Stetoskop 17, Merenung

Malam ini, dalam kamarnya yang berukuran 2x2 meter, Barra berbaring di kasur tanpa dipan, sambil melihat transaksi mobile banking rekening tabungannya. Discroll naik turun untuk melihat bagaimana kondisi keuangannya selama ini.

Sikap Elsa hari ini cukup menohok hatinya, menyadari dunia saat ini sedang tidak baik-baik aja, terutama yang menyangkut permasalahan ekonominya. Bukan tidak cukup pendapatannya, tapi memenuhi kebutuhan keluarga dan cicilan Bank menjadi prioritas saat ini.

Kembali ia mengingat masa lalu, sedari kecil selalu bilang kalo dia bercita-cita menjadi seorang dokter. Tetangga bahkan saudara banyak yang menertawakannya, mereka pesimis dengan kemampuan ekonomi keluarganya Barra. Meskipun kini pada kenyataannya, sekarang Barra sudah menjawab rasa pesimis dan cacian semua dengan menjadi seorang dokter bahkan sudah praktek ditiga tempat sekaligus.

Banyak berkembang di masyarakat jika alasan menjadi dokter itu umumnya ada dua, yaitu pertama bagi yang keluarganya bukan dokter, yang hanya tau manis-manisnya aja. Hidup bisa auto mapan dan tidak perlu mencari pekerjaan karena dokter akan selalu dibutuhkan disepanjang masa selama dunia ini masih ada, dokter akan menjadikan status sosial naik dimata tetangga dan saudara bahkan uangnya banyak. Alasan yang kedua jika berasal dari keluarga dokter, maka ingin anak juga mendapatkan posisi seperti mereka. Sadar juga jika hanya sekedar dokter umum akan kurang menjanjikan masa depan yang cerah, tapi spesialis masih ada harapan. Harapan ya bukan kepastian. Biasanya kesuksesan generasi sebelumnya akan menurun ke generasi selanjutnya. Tapi paling tidak, pilihan menjadi seorang dokter sudah paling aman. Daripada keluarga harus menebak-nebak dibidang lain yang belum mereka pahami. Biasanya nanti para dokter umum akan dipacu untuk mengambil spesialis, bahkan diprediksi sekitar sepuluh tahun lagi mungkin spesialis juga akan lebih banyak jumlahnya dari sekarang. Jadi kurang kalo cita-citanya cuma spesialis, harus subspesialis.

Untuk menjadi seorang dokter umum butuh perjuangan yang lama, biaya mahal, waktu dan pikiran terkuras. Dengan kenyataan seperti itu, ada pergeseran dimana kebanyakan mahasiswa kedokteran berubah dari "pintar" menjadi "kaya". Karena sekarang tidak semua pintar untuk menjadi mahasiswa kedokteran, karena yang pintar tidak bisa masuk dengan alasan biaya masuk yang sedemikian besarnya. Belum biaya on-going sampai jadi dokter. Bahkan untuk pendidikan dokter umum yang diharuskan untuk magang sebelum diijinkan praktek penuh sebagai seorang dokter juga banyak drama dan emosi serta bersedia ditempatkan dimana saja.

*Maaf jika ada yang merasa tersinggung atas kenyataan diatas, tidak berniat menyinggung mahasiswa kedokteran, just my opinion dan novel ini kan juga sekedar rekaan belaka. Semoga tidak terjadi ya di real life🙏*

"Sampai kapan sih Mas kerja gini terus? Jarang libur, waktu buat keluarga jadi terbatas, bisa komunikasi disela dinas" protes Elsa yang sering terlontar dari bibirnya.

Memang, sulit bagi Barra meluangkan waktu untuk bertemu dengan teman-temannya bahkan keluarga. Dia bekerja sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan berdasarkan kesepakatan, biasanya terdiri dari jaga pagi dan jaga malam.

Setelah jaga malam (pada beberapa Rumah Sakit bervariasi waktu selesai jaga malamnya, berkisar di pukul 07.00 hingga 08.00), biasanya akan dihabiskan untuk tidur sejenak, menebus waktu istirahat yang dipakai untuk bekerja dimalam sebelumnya. Karena biasanya siang hari akan kembali praktek di Klinik hingga keesokan paginya.

Kualitas tidur setelah jaga malam tidak sama dengan tidur malam. Pagi hari cenderung berisik dan biasanya hanya bisa tidur sampai tengah hari saja. Siklus tidur pun bisa dibilang berantakan. Para dokter dan tenaga kesehatan seolah dipaksa untuk selalu sehat lahir batin agar bisa melayani pasien dengan baik.

Pasien dan keluarga tidak tau bagaimana keadaan dokter hari ini. Tidak pernah terlintas dari pikiran para pasien, apakah hari ini dokternya sehat? apa hari ini dokternya cukup rehat? apakah hari ini keluarga dokternya damai-damai saja?. Sebagai garda terdepan yang melayani pasien, pastinya para dokter dan tenaga kesehatan berusaha sekuat tenaga mengenyampingkan masalah yang menerpa, harus punya tenaga agar pasien terlayani dengan baik, paling tidak hingga mereka lepas dinas.

"Kenapa sih sering banget dinas malam? memang ga bisa minta dinas pagi terus gitu, biar kaya orang normal kalo malam ya tidur" protes Elsa juga yang kadang sering dihubungi oleh Barra saat sedang berdinas malam.

Well, jaga malam merupakan bagian dari pekerjaan dokter jaga di Rumah Sakit. Para dokter spesialis, meskipun tidak jaga secara fisik, mereka harus cepat tanggap ketika telepon berdering demi menyelamatkan pasien atau mendengarkan laporan dari dokter umum mengenai gejala yang ada pada pasien.

