Stetoskop 8, Realitanya ada

Diva tampil dipertengahan acara bersama-sama dengan teman-temannya, menyanyikan medley beberapa lagu yang sedang trending di sosial media.

Malam ini bintang utamanya adalah artis lokal yang sudah mulai go internasional dan dikontrak oleh label musik di Inggris. Karena namanya sedang ramai diperbincangkan di tanah air, jadinya mendapatkan bagian tampil yang lebih banyak dibandingkan artis lainnya. Dia dua kali tampil, dipertengahan acara sekaligus wawancara singkat dengan host, kemudian tampil lagi diakhir acara sebagai penutup acara puncak malam ini.

Waktu tampil Diva dan kawan-kawan hanya sekitar lima menit saja, jadi bisa dibilang termasuk artis yang sekedar numpang lewat menghabiskan durasi.

.

Seusai tampil, Diva menuju ruangannya (dia berlima dengan artis lainnya mendapatkan fasilitas ruangan untuk meletakkan barang bawaan dan sebagainya).

Dia mengajak Rika ke lantai atas yang agak sepi, jarang orang lewat disana. Rupanya dia ngamuk ke Rika karena merasa kurang disorot kamera padahal selama ini biasanya dia sering jadi sorotan jika ada acara seperti ini.

"Gimana sih ... Lo ga kasih uang ke kameraman seperti biasanya? kan jadi ga banyak disorot kan tadi, padahal ini acara terbesar yang pernah gw hadiri sebagai pengisi acara" protes Diva ke Rika.

"Eh Diva.. sebenarnya gw udah kesel banget ya sama Lo selama ini, apalagi hari ini, makin aja gw ga suka sama gaya Lo yang ga selugu dulu lagi. Makanya kalo jadi artis baru harus punya good attitude dong. Lo kan suka seenaknya sendiri. Kameraman itu ambil gambar juga sesuai instruksi dari director acara. Ga semua bisa kita bayar pake uang untuk memenuhi keinginan kita. Selama ini memang kita bayar ke kameraman karena acara itu masih sambungan acara talent show, tapi kali ini tuh acaranya lebih besar, event ulang tahun stasiun acara yang sangat spektakuler tiap tahunnya. Bahkan memakai teknologi terbaru dari luar negeri biar sajiannya lebih modern dan kekinian. Emangnya kita sanggup bayar berapa? wake up Va... uang Lo belum seberapa" oceh Rika yang meluapkan semua emosinya.

"Kok Lo asisten malah ngoceh begitu sih sama gw? harusnya jadi asisten itu tau gimana artisnya biar bisa makin maju. Honor gw kan udah dipotong buat manajemen. Kebayang ga gw cape latihan terus cuap-cuap eh manajemen yang nikmatin hasilnya" omel Diva.

"Heloooo.. Lo tuh masih mentah di dunia showbiz ini, kami tim manajemen sudah menyusun strategi biar artisnya naik. Apa yang gw lakuin selama ini juga buat kemajuan Lo. Gw udah pernah pegang artis sebelumnya. Kita bangun link yang luas dulu biar gampang dapat job. Sama wartawan juga baik, gaya Lo juga jangan sok artis papan atas. Inget .. kelas Lo masih dibawah. Jangan berpikir apa-apa bisa pake duit. Gw ga pernah pegang artis baru yang ribet kaya Lo. Gw tuh kasian sama orang tua Lo yang nitipin anaknya. Mereka di kampung nunggu Lo jadi artis besar" ujar Rika.

"Gw mau lapor ke manajemen buat minta asisten baru, kalo Lo udah ga merasa nyaman ya udah .. ga usah ngurusin gw lagi. Gw bisa jalan kok tanpa Lo" putus Diva.

"Oh silahkan.. Gw juga udah males harus banyak bohong demi Lo" ucap Rika kesal.

🍒

Rencana makan bersama keluarga akhirnya diundur hingga Senin malam, karena dokter Farraz harus menghadiri acara penting. Selasa pagi beliau sudah berangkat dengan rombongan untuk memulai misi mereka.

Hana tampak sekali tidak antusias terhadap undangan makan malam ini. Sikapnya dingin sejak berangkat dari rumah. Diam tanpa kata selama dalam perjalanan.

Semua keluarga inti Hana sudah tau tentang kepedihan yang menimpa Hana dalam rumah tangganya, bukan dari mulut Hana sendiri, melainkan dari adik iparnya mantan suami Hana. Dia tau persis apa yang menimpa Hana karena dia juga tinggal di rumah orang tua suaminya.

Saat lebaran kemarin, dia datang bersama suaminya, ingin mengetahui kabar Hana dan anaknya yang sudah lost contact padahal masih sama-sama tinggal di Jakarta. Adik iparnya ini memang baik, tapi khawatir malah memperkeruh keadaan kalo datang ke rumah Hana setelah perpisahan yang tidak baik-baik antara Hana dengan kakaknya. Semua cerita secara gamblang dibuka tanpa Hana tau (saat itu Hana sedang keluar rumah). Orang tua mana yang tidak naik darah atas perlakuan keji menantunya ke anaknya. Secara spontan Bapak mengusir adik dan iparnya Hana keluar dari rumah serta meminta kepada semua keluarga mantan suami Hana untuk tidak pernah lagi berhubungan dengan Hana dan anaknya.

"Sampaikan ke keluarga kalian.. anak dan cucu saya tidak perlu uang atau belas kasihan kalian. Mereka sudah bahagia hidup seperti sekarang ini" amarah Bapak makin meledak-ledak.

Itulah mengapa keluarga kini lebih memahami rasa khawatirnya Hana jika berhubungan dengan lelaki. Kali ini semua keluarga ingin Hana bisa melawan rasa traumanya sendiri. Sudah cukup Hana tersakiti. Mungkin dokter Farraz adalah jawaban atas do'a-do'a keluarga untuk Hana. Jika tidak berjodoh pun tidak masalah, yang penting Hana bisa kembali membuka diri agar rasa pedenya timbul lagi.

.

Di Restoran, keluarga dokter Farraz sudah menunggu. Bahkan lengkap adik, adik ipar dan keponakannya juga hadir.

