Diva tampil dipertengahan acara bersama-sama dengan teman-temannya, menyanyikan medley beberapa lagu yang sedang trending di sosial media.
Malam ini bintang utamanya adalah artis lokal yang sudah mulai go internasional dan dikontrak oleh label musik di Inggris. Karena namanya sedang ramai diperbincangkan di tanah air, jadinya mendapatkan bagian tampil yang lebih banyak dibandingkan artis lainnya. Dia dua kali tampil, dipertengahan acara sekaligus wawancara singkat dengan host, kemudian tampil lagi diakhir acara sebagai penutup acara puncak malam ini.
Waktu tampil Diva dan kawan-kawan hanya sekitar lima menit saja, jadi bisa dibilang termasuk artis yang sekedar numpang lewat menghabiskan durasi.
.
Seusai tampil, Diva menuju ruangannya (dia berlima dengan artis lainnya mendapatkan fasilitas ruangan untuk meletakkan barang bawaan dan sebagainya).
Dia mengajak Rika ke lantai atas yang agak sepi, jarang orang lewat disana. Rupanya dia ngamuk ke Rika karena merasa kurang disorot kamera padahal selama ini biasanya dia sering jadi sorotan jika ada acara seperti ini.
"Gimana sih ... Lo ga kasih uang ke kameraman seperti biasanya? kan jadi ga banyak disorot kan tadi, padahal ini acara terbesar yang pernah gw hadiri sebagai pengisi acara" protes Diva ke Rika.
"Eh Diva.. sebenarnya gw udah kesel banget ya sama Lo selama ini, apalagi hari ini, makin aja gw ga suka sama gaya Lo yang ga selugu dulu lagi. Makanya kalo jadi artis baru harus punya good attitude dong. Lo kan suka seenaknya sendiri. Kameraman itu ambil gambar juga sesuai instruksi dari director acara. Ga semua bisa kita bayar pake uang untuk memenuhi keinginan kita. Selama ini memang kita bayar ke kameraman karena acara itu masih sambungan acara talent show, tapi kali ini tuh acaranya lebih besar, event ulang tahun stasiun acara yang sangat spektakuler tiap tahunnya. Bahkan memakai teknologi terbaru dari luar negeri biar sajiannya lebih modern dan kekinian. Emangnya kita sanggup bayar berapa? wake up Va... uang Lo belum seberapa" oceh Rika yang meluapkan semua emosinya.
"Kok Lo asisten malah ngoceh begitu sih sama gw? harusnya jadi asisten itu tau gimana artisnya biar bisa makin maju. Honor gw kan udah dipotong buat manajemen. Kebayang ga gw cape latihan terus cuap-cuap eh manajemen yang nikmatin hasilnya" omel Diva.
"Heloooo.. Lo tuh masih mentah di dunia showbiz ini, kami tim manajemen sudah menyusun strategi biar artisnya naik. Apa yang gw lakuin selama ini juga buat kemajuan Lo. Gw udah pernah pegang artis sebelumnya. Kita bangun link yang luas dulu biar gampang dapat job. Sama wartawan juga baik, gaya Lo juga jangan sok artis papan atas. Inget .. kelas Lo masih dibawah. Jangan berpikir apa-apa bisa pake duit. Gw ga pernah pegang artis baru yang ribet kaya Lo. Gw tuh kasian sama orang tua Lo yang nitipin anaknya. Mereka di kampung nunggu Lo jadi artis besar" ujar Rika.
"Gw mau lapor ke manajemen buat minta asisten baru, kalo Lo udah ga merasa nyaman ya udah .. ga usah ngurusin gw lagi. Gw bisa jalan kok tanpa Lo" putus Diva.
"Oh silahkan.. Gw juga udah males harus banyak bohong demi Lo" ucap Rika kesal.
🍒
Rencana makan bersama keluarga akhirnya diundur hingga Senin malam, karena dokter Farraz harus menghadiri acara penting. Selasa pagi beliau sudah berangkat dengan rombongan untuk memulai misi mereka.
Hana tampak sekali tidak antusias terhadap undangan makan malam ini. Sikapnya dingin sejak berangkat dari rumah. Diam tanpa kata selama dalam perjalanan.
Semua keluarga inti Hana sudah tau tentang kepedihan yang menimpa Hana dalam rumah tangganya, bukan dari mulut Hana sendiri, melainkan dari adik iparnya mantan suami Hana. Dia tau persis apa yang menimpa Hana karena dia juga tinggal di rumah orang tua suaminya.