Barra tidak bisa memutuskan sampai kapan harus menjalani jaga malam. Karena Barra juga bekerja di Klinik yang tidak buka 24 jam, jadinya di Klinik biasanya dia ambil dinas jaga dari jam sembilan pagi hingga jam lima sore. Dinas malam itu uang jasa medisnya lebih besar dibandingkan jaga pagi, jadi memang ada alasan ekonomi yang melatarbelakangi hal ini.

Cape hati dan pikiran? dokter hanya profesi, sejatinya mereka adalah manusia biasa yang mengalami cerita kehidupan seperti orang awam. Pastinya ada saat mereka bahagia dan ada saat mereka merasakan kesedihan.

"The good thing is .. I love my job" selalu Barra menekankan dalam otaknya ditengah carut marut kenyataan hidup yang dia jalani.

The lucky one, Barra mendapatkan undangan untuk bisa kuliah di Fakultas kedokteran, pengajuan beasiswa tidak bisa full mengingat orang tuanya berstatus sebagai seorang PNS, jadi tidak dianggap mahasiswa dengan kategori dibawah garis kemiskinan. Oleh karena itu, orang tuanya menggadaikan rumah untuk menutupi biaya yang Barra butuhkan diluar beasiswa yang dia dapatkan. Irit dan menerima apa adanya, konsep Barra dan keluarga saat Barra menempuh masa pendidikannya.

Setelah disumpah menjadi seorang dokter umum, dia langsung berdinas di IGD, mendapatkan pengalaman yang penuh tantangan, terutama bila bertemu dengan pasien yang emergency, tindakan harus terukur dan menghilangkan tekanan baik dari kasus pasien itu sendiri maupun dari keluarga pasien. Belum lagi jika harus konsultasi ke konsulen (biasanya dokter spesialis), harus bisa merangkai data dan gambaran kondisi pasien agar konsulen tidak salah mengambil tindakan dan saran.

Barra sedang berhitung jika dia jadi mengambil spesialis. Dia telah bekerja selama satu tahun, kemudian akan menjalani sekolah spesialis selama lima tahun dengan biaya yang tidak murah. Belum lagi jika dalam perjalanan mengambil spesialis dia memutuskan untuk berkeluarga, pastinya akan banyak biaya tambahan yang harus ditanggung.

"Kamu yakin mau jadi dokter spesialis? sekolahnya lama, biaya mahal dan kayaknya juga kita semua belum ada gambaran biaya. Rumah ini aja belum lunas, memangnya mau mengajukan tambahan kredit pinjaman di Bank untuk sekolah lagi?" terngiang kembali perkataan Bapak saat Barra bercerita keinginannya ambil spesialis.

Jawaban idealis yang saat itu terucap dari bibir Barra. Ingin menolong sesama yang lebih dari saat ini, ingin mengubah nasib dan masih banyak lagi alasan yang seakan menjadikan profesi dokter sebagai profesi terbaik dimuka bumi ini.

Barra melihat laptopnya, dia memang sangat rapih mencatat pemasukan dan pengeluaran. Penghasilan dikurangi bayar cicilan di Bank, buat keluarga dan kebutuhan pribadinya hanya bersisa disekitaran lima ratus ribu rupiah saja perbulan, tapi dengan catatan tidak banyak kondangan, motor ga rusak parah atau ganti onderdil yang mahal, ga banyak jajan (hanya makan jatah makanan dari Rumah Sakit atau Klinik) serta menekan biaya tak terduga lainnya.

"Gope buat hidupin Elsa apa cukup? harus tinggal di kamar ini yang sempit.... wake up Barra... dia princess yang ga pernah hidup penuh perjuangan seperti Lo... Romonya memberikan dia yang terbaik, sekolah yang bagus, tempat tinggal yang nyaman, harta yang banyak serta kesenangan lainnya.. dengan bodohnya atas nama cinta akan menjanjikannya surga untuknya? jangan naif Barra... Penerimaan Elsa terhadap kondisi keluarga ini ya harusnya sudah diperhitungkan matang. Terima semua dengan ikhlas.. duhai hati.. janganlah membencinya, teruslah berjuang meyakinkan dia agar bisa hidup berdampingan dengannya kelak" Barra bicara sendiri.

🌿

Hubungan Hana dengan orang tua dan anak-anak dokter Raz berjalan normal-normal saja. Meskipun tidak setiap hari berkirim kabar, tapi paling tidak dalam seminggu, Umminya dokter Raz menelepon Hana.

Kebetulan hari ini Ummi ada waktu senggang, janjian sama Hana untuk ngebakso bareng dekat Klinik tempat Hana kerja. Kalo diikutkan hati, rasanya Ummi ingin segera Hana dan dokter Raz menikah. Tapi beliau sadar bahwa ini adalah hak anak-anak yang akan menjalaninya.

⬅️

Perselingkuhan mantan istri dokter Raz memang memukul telak kejiwaannya Ummi juga, bahkan Ummi sempat dibawa ke psikolog dan beberapa guru ngaji untuk memulihkan mentalnya.

Ibu mana yang bisa terima jika anaknya mengalami hal seperti yang dokter Raz alami, ditambah dokter Raz dan anak-anak pergi menjauh ke Malaysia, makinlah Ummi terpuruk dalam kesedihannya.

Melihat dokter Raz semakin baik-baik saja, makinlah Ummi yakin jika anaknya sudah berlapang dada. Saat itu juga kondisi mentalnya menjadi lebih baik.

"Ummi.. semua terjadi juga karena ada andil Raz .. jangan salahkan satu pihak saja. Raz juga sudah menjalin komunikasi lagi dengan mertua Raz.. Raz ga akan anggap mereka mantan mertua .. tapi udah dianggap sebagai orang tua Raz juga. Ummi juga belajar ya membuka diri jika mereka mau silaturahim menjenguk cucu-cucunya" pinta dokter Raz sesaat dia kembali lagi ke Indonesia.

