Stetoskop 11, Hari dan wanita

"Hana.. tolong siapkan ruangan sebelah ya, pasien mau diobservasi dulu selama enam jam, nanti baru diputuskan mau rawat atau bisa pulang" perintah bidan Neneng.

"Baik Bu .." jawab Hana.

"Kamu juga nanti tolong tungguin dulu ya, soalnya saya mau bantu yang mau lahiran" lanjut bidan Neneng.

"Ya Bu bidan.." jawab Hana.

Saat Hana merapihkan ruangan, memasang sprei dan sarung bantal, Hari rupanya sudah berdiri didepan pintu ruangan.

"Gw ga punya duit nih, Lo ada ga? bagi dong" tembak Hari.

Hana terkejut langsung melihat kearah Hari.

"Ada Bang.. tapi buat beli bensin nanti pas jalan pulang" jawab Hana jujur.

"Udah kerja masih aja ga punya duit. Emang Lo boros banget jadi cewe, pantes aja ga ada yang mau sama Lo lagi" ejek Hari.

Hana lebih memilih melanjutkan pekerjaannya daripada berdebat pepesan kosong sama Hari.

"Bini gw yang sekarang ga pernah tuh minta duit, tapi gw tiap hari bisa makan enak. Berarti dulu lo korupsi kali ya? masa dikasih dua puluh lima ribu sehari aja makannya cuma sayur bening sama tempe. Di restoran Padang uang segitu bisa makan nasi sama ayam" oceh Hari.

Hana masih merapihkan tempat tidur.

"Gw minta sini.. buat beli pulsa HP, mau cari pinjaman, kan ga enak masa istri sakit ga bisa bayarin" pinta Hari.

"Cuma punya lima belas ribu Bang.. buat beli bensin" kata Hana.

"Biarin deh lima belas ribu juga duit" todong Hari.

Hana memang punya sifat yang gampang kasihan kalo mendengar cerita orang yang sedang kesusahan, tanpa dia pikir ulang apa cerita tersebut benar atau tidak.

Hana langsung merogoh koceknya untuk mengambil tiga lembar uang lima ribuan kemudian diserahkan ke Hari. Dia juga malas untuk diganggu oleh Hari.

Hari mengambilnya secara kasar dan langsung keluar dari Klinik, entah kemana arah tujuannya

.

Satu jam berlalu, Hari tak kunjung datang kembali ke Klinik. Istrinya Hari berkali-kali menanyakan keberadaan suaminya, Hana hanya bilang tadi melihat suaminya Melati (Istrinya Hari yang sekarang) keluar dari Klinik.

Hana menyiapkan makanan untuk Melati yaitu nasi, sayur sop ayam dan rolade tahu.

"Mbak liat suami saya ga?" tanya Melati.

"Ga Bu" jawab Hana sopan.

Malas bagi Hana bercerita hal yang sebenarnya.

"Sudah berapa lama ya dia keluar dari sini?" tanya Melati lagi.

"Saya kurang tau Bu, soalnya tadi lagi disini nyiapin ruangan buat Ibu" jawab Hana lagi.

Hana menemani pasien karena kondisinya masih dalam observasi. Melati tidak tau hubungan Hana dengan Hari. Jadi tidak ada perasaan apapun terhadap Hana, hanya dipandang sebagai salah satu karyawan Klinik saja. Tapi Hana tau kalo Melatilah penyebab Hari jarang pulang dulunya.

"Suami saya emang kadang-kadang ya orangnya" buka Melati.

Hana diam dan duduk disamping tempat tidurnya Melati.

"Nama Mbak siapa?" tanya Melati.

"Hana" jawab Hana singkat.

"Hana.. kayanya ga asing nama itu, tapi sudahlah.. banyak kan yang namanya sama di dunia ini" kata Melati.

"Ibu mau makan sendiri atau perlu saya suapkan?" tanya Hana.

"Makan sendiri aja, tapi bantu saya duduk dulu ya" pinta Melati.

Hana membantu Melati duduk, kemudian memberikan bantalan dibagian punggung agar nyaman. Setelah itu meletakkan nampan dipangkuannya Melati.

"Saya tuh lagi haid sebenarnya, eh suami minta dilayanin, ya mau gimana lagi.. kita kan sebagai istri harus nurut" ujar Melati dengan entengnya.

Hana diam. Sudah tidak kaget mendengar ceritanya Melati, karena dulu dia pun pernah mengalaminya, hanya saja Hana mampu bersikukuh untuk tidak melayani suaminya melalui tempat sewajarnya, biasanya Hana terpaksa melakukan secara manual maupun oral meskipun hatinya menjerit untuk menolak. Tapi jika dia menolak saat itu, bukan sekedar caci maki yang dia dapatkan, tapi juga pukulan yang pastinya terasa sakit dibadan.