Saat lebaran kemarin, dia datang bersama suaminya, ingin mengetahui kabar Hana dan anaknya yang sudah lost contact padahal masih sama-sama tinggal di Jakarta. Adik iparnya ini memang baik, tapi khawatir malah memperkeruh keadaan kalo datang ke rumah Hana setelah perpisahan yang tidak baik-baik antara Hana dengan kakaknya. Semua cerita secara gamblang dibuka tanpa Hana tau (saat itu Hana sedang keluar rumah). Orang tua mana yang tidak naik darah atas perlakuan keji menantunya ke anaknya. Secara spontan Bapak mengusir adik dan iparnya Hana keluar dari rumah serta meminta kepada semua keluarga mantan suami Hana untuk tidak pernah lagi berhubungan dengan Hana dan anaknya.
"Sampaikan ke keluarga kalian.. anak dan cucu saya tidak perlu uang atau belas kasihan kalian. Mereka sudah bahagia hidup seperti sekarang ini" amarah Bapak makin meledak-ledak.
Itulah mengapa keluarga kini lebih memahami rasa khawatirnya Hana jika berhubungan dengan lelaki. Kali ini semua keluarga ingin Hana bisa melawan rasa traumanya sendiri. Sudah cukup Hana tersakiti. Mungkin dokter Farraz adalah jawaban atas do'a-do'a keluarga untuk Hana. Jika tidak berjodoh pun tidak masalah, yang penting Hana bisa kembali membuka diri agar rasa pedenya timbul lagi.
.
Di Restoran, keluarga dokter Farraz sudah menunggu. Bahkan lengkap adik, adik ipar dan keponakannya juga hadir.
Kedua anak dokter Farraz saat ini duduk di kelas XII dan X sebuah SMA internasional di Jakarta. Kedua anaknya terlihat sopan sejak awal berkenalan dengan Hana. Mereka paham kondisi Ayah mereka sepeninggalan Ibu mereka. Apalagi ketika kemajuan teknologi sekarang ini yang hanya diujung jari, mereka bisa mengakses berita di internet mengenai kecelakaan yang menimpa Ibundanya.
Sudah beberapa kali kedua anaknya menyarankan ke dokter Farraz untuk kembali membina rumah tangga agar Ayahnya ada yang urus, tapi berkali-kali pula dokter Farraz menolak ide tersebut. Hinggalah berjumpa dengan Hana. Setelah berbicara dengan orang tuanya, dokter Farraz juga berdiskusi dengan anaknya, seperti yang sudah bisa ditebak, anak-anak malah yang sangat antusias terhadap keinginan dokter Farraz.
Begitu rombongan keluarga Hana datang, semua saling bertegur sapa dengan akrabnya. Terlihat sekali perbedaan kedua keluarga ini. Keluarga Hana yang dari keluarga ekonomi pas-pasan cenderung kurang, bertemu dengan keluarga dokter Farraz yang kelihatannya dari keluarga sukses dan berada. Bisa dikatakan pemandangan yang tersaji saat ini tampak agak jauh berbeda. Dari pakaian, gerak-gerik hingga nada bicaranya.
Sebelum memulai acara makan-makan, dokter Farraz berdiri untuk berbicara didepan kedua keluarga.
"Abi, Umi, Bapak, Ibu, kakak, adik dan anak-anak sekalian. Saya mohon do'anya karena besok pagi sudah akan berangkat ke Nangroe Aceh Darussalam, memulai misi yang pertama, semoga kurang lebih empat sampai enam bulan kedepan tidak ada kendala yang berarti dalam misi kali ini. Setelah saya meninggalkan Jakarta, saya berharap tali silaturahim ini bisa terus terjaga. Terima kasih atas kehadirannya, semoga semua bisa menikmatinya jamuan yang sudah disediakan" kata dokter Farraz dengan suara yang berwibawa.
dokter Farraz duduk persis disebelahnya Hana. Meja panjang didepan mereka penuh dengan berbagai menu makanan. Beberapa Kali dokter Farraz menawarkan makanan ke Hana, tapi ditolak terus.
"Kamu diet? atau ga suka sama makanan yang ada? mau pesan makanan lain?" tanya dokter Farraz hati-hati dengan suara pelan.
"Buat apa diet-dietan dok, wong jarang makan aja badan udah melar begini" jawab Hana dengan santainya.
"Yang penting sehat" lanjut dokter Farraz.
.
Farraz meminta ijin ke keluarga untuk memisahkan diri ke meja sebelah bersama Hana. Ada yang perlu dibicarakan hanya berdua saja.