"Ya.. dua tahun cukup Raz.. pada akhirnya Ummi harus bisa menerima suratan takdir ini. Perih memang Raz.. tapi melihat kamu dan anak-anak siap kembali tinggal di Indonesia, Ummi bahagia" jawab Ummi.

Meskipun makin lama, hubungan dokter Raz dengan keluarga mantan istrinya berjalan tidak baik, bahkan kini menengok cucu tidak pernah sama sekali, jika dokter Raz yang membawa anak-anak kesana pun tidak diterima.

Melalui pesan singkat keluarga mantan istrinya bilang kalo dokter Raz tidak perlu menganggap mereka ada dan mereka tidak mau menganggap punya cucu.

Setahun terakhir lost contact karena mereka menjual rumah dan tidak ada yang tau keberadaannya.

Anak-anak dokter Raz pun tidak masalah dengan hal ini, bagi mereka, cinta dan kasih sayang dari keluarga dokter Raz amatlah besar, jadi merasa tercukupi.

➡️

"Hana.. Raz masih rutin hubungi Hana? ga terasa sudah sebulan Raz ga pulang" tanya Umminya dokter Raz.

"Dibilang rutin ya ngga, dibilang ga rutin juga ngga.. tapi beliau masih berkabar kok" jawab Hana.

"Ummi ga mau kamu merasa tertekan dengan kondisi yang sekarang ini. Seperti yang Raz bilang sebelum berangkat, biarlah perkenalan kalian berdua berjalan sebagaimana mestinya" kata Ummi.

"Ya.. " jawab Hana.

"Kamu Ibu hebat .. Ummi senang bisa punya kesempatan kenal sama kamu, nanti apapun keputusannya, Ummi harap kita masih bisa ngebakso bareng kaya gini" harap Umminya dokter Raz.

"InsyaAllah Ummi.. " jawab Hana.

Ngebakso atau makan bakso sepertinya menjadi rutinitas para kaum wanita yang lazim terlihat dan dilakukan. Meskipun kadang tergelitik tanya, jika diperhatikan dengan seksama, pelanggan warung bakso itu rata-rata ibu-ibu dan remaja putri. Tentu saja ada pembeli laki-lakinya juga tapi jumlahnya bisa dihitung jari. Dan yang masih jadi misteri, kebanyakan penjual dan pramusaji di warung bakso itu laki-laki. Ada readers yang bisa jawab? 🤭.

Alasan ngebakso pun alasannya hampir sama dibanyak daerah. Biasanya karena rasa,

kuliner ini paling enak untuk segala usia, kuah yang gurih dan kenyal baksonya itu cocok di lidah. Alasan lainnya karena rasa bakso itu bisa dimodifikasi. Misalnya dengan menambahkan kecap, saos bahkan sekarang didalam bakso bisa diisi berbagai macam isian. Sensasi menemukan racikan paling pas ini memberi sensasi tersendiri buat penggemar bakso. Selain itu juga cocok dimakan kapanpun, mau udara panas bak simulasi neraka atau dinginnya hujan, bakso ini cocok menemani. Ditinjau dari segi hargapun masih terjangkau, meskipun ada harga maka ada kualitas baksonya. Dan alasan pamungkasnya karena warungnya itu bertebaran dan masih banyak juga mamang-mamang yang keliling disekitar tempat tinggal kita.

"Hana... Minggu depan ada arisan di rumah, kamu bisa datang? Hana kan belum pernah ke rumah Ummi. Adik-adiknya Raz juga sudah wanti-wanti buat undang kamu. Ini murni ga ada request dari Raz. Raz ga tau ada arisan di rumah" ajak Umminya dokter Raz.

"Ga janji ya Ummi .. nanti Hana kasih kabar ke Ummi" jawab Hana.

.

Grup chat FARRAZ FAMILY juga tidak ramai, biasanya dokter Raz akan mengirim gambar keberadaannya sekarang ini dengan aktivitas yang dijalani. Anak-anak juga standar aja menceritakan tentang sekolah. Hana biasanya bagian menyimak.

dokter Raz juga rutin menghubungi keluarga dan orang tuanya Hana. Menggali informasi tentang sifat dan pandangan hidup Hana kedepannya. dokter Raz memang sengaja mengorek hal ini dari orang-orang terdekat agar ceritanya akurat.

.

dokter Raz menghubungi orang tuanya.

"Assalamualaikum Abi.. Ummi.. apa kabarnya?" sapa dokter Raz.

"Waalaikumsalam Alhamdulillah baik semua, kamu sehat Raz?" tanya Abinya dokter Raz.

"Alhamdulillah sehat Bi" jawab dokter Raz.

"Tadi sore Ummi kan ngebakso sama Hana" lapor Umminya karena HP diloud speaker.

"Ada acara apa Mi?" tanya dokter Raz.

"Ga ada apa-apa" jawab Ummi.

"Masa ga ada sesuatu, ga mungkin kayanya dua perempuan jalan bareng tanpa agenda" ucap dokter Raz menyelidik.

"Oke... Ummi emang ga bisa deh bohong sama kamu. Ummi mau tau lebih dalam tentang dia. Tapi ya seperti biasa, dia irit bicara. Jadinya kita berdua lebih menikmati makan baksonya daripada ngobrolnya" tutur Ummi.

"Jangan begitu lagi ya Mi.. Raz rasa dia memang sakit banget sama mantannya, jadi ya kaya dia sekarang ini" pinta dokter Raz.

"Kamu udah tau tentang mantannya?" lanjut Ummi.

"Ga banyak Mi.. orangtuanya Hana sepertinya juga kurang suka membahas tentang dia" jawab dokter Raz.

"Jadi sebulan ini belum ada perkembangan signifikan hubungan kalian?" tembak Abi.