"Saya baru kali ini haid lama sampai dua Minggu ga selesai-selesai. Ga banyak sih... sedikit tapi ga berhenti. Tumben banget kan? mungkin pre menopause kali ya.. Emang sih katanya orang yang ngerti agama, saat haid ga boleh berhubungan suami istri, tapi bukannya kalo lebih dari waktu kita haid biasa itu namanya penyakit ya? bukan haid lagi. Sholat aja boleh, apalagi melayani suami.. iya kan?" papar Melati meminta pembenaran dari Hana.

Hana hanya tersenyum. Inilah era dimana informasi hanya diujung jari. Membaca bahkan melihat ceramah agama hanya lewat HP. Jadi belum tuntas didengar sudah diambil kesimpulan yang seolah membenarkan setiap tindakan.

"Mba Hana sudah menikah?" tanya Melati.

"Sudah" jawab Hana.

Toh memang Hana tidak berbohong, dia sudah pernah menikah meskipun berakhir di meja hijau Pengadilan Agama.

"Suaminya dilayani Mba dengan baik, daripada kegoda wanita lain, kan mending kita yang servis, selain enak.. berpahala juga kan.. hihihi" tukas Melati.

Kembali Hana memaksakan senyumnya.

"Suami saya itu duda Mba.. ya gitu.. ga dilayani istrinya yang dulu dengan baik. Ga diservis luar dalamlah istilahnya. Mantan istrinya juga ga bisa berpenampilan menarik didepan suami, jadi mana bikin suami klepek-klepek buat nafsu ke istri coba" kata Melati yang memang tipenya ceplas-ceplos.

Hana kaget jika Hari menjual cerita palsu ke Melati dengan menjelekkan dirinya. Tidak mengapa jika Hari bercerita hal yang bombastis sekalipun, asalkan tidak menjatuhkan harkat dan martabatnya sebagai seorang istri.

"Dari cerita suami saya, jadi belajar banyak, ya harus muasin suami. Saya ini perawan tua Mba, ga ada yang mau sama saya, padahal saya ini kan punya usaha ya, ibaratnya ga butuh duit dari lelaki, cuma perlu diperhatikan dan cinta aja cukup kok. Nah ketemu suami saya inilah baru merasa klop. Dia kerja sama saya awalnya, jadi supir pribadi. Tapi lama kelamaan saya kasian sama dia yang kerja ga kenal libur, selalu standby nemenin saya kesana kemari. Sampai akhirnya dia cerita kalo mantan istrinya pergi gitu aja karena dia nganggur, sekalinya udah kerja katanya ga boleh pulang kalo ga bawa duit. Emangnya ngepet .. tiap hari bisa dapat duit. Udah gitu ya.. masa ga boleh ketemu sama anak kandungnya, ditambah keluarga suami juga merasa malu karena suami saya itu kaya ga ada harga dirinya mengemis cinta ke mantan istrinya. Dari rasa kasihan.. muncul deh benih-benih cinta diantara kami, suami saya itu romantis banget loh. Meskipun lebih tua saya lima tahun, tapi Alhamdulillah adem ayem aja sudah tiga tahun ini nikah" cerita Melati tanpa disaring dulu.

"Bahagia ya Bu akhirnya menemukan cinta meskipun banyak orang yang bilang kalo perempuan diatas kepala empat menikah ya telat" Hana angkat bicara rasanya dia sudah mulai terpancing emosi.

"Ya dong Mba.. saya sama dia kan ketemu sudah sama-sama menjelang kepala empat. Jadinya sudah dewasa pola pikirnya. Dulu sempat putus asa, apa mungkin menemukan cinta diusia yang sudah segitu banyaknya. Tapi rupanya saya punya jodoh juga... hehehehe. Kami ini nikah siri Mba, soalnya keluarga saya menyarankan hal itu. Orang tua saya sebenarnya malu kalo saya nikah sama supir dan lulusan SMA, keluarga dia juga katanya udah ga anggap dia anak... udah dibuang Mba, sampe sekarang aja saya ga tau orang tua dan keluarganya bagaimana. Karena banyak pertimbangan, akhirnya kami nikah siri aja, daripada nanti dosa kan. Awalnya pacaran dulu sih, saling mengenal satu sama lain. Makin kenal dia ya makin jatuh cinta. Pernikahan kami dirahasiakan dari keluarga besar saya.. tunggu suami saya jadi sarjana dulu baru nanti dikenalin ke keluarga besar" kenang Melati dengan mata penuh rona kebahagiaan.

"Oh suami Ibu lagi kuliah lagi?" tanya Hana takjub tapi ga percaya.