Meskipun mereka sudah memisahkan diri, semua mata keluarga tetap tertuju ke pasangan ini. dokter Farraz pandai menjaga sikap, tidak terlihat canggung. Beda dengan Hana yang amat sangat canggung dihadapan dokter Farraz.
"Biasa aja .. saya disini ga sedang menghadapi pasien yang akan di operasi, ga usah takut gitu" ucap dokter Farraz memecah kecanggungan yang ada.
Senyum tipis Hana tersungging dari bibirnya secara spontan.
"Manis senyumnya" puji dokter Farraz.
Hana berhenti tersenyum.
"Besok pagi saya berangkat" info dokter Farraz.
"Udah tau... tadi kan dokter sudah bilang" jawab Hana.
"Aduh... kenapa saya yang nervous ya.. ga usah panggil dokter.. panggil aja Mas atau Farraz juga gapapa" kata dokter Farraz.
"Kita balik ke meja yang tadi yuk, ga nyaman berbincang berdua begini" pinta Hana.
"Tunggu Hana.. ada yang mau saya bicarakan.
Bolehkan chat kamu untuk kita saling mengenal?" tanya dokter Farraz.
"Tau ga Mas.. Mas Farraz ini satu-satunya kontak lelaki diluar keluarga inti yang terpaksa saya simpan" ucap Hana.
"Wahhhh tersanjung banget nih.. biarpun ada embel-embel kata terpaksa disimpan. Paling ga sudah ada kemajuan untuk membuka diri ke saya" ujar dokter Farraz sumringah.
"Tadinya mau dihapus dan diblock seperti biasa, tapi adik dan kakak ngomelin, pake ngancem segala" papar Hana.
"Ngancem? maksudnya gimana? mereka marah gitu?" tanya dokter Farraz meminta penjelasan.
"Mereka bilang kalo sampe ngeblock nomernya Mas, saya akan diusir dan ga boleh tinggal di rumah Bapak lagi" jelas Hana.
Tawa dokter Farraz langsung pecah.
Keluarga di meja sebelah sampe heran melihat dia tertawa.. sudah lama dokter Farraz tidak tertawa selepas itu. Mereka hanya tersenyum, kemudian melanjutkan obrolannya masing-masing.
"Udah gede masih aja takut diancem begitu?" ledek dokter Farraz.
"Saya mah real aja, kalo saya diusir mau tinggal dimana? Gaji saya ga mampu buat kontrak rumah" agak sedikit ga enak intonasinya Hana.
"Ya udah... kalo kamu diusir, saya siap kok nampung kamu sama anak kamu.... maaf ya kalo tadi tersinggung dengan tawa saya, ga ada maksud mengecilkan kamu, hanya merasa lucu" ujar dokter Farraz.
"Gapapa.. udah terbiasa kok dihina... udah kebal" jawab Hana sekenanya.
"Sorry...." ucap dokter Farraz dengan penuh penyesalan.
"Mas mau bicara apa sih? dari tadi malah ngelantur kemana-mana ngomongnya" tanya Hana.
"Hana ... saya harap enam bulan kedepan, kita sudah lebih saling mengenal satu sama lain. Ya mungkin kita nanti telepon atau lewat keluarga kita. Makanya saya minta ijin, kalo nanti keluarga saya akan main ke rumah atau menghubungi kamu lewat telepon, tujuannya untuk saling mengenal. Saya belum tau kisah masa lalu kamu, yang sekarang terlihat adalah wajah sendu penuh beban" papar dokter Farraz.
"Mas kok yakin amat? ga takut kalo ternyata saya ini cewe matre yang hanya mengenal kata senang-senang diatas harta yang Mas punya?" tanya Hana.
"Hahahhaha..... kalo kamu matre, rasanya saya harus menambah jadwal praktek di Rumah Sakit buat memenuhi kematrean kamu" jawab dokter Farraz sambil tersenyum.
"Mas ga takut kalo saya ga sayang sama orang tua dan anak-anak Mas?" tanya Hana lagi.
"Saya belum mengenal siapa kamu Hana, jadi ijinkan saya untuk mengenal kamu dulu. Kita bukan anak muda yang mengedepankan cinta ketika memutuskan untuk menikah. Kita pernah gagal dipernikahan sebelumnya. Ditambah kita punya anak-anak yang harus bisa menerima kita sebagai orang tua sambung. Harapan saya pastinya kita bisa menikah, tapi saya ga akan memaksakan kehendak jika dalam perjalanan perkenalan kita ada yang merasa kurang sreg. Jadi jangan dibawa beban pikiran, kita slow but sure aja" ungkap dokter Farraz.