"Belum Bi.. oh ya.. seminggu kedepan kayanya kesibukan bertambah nih, ikut mendampingi Pak Menteri Kesehatan buat tinjauan tentang TBC, maaf ya merepotkan Ummi dan Abi terus yang harus urus anak-anak" jelas dokter Raz.

"Santai aja Raz.. kita happy kok ngurusin anak-anak" jawab Abi.

"Ummi udah cocok banget Raz sama Hana, gimana kalo langsung Ummi lamar aja ya? kamu ga pulang juga gapapa" ide Ummi.

"Mi.. udah tanya ke Hana masalah lamar melamar ini?" tembak Abi.

"Belumlah... Ummi mau tanya ke Abi dan Raz dulu" jawab Ummi.

"Jangan bikin ide yang tergesa-gesa.. biarlah anak-anak kita yang berproses, kalo jodoh juga akan ketemu jalannya" ingat Abi.

"Ya Mi.. santai aja dulu.. masih ada lima bulan lagi kan untuk kenal siapa Hana" ucap dokter Raz.

Terpopuler

Comments

Jasreena

Jasreena

karna Abang2 bakso sabar layanin ibu2 n ciwi2 yg rada bawel n rewel...

2023-09-29

1

Akhmad Soimun

Akhmad Soimun

baca bagian² dokter banyak sedihnya, smpe ngunek² mau nangis.. berat bgt yahh

2023-07-06

1

Edelweiss🍀

Edelweiss🍀

Aku pernah dengar cerita dokter yg banting stir jd asisten seorang pengusaha karena pekerjaan jd dokter itu gak menjanjikan apalagi dia dari kalangan bawah😥 Udahlah dokbar gak usah dipikir2 lagi itu si Elsa sifat yg begitu itu rawan perpisahan kalau kau gak bisa menjaga ekonomi diatas terus buat nyenengin dia🤨 Umi jgn tergesa2 nanti yg ada Hana malah gak bisa menerima dokter Raz lagi🥺. Ini sepupu aku udh tes mau masuk kuliah kedokteran syukurnya lulus seleksi. tp dia beruntung sih ekonomi keluarganya termasuk yg berada🙄