Kedua anak dokter Farraz saat ini duduk di kelas XII dan X sebuah SMA internasional di Jakarta. Kedua anaknya terlihat sopan sejak awal berkenalan dengan Hana. Mereka paham kondisi Ayah mereka sepeninggalan Ibu mereka. Apalagi ketika kemajuan teknologi sekarang ini yang hanya diujung jari, mereka bisa mengakses berita di internet mengenai kecelakaan yang menimpa Ibundanya.

Sudah beberapa kali kedua anaknya menyarankan ke dokter Farraz untuk kembali membina rumah tangga agar Ayahnya ada yang urus, tapi berkali-kali pula dokter Farraz menolak ide tersebut. Hinggalah berjumpa dengan Hana. Setelah berbicara dengan orang tuanya, dokter Farraz juga berdiskusi dengan anaknya, seperti yang sudah bisa ditebak, anak-anak malah yang sangat antusias terhadap keinginan dokter Farraz.

Begitu rombongan keluarga Hana datang, semua saling bertegur sapa dengan akrabnya. Terlihat sekali perbedaan kedua keluarga ini. Keluarga Hana yang dari keluarga ekonomi pas-pasan cenderung kurang, bertemu dengan keluarga dokter Farraz yang kelihatannya dari keluarga sukses dan berada. Bisa dikatakan pemandangan yang tersaji saat ini tampak agak jauh berbeda. Dari pakaian, gerak-gerik hingga nada bicaranya.

Sebelum memulai acara makan-makan, dokter Farraz berdiri untuk berbicara didepan kedua keluarga.

"Abi, Umi, Bapak, Ibu, kakak, adik dan anak-anak sekalian. Saya mohon do'anya karena besok pagi sudah akan berangkat ke Nangroe Aceh Darussalam, memulai misi yang pertama, semoga kurang lebih empat sampai enam bulan kedepan tidak ada kendala yang berarti dalam misi kali ini. Setelah saya meninggalkan Jakarta, saya berharap tali silaturahim ini bisa terus terjaga. Terima kasih atas kehadirannya, semoga semua bisa menikmatinya jamuan yang sudah disediakan" kata dokter Farraz dengan suara yang berwibawa.

dokter Farraz duduk persis disebelahnya Hana. Meja panjang didepan mereka penuh dengan berbagai menu makanan. Beberapa Kali dokter Farraz menawarkan makanan ke Hana, tapi ditolak terus.

"Kamu diet? atau ga suka sama makanan yang ada? mau pesan makanan lain?" tanya dokter Farraz hati-hati dengan suara pelan.

"Buat apa diet-dietan dok, wong jarang makan aja badan udah melar begini" jawab Hana dengan santainya.

"Yang penting sehat" lanjut dokter Farraz.

.

Farraz meminta ijin ke keluarga untuk memisahkan diri ke meja sebelah bersama Hana. Ada yang perlu dibicarakan hanya berdua saja.

Meskipun mereka sudah memisahkan diri, semua mata keluarga tetap tertuju ke pasangan ini. dokter Farraz pandai menjaga sikap, tidak terlihat canggung. Beda dengan Hana yang amat sangat canggung dihadapan dokter Farraz.

"Biasa aja .. saya disini ga sedang menghadapi pasien yang akan di operasi, ga usah takut gitu" ucap dokter Farraz memecah kecanggungan yang ada.

Senyum tipis Hana tersungging dari bibirnya secara spontan.

"Manis senyumnya" puji dokter Farraz.

Hana berhenti tersenyum.

"Besok pagi saya berangkat" info dokter Farraz.

"Udah tau... tadi kan dokter sudah bilang" jawab Hana.

"Aduh... kenapa saya yang nervous ya.. ga usah panggil dokter.. panggil aja Mas atau Farraz juga gapapa" kata dokter Farraz.

"Kita balik ke meja yang tadi yuk, ga nyaman berbincang berdua begini" pinta Hana.

"Tunggu Hana.. ada yang mau saya bicarakan.

Bolehkan chat kamu untuk kita saling mengenal?" tanya dokter Farraz.

"Tau ga Mas.. Mas Farraz ini satu-satunya kontak lelaki diluar keluarga inti yang terpaksa saya simpan" ucap Hana.

"Wahhhh tersanjung banget nih.. biarpun ada embel-embel kata terpaksa disimpan. Paling ga sudah ada kemajuan untuk membuka diri ke saya" ujar dokter Farraz sumringah.

"Tadinya mau dihapus dan diblock seperti biasa, tapi adik dan kakak ngomelin, pake ngancem segala" papar Hana.

"Ngancem? maksudnya gimana? mereka marah gitu?" tanya dokter Farraz meminta penjelasan.

"Mereka bilang kalo sampe ngeblock nomernya Mas, saya akan diusir dan ga boleh tinggal di rumah Bapak lagi" jelas Hana.

Tawa dokter Farraz langsung pecah.

Keluarga di meja sebelah sampe heran melihat dia tertawa.. sudah lama dokter Farraz tidak tertawa selepas itu. Mereka hanya tersenyum, kemudian melanjutkan obrolannya masing-masing.

"Udah gede masih aja takut diancem begitu?" ledek dokter Farraz.

"Saya mah real aja, kalo saya diusir mau tinggal dimana? Gaji saya ga mampu buat kontrak rumah" agak sedikit ga enak intonasinya Hana.

"Ya udah... kalo kamu diusir, saya siap kok nampung kamu sama anak kamu.... maaf ya kalo tadi tersinggung dengan tawa saya, ga ada maksud mengecilkan kamu, hanya merasa lucu" ujar dokter Farraz.

"Gapapa.. udah terbiasa kok dihina... udah kebal" jawab Hana sekenanya.

"Sorry...." ucap dokter Farraz dengan penuh penyesalan.

"Mas mau bicara apa sih? dari tadi malah ngelantur kemana-mana ngomongnya" tanya Hana.

"Hana ... saya harap enam bulan kedepan, kita sudah lebih saling mengenal satu sama lain. Ya mungkin kita nanti telepon atau lewat keluarga kita. Makanya saya minta ijin, kalo nanti keluarga saya akan main ke rumah atau menghubungi kamu lewat telepon, tujuannya untuk saling mengenal. Saya belum tau kisah masa lalu kamu, yang sekarang terlihat adalah wajah sendu penuh beban" papar dokter Farraz.