"Iya.. kuliah di tempat yang murah aja, kan asal jadi sarjana. Baru dua tahun ini sih kuliah. Emang orangnya pinter sih, jadinya IP selalu hampir empat. Ikut kelas karyawan biar cuma seminggu dua kali aja kuliahnya dan ga banyak tugas" lanjut Melati bangga.

Hana sulit untuk percaya jika Hari melanjutkan pendidikan, tapi dia terima saja bulat-bulat informasi tersebut.

"Ibu ga keliatan kalo usianya sudah lebih dari empat puluh tahun, kaya masih tiga puluh limaan" puji Hana.

"Ya kan rutin perawatan, saya punya salon dan usaha warung kelontong gitu dibeberapa komplek perumahan baru dan ada juga kantin sekolah. Semua sekarang suami yang urusin, saya banyak pergi-pergi ke tempat yang lagi hits aja, maklum dulu kan saya susah, ga bisa pergi kemana-mana, sekarang udah punya uang ya dinikmati. Suami saya itu kaya kartu keberuntungan.. dulu cuma punya satu warung kelontong sekarang sudah punya tiga warung, dua kantin dan satu salon kecil-kecilan" jelas Melati dengan bangga.

"Jadi suami Ibu kerjanya bantu-bantu Ibu aja? ga kerja di tempat lain?" tanya Hana.

"Ga lah Mba.. buat apa kerja di tempat lain, saya bisa kok menghidupi dia. Asalkan dia janji setia, cinta dan mengikuti apa yang saya mau. Selama ini dia udah buktiin kok kalo setia disisi saya dalam kondisi apapun" jawab Melati.

Hana kembali tersenyum.

"Kurang ajar... bisa-bisanya dibohongin lagi, katanya mau cari pinjaman, lah ini istrinya orang berduit.. bodoh banget sih Hana... kenapa kalo didepan dia selalu timbul kasian sihhhh" rutuk Hana dalam hatinya.

Melati tampak lahap makannya.

"Suami saya lagi ke beberapa warung dulu kayanya, soalnya hari ini pembayaran barang tiap minggunya. Dia memang pekerja keras banget" puji Melati lagi.

.

Sementara Hari tengah menyambangi salah satu warung yang ada di komplek perumahan baru, Melati menyewa ruko disana. Yang bawah dijadikan toko kelontong, bagian atasnya untuk tempat tinggal tiga orang karyawan toko kelontong dan kantin sekolah yang jaraknya tidak jauh dari ruko.

Waktu menunjukkan pukul dua siang.

"Bikinin kopi ya.. anterin keatas" bisik Hari tepat dibelakang sang penjaga warung.

Wanita muda ini langsung membuatkan kopi untuk Hari, raut wajahnya ketakutan setiap Hari datang ke ruko.

Dalam seminggu, paling tidak sekali Hari menyambangi toko ini, kondisinya pun tepat disaat kedua temannya sedang menjaga kantin di sekolah atau menjaga warung yang lain. Memang Hari memasang CCTV di warung, alasannya untuk menjaga keamanan,

padahal untuk dia bisa memeriksa keadaan. CCTV nya terkoneksi dengan HP nya.

Lima menit kemudian, Hari yang sedang merokok, langsung mematikan rokoknya kemudian tersenyum. Posisinya duduk di karpet depan TV.

Perumahan ini memang masih dalam tahap pembangunan, baru ini satu-satunya ruko yang sudah dibangun, ruko yang lain sedang dipasarkan dan masih belum ada bangunan. Pembangunan komplek ini pun masih lebih banyak berkutat dibagian bawah perumahan yang merupakan tipe kecil sehingga sudah cepat sold out. Jadi bisa dikatakan warung kelontong ini masih relatif sepi. Belum banyak lalu lalang orang.

Hari langsung menarik sang wanita untuk duduk disebelahnya begitu sang wanita muda belia ini meletakkan secangkir kopi.

"Maaf Pak... Bapak mau apa?" tanya wanita itu ketakutan.

"Sssttt.. jangan teriak.. kamu tau kan saya ini orang berkuasa, ga ada yang akan percaya sama kamu" seringai Hari.

"Tapi Pak.. lepasin tangan saya" pinta wanita itu.

"Jangan panggil Bapak dong, panggil Abang. Kangen deh sama kamu, makin lama makin cantik aja" rayu Hari yang masih memegang tangan wanita itu.

"Tolong Pak.. jangan macam-macam" ujar wanita belia mencoba melepaskan cengkraman tangannya Hari.