2023-06-20

3

lihat semua
Episodes
1 Stetoskop 1, Permulaan
2 Stetoskop 2, Pada awalnya
3 Stetoskop 3, Masa lalu
4 Stetoskop 4, Masa kelam
5 Stetoskop 5, Kisahpun bermula
6 Stetoskop 6, Perkenalan
7 Stetoskop 7, Menjemput impian
8 Stetoskop 8, Realitanya ada
9 Stetoskop 9, Dinamika IGD
10 Stetoskop 10, Bertemu masa lalu
11 Stetoskop 11, Hari dan wanita
12 Stetoskop 12, Tugas dokter
13 Stetoskop 13, Para lelaki
14 Stetoskop 14, Tak sesuai bayangan
15 Stetoskop 15, Berbincang
16 Stetoskop 16, Rencana baru
17 Stetoskop 17, Merenung
18 Stetoskop 18, Sekelumit kisah
19 Stetoskop 19, Menyimpan cerita
20 Stetoskop 20, Keresahan
21 Stetoskop 21, Mencari jalan
22 Stetoskop 22, Dilema
23 Stetoskop 23, Putaran takdir
24 Stetoskop 24, Perubahan
25 Stetoskop 25, Kisahnya Barra
26 Stetoskop 26, Penolakan
27 Stetoskop 27, Demi masa depan
28 Stetoskop 28, Dan terjadilah..
29 Stetoskop 29, Perbaikan
30 Stetoskop 30, Kehilangan
31 Stetoskop 31, Menahan emosi
32 Stetoskop 32, Bicara
33 Stetoskop 33, Tragedi
34 Stetoskop 34, Rutinitas
35 Stetoskop 35, Duka
36 Stetoskop 36, Pertemuan
37 Stetoskop 37, Jalan berdua
38 Stetoskop 38, Hati ke hati
39 Stetoskop 39, Mencari
40 Stetoskop 40, Harus bisa
41 Stetoskop 41, Menuju yang lebih baik
42 Stetoskop 42, Langkah
43 Stetoskop 43, Berjuang
44 Stetoskop 44, Mengenal
45 Stetoskop 45, Penjajakan
46 Stetoskop 46, Keadaan
47 Stetoskop 47, Terkuak
48 Stetoskop 48, Kedua kalinya
49 Stetoskop 49, Seperti biasa
50 Stetoskop 50, Musibah
51 Stetoskop 51, Melihat dari berbagai sisi
52 Stetoskop 52, Keras hati
53 Stetoskop 53, Berduaan
54 Stetoskop 54, Rejeki tidak hanya berupa uang
55 Stetoskop 55, Akhirnya..
56 Stetoskop 56, Keputusan
57 Stetoskop 57, Menuju halal
58 Stetoskop 58, Menyerahkan
59 Stetoskop 59, Bercerita masa lalu
60 Stetoskop 60, Gosip
61 Stetoskop 61, Menuju bahagia
62 Stetoskop 62, Pengantin baru
63 Stetoskop 63, Cinta
64 Stetoskop 64, Jumpa lagi
65 Stetoskop 65, Antara bahagia dan kecewa
66 Stetoskop 66, Pendekatan
67 Stetoskop 67, Rasa sayang
68 Stetoskop 68, Pasangan?
69 Stetoskop 69, Peristiwa
70 Stetoskop 70, Pelepasan PPDS
71 Stetoskop 71, Kesempatan baru
72 Stetoskop 72, Penyesuaian
73 Stetoskop 73, Diskusi masa lalu
74 Stetoskop 74, Berjumpa
75 Stetoskop 75, Kegiatan
76 Stetoskop 76, Malam ini
77 Stetoskop 77, Babak baru
78 Stetoskop 78, Bertemu lagi
79 Stetoskop 79, Langkah selanjutnya
80 Stetoskop 80, Takut
81 Stetoskop 81, Menemani
82 Stetoskop 82, Mengusik hati
83 Stetoskop 83, Hampir aja
84 Stetoskop 84, Terselamatkan
85 Stetoskop 85, "Kesasar"
86 Stetoskop 86, Dunia milik berdua
87 Stetoskop 87, Setan berbisik
88 Stetoskop 88, Bertemu
89 Stetoskop 89, Campur aduk
90 Stetoskop 90, Aku berhak atas rasaku
91 Stetoskop 91, Nikah Yukkkk
92 Stetoskop 92, Lembaran baru
93 Stetoskop 93, Kembali bersama
94 Stetoskop 94, Rangkaian cerita
95 Stetoskop 95, Tembung
96 Episode 96, Ricuh
97 Stetoskop 97, Pendekatan
98 Stetoskop 98, Perbincangan
99 Stetoskop 99, Gamang
100 Stetoskop 100, Membuka hati
101 Stetoskop 101, Ricuh
102 Stetoskop 102, Menjelang hari H
103 Stetoskop 103, Rencana busuk
104 Stetoskop 104, Di rumah
105 Stetoskop 105, Ketahuan
106 Stetoskop 106, Kesibukan di hari Sabtu
107 Stetoskop 107, Kondangan
108 Stetoskop 108, Ciuman pertama
109 Stetoskop 109, Kembali
110 Stetoskop 110, Kurang fit
111 Stetoskop 111, Miskom
112 Stetoskop 112, Berdebat
113 Stetoskop 113, Pria gila
114 Episode 114, Di Rumah Sakit
115 Stetoskop 115, Jalan pulang
116 Stetoskop 116, Percakapan mendalam
117 Stetoskop 117, Membahas tentang nikah
118 Stetoskop 118, Edisi curhat
119 Stetoskop 119, Resign
120 Stetoskop 120, Touring
121 Stetoskop 121, Sharing ilmu
122 Stetoskop 122, Teman
123 Stetoskop 123, Breaking news
124 Stetoskop 124, Duka menggelayut
125 Stetoskop 125, Sepanjang gang
126 Stetoskop 126, Tidak bersedia
127 Stetoskop 127, Pemakaman
128 Stetoskop 128, Bermuka dua
129 Stetoskop 129, Masih ramai
130 Stetoskop 130, Berjumpa
131 Stetoskop 131, Di kamar Bhree
132 Stetoskop 132, Yang muda yang bercinta
133 Stetoskop 133, Ketahuan
134 Stetoskop 134, ICU
135 Episode 135, Tahap pemulihan
136 Stetoskop 136, Ruang rawat
137 Stetoskop 137, Kecurigaan
138 Stetoskop 138, I love you
139 Stetoskop 139, Tetirah
140 Stetoskop 140, Berbincang
141 Stetoskop 141, Pulang
142 Stetoskop 142, Kangen
143 Stetoskop 143, Bersamamu
144 Stetoskop 144, Berkegiatan
145 Stetoskop 145, Terkuak
146 Stetoskop 146, Berdekatan
147 Stetoskop 147, Ngedate
148 Stetoskop 148, Kencan
