anak pergi menjauh ke Malaysia, makinlah Ummi terpuruk dalam kesedihannya.
Melihat dokter Raz semakin baik-baik saja, makinlah Ummi yakin jika anaknya sudah berlapang dada. Saat itu juga kondisi mentalnya menjadi lebih baik.
"Ummi.. semua terjadi juga karena ada andil Raz .. jangan salahkan satu pihak saja. Raz juga sudah menjalin komunikasi lagi dengan mertua Raz.. Raz ga akan anggap mereka mantan mertua .. tapi udah dianggap sebagai orang tua Raz juga. Ummi juga belajar ya membuka diri jika mereka mau silaturahim menjenguk cucu-cucunya" pinta dokter Raz sesaat dia kembali lagi ke Indonesia.
"Ya.. dua tahun cukup Raz.. pada akhirnya Ummi harus bisa menerima suratan takdir ini. Perih memang Raz.. tapi melihat kamu dan anak-anak siap kembali tinggal di Indonesia, Ummi bahagia" jawab Ummi.
Meskipun makin lama, hubungan dokter Raz dengan keluarga mantan istrinya berjalan tidak baik, bahkan kini menengok cucu tidak pernah sama sekali, jika dokter Raz yang membawa anak-anak kesana pun tidak diterima.
Melalui pesan singkat keluarga mantan istrinya bilang kalo dokter Raz tidak perlu menganggap mereka ada dan mereka tidak mau menganggap punya cucu.
Setahun terakhir lost contact karena mereka menjual rumah dan tidak ada yang tau keberadaannya.
Anak-anak dokter Raz pun tidak masalah dengan hal ini, bagi mereka, cinta dan kasih sayang dari keluarga dokter Raz amatlah besar, jadi merasa tercukupi.
➡️
"Hana.. Raz masih rutin hubungi Hana? ga terasa sudah sebulan Raz ga pulang" tanya Umminya dokter Raz.
"Dibilang rutin ya ngga, dibilang ga rutin juga ngga.. tapi beliau masih berkabar kok" jawab Hana.
"Ummi ga mau kamu merasa tertekan dengan kondisi yang sekarang ini. Seperti yang Raz bilang sebelum berangkat, biarlah perkenalan kalian berdua berjalan sebagaimana mestinya" kata Ummi.
"Ya.. " jawab Hana.
"Kamu Ibu hebat .. Ummi senang bisa punya kesempatan kenal sama kamu, nanti apapun keputusannya, Ummi harap kita masih bisa ngebakso bareng kaya gini" harap Umminya dokter Raz.
"InsyaAllah Ummi.. " jawab Hana.
Ngebakso atau makan bakso sepertinya menjadi rutinitas para kaum wanita yang lazim terlihat dan dilakukan. Meskipun kadang tergelitik tanya, jika diperhatikan dengan seksama, pelanggan warung bakso itu rata-rata ibu-ibu dan remaja putri. Tentu saja ada pembeli laki-lakinya juga tapi jumlahnya bisa dihitung jari. Dan yang masih jadi misteri, kebanyakan penjual dan pramusaji di warung bakso itu laki-laki. Ada readers yang bisa jawab? 🤭.
Alasan ngebakso pun alasannya hampir sama dibanyak daerah. Biasanya karena rasa,
kuliner ini paling enak untuk segala usia, kuah yang gurih dan kenyal baksonya itu cocok di lidah. Alasan lainnya karena rasa bakso itu bisa dimodifikasi. Misalnya dengan menambahkan kecap, saos bahkan sekarang didalam bakso bisa diisi berbagai macam isian. Sensasi menemukan racikan paling pas ini memberi sensasi tersendiri buat penggemar bakso. Selain itu juga cocok dimakan kapanpun, mau udara panas bak simulasi neraka atau dinginnya hujan, bakso ini cocok menemani. Ditinjau dari segi hargapun masih terjangkau, meskipun ada harga maka ada kualitas baksonya. Dan alasan pamungkasnya karena warungnya itu bertebaran dan masih banyak juga mamang-mamang yang keliling disekitar tempat tinggal kita.
"Hana... Minggu depan ada arisan di rumah, kamu bisa datang? Hana kan belum pernah ke rumah Ummi. Adik-adiknya Raz juga sudah wanti-wanti buat undang kamu. Ini murni ga ada request dari Raz. Raz ga tau ada arisan di rumah" ajak Umminya dokter Raz.