Hari memang sudah berkali-kali menyatakan ketertarikannya terhadap karyawan istrinya ini, tapi selalu ditolak. Rupanya saat ini dewi fortuna ada ditangan Hari. Kondisi warung yang sepi karena hujan dan tidak ada karyawan lain disini membuat Hari berusaha mendapatkan apa yang dia inginkan.

Hari memeluk wanita itu dengan erat.

"Tolong Pak.. jangan.. tolong Pak" kata sang wanita memelas.

"Jangan teriak" bisik Hari.

Hari sudah sangat bernafsu setan hingga berusaha mencium bibir sang wanita. Tampak sekali sang wanita berusaha melepaskan dirinya, tapi tenaga Hari lebih kuat sehingga Hari berhasil menikmati bibir anak buahnya sendiri.

Lili, tamatan SMP dan baru berusia lima belas tahun, dia mencari nafkah untuk membantu membiayai keluarga, memutuskan putus sekolah setelah Bapaknya lumpuh dan Ibunya sakit-sakitan.

"Baru pertama kali ciuman ya?" ledek Hari kemudian kembali menikmati bibir ranumnya Lili.

Lili sudah menangis. Ingin berteriak, tapi dia takut Hari marah.

"Beli... Beli...." suara anak kecil menghentikan Hari.

Lili merasa terselamatkan dan buru-buru turun kebawah sambil mengusap air matanya.

Ada anak berusia tujuh tahun didepan warung sambil memegang uang dua ribu rupiah, dia ingin membeli permen dan snack seribuan yang kadang berhadiah uang.

Hari memperhatikan Lili yang sedang sibuk merapihkan dagangan padahal sudah rapih. Dia hanya ingin menghindar dari Hari.

"Li.. ingat.. kalo kamu berani cerita kejadian tadi, siap-siap aja dipecat" ancam Hari.

Lili diam sambil menundukkan kepalanya.

Hari duduk di kursi yang biasa Lili tempati.

"Masih mau kerja disini kan?" tanya Hari.

"Mau Pak" jawab Lili dengan suara yang ketakutan.

"Santai aja Li.. saya suka sama kamu.. sering kan saya bilang suka secara langsung bahkan chat ke kamu. Gimana? mau jadi pacar saya ga?" tanya Hari lagi.

"Pak.. maaf.. Lili belum berpikir untuk punya pacar. Lili masih cari uang buat keluarga di kampung" jawab Lili jujur.

"Kalo jadi pacar saya, apa aja bisa saya kasih Li.. tau kan kalo saya ini orang kaya" sombong Hari.

"Maaf Pak.. Bapak sudah saya anggap seperti Bapak sendiri, seperti saya menghormati Bu Melati" jawab Lili dengan sopan.

"Li.. saya serius.. bahkan mau nikahin kamu, kalo nikah sama saya, orang tua kamu bisa berobat" rayu Hari.

"Maaf Pak.. Lili takut sama Ibu (Melati)" ujar Lili yang masih tampak polosnya.

"Kita kan pacaran diam-diam, kalo nikah pun diam-diam juga lah. Sekarang jujur coba Li.. suka ga sama saya?" tembak Hari.

"Lili ga tau Pak.. Lili bingung" jawab Lili.

"Li.. kamu tau kan Ibu sudah tua, bayangin kita berdua bisa nikmatin hartanya Ibu.. kita bisa senang-senang, bisa buat nyekolahin adik kamu, bisa buat beli sawah dan benerin rumah orang tua di Kampung, emangnya kamu ga mau?" ujar Hari kembali mencuci otaknya Lili yang benar-benar masih lugu dan mudah percaya dengan omongan Hari yang meyakinkan.

Lili diminta duduk disampingnya Hari. Dengan ragu, Lili melangkah. Tangan Hari langsung menyambar tangannya Lili. Lili pun akhirnya terpelanting hingga duduk tepat dipangkuan Hari.

Wajah keduanya sangat dekat.

Hari memang sudah tua dan tidak termasuk kategori pria tampan. Tapi dia mampu memikat para wanita dengan mulut manisnya.

.

"Kemana sih nih Bang Hari.. teleponnya ga aktif lagi" umpat Melati kesal.

Hana hanya diam, menunggu Melati sambil menulis laporan.

"Disuruh bayar-bayar agen aja lama banget" oceh Melati makin kesal sambil meletakkan HP nya.

Terpopuler

Comments

jii

jii

Kok g minta update lho...nanti bunda khilaf g update..dikira kita2 g nungguin lanjutannya 😀

2023-06-08

3

Lila Anggraini

Lila Anggraini

suami durj4n4...