149 Stetoskop 149, Emosi jiwa
150 Stetoskop 150, Ada-ada saja
151 Stetoskop 151, Duduk bersama
152 Stetoskop 152, Nakal
153 Stetoskop 153, Komitmen baru
154 Stetoskop 154, Panggilan darurat
155 Stetoskop 155, Berangkat
156 Stetoskop 156, Kehebohan
157 Stetoskop 157, Mau menikah
158 Stetoskop 158, Temu kangen
159 Stetoskop 159, Tak disangka
160 Stetoskop 160, Maaf
161 Stetoskop 161, Gawat
162 Stetoskop 162, Menggelitik jiwa
163 Stetoskop 163, Kesibukan menjelang pernikahan
164 Stetoskop 164, Perbincangan laki-laki
165 Stetoskop 165, Menegang
166 Stetoskop 166, Ambang kesabaran
167 Stetoskop 167, Persiapan
168 Stetoskop 168, H-1
169 Stetoskop 169, Tegang
170 Stetoskop 170, Sah
171 Stetoskop 171, Ramah tamah
172 Stetoskop 172, Caption
173 Stetoskop 173, Kegiatan pasangan
174 Stetoskop 174, Full of love
175 Stetoskop 175, Jumpa lagi
176 Stetoskop 176, Ricuh
177 Stetoskop 177, Penjelasan
178 Stetoskop 178, Di Solo
179 Stetoskop 179, Warna warni kehidupan pasangan
180 Stetoskop 180, Ribut lagi
181 Stetoskop 181, Mantu dan mertua
182 Stetoskop 182, Kesibukan dokbar
183 Stetoskop 183, Manja
184 Stetoskop 184, Bertengkar
185 Stetoskop 185, Pembicaraan tepi jurang
186 Stetoskop 186, Hiburan
187 Stetoskop 187, Ruwet
188 Stetoskop 188, Kesibukan harian dokbar
189 Stetoskop 189, Edisi curhat
190 Stetoskop 190, Rahasia yang terkuak
191 Stetoskop 191, Quality time
192 Stetoskop 192, Obrolan penting
193 Stetoskop 193, Pesona Barra
194 Stetoskop, kegiatan Bhree
195 Stetoskop 195, Perkembangan
196 Stetoskop 196, Hidup baru Tama
197 Stetoskop 197, Perbincangan keluarga
198 Stetoskop 198, Curhatan Barra
199 Stetoskop 199, Isu yang tak hangat
200 Stetoskop 200, Pandangan terhadap Barra
201 Stetoskop 201, Di rumah Prof Andjar
202 Stetoskop 202, Menuju bahagia
203 Stetoskop 203, Dunia masing-masing
204 Stetoskop 204, Kehidupan
205 Stetoskop 205, Kegiatan seperti biasa
206 Stetoskop 206, Lelah
207 Stetoskop 207, Menggelitik kalbu
208 Stetoskop 208, Mikir
209 Stetoskop 209, Obrolan yang ga penting
210 Stetoskop 210, Berita menggelegar
211 Stetoskop 211, Mellow
212 Stetoskop 212, Bola panas
213 Stetoskop 213, Kebaikan
214 Stetoskop 214, Menahan emosi
215 Stetoskop 215, Pelan tapi pasti
216 Stetoskop 216, Berbeda
217 Stetoskop 217, Karena masa lalu
218 Stetoskop 218, Sedikit mereda
219 Stetoskop 219, Perbincangan
220 Stetoskop 220, Kejadian tak biasa
221 Stetoskop 221, Kabar duka
222 Stetoskop 222, Kejadian luar biasa
223 Stetoskop 223, Keajaiban itu ada
224 Stetoskop 224, Perbincangan
225 Stetoskop 225, Jenguk
226 Stetoskop 226, Tak seperti yang diharapkan
227 Stetoskop 227, Terus terang
228 Stetoskop 228, Berkunjung
229 Stetoskop 229, Belum ada titik terang
230 Stetoskop 230, Bintangnya
231 Stetoskop 231, Ngobrol santai
232 Stetoskop 232, Rahasia terbongkar lagi
233 Stetoskop 233, Dukacita
234 Stetoskop 234, Ada aja kendalanya
235 Stetoskop 235, Di rumah aja
236 Stetoskop 236, Masih panas
237 Stetoskop 237, Emosi dokbar
238 Stetoskop 238, dokbar hari ini
239 Stetoskop 239, Dilema lagi
240 Stetoskop 240, Masih belum nyaman
241 Stetoskop 241, Obrolan
242 Stetoskop 242, Tambah pusing
243 Stetoskop 243, Tidak terlibat
244 Stetoskop 244, IGD
245 Stetoskop 245, Saat ini
246 Stetoskop 246, Kamar VVIP
247 Stetoskop 247, Kematian di IGD
248 Stetoskop 248, Suasana terkini
249 Stetoskop 249, Akhirnyaaa
250 Stetoskop 250, Ambulans
251 Stetoskop 251, Drama yang berakhir juga
252 Stetoskop 252, Pengakuan
253 Stetoskop 253, Mengiris perih
254 Stetoskop 254, Duka mendalam
255 Stetoskop 255, Menyembuhkan luka
256 Stetoskop 256, Pengumuman mengejutkan
257 Stetoskop 257, Mencoba berdamai
258 Stetoskop 258, Masih gamang
259 Stetoskop 259, Keputusan
260 Stetoskop 260, Oh begitu....
261 Stetoskop 261, Memaafkan
262 Stetoskop 262, Berdua dengan segala ceritanya
263 Stetoskop 263, Berdamai
264 Stetoskop 264, dokbar on duty
265 Stetoskop 265, Persiapan
266 Stetoskop 266, Berita lagi
267 Stetoskop 267, Waktu bersama
268 Stetoskop 268, Sowan kesana kemari
269 Stetoskop 269, Mengakhiri bab di Cinta Medika
270 Episode 270, Duka diujung senja
271 Stetoskop 271, Mencari jalan tengah
272 Stetoskop 272, Perpisahan dan pertemuan
273 Stetoskop 273, Cemburu
274 Stetoskop 274, Legowo
275 Stetoskop 275, Bertemu kawan lama
276 Stetoskop 276, Kumpul lagi
277 Stetoskop 277, Mumet lagi
278 Stetoskop 278, Berita yang membuat pening
279 Stetoskop 279, Mencoba menyelesaikan masalah
280 Stetoskop 280, Sampai disini
Episodes