"Mas kok yakin amat? ga takut kalo ternyata saya ini cewe matre yang hanya mengenal kata senang-senang diatas harta yang Mas punya?" tanya Hana.

"Hahahhaha..... kalo kamu matre, rasanya saya harus menambah jadwal praktek di Rumah Sakit buat memenuhi kematrean kamu" jawab dokter Farraz sambil tersenyum.

"Mas ga takut kalo saya ga sayang sama orang tua dan anak-anak Mas?" tanya Hana lagi.

"Saya belum mengenal siapa kamu Hana, jadi ijinkan saya untuk mengenal kamu dulu. Kita bukan anak muda yang mengedepankan cinta ketika memutuskan untuk menikah. Kita pernah gagal dipernikahan sebelumnya. Ditambah kita punya anak-anak yang harus bisa menerima kita sebagai orang tua sambung. Harapan saya pastinya kita bisa menikah, tapi saya ga akan memaksakan kehendak jika dalam perjalanan perkenalan kita ada yang merasa kurang sreg. Jadi jangan dibawa beban pikiran, kita slow but sure aja" ungkap dokter Farraz.

"Kayanya kita jomplang deh Mas.. saya tuh jelek, hitam, butek, katro, pendidikan cuma SMA, ga pinter.. ya pokoknya jauh banget sama Mas yang seorang dokter" kata Hana minder.

"Ada sesuatu yang sulit saya jelaskan pakai kata-kata saat pertemuan pertama kita" ujar dokter Farraz.

"Saya ini menggugat cerai suami.... Mas kan orang pandai ya, pasti paham dong ada sikap dan sifat saya yang ga baik sehingga memutuskan hal itu" tutur Hana.

"Kita kan ga akan menikah sekarang, tapi akan saling mengenal dulu, cocok ya lanjutkan, ga cocok ya kita jadi saudara" jawab dokter Farraz yang tampak malas berbincang tentang masa lalu.

"Itulah lelaki, seenaknya memberikan janji, setelah ga sesuai sama ekspektasi langsung pergi tanpa ada kabar lagi" ucap Hana.

"Wow nampak buruk sekali penilaian kamu sama kaum lelaki" tangkis dokter Farraz.

Susah payah dokter Farraz mencoba menjawab semua pertanyaan dan pernyataan Hana yang sangat terlihat dingin.

"Ada sesuatu yang perlu saya lakukan agar kamu percaya kalo saya memang berniat baik terhadap kamu Hana?" tanya dokter Farraz.

"Ga perlu Mas, sebaiknya kita akhiri saja perkenalan kita sampai disini" putus Hana.

"Hana... please beri saya satu kali kesempatan, kalo menurut kamu, saya ga mampu membuat kamu yakin akan menjadi imam kamu yang baik.. saya akan mundur" tukas dokter Farraz.

dokter Farraz menyodorkan sebuah kotak beludru biru dongker. Dan meminta Hana membuka kotak tersebut. Seuntai kalung dengan liontin hati. Hana langsung menutupnya dan menyerahkan kembali ke dokter Farraz, tapi dokter Farraz menahan kotak tersebut.

"Anggaplah sebagai hadiah karena kamu mampu membuat saya bahagia selama lima hari belakangan ini. Kembali merasakan getaran cinta. Saya tidak mengikat kamu dengan kalung ini, kecil juga beratnya. Keluarga adalah segalanya buat saya, sayangnya lima tahun terakhir ini, saya sering menorehkan luka ke wajah keluarga dengan diam dan ga banyak tersenyum kepada mereka. Tapi sejak bertemu sama kamu.. dunia saya sudah jungkir balik" jelas dokter Farraz.

"Tapi Mas....." Hana berusaha menolak.

"Simpan dulu ya... paling ga sampe saya kembali nanti. Kalo masih ga mau terima, kita jual kalung ini dan kita sedekahkan ke Mesjid" usul dokter Farraz.

.

Pulang makan malam, dokter Farraz meminta ijin untuk mengantar Hana dan anaknya. Mereka satu mobil dengan anak-anaknya dokter Farraz.

dokter Farraz duduk didepan bersama sulung yang membawa mobil. Dibangku belakang ada Hana, anaknya Hana dan anak perempuannya dokter Farraz.

🌺

Tama mendapatkan tawaran collabs dari para pembuat konten ternama. Selain itu, dia juga diundang oleh Kementerian Pariwisata untuk memasarkan wisata-wisata yang masih belum terlalu banyak dikenal. Tama kebagian untuk mengexplore wisata berbudget rendah tapi dengan obyek wisata yang bagus.

Sudah beberapa kali meeting sama pihak Kementerian, menggodok ide agar saat eksekusi bisa menarik untuk disajikan.

Tidak ada budget dari Kementrian, para pembuat konten ini berkontribusi untuk memajukan pariwisata di Indonesia. Untuk channel-channel besar tentunya bisa meraih endorse yang banyak untuk membiayai pembuatan konten video, tapi Tama belum banyak mendapatkan endorse yang banyak, sehingga masih memakai kocek pribadi untuk biaya operasionalnya.

.

Sudah hari kedua Bhree pergi dari rumah, Ibunya ga pernah menanyakan kabar. Rasa rindu pada Ibunya harus disimpan rapat-rapat.

Bapaknya Bhree menemui Ibu Diah. Rumahnya masih sama seperti saat mereka masih berumah tangga.

Bu Diah menerima kehadiran Pak Dasuki, Bapaknya Bhree di halaman depan tanpa membukakan pagar. Kondisi perumahannya ini memang masih sepi karena dipinggiran kota dan banyak yang bekerja sehingga siang hari jarang ada penghuninya.

"Bhree ga ada disini" ucap Bu Diah.

"Bhree kemana?" tanya Pak Dasuki.

"Ga tau... dia memilih pergi dari sini karena ga mau masuk Akademi Keperawatan" adu Bu Diah.

"Kenapa harus memaksakan kehendak ke Bhree?" ucap Pak Dasuki.