2023-06-08

3

Eni Djulaeha

Eni Djulaeha

smbil nunggu tayang hospital berikutnya,nene baca ulang HTTO..ktika episode 67 # KETULUSAN#.. Masya Alloh luar biasa Ajay..nangiiiiisss 😭😭d situ ada part ajay menggantikan posisi dokter edo..
ajay smoga ada d dunia nyata..
maaf ya tor nene komen d sini
otor emang debes..
silahkan emak² cantik scroll ulang karya bunda DM yg lainnya
ga bosan 👍👍👍

2023-06-08

1

lihat semua
Episodes
1 Stetoskop 1, Permulaan
2 Stetoskop 2, Pada awalnya
3 Stetoskop 3, Masa lalu
4 Stetoskop 4, Masa kelam
5 Stetoskop 5, Kisahpun bermula
6 Stetoskop 6, Perkenalan
7 Stetoskop 7, Menjemput impian
8 Stetoskop 8, Realitanya ada
9 Stetoskop 9, Dinamika IGD
10 Stetoskop 10, Bertemu masa lalu
11 Stetoskop 11, Hari dan wanita
12 Stetoskop 12, Tugas dokter
13 Stetoskop 13, Para lelaki
14 Stetoskop 14, Tak sesuai bayangan
15 Stetoskop 15, Berbincang
16 Stetoskop 16, Rencana baru
17 Stetoskop 17, Merenung
18 Stetoskop 18, Sekelumit kisah
19 Stetoskop 19, Menyimpan cerita
20 Stetoskop 20, Keresahan
21 Stetoskop 21, Mencari jalan
22 Stetoskop 22, Dilema
23 Stetoskop 23, Putaran takdir
24 Stetoskop 24, Perubahan
25 Stetoskop 25, Kisahnya Barra
26 Stetoskop 26, Penolakan
27 Stetoskop 27, Demi masa depan
28 Stetoskop 28, Dan terjadilah..
29 Stetoskop 29, Perbaikan
30 Stetoskop 30, Kehilangan
31 Stetoskop 31, Menahan emosi
32 Stetoskop 32, Bicara
33 Stetoskop 33, Tragedi
34 Stetoskop 34, Rutinitas
35 Stetoskop 35, Duka
36 Stetoskop 36, Pertemuan
37 Stetoskop 37, Jalan berdua
38 Stetoskop 38, Hati ke hati
39 Stetoskop 39, Mencari
40 Stetoskop 40, Harus bisa
41 Stetoskop 41, Menuju yang lebih baik
42 Stetoskop 42, Langkah
43 Stetoskop 43, Berjuang
44 Stetoskop 44, Mengenal
45 Stetoskop 45, Penjajakan
46 Stetoskop 46, Keadaan
47 Stetoskop 47, Terkuak
48 Stetoskop 48, Kedua kalinya
49 Stetoskop 49, Seperti biasa
50 Stetoskop 50, Musibah
51 Stetoskop 51, Melihat dari berbagai sisi
52 Stetoskop 52, Keras hati
53 Stetoskop 53, Berduaan
54 Stetoskop 54, Rejeki tidak hanya berupa uang
55 Stetoskop 55, Akhirnya..
56 Stetoskop 56, Keputusan
57 Stetoskop 57, Menuju halal
58 Stetoskop 58, Menyerahkan
59 Stetoskop 59, Bercerita masa lalu
60 Stetoskop 60, Gosip
61 Stetoskop 61, Menuju bahagia
62 Stetoskop 62, Pengantin baru
63 Stetoskop 63, Cinta
64 Stetoskop 64, Jumpa lagi
65 Stetoskop 65, Antara bahagia dan kecewa
66 Stetoskop 66, Pendekatan
67 Stetoskop 67, Rasa sayang
68 Stetoskop 68, Pasangan?
69 Stetoskop 69, Peristiwa
70 Stetoskop 70, Pelepasan PPDS
71 Stetoskop 71, Kesempatan baru
72 Stetoskop 72, Penyesuaian
73 Stetoskop 73, Diskusi masa lalu
74 Stetoskop 74, Berjumpa
75 Stetoskop 75, Kegiatan
76 Stetoskop 76, Malam ini
77 Stetoskop 77, Babak baru
78 Stetoskop 78, Bertemu lagi
79 Stetoskop 79, Langkah selanjutnya
80 Stetoskop 80, Takut
81 Stetoskop 81, Menemani
82 Stetoskop 82, Mengusik hati
83 Stetoskop 83, Hampir aja
84 Stetoskop 84, Terselamatkan
85 Stetoskop 85, "Kesasar"
86 Stetoskop 86, Dunia milik berdua
87 Stetoskop 87, Setan berbisik
88 Stetoskop 88, Bertemu
89 Stetoskop 89, Campur aduk
90 Stetoskop 90, Aku berhak atas rasaku