"Ga janji ya Ummi .. nanti Hana kasih kabar ke Ummi" jawab Hana.
.
Grup chat FARRAZ FAMILY juga tidak ramai, biasanya dokter Raz akan mengirim gambar keberadaannya sekarang ini dengan aktivitas yang dijalani. Anak-anak juga standar aja menceritakan tentang sekolah. Hana biasanya bagian menyimak.
dokter Raz juga rutin menghubungi keluarga dan orang tuanya Hana. Menggali informasi tentang sifat dan pandangan hidup Hana kedepannya. dokter Raz memang sengaja mengorek hal ini dari orang-orang terdekat agar ceritanya akurat.
.
dokter Raz menghubungi orang tuanya.
"Assalamualaikum Abi.. Ummi.. apa kabarnya?" sapa dokter Raz.
"Waalaikumsalam Alhamdulillah baik semua, kamu sehat Raz?" tanya Abinya dokter Raz.
"Alhamdulillah sehat Bi" jawab dokter Raz.
"Tadi sore Ummi kan ngebakso sama Hana" lapor Umminya karena HP diloud speaker.
"Ada acara apa Mi?" tanya dokter Raz.
"Ga ada apa-apa" jawab Ummi.
"Masa ga ada sesuatu, ga mungkin kayanya dua perempuan jalan bareng tanpa agenda" ucap dokter Raz menyelidik.
"Oke... Ummi emang ga bisa deh bohong sama kamu. Ummi mau tau lebih dalam tentang dia. Tapi ya seperti biasa, dia irit bicara. Jadinya kita berdua lebih menikmati makan baksonya daripada ngobrolnya" tutur Ummi.
"Jangan begitu lagi ya Mi.. Raz rasa dia memang sakit banget sama mantannya, jadi ya kaya dia sekarang ini" pinta dokter Raz.
"Kamu udah tau tentang mantannya?" lanjut Ummi.
"Ga banyak Mi.. orangtuanya Hana sepertinya juga kurang suka membahas tentang dia" jawab dokter Raz.
"Jadi sebulan ini belum ada perkembangan signifikan hubungan kalian?" tembak Abi.
"Belum Bi.. oh ya.. seminggu kedepan kayanya kesibukan bertambah nih, ikut mendampingi Pak Menteri Kesehatan buat tinjauan tentang TBC, maaf ya merepotkan Ummi dan Abi terus yang harus urus anak-anak" jelas dokter Raz.
"Santai aja Raz.. kita happy kok ngurusin anak-anak" jawab Abi.
"Ummi udah cocok banget Raz sama Hana, gimana kalo langsung Ummi lamar aja ya? kamu ga pulang juga gapapa" ide Ummi.
"Mi.. udah tanya ke Hana masalah lamar melamar ini?" tembak Abi.
"Belumlah... Ummi mau tanya ke Abi dan Raz dulu" jawab Ummi.
"Jangan bikin ide yang tergesa-gesa.. biarlah anak-anak kita yang berproses, kalo jodoh juga akan ketemu jalannya" ingat Abi.
"Ya Mi.. santai aja dulu.. masih ada lima bulan lagi kan untuk kenal siapa Hana" ucap dokter Raz.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 280 Episodes
Comments
Jasreena
karna Abang2 bakso sabar layanin ibu2 n ciwi2 yg rada bawel n rewel...
2023-09-29
1
Akhmad Soimun
baca bagian² dokter banyak sedihnya, smpe ngunek² mau nangis.. berat bgt yahh
2023-07-06
1
Edelweiss🍀
Aku pernah dengar cerita dokter yg banting stir jd asisten seorang pengusaha karena pekerjaan jd dokter itu gak menjanjikan apalagi dia dari kalangan bawah😥 Udahlah dokbar gak usah dipikir2 lagi itu si Elsa sifat yg begitu itu rawan perpisahan kalau kau gak bisa menjaga ekonomi diatas terus buat nyenengin dia🤨 Umi jgn tergesa2 nanti yg ada Hana malah gak bisa menerima dokter Raz lagi🥺. Ini sepupu aku udh tes mau masuk kuliah kedokteran syukurnya lulus seleksi. tp dia beruntung sih ekonomi keluarganya termasuk yg berada🙄
2023-06-20
3