"Hei... kamu kira jadi fotografer punya masa depan yang cerah? Liat dong diri sendiri... ngaca" oceh Bu Diah merendahkan mantan suaminya.

"Saya memang gagal, tapi bukan berarti Bhree akan mengalami hal yang sama" jawab Pak Dasuki.

"Ga usah banyak ceramah disini, kemana kamu selama ini? pernah ambil berat masalah hidupnya Bhree? baru bisa kasih uang pulsa aja gayanya selangit. Ga mikir dari mana makannya, sekolahnya bahkan kebutuhan hidupnya Bhree sejak kamu pergi?" lanjut Bu Diah.

"Kamu ga pernah berubah Diah.. melihat kesuksesan hanya dari materi" tutur Pak Dasuki.

"Emang kalo ga ada uang kita bisa hidup? Kamu mah enak taunya bisa makan, tidur, ngerokok bahkan begadang ga jelas ... saya yang banting tulang buat memenuhi semua kebutuhan kita dulunya" papar Bu Diah mengungkit masa lalu.

"Udahlah ga usah ungkit masa lalu. Yang penting sekarang dimana Bhree? apa ga khawatir anak perempuan pergi dari rumah? kalo ada sesuatu yang menimpa dia gimana?" tanya Pak Dasuki.

"Nanti juga dia balik... bisa apa sih tuh anak? punya uang aja ngga" jawab Bu Diah.

"Kamu akan nyesel kalo ada apa-apa sama Bhree" ucap Pak Dasuki.

Karena jengkel, Pak Dasuki pergi meninggalkan Bu Diah tanpa pamit. Beliau menghubungi Bhree, tapi HP nya Bhree sedang dicharge dan Bhree diminta Mas Wisnu beli makan siang untuk karyawan.

.

dokter Barra mulai shift jaga jam tujuh malam, harusnya jam dua siang, tapi dokter sebelumnya kebagian tambahan jam jaga karena dokter yang jaga pagi sedang sakit, nanti dokter Barra juga akan berdinas selama tiga puluh enam jam, untuk mengcover jam dokter yang sedang sakit. Sekarang aja dia masih membawa ransel karena tadi ada acara sosialisasi di Rumah Sakit sehingga ga sempat pulang ke rumah selepas dari Solo. Dia membawa oleh-oleh keripik buat perawat IGD.

"Thanks ya dokbar ... tau ga dok, tiap dokbar cuti, IGD ga ada lucu-lucunya" adu perawat IGD

"Mulai deh ngomongnya .... saya cape banget nih.. jangan ada pasien-pasien aneh deh" kata dokbar sambil melotot.

"Hahaha .. Kan kalo dokbar yang jaga, pasti aja kejadian ajaib yang bikin kita ketawa" ucap perawat IGD.

Tiba-tiba mobil mengerem mendadak didepan pintu IGD. Perawat dengan sigap membawa brankar tempat tidur pasien IGD mendekati mobil. Mereka memindahkan pasien dari mobil untuk masuk kedalam IGD.

dokbar mencuci tangan kemudian memakai sarung tangan, tidak lupa mengambil snellinya yang tergantung di pintu belakang ruang ganti baju perawat.

Terpopuler

Comments

Akhmad Soimun

Akhmad Soimun

paling suka critanya Farraz
trus DokBarr
trus Mak Diah
pling tkut critanya Diva, tkut dia jd org susah..

2023-06-30

1

novita setya

novita setya

bu diah ki ning rt piro tow bund..tak paranane kyne perlu sambel setan level neraka. sisan nagih iuran dawis..nunggak

2023-06-24

1

☘️ gιмϐυℓ ☘️

☘️ gιмϐυℓ ☘️

Hana udah mirip kulkas pintu 2 nih, dingin banget, yg sabar ya dokRaz 🙈🙈🙈
Aduh Bu Diah ini ibu kandung apa gimana sih, masa anaknya pergi ga pulang2 ga dicariin 🙄🙄🙄 ibu kandung rasa ibu tiri ini sih 🤦🤦🤦