91 Stetoskop 91, Nikah Yukkkk
92 Stetoskop 92, Lembaran baru
93 Stetoskop 93, Kembali bersama
94 Stetoskop 94, Rangkaian cerita
95 Stetoskop 95, Tembung
96 Episode 96, Ricuh
97 Stetoskop 97, Pendekatan
98 Stetoskop 98, Perbincangan
99 Stetoskop 99, Gamang
100 Stetoskop 100, Membuka hati
101 Stetoskop 101, Ricuh
102 Stetoskop 102, Menjelang hari H
103 Stetoskop 103, Rencana busuk
104 Stetoskop 104, Di rumah
105 Stetoskop 105, Ketahuan
106 Stetoskop 106, Kesibukan di hari Sabtu
107 Stetoskop 107, Kondangan
108 Stetoskop 108, Ciuman pertama
109 Stetoskop 109, Kembali
110 Stetoskop 110, Kurang fit
111 Stetoskop 111, Miskom
112 Stetoskop 112, Berdebat
113 Stetoskop 113, Pria gila
114 Episode 114, Di Rumah Sakit
115 Stetoskop 115, Jalan pulang
116 Stetoskop 116, Percakapan mendalam
117 Stetoskop 117, Membahas tentang nikah
118 Stetoskop 118, Edisi curhat
119 Stetoskop 119, Resign
120 Stetoskop 120, Touring
121 Stetoskop 121, Sharing ilmu
122 Stetoskop 122, Teman
123 Stetoskop 123, Breaking news
124 Stetoskop 124, Duka menggelayut
125 Stetoskop 125, Sepanjang gang
126 Stetoskop 126, Tidak bersedia
127 Stetoskop 127, Pemakaman
128 Stetoskop 128, Bermuka dua
129 Stetoskop 129, Masih ramai
130 Stetoskop 130, Berjumpa
131 Stetoskop 131, Di kamar Bhree
132 Stetoskop 132, Yang muda yang bercinta
133 Stetoskop 133, Ketahuan
134 Stetoskop 134, ICU
135 Episode 135, Tahap pemulihan
136 Stetoskop 136, Ruang rawat
137 Stetoskop 137, Kecurigaan
138 Stetoskop 138, I love you
139 Stetoskop 139, Tetirah
140 Stetoskop 140, Berbincang
141 Stetoskop 141, Pulang
142 Stetoskop 142, Kangen
143 Stetoskop 143, Bersamamu
144 Stetoskop 144, Berkegiatan
145 Stetoskop 145, Terkuak
146 Stetoskop 146, Berdekatan
147 Stetoskop 147, Ngedate
148 Stetoskop 148, Kencan
149 Stetoskop 149, Emosi jiwa
150 Stetoskop 150, Ada-ada saja
151 Stetoskop 151, Duduk bersama
152 Stetoskop 152, Nakal
153 Stetoskop 153, Komitmen baru
154 Stetoskop 154, Panggilan darurat
155 Stetoskop 155, Berangkat
156 Stetoskop 156, Kehebohan
157 Stetoskop 157, Mau menikah
158 Stetoskop 158, Temu kangen
159 Stetoskop 159, Tak disangka
160 Stetoskop 160, Maaf
161 Stetoskop 161, Gawat
162 Stetoskop 162, Menggelitik jiwa
163 Stetoskop 163, Kesibukan menjelang pernikahan
164 Stetoskop 164, Perbincangan laki-laki
165 Stetoskop 165, Menegang
166 Stetoskop 166, Ambang kesabaran
167 Stetoskop 167, Persiapan
168 Stetoskop 168, H-1
169 Stetoskop 169, Tegang
170 Stetoskop 170, Sah
171 Stetoskop 171, Ramah tamah
172 Stetoskop 172, Caption
173 Stetoskop 173, Kegiatan pasangan
174 Stetoskop 174, Full of love
175 Stetoskop 175, Jumpa lagi
176 Stetoskop 176, Ricuh
177 Stetoskop 177, Penjelasan
178 Stetoskop 178, Di Solo
179 Stetoskop 179, Warna warni kehidupan pasangan
180 Stetoskop 180, Ribut lagi
181 Stetoskop 181, Mantu dan mertua
182 Stetoskop 182, Kesibukan dokbar
183 Stetoskop 183, Manja
184 Stetoskop 184, Bertengkar
185 Stetoskop 185, Pembicaraan tepi jurang
186 Stetoskop 186, Hiburan
187 Stetoskop 187, Ruwet
188 Stetoskop 188, Kesibukan harian dokbar
189 Stetoskop 189, Edisi curhat
190 Stetoskop 190, Rahasia yang terkuak