Updated 280 Episodes

1
Stetoskop 1, Permulaan
2
Stetoskop 2, Pada awalnya
3
Stetoskop 3, Masa lalu
4
Stetoskop 4, Masa kelam
5
Stetoskop 5, Kisahpun bermula
6
Stetoskop 6, Perkenalan
7
Stetoskop 7, Menjemput impian
8
Stetoskop 8, Realitanya ada
9
Stetoskop 9, Dinamika IGD
10
Stetoskop 10, Bertemu masa lalu
11
Stetoskop 11, Hari dan wanita
12
Stetoskop 12, Tugas dokter
13
Stetoskop 13, Para lelaki
14
Stetoskop 14, Tak sesuai bayangan
15
Stetoskop 15, Berbincang
16
Stetoskop 16, Rencana baru
17
Stetoskop 17, Merenung
18
Stetoskop 18, Sekelumit kisah
19
Stetoskop 19, Menyimpan cerita
20
Stetoskop 20, Keresahan
21
Stetoskop 21, Mencari jalan
22
Stetoskop 22, Dilema
23
Stetoskop 23, Putaran takdir
24
Stetoskop 24, Perubahan
25
Stetoskop 25, Kisahnya Barra
26
Stetoskop 26, Penolakan
27
Stetoskop 27, Demi masa depan
28
Stetoskop 28, Dan terjadilah..
29
Stetoskop 29, Perbaikan
30
Stetoskop 30, Kehilangan
31
Stetoskop 31, Menahan emosi
32
Stetoskop 32, Bicara
33
Stetoskop 33, Tragedi
34
Stetoskop 34, Rutinitas
35
Stetoskop 35, Duka
36
Stetoskop 36, Pertemuan
37
Stetoskop 37, Jalan berdua
38
Stetoskop 38, Hati ke hati
39
Stetoskop 39, Mencari
40
Stetoskop 40, Harus bisa
41
Stetoskop 41, Menuju yang lebih baik
42
Stetoskop 42, Langkah
43
Stetoskop 43, Berjuang
44
Stetoskop 44, Mengenal
45
Stetoskop 45, Penjajakan
46
Stetoskop 46, Keadaan
47
Stetoskop 47, Terkuak
48
Stetoskop 48, Kedua kalinya
49
Stetoskop 49, Seperti biasa
50
Stetoskop 50, Musibah
51
Stetoskop 51, Melihat dari berbagai sisi
52
Stetoskop 52, Keras hati
53
Stetoskop 53, Berduaan
54
Stetoskop 54, Rejeki tidak hanya berupa uang
55
Stetoskop 55, Akhirnya..
56
Stetoskop 56, Keputusan
57
Stetoskop 57, Menuju halal
58
Stetoskop 58, Menyerahkan
59
Stetoskop 59, Bercerita masa lalu
60
Stetoskop 60, Gosip
61
Stetoskop 61, Menuju bahagia
62
Stetoskop 62, Pengantin baru
63
Stetoskop 63, Cinta
64
Stetoskop 64, Jumpa lagi
65
Stetoskop 65, Antara bahagia dan kecewa
66
Stetoskop 66, Pendekatan
67
Stetoskop 67, Rasa sayang
68
Stetoskop 68, Pasangan?
69
Stetoskop 69, Peristiwa
70
Stetoskop 70, Pelepasan PPDS
71
Stetoskop 71, Kesempatan baru
72
Stetoskop 72, Penyesuaian
73
Stetoskop 73, Diskusi masa lalu
74
Stetoskop 74, Berjumpa
75
Stetoskop 75, Kegiatan
76
Stetoskop 76, Malam ini
77
Stetoskop 77, Babak baru
78
Stetoskop 78, Bertemu lagi
79
Stetoskop 79, Langkah selanjutnya
80
Stetoskop 80, Takut
81
Stetoskop 81, Menemani
82
Stetoskop 82, Mengusik hati
83
Stetoskop 83, Hampir aja
84
Stetoskop 84, Terselamatkan
85
Stetoskop 85, "Kesasar"
86
Stetoskop 86, Dunia milik berdua
87
Stetoskop 87, Setan berbisik
88
Stetoskop 88, Bertemu
89
Stetoskop 89, Campur aduk
90
Stetoskop 90, Aku berhak atas rasaku
91
Stetoskop 91, Nikah Yukkkk
92
Stetoskop 92, Lembaran baru
93
Stetoskop 93, Kembali bersama
94
Stetoskop 94, Rangkaian cerita
95
Stetoskop 95, Tembung
96
Episode 96, Ricuh
97
Stetoskop 97, Pendekatan
98
Stetoskop 98, Perbincangan
99
Stetoskop 99, Gamang
100
Stetoskop 100, Membuka hati
101
Stetoskop 101, Ricuh
102
Stetoskop 102, Menjelang hari H
103
Stetoskop 103, Rencana busuk
104
Stetoskop 104, Di rumah
105
Stetoskop 105, Ketahuan
106
Stetoskop 106, Kesibukan di hari Sabtu
107
Stetoskop 107, Kondangan
108
Stetoskop 108, Ciuman pertama
109
Stetoskop 109, Kembali
110
Stetoskop 110, Kurang fit
111
Stetoskop 111, Miskom
112
Stetoskop 112, Berdebat
113
Stetoskop 113, Pria gila
114
Episode 114, Di Rumah Sakit
115
Stetoskop 115, Jalan pulang
116
Stetoskop 116, Percakapan mendalam
117
Stetoskop 117, Membahas tentang nikah
118
Stetoskop 118, Edisi curhat
119
Stetoskop 119, Resign
120
Stetoskop 120, Touring
121
Stetoskop 121, Sharing ilmu
122
Stetoskop 122, Teman
123
Stetoskop 123, Breaking news
124
Stetoskop 124, Duka menggelayut
125
Stetoskop 125, Sepanjang gang
126
Stetoskop 126, Tidak bersedia
127
Stetoskop 127, Pemakaman
128
Stetoskop 128, Bermuka dua
129
Stetoskop 129, Masih ramai
130
Stetoskop 130, Berjumpa
131
Stetoskop 131, Di kamar Bhree
132
Stetoskop 132, Yang muda yang bercinta
133
Stetoskop 133, Ketahuan
134
Stetoskop 134, ICU
135
Episode 135, Tahap pemulihan
136
Stetoskop 136, Ruang rawat
137
Stetoskop 137, Kecurigaan
138
Stetoskop 138, I love you
139
Stetoskop 139, Tetirah
140
Stetoskop 140, Berbincang
141
Stetoskop 141, Pulang
142
Stetoskop 142, Kangen
143
Stetoskop 143, Bersamamu
144
Stetoskop 144, Berkegiatan
145
Stetoskop 145, Terkuak
146
Stetoskop 146, Berdekatan
147
Stetoskop 147, Ngedate
148
Stetoskop 148, Kencan
149
Stetoskop 149, Emosi jiwa