2023-06-02

4

lihat semua
Episodes
1 Stetoskop 1, Permulaan
2 Stetoskop 2, Pada awalnya
3 Stetoskop 3, Masa lalu
4 Stetoskop 4, Masa kelam
5 Stetoskop 5, Kisahpun bermula
6 Stetoskop 6, Perkenalan
7 Stetoskop 7, Menjemput impian
8 Stetoskop 8, Realitanya ada
9 Stetoskop 9, Dinamika IGD
10 Stetoskop 10, Bertemu masa lalu
11 Stetoskop 11, Hari dan wanita
12 Stetoskop 12, Tugas dokter
13 Stetoskop 13, Para lelaki
14 Stetoskop 14, Tak sesuai bayangan
15 Stetoskop 15, Berbincang
16 Stetoskop 16, Rencana baru
17 Stetoskop 17, Merenung
18 Stetoskop 18, Sekelumit kisah
19 Stetoskop 19, Menyimpan cerita
20 Stetoskop 20, Keresahan
21 Stetoskop 21, Mencari jalan
22 Stetoskop 22, Dilema
23 Stetoskop 23, Putaran takdir
24 Stetoskop 24, Perubahan
25 Stetoskop 25, Kisahnya Barra
26 Stetoskop 26, Penolakan
27 Stetoskop 27, Demi masa depan
28 Stetoskop 28, Dan terjadilah..
29 Stetoskop 29, Perbaikan
30 Stetoskop 30, Kehilangan
31 Stetoskop 31, Menahan emosi
32 Stetoskop 32, Bicara
33 Stetoskop 33, Tragedi
34 Stetoskop 34, Rutinitas
35 Stetoskop 35, Duka
36 Stetoskop 36, Pertemuan
37 Stetoskop 37, Jalan berdua
38 Stetoskop 38, Hati ke hati
39 Stetoskop 39, Mencari
40 Stetoskop 40, Harus bisa
41 Stetoskop 41, Menuju yang lebih baik
42 Stetoskop 42, Langkah
43 Stetoskop 43, Berjuang
44 Stetoskop 44, Mengenal
45 Stetoskop 45, Penjajakan
46 Stetoskop 46, Keadaan
47 Stetoskop 47, Terkuak
48 Stetoskop 48, Kedua kalinya
49 Stetoskop 49, Seperti biasa
50 Stetoskop 50, Musibah
51 Stetoskop 51, Melihat dari berbagai sisi
52 Stetoskop 52, Keras hati
53 Stetoskop 53, Berduaan
54 Stetoskop 54, Rejeki tidak hanya berupa uang
55 Stetoskop 55, Akhirnya..
56 Stetoskop 56, Keputusan
57 Stetoskop 57, Menuju halal
58 Stetoskop 58, Menyerahkan
59 Stetoskop 59, Bercerita masa lalu
60 Stetoskop 60, Gosip
61 Stetoskop 61, Menuju bahagia
62 Stetoskop 62, Pengantin baru
63 Stetoskop 63, Cinta
64 Stetoskop 64, Jumpa lagi
65 Stetoskop 65, Antara bahagia dan kecewa
66 Stetoskop 66, Pendekatan
67 Stetoskop 67, Rasa sayang
68 Stetoskop 68, Pasangan?
69 Stetoskop 69, Peristiwa
70 Stetoskop 70, Pelepasan PPDS
71 Stetoskop 71, Kesempatan baru
72 Stetoskop 72, Penyesuaian
73 Stetoskop 73, Diskusi masa lalu
74 Stetoskop 74, Berjumpa
75 Stetoskop 75, Kegiatan
76 Stetoskop 76, Malam ini
77 Stetoskop 77, Babak baru
78 Stetoskop 78, Bertemu lagi
79 Stetoskop 79, Langkah selanjutnya
80 Stetoskop 80, Takut
81 Stetoskop 81, Menemani
82 Stetoskop 82, Mengusik hati
83 Stetoskop 83, Hampir aja
84 Stetoskop 84, Terselamatkan
85 Stetoskop 85, "Kesasar"
86 Stetoskop 86, Dunia milik berdua
87 Stetoskop 87, Setan berbisik
88 Stetoskop 88, Bertemu
89 Stetoskop 89, Campur aduk
90 Stetoskop 90, Aku berhak atas rasaku
91 Stetoskop 91, Nikah Yukkkk
92 Stetoskop 92, Lembaran baru
93 Stetoskop 93, Kembali bersama
94 Stetoskop 94, Rangkaian cerita
95 Stetoskop 95, Tembung
96 Episode 96, Ricuh
97 Stetoskop 97, Pendekatan
98 Stetoskop 98, Perbincangan
99 Stetoskop 99, Gamang
100 Stetoskop 100, Membuka hati
101 Stetoskop 101, Ricuh
102 Stetoskop 102, Menjelang hari H
103 Stetoskop 103, Rencana busuk
104 Stetoskop 104, Di rumah
105 Stetoskop 105, Ketahuan
106 Stetoskop 106, Kesibukan di hari Sabtu
107 Stetoskop 107, Kondangan
108 Stetoskop 108, Ciuman pertama
109 Stetoskop 109, Kembali
110 Stetoskop 110, Kurang fit
111 Stetoskop 111, Miskom
112 Stetoskop 112, Berdebat
113 Stetoskop 113, Pria gila
114 Episode 114, Di Rumah Sakit
115 Stetoskop 115, Jalan pulang
116 Stetoskop 116, Percakapan mendalam
117 Stetoskop 117, Membahas tentang nikah
118 Stetoskop 118, Edisi curhat
119 Stetoskop 119, Resign
120 Stetoskop 120, Touring
121 Stetoskop 121, Sharing ilmu
122 Stetoskop 122, Teman
123 Stetoskop 123, Breaking news
124 Stetoskop 124, Duka menggelayut
125 Stetoskop 125, Sepanjang gang
126 Stetoskop 126, Tidak bersedia
127 Stetoskop 127, Pemakaman
128 Stetoskop 128, Bermuka dua
129 Stetoskop 129, Masih ramai
130 Stetoskop 130, Berjumpa
131 Stetoskop 131, Di kamar Bhree
132 Stetoskop 132, Yang muda yang bercinta
133 Stetoskop 133, Ketahuan
134 Stetoskop 134, ICU
135 Episode 135, Tahap pemulihan
136 Stetoskop 136, Ruang rawat
137 Stetoskop 137, Kecurigaan
138 Stetoskop 138, I love you
139 Stetoskop 139, Tetirah
140 Stetoskop 140, Berbincang
141 Stetoskop 141, Pulang
142 Stetoskop 142, Kangen
143 Stetoskop 143, Bersamamu
144 Stetoskop 144, Berkegiatan
145 Stetoskop 145, Terkuak
146 Stetoskop 146, Berdekatan
147 Stetoskop 147, Ngedate
148 Stetoskop 148, Kencan