"Kayanya kita jomplang deh Mas.. saya tuh jelek, hitam, butek, katro, pendidikan cuma SMA, ga pinter.. ya pokoknya jauh banget sama Mas yang seorang dokter" kata Hana minder.
"Ada sesuatu yang sulit saya jelaskan pakai kata-kata saat pertemuan pertama kita" ujar dokter Farraz.
"Saya ini menggugat cerai suami.... Mas kan orang pandai ya, pasti paham dong ada sikap dan sifat saya yang ga baik sehingga memutuskan hal itu" tutur Hana.
"Kita kan ga akan menikah sekarang, tapi akan saling mengenal dulu, cocok ya lanjutkan, ga cocok ya kita jadi saudara" jawab dokter Farraz yang tampak malas berbincang tentang masa lalu.
"Itulah lelaki, seenaknya memberikan janji, setelah ga sesuai sama ekspektasi langsung pergi tanpa ada kabar lagi" ucap Hana.
"Wow nampak buruk sekali penilaian kamu sama kaum lelaki" tangkis dokter Farraz.
Susah payah dokter Farraz mencoba menjawab semua pertanyaan dan pernyataan Hana yang sangat terlihat dingin.
"Ada sesuatu yang perlu saya lakukan agar kamu percaya kalo saya memang berniat baik terhadap kamu Hana?" tanya dokter Farraz.
"Ga perlu Mas, sebaiknya kita akhiri saja perkenalan kita sampai disini" putus Hana.
"Hana... please beri saya satu kali kesempatan, kalo menurut kamu, saya ga mampu membuat kamu yakin akan menjadi imam kamu yang baik.. saya akan mundur" tukas dokter Farraz.
dokter Farraz menyodorkan sebuah kotak beludru biru dongker. Dan meminta Hana membuka kotak tersebut. Seuntai kalung dengan liontin hati. Hana langsung menutupnya dan menyerahkan kembali ke dokter Farraz, tapi dokter Farraz menahan kotak tersebut.
"Anggaplah sebagai hadiah karena kamu mampu membuat saya bahagia selama lima hari belakangan ini. Kembali merasakan getaran cinta. Saya tidak mengikat kamu dengan kalung ini, kecil juga beratnya. Keluarga adalah segalanya buat saya, sayangnya lima tahun terakhir ini, saya sering menorehkan luka ke wajah keluarga dengan diam dan ga banyak tersenyum kepada mereka. Tapi sejak bertemu sama kamu.. dunia saya sudah jungkir balik" jelas dokter Farraz.
"Tapi Mas....." Hana berusaha menolak.
"Simpan dulu ya... paling ga sampe saya kembali nanti. Kalo masih ga mau terima, kita jual kalung ini dan kita sedekahkan ke Mesjid" usul dokter Farraz.
.
Pulang makan malam, dokter Farraz meminta ijin untuk mengantar Hana dan anaknya. Mereka satu mobil dengan anak-anaknya dokter Farraz.
dokter Farraz duduk didepan bersama sulung yang membawa mobil. Dibangku belakang ada Hana, anaknya Hana dan anak perempuannya dokter Farraz.
🌺
Tama mendapatkan tawaran collabs dari para pembuat konten ternama. Selain itu, dia juga diundang oleh Kementerian Pariwisata untuk memasarkan wisata-wisata yang masih belum terlalu banyak dikenal. Tama kebagian untuk mengexplore wisata berbudget rendah tapi dengan obyek wisata yang bagus.
Sudah beberapa kali meeting sama pihak Kementerian, menggodok ide agar saat eksekusi bisa menarik untuk disajikan.
Tidak ada budget dari Kementrian, para pembuat konten ini berkontribusi untuk memajukan pariwisata di Indonesia. Untuk channel-channel besar tentunya bisa meraih endorse yang banyak untuk membiayai pembuatan konten video, tapi Tama belum banyak mendapatkan endorse yang banyak, sehingga masih memakai kocek pribadi untuk biaya operasionalnya.
.
Sudah hari kedua Bhree pergi dari rumah, Ibunya ga pernah menanyakan kabar. Rasa rindu pada Ibunya harus disimpan rapat-rapat.
Bapaknya Bhree menemui Ibu Diah. Rumahnya masih sama seperti saat mereka masih berumah tangga.