191 Stetoskop 191, Quality time
192 Stetoskop 192, Obrolan penting
193 Stetoskop 193, Pesona Barra
194 Stetoskop, kegiatan Bhree
195 Stetoskop 195, Perkembangan
196 Stetoskop 196, Hidup baru Tama
197 Stetoskop 197, Perbincangan keluarga
198 Stetoskop 198, Curhatan Barra
199 Stetoskop 199, Isu yang tak hangat
200 Stetoskop 200, Pandangan terhadap Barra
201 Stetoskop 201, Di rumah Prof Andjar
202 Stetoskop 202, Menuju bahagia
203 Stetoskop 203, Dunia masing-masing
204 Stetoskop 204, Kehidupan
205 Stetoskop 205, Kegiatan seperti biasa
206 Stetoskop 206, Lelah
207 Stetoskop 207, Menggelitik kalbu
208 Stetoskop 208, Mikir
209 Stetoskop 209, Obrolan yang ga penting
210 Stetoskop 210, Berita menggelegar
211 Stetoskop 211, Mellow
212 Stetoskop 212, Bola panas
213 Stetoskop 213, Kebaikan
214 Stetoskop 214, Menahan emosi
215 Stetoskop 215, Pelan tapi pasti
216 Stetoskop 216, Berbeda
217 Stetoskop 217, Karena masa lalu
218 Stetoskop 218, Sedikit mereda
219 Stetoskop 219, Perbincangan
220 Stetoskop 220, Kejadian tak biasa
221 Stetoskop 221, Kabar duka
222 Stetoskop 222, Kejadian luar biasa
223 Stetoskop 223, Keajaiban itu ada
224 Stetoskop 224, Perbincangan
225 Stetoskop 225, Jenguk
226 Stetoskop 226, Tak seperti yang diharapkan
227 Stetoskop 227, Terus terang
228 Stetoskop 228, Berkunjung
229 Stetoskop 229, Belum ada titik terang
230 Stetoskop 230, Bintangnya
231 Stetoskop 231, Ngobrol santai
232 Stetoskop 232, Rahasia terbongkar lagi
233 Stetoskop 233, Dukacita
234 Stetoskop 234, Ada aja kendalanya
235 Stetoskop 235, Di rumah aja
236 Stetoskop 236, Masih panas
237 Stetoskop 237, Emosi dokbar
238 Stetoskop 238, dokbar hari ini
239 Stetoskop 239, Dilema lagi
240 Stetoskop 240, Masih belum nyaman
241 Stetoskop 241, Obrolan
242 Stetoskop 242, Tambah pusing
243 Stetoskop 243, Tidak terlibat
244 Stetoskop 244, IGD
245 Stetoskop 245, Saat ini
246 Stetoskop 246, Kamar VVIP
247 Stetoskop 247, Kematian di IGD
248 Stetoskop 248, Suasana terkini
249 Stetoskop 249, Akhirnyaaa
250 Stetoskop 250, Ambulans
251 Stetoskop 251, Drama yang berakhir juga
252 Stetoskop 252, Pengakuan
253 Stetoskop 253, Mengiris perih
254 Stetoskop 254, Duka mendalam
255 Stetoskop 255, Menyembuhkan luka
256 Stetoskop 256, Pengumuman mengejutkan
257 Stetoskop 257, Mencoba berdamai
258 Stetoskop 258, Masih gamang
259 Stetoskop 259, Keputusan
260 Stetoskop 260, Oh begitu....
261 Stetoskop 261, Memaafkan
262 Stetoskop 262, Berdua dengan segala ceritanya
263 Stetoskop 263, Berdamai
264 Stetoskop 264, dokbar on duty
265 Stetoskop 265, Persiapan
266 Stetoskop 266, Berita lagi
267 Stetoskop 267, Waktu bersama
268 Stetoskop 268, Sowan kesana kemari
269 Stetoskop 269, Mengakhiri bab di Cinta Medika
270 Episode 270, Duka diujung senja
271 Stetoskop 271, Mencari jalan tengah
272 Stetoskop 272, Perpisahan dan pertemuan
273 Stetoskop 273, Cemburu
274 Stetoskop 274, Legowo
275 Stetoskop 275, Bertemu kawan lama
276 Stetoskop 276, Kumpul lagi
277 Stetoskop 277, Mumet lagi
278 Stetoskop 278, Berita yang membuat pening
279 Stetoskop 279, Mencoba menyelesaikan masalah
280 Stetoskop 280, Sampai disini
Episodes