149 Stetoskop 149, Emosi jiwa
150 Stetoskop 150, Ada-ada saja
151 Stetoskop 151, Duduk bersama
152 Stetoskop 152, Nakal
153 Stetoskop 153, Komitmen baru
154 Stetoskop 154, Panggilan darurat
155 Stetoskop 155, Berangkat
156 Stetoskop 156, Kehebohan
157 Stetoskop 157, Mau menikah
158 Stetoskop 158, Temu kangen
159 Stetoskop 159, Tak disangka
160 Stetoskop 160, Maaf
161 Stetoskop 161, Gawat
162 Stetoskop 162, Menggelitik jiwa
163 Stetoskop 163, Kesibukan menjelang pernikahan
164 Stetoskop 164, Perbincangan laki-laki
165 Stetoskop 165, Menegang
166 Stetoskop 166, Ambang kesabaran
167 Stetoskop 167, Persiapan
168 Stetoskop 168, H-1
169 Stetoskop 169, Tegang
170 Stetoskop 170, Sah
171 Stetoskop 171, Ramah tamah
172 Stetoskop 172, Caption
173 Stetoskop 173, Kegiatan pasangan
174 Stetoskop 174, Full of love
175 Stetoskop 175, Jumpa lagi
176 Stetoskop 176, Ricuh
177 Stetoskop 177, Penjelasan
178 Stetoskop 178, Di Solo
179 Stetoskop 179, Warna warni kehidupan pasangan
180 Stetoskop 180, Ribut lagi
181 Stetoskop 181, Mantu dan mertua
182 Stetoskop 182, Kesibukan dokbar
183 Stetoskop 183, Manja
184 Stetoskop 184, Bertengkar
185 Stetoskop 185, Pembicaraan tepi jurang
186 Stetoskop 186, Hiburan
187 Stetoskop 187, Ruwet
188 Stetoskop 188, Kesibukan harian dokbar
189 Stetoskop 189, Edisi curhat
190 Stetoskop 190, Rahasia yang terkuak
191 Stetoskop 191, Quality time
192 Stetoskop 192, Obrolan penting
193 Stetoskop 193, Pesona Barra
194 Stetoskop, kegiatan Bhree
195 Stetoskop 195, Perkembangan
196 Stetoskop 196, Hidup baru Tama
197 Stetoskop 197, Perbincangan keluarga
198 Stetoskop 198, Curhatan Barra
199 Stetoskop 199, Isu yang tak hangat
200 Stetoskop 200, Pandangan terhadap Barra
201 Stetoskop 201, Di rumah Prof Andjar
202 Stetoskop 202, Menuju bahagia
203 Stetoskop 203, Dunia masing-masing
204 Stetoskop 204, Kehidupan
205 Stetoskop 205, Kegiatan seperti biasa
206 Stetoskop 206, Lelah
207 Stetoskop 207, Menggelitik kalbu
208 Stetoskop 208, Mikir
209 Stetoskop 209, Obrolan yang ga penting
210 Stetoskop 210, Berita menggelegar
211 Stetoskop 211, Mellow
212 Stetoskop 212, Bola panas
213 Stetoskop 213, Kebaikan
214 Stetoskop 214, Menahan emosi
215 Stetoskop 215, Pelan tapi pasti
216 Stetoskop 216, Berbeda
217 Stetoskop 217, Karena masa lalu
218 Stetoskop 218, Sedikit mereda
219 Stetoskop 219, Perbincangan
220 Stetoskop 220, Kejadian tak biasa
221 Stetoskop 221, Kabar duka
222 Stetoskop 222, Kejadian luar biasa
223 Stetoskop 223, Keajaiban itu ada
224 Stetoskop 224, Perbincangan
225 Stetoskop 225, Jenguk
226 Stetoskop 226, Tak seperti yang diharapkan
227 Stetoskop 227, Terus terang
228 Stetoskop 228, Berkunjung
229 Stetoskop 229, Belum ada titik terang
230 Stetoskop 230, Bintangnya
231 Stetoskop 231, Ngobrol santai
232 Stetoskop 232, Rahasia terbongkar lagi
233 Stetoskop 233, Dukacita
234 Stetoskop 234, Ada aja kendalanya
235 Stetoskop 235, Di rumah aja
236 Stetoskop 236, Masih panas
237 Stetoskop 237, Emosi dokbar
238 Stetoskop 238, dokbar hari ini
239 Stetoskop 239, Dilema lagi
240 Stetoskop 240, Masih belum nyaman
241 Stetoskop 241, Obrolan
242 Stetoskop 242, Tambah pusing
243 Stetoskop 243, Tidak terlibat
244 Stetoskop 244, IGD
245 Stetoskop 245, Saat ini
246 Stetoskop 246, Kamar VVIP
247 Stetoskop 247, Kematian di IGD
248 Stetoskop 248, Suasana terkini
249 Stetoskop 249, Akhirnyaaa
250 Stetoskop 250, Ambulans
251 Stetoskop 251, Drama yang berakhir juga
252 Stetoskop 252, Pengakuan
253 Stetoskop 253, Mengiris perih
254 Stetoskop 254, Duka mendalam
255 Stetoskop 255, Menyembuhkan luka
256 Stetoskop 256, Pengumuman mengejutkan
257 Stetoskop 257, Mencoba berdamai
258 Stetoskop 258, Masih gamang
259 Stetoskop 259, Keputusan
260 Stetoskop 260, Oh begitu....
261 Stetoskop 261, Memaafkan
262 Stetoskop 262, Berdua dengan segala ceritanya
263 Stetoskop 263, Berdamai
264 Stetoskop 264, dokbar on duty
265 Stetoskop 265, Persiapan
266 Stetoskop 266, Berita lagi
267 Stetoskop 267, Waktu bersama
268 Stetoskop 268, Sowan kesana kemari
269 Stetoskop 269, Mengakhiri bab di Cinta Medika
270 Episode 270, Duka diujung senja
271 Stetoskop 271, Mencari jalan tengah
272 Stetoskop 272, Perpisahan dan pertemuan
273 Stetoskop 273, Cemburu
274 Stetoskop 274, Legowo
275 Stetoskop 275, Bertemu kawan lama
276 Stetoskop 276, Kumpul lagi
277 Stetoskop 277, Mumet lagi
278 Stetoskop 278, Berita yang membuat pening
279 Stetoskop 279, Mencoba menyelesaikan masalah
280 Stetoskop 280, Sampai disini
Episodes