Bu Diah menerima kehadiran Pak Dasuki, Bapaknya Bhree di halaman depan tanpa membukakan pagar. Kondisi perumahannya ini memang masih sepi karena dipinggiran kota dan banyak yang bekerja sehingga siang hari jarang ada penghuninya.
"Bhree ga ada disini" ucap Bu Diah.
"Bhree kemana?" tanya Pak Dasuki.
"Ga tau... dia memilih pergi dari sini karena ga mau masuk Akademi Keperawatan" adu Bu Diah.
"Kenapa harus memaksakan kehendak ke Bhree?" ucap Pak Dasuki.
"Hei... kamu kira jadi fotografer punya masa depan yang cerah? Liat dong diri sendiri... ngaca" oceh Bu Diah merendahkan mantan suaminya.
"Saya memang gagal, tapi bukan berarti Bhree akan mengalami hal yang sama" jawab Pak Dasuki.
"Ga usah banyak ceramah disini, kemana kamu selama ini? pernah ambil berat masalah hidupnya Bhree? baru bisa kasih uang pulsa aja gayanya selangit. Ga mikir dari mana makannya, sekolahnya bahkan kebutuhan hidupnya Bhree sejak kamu pergi?" lanjut Bu Diah.
"Kamu ga pernah berubah Diah.. melihat kesuksesan hanya dari materi" tutur Pak Dasuki.
"Emang kalo ga ada uang kita bisa hidup? Kamu mah enak taunya bisa makan, tidur, ngerokok bahkan begadang ga jelas ... saya yang banting tulang buat memenuhi semua kebutuhan kita dulunya" papar Bu Diah mengungkit masa lalu.
"Udahlah ga usah ungkit masa lalu. Yang penting sekarang dimana Bhree? apa ga khawatir anak perempuan pergi dari rumah? kalo ada sesuatu yang menimpa dia gimana?" tanya Pak Dasuki.
"Nanti juga dia balik... bisa apa sih tuh anak? punya uang aja ngga" jawab Bu Diah.
"Kamu akan nyesel kalo ada apa-apa sama Bhree" ucap Pak Dasuki.
Karena jengkel, Pak Dasuki pergi meninggalkan Bu Diah tanpa pamit. Beliau menghubungi Bhree, tapi HP nya Bhree sedang dicharge dan Bhree diminta Mas Wisnu beli makan siang untuk karyawan.
.
dokter Barra mulai shift jaga jam tujuh malam, harusnya jam dua siang, tapi dokter sebelumnya kebagian tambahan jam jaga karena dokter yang jaga pagi sedang sakit, nanti dokter Barra juga akan berdinas selama tiga puluh enam jam, untuk mengcover jam dokter yang sedang sakit. Sekarang aja dia masih membawa ransel karena tadi ada acara sosialisasi di Rumah Sakit sehingga ga sempat pulang ke rumah selepas dari Solo. Dia membawa oleh-oleh keripik buat perawat IGD.
"Thanks ya dokbar ... tau ga dok, tiap dokbar cuti, IGD ga ada lucu-lucunya" adu perawat IGD
"Mulai deh ngomongnya .... saya cape banget nih.. jangan ada pasien-pasien aneh deh" kata dokbar sambil melotot.
"Hahaha .. Kan kalo dokbar yang jaga, pasti aja kejadian ajaib yang bikin kita ketawa" ucap perawat IGD.
Tiba-tiba mobil mengerem mendadak didepan pintu IGD. Perawat dengan sigap membawa brankar tempat tidur pasien IGD mendekati mobil. Mereka memindahkan pasien dari mobil untuk masuk kedalam IGD.
dokbar mencuci tangan kemudian memakai sarung tangan, tidak lupa mengambil snellinya yang tergantung di pintu belakang ruang ganti baju perawat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 280 Episodes
Comments
Akhmad Soimun
paling suka critanya Farraz
trus DokBarr
trus Mak Diah
pling tkut critanya Diva, tkut dia jd org susah..
2023-06-30
1
novita setya
bu diah ki ning rt piro tow bund..tak paranane kyne perlu sambel setan level neraka. sisan nagih iuran dawis..nunggak
2023-06-24
1
☘️ gιмϐυℓ ☘️
Hana udah mirip kulkas pintu 2 nih, dingin banget, yg sabar ya dokRaz 🙈🙈🙈
Aduh Bu Diah ini ibu kandung apa gimana sih, masa anaknya pergi ga pulang2 ga dicariin 🙄🙄🙄 ibu kandung rasa ibu tiri ini sih 🤦🤦🤦
2023-06-02
4