150
Stetoskop 150, Ada-ada saja
151
Stetoskop 151, Duduk bersama
152
Stetoskop 152, Nakal
153
Stetoskop 153, Komitmen baru
154
Stetoskop 154, Panggilan darurat
155
Stetoskop 155, Berangkat
156
Stetoskop 156, Kehebohan
157
Stetoskop 157, Mau menikah
158
Stetoskop 158, Temu kangen
159
Stetoskop 159, Tak disangka
160
Stetoskop 160, Maaf
161
Stetoskop 161, Gawat
162
Stetoskop 162, Menggelitik jiwa
163
Stetoskop 163, Kesibukan menjelang pernikahan
164
Stetoskop 164, Perbincangan laki-laki
165
Stetoskop 165, Menegang
166
Stetoskop 166, Ambang kesabaran
167
Stetoskop 167, Persiapan
168
Stetoskop 168, H-1
169
Stetoskop 169, Tegang
170
Stetoskop 170, Sah
171
Stetoskop 171, Ramah tamah
172
Stetoskop 172, Caption
173
Stetoskop 173, Kegiatan pasangan
174
Stetoskop 174, Full of love
175
Stetoskop 175, Jumpa lagi
176
Stetoskop 176, Ricuh
177
Stetoskop 177, Penjelasan
178
Stetoskop 178, Di Solo
179
Stetoskop 179, Warna warni kehidupan pasangan
180
Stetoskop 180, Ribut lagi
181
Stetoskop 181, Mantu dan mertua
182
Stetoskop 182, Kesibukan dokbar
183
Stetoskop 183, Manja
184
Stetoskop 184, Bertengkar
185
Stetoskop 185, Pembicaraan tepi jurang
186
Stetoskop 186, Hiburan
187
Stetoskop 187, Ruwet
188
Stetoskop 188, Kesibukan harian dokbar
189
Stetoskop 189, Edisi curhat
190
Stetoskop 190, Rahasia yang terkuak
191
Stetoskop 191, Quality time
192
Stetoskop 192, Obrolan penting
193
Stetoskop 193, Pesona Barra
194
Stetoskop, kegiatan Bhree
195
Stetoskop 195, Perkembangan
196
Stetoskop 196, Hidup baru Tama
197
Stetoskop 197, Perbincangan keluarga
198
Stetoskop 198, Curhatan Barra
199
Stetoskop 199, Isu yang tak hangat
200
Stetoskop 200, Pandangan terhadap Barra
201
Stetoskop 201, Di rumah Prof Andjar
202
Stetoskop 202, Menuju bahagia
203
Stetoskop 203, Dunia masing-masing
204
Stetoskop 204, Kehidupan
205
Stetoskop 205, Kegiatan seperti biasa
206
Stetoskop 206, Lelah
207
Stetoskop 207, Menggelitik kalbu
208
Stetoskop 208, Mikir
209
Stetoskop 209, Obrolan yang ga penting
210
Stetoskop 210, Berita menggelegar
211
Stetoskop 211, Mellow
212
Stetoskop 212, Bola panas
213
Stetoskop 213, Kebaikan
214
Stetoskop 214, Menahan emosi
215
Stetoskop 215, Pelan tapi pasti
216
Stetoskop 216, Berbeda
217
Stetoskop 217, Karena masa lalu
218
Stetoskop 218, Sedikit mereda
219
Stetoskop 219, Perbincangan
220
Stetoskop 220, Kejadian tak biasa
221
Stetoskop 221, Kabar duka
222
Stetoskop 222, Kejadian luar biasa
223
Stetoskop 223, Keajaiban itu ada
224
Stetoskop 224, Perbincangan
225
Stetoskop 225, Jenguk
226
Stetoskop 226, Tak seperti yang diharapkan
227
Stetoskop 227, Terus terang
228
Stetoskop 228, Berkunjung
229
Stetoskop 229, Belum ada titik terang
230
Stetoskop 230, Bintangnya
231
Stetoskop 231, Ngobrol santai
232
Stetoskop 232, Rahasia terbongkar lagi
233
Stetoskop 233, Dukacita
234
Stetoskop 234, Ada aja kendalanya
235
Stetoskop 235, Di rumah aja
236
Stetoskop 236, Masih panas
237
Stetoskop 237, Emosi dokbar
238
Stetoskop 238, dokbar hari ini
239
Stetoskop 239, Dilema lagi
240
Stetoskop 240, Masih belum nyaman
241
Stetoskop 241, Obrolan
242
Stetoskop 242, Tambah pusing
243
Stetoskop 243, Tidak terlibat
244
Stetoskop 244, IGD
245
Stetoskop 245, Saat ini
246
Stetoskop 246, Kamar VVIP
247
Stetoskop 247, Kematian di IGD
248
Stetoskop 248, Suasana terkini
249
Stetoskop 249, Akhirnyaaa
250
Stetoskop 250, Ambulans
251
Stetoskop 251, Drama yang berakhir juga
252
Stetoskop 252, Pengakuan
253
Stetoskop 253, Mengiris perih
254
Stetoskop 254, Duka mendalam
255
Stetoskop 255, Menyembuhkan luka
256
Stetoskop 256, Pengumuman mengejutkan
257
Stetoskop 257, Mencoba berdamai
258
Stetoskop 258, Masih gamang
259
Stetoskop 259, Keputusan
260
Stetoskop 260, Oh begitu....
261
Stetoskop 261, Memaafkan
262
Stetoskop 262, Berdua dengan segala ceritanya
263
Stetoskop 263, Berdamai
264
Stetoskop 264, dokbar on duty
265
Stetoskop 265, Persiapan
266
Stetoskop 266, Berita lagi
267
Stetoskop 267, Waktu bersama
268
Stetoskop 268, Sowan kesana kemari
269
Stetoskop 269, Mengakhiri bab di Cinta Medika
270
Episode 270, Duka diujung senja
271
Stetoskop 271, Mencari jalan tengah
272
Stetoskop 272, Perpisahan dan pertemuan
273
Stetoskop 273, Cemburu
274
Stetoskop 274, Legowo
275
Stetoskop 275, Bertemu kawan lama
276
Stetoskop 276, Kumpul lagi
277
Stetoskop 277, Mumet lagi
278
Stetoskop 278, Berita yang membuat pening
279
Stetoskop 279, Mencoba menyelesaikan masalah
280
Stetoskop 280, Sampai disini

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!