Updated 280 Episodes

1
Stetoskop 1, Permulaan
2
Stetoskop 2, Pada awalnya
3
Stetoskop 3, Masa lalu
4
Stetoskop 4, Masa kelam
5
Stetoskop 5, Kisahpun bermula
6
Stetoskop 6, Perkenalan
7
Stetoskop 7, Menjemput impian
8
Stetoskop 8, Realitanya ada
9
Stetoskop 9, Dinamika IGD
10
Stetoskop 10, Bertemu masa lalu
11
Stetoskop 11, Hari dan wanita
12
Stetoskop 12, Tugas dokter
13
Stetoskop 13, Para lelaki
14
Stetoskop 14, Tak sesuai bayangan
15
Stetoskop 15, Berbincang
16
Stetoskop 16, Rencana baru
17
Stetoskop 17, Merenung
18
Stetoskop 18, Sekelumit kisah
19
Stetoskop 19, Menyimpan cerita
20
Stetoskop 20, Keresahan
21
Stetoskop 21, Mencari jalan
22
Stetoskop 22, Dilema
23
Stetoskop 23, Putaran takdir
24
Stetoskop 24, Perubahan
25
Stetoskop 25, Kisahnya Barra
26
Stetoskop 26, Penolakan
27
Stetoskop 27, Demi masa depan
28
Stetoskop 28, Dan terjadilah..
29
Stetoskop 29, Perbaikan
30
Stetoskop 30, Kehilangan
31
Stetoskop 31, Menahan emosi
32
Stetoskop 32, Bicara
33
Stetoskop 33, Tragedi
34
Stetoskop 34, Rutinitas
35
Stetoskop 35, Duka
36
Stetoskop 36, Pertemuan
37
Stetoskop 37, Jalan berdua
38
Stetoskop 38, Hati ke hati
39
Stetoskop 39, Mencari
40
Stetoskop 40, Harus bisa
41
Stetoskop 41, Menuju yang lebih baik
42
Stetoskop 42, Langkah
43
Stetoskop 43, Berjuang
44
Stetoskop 44, Mengenal
45
Stetoskop 45, Penjajakan
46
Stetoskop 46, Keadaan
47
Stetoskop 47, Terkuak
48
Stetoskop 48, Kedua kalinya
49
Stetoskop 49, Seperti biasa
50
Stetoskop 50, Musibah
51
Stetoskop 51, Melihat dari berbagai sisi
52
Stetoskop 52, Keras hati
53
Stetoskop 53, Berduaan
54
Stetoskop 54, Rejeki tidak hanya berupa uang
55
Stetoskop 55, Akhirnya..
56
Stetoskop 56, Keputusan
57
Stetoskop 57, Menuju halal
58
Stetoskop 58, Menyerahkan
59
Stetoskop 59, Bercerita masa lalu
60
Stetoskop 60, Gosip
61
Stetoskop 61, Menuju bahagia
62
Stetoskop 62, Pengantin baru
63
Stetoskop 63, Cinta
64
Stetoskop 64, Jumpa lagi
65
Stetoskop 65, Antara bahagia dan kecewa
66
Stetoskop 66, Pendekatan
67
Stetoskop 67, Rasa sayang
68
Stetoskop 68, Pasangan?
69
Stetoskop 69, Peristiwa
70
Stetoskop 70, Pelepasan PPDS
71
Stetoskop 71, Kesempatan baru
72
Stetoskop 72, Penyesuaian
73
Stetoskop 73, Diskusi masa lalu
74
Stetoskop 74, Berjumpa
75
Stetoskop 75, Kegiatan
76
Stetoskop 76, Malam ini
77
Stetoskop 77, Babak baru
78
Stetoskop 78, Bertemu lagi
79
Stetoskop 79, Langkah selanjutnya
80
Stetoskop 80, Takut
81
Stetoskop 81, Menemani
82
Stetoskop 82, Mengusik hati
83
Stetoskop 83, Hampir aja
84
Stetoskop 84, Terselamatkan
85
Stetoskop 85, "Kesasar"
86
Stetoskop 86, Dunia milik berdua
87
Stetoskop 87, Setan berbisik
88
Stetoskop 88, Bertemu
89
Stetoskop 89, Campur aduk
90
Stetoskop 90, Aku berhak atas rasaku
91
Stetoskop 91, Nikah Yukkkk
92
Stetoskop 92, Lembaran baru
93
Stetoskop 93, Kembali bersama
94
Stetoskop 94, Rangkaian cerita
95
Stetoskop 95, Tembung
96
Episode 96, Ricuh
97
Stetoskop 97, Pendekatan
98
Stetoskop 98, Perbincangan
99
Stetoskop 99, Gamang
100
Stetoskop 100, Membuka hati
101
Stetoskop 101, Ricuh
102
Stetoskop 102, Menjelang hari H
103
Stetoskop 103, Rencana busuk
104
Stetoskop 104, Di rumah
105
Stetoskop 105, Ketahuan
106
Stetoskop 106, Kesibukan di hari Sabtu
107
Stetoskop 107, Kondangan
108
Stetoskop 108, Ciuman pertama
109
Stetoskop 109, Kembali
110
Stetoskop 110, Kurang fit
111
Stetoskop 111, Miskom
112
Stetoskop 112, Berdebat
113
Stetoskop 113, Pria gila
114
Episode 114, Di Rumah Sakit
115
Stetoskop 115, Jalan pulang
116
Stetoskop 116, Percakapan mendalam
117
Stetoskop 117, Membahas tentang nikah
118
Stetoskop 118, Edisi curhat
119
Stetoskop 119, Resign
120
Stetoskop 120, Touring
121
Stetoskop 121, Sharing ilmu
122
Stetoskop 122, Teman
123
Stetoskop 123, Breaking news
124
Stetoskop 124, Duka menggelayut
125
Stetoskop 125, Sepanjang gang
126
Stetoskop 126, Tidak bersedia
127
Stetoskop 127, Pemakaman
128
Stetoskop 128, Bermuka dua
129
Stetoskop 129, Masih ramai
130
Stetoskop 130, Berjumpa
131
Stetoskop 131, Di kamar Bhree
132
Stetoskop 132, Yang muda yang bercinta
133
Stetoskop 133, Ketahuan
134
Stetoskop 134, ICU
135
Episode 135, Tahap pemulihan
136
Stetoskop 136, Ruang rawat
137
Stetoskop 137, Kecurigaan
138
Stetoskop 138, I love you
139
Stetoskop 139, Tetirah
140
Stetoskop 140, Berbincang
141
Stetoskop 141, Pulang
142
Stetoskop 142, Kangen
143
Stetoskop 143, Bersamamu
144
Stetoskop 144, Berkegiatan
145
Stetoskop 145, Terkuak
146
Stetoskop 146, Berdekatan
147
Stetoskop 147, Ngedate
148
Stetoskop 148, Kencan
149
Stetoskop 149, Emosi jiwa