Updated 280 Episodes

1
Stetoskop 1, Permulaan
2
Stetoskop 2, Pada awalnya
3
Stetoskop 3, Masa lalu
4
Stetoskop 4, Masa kelam
5
Stetoskop 5, Kisahpun bermula
6
Stetoskop 6, Perkenalan
7
Stetoskop 7, Menjemput impian
8
Stetoskop 8, Realitanya ada
9
Stetoskop 9, Dinamika IGD
10
Stetoskop 10, Bertemu masa lalu
11
Stetoskop 11, Hari dan wanita
12
Stetoskop 12, Tugas dokter
13
Stetoskop 13, Para lelaki
14
Stetoskop 14, Tak sesuai bayangan
15
Stetoskop 15, Berbincang
16
Stetoskop 16, Rencana baru
17
Stetoskop 17, Merenung
18
Stetoskop 18, Sekelumit kisah
19
Stetoskop 19, Menyimpan cerita
20
Stetoskop 20, Keresahan
21
Stetoskop 21, Mencari jalan
22
Stetoskop 22, Dilema
23
Stetoskop 23, Putaran takdir
24
Stetoskop 24, Perubahan
25
Stetoskop 25, Kisahnya Barra
26
Stetoskop 26, Penolakan
27
Stetoskop 27, Demi masa depan
28
Stetoskop 28, Dan terjadilah..
29
Stetoskop 29, Perbaikan
30
Stetoskop 30, Kehilangan
31
Stetoskop 31, Menahan emosi
32
Stetoskop 32, Bicara
33
Stetoskop 33, Tragedi
34
Stetoskop 34, Rutinitas
35
Stetoskop 35, Duka
36
Stetoskop 36, Pertemuan
37
Stetoskop 37, Jalan berdua
38
Stetoskop 38, Hati ke hati
39
Stetoskop 39, Mencari
40
Stetoskop 40, Harus bisa
41
Stetoskop 41, Menuju yang lebih baik
42
Stetoskop 42, Langkah
43
Stetoskop 43, Berjuang
44
Stetoskop 44, Mengenal
45
Stetoskop 45, Penjajakan
46
Stetoskop 46, Keadaan
47
Stetoskop 47, Terkuak
48
Stetoskop 48, Kedua kalinya
49
Stetoskop 49, Seperti biasa
50
Stetoskop 50, Musibah
51
Stetoskop 51, Melihat dari berbagai sisi
52
Stetoskop 52, Keras hati
53
Stetoskop 53, Berduaan
54
Stetoskop 54, Rejeki tidak hanya berupa uang
55
Stetoskop 55, Akhirnya..
56
Stetoskop 56, Keputusan
57
Stetoskop 57, Menuju halal
58
Stetoskop 58, Menyerahkan
59
Stetoskop 59, Bercerita masa lalu
60
Stetoskop 60, Gosip
61
Stetoskop 61, Menuju bahagia
62
Stetoskop 62, Pengantin baru
63
Stetoskop 63, Cinta
64
Stetoskop 64, Jumpa lagi
65
Stetoskop 65, Antara bahagia dan kecewa
66
Stetoskop 66, Pendekatan
67
Stetoskop 67, Rasa sayang
68
Stetoskop 68, Pasangan?
69
Stetoskop 69, Peristiwa
70
Stetoskop 70, Pelepasan PPDS
71
Stetoskop 71, Kesempatan baru
72
Stetoskop 72, Penyesuaian
73
Stetoskop 73, Diskusi masa lalu
74
Stetoskop 74, Berjumpa
75
Stetoskop 75, Kegiatan
76
Stetoskop 76, Malam ini
77
Stetoskop 77, Babak baru
78
Stetoskop 78, Bertemu lagi
79
Stetoskop 79, Langkah selanjutnya
80
Stetoskop 80, Takut
81
Stetoskop 81, Menemani
82
Stetoskop 82, Mengusik hati
83
Stetoskop 83, Hampir aja
84
Stetoskop 84, Terselamatkan
85
Stetoskop 85, "Kesasar"
86
Stetoskop 86, Dunia milik berdua
87
Stetoskop 87, Setan berbisik
88
Stetoskop 88, Bertemu
89
Stetoskop 89, Campur aduk
90
Stetoskop 90, Aku berhak atas rasaku
91
Stetoskop 91, Nikah Yukkkk
92
Stetoskop 92, Lembaran baru
93
Stetoskop 93, Kembali bersama
94
Stetoskop 94, Rangkaian cerita
95
Stetoskop 95, Tembung
96
Episode 96, Ricuh
97
Stetoskop 97, Pendekatan
98
Stetoskop 98, Perbincangan
99
Stetoskop 99, Gamang
100
Stetoskop 100, Membuka hati
101
Stetoskop 101, Ricuh
102
Stetoskop 102, Menjelang hari H
103
Stetoskop 103, Rencana busuk
104
Stetoskop 104, Di rumah
105
Stetoskop 105, Ketahuan
106
Stetoskop 106, Kesibukan di hari Sabtu