150
Stetoskop 150, Ada-ada saja
151
Stetoskop 151, Duduk bersama
152
Stetoskop 152, Nakal
153
Stetoskop 153, Komitmen baru
154
Stetoskop 154, Panggilan darurat
155
Stetoskop 155, Berangkat
156
Stetoskop 156, Kehebohan
157
Stetoskop 157, Mau menikah
158
Stetoskop 158, Temu kangen
159
Stetoskop 159, Tak disangka
160
Stetoskop 160, Maaf
161
Stetoskop 161, Gawat
162
Stetoskop 162, Menggelitik jiwa
163
Stetoskop 163, Kesibukan menjelang pernikahan
164
Stetoskop 164, Perbincangan laki-laki
165
Stetoskop 165, Menegang
166
Stetoskop 166, Ambang kesabaran
167
Stetoskop 167, Persiapan
168
Stetoskop 168, H-1
169
Stetoskop 169, Tegang
170
Stetoskop 170, Sah
171
Stetoskop 171, Ramah tamah
172
Stetoskop 172, Caption
173
Stetoskop 173, Kegiatan pasangan
174
Stetoskop 174, Full of love
175
Stetoskop 175, Jumpa lagi
176
Stetoskop 176, Ricuh
177
Stetoskop 177, Penjelasan
178
Stetoskop 178, Di Solo
179
Stetoskop 179, Warna warni kehidupan pasangan
180
Stetoskop 180, Ribut lagi
181
Stetoskop 181, Mantu dan mertua
182
Stetoskop 182, Kesibukan dokbar
183
Stetoskop 183, Manja
184
Stetoskop 184, Bertengkar
185
Stetoskop 185, Pembicaraan tepi jurang
186
Stetoskop 186, Hiburan
187
Stetoskop 187, Ruwet
188
Stetoskop 188, Kesibukan harian dokbar
189
Stetoskop 189, Edisi curhat
190
Stetoskop 190, Rahasia yang terkuak
191
Stetoskop 191, Quality time
192
Stetoskop 192, Obrolan penting
193
Stetoskop 193, Pesona Barra
194
Stetoskop, kegiatan Bhree
195
Stetoskop 195, Perkembangan
196
Stetoskop 196, Hidup baru Tama
197
Stetoskop 197, Perbincangan keluarga
198
Stetoskop 198, Curhatan Barra
199
Stetoskop 199, Isu yang tak hangat
200
Stetoskop 200, Pandangan terhadap Barra
201
Stetoskop 201, Di rumah Prof Andjar
202
Stetoskop 202, Menuju bahagia
203
Stetoskop 203, Dunia masing-masing
204
Stetoskop 204, Kehidupan
205
Stetoskop 205, Kegiatan seperti biasa
206
Stetoskop 206, Lelah
207
Stetoskop 207, Menggelitik kalbu
208
Stetoskop 208, Mikir
209
Stetoskop 209, Obrolan yang ga penting
210
Stetoskop 210, Berita menggelegar
211
Stetoskop 211, Mellow
212
Stetoskop 212, Bola panas
213
Stetoskop 213, Kebaikan
214
Stetoskop 214, Menahan emosi
215
Stetoskop 215, Pelan tapi pasti
216
Stetoskop 216, Berbeda
217
Stetoskop 217, Karena masa lalu
218
Stetoskop 218, Sedikit mereda
219
Stetoskop 219, Perbincangan
220
Stetoskop 220, Kejadian tak biasa
221
Stetoskop 221, Kabar duka
222
Stetoskop 222, Kejadian luar biasa
223
Stetoskop 223, Keajaiban itu ada
224
Stetoskop 224, Perbincangan
225
Stetoskop 225, Jenguk
226
Stetoskop 226, Tak seperti yang diharapkan
227
Stetoskop 227, Terus terang
228
Stetoskop 228, Berkunjung
229
Stetoskop 229, Belum ada titik terang
230
Stetoskop 230, Bintangnya
231
Stetoskop 231, Ngobrol santai
232
Stetoskop 232, Rahasia terbongkar lagi
233
Stetoskop 233, Dukacita
234
Stetoskop 234, Ada aja kendalanya
235
Stetoskop 235, Di rumah aja
236
Stetoskop 236, Masih panas
237
Stetoskop 237, Emosi dokbar
238
Stetoskop 238, dokbar hari ini
239
Stetoskop 239, Dilema lagi
240
Stetoskop 240, Masih belum nyaman
241
Stetoskop 241, Obrolan
242
Stetoskop 242, Tambah pusing
243
Stetoskop 243, Tidak terlibat
244
Stetoskop 244, IGD
245
Stetoskop 245, Saat ini
246
Stetoskop 246, Kamar VVIP
247
Stetoskop 247, Kematian di IGD
248
Stetoskop 248, Suasana terkini
249
Stetoskop 249, Akhirnyaaa
250
Stetoskop 250, Ambulans
251
Stetoskop 251, Drama yang berakhir juga
252
Stetoskop 252, Pengakuan
253
Stetoskop 253, Mengiris perih
254
Stetoskop 254, Duka mendalam
255
Stetoskop 255, Menyembuhkan luka
256
Stetoskop 256, Pengumuman mengejutkan
257
Stetoskop 257, Mencoba berdamai
258
Stetoskop 258, Masih gamang
259
Stetoskop 259, Keputusan
260
Stetoskop 260, Oh begitu....
261
Stetoskop 261, Memaafkan
262
Stetoskop 262, Berdua dengan segala ceritanya
263
Stetoskop 263, Berdamai
264
Stetoskop 264, dokbar on duty
265
Stetoskop 265, Persiapan
266
Stetoskop 266, Berita lagi
267
Stetoskop 267, Waktu bersama
268
Stetoskop 268, Sowan kesana kemari
269
Stetoskop 269, Mengakhiri bab di Cinta Medika
270
Episode 270, Duka diujung senja
271
Stetoskop 271, Mencari jalan tengah
272
Stetoskop 272, Perpisahan dan pertemuan
273
Stetoskop 273, Cemburu
274
Stetoskop 274, Legowo
275
Stetoskop 275, Bertemu kawan lama
276
Stetoskop 276, Kumpul lagi
277
Stetoskop 277, Mumet lagi
278
Stetoskop 278, Berita yang membuat pening
279
Stetoskop 279, Mencoba menyelesaikan masalah
280
Stetoskop 280, Sampai disini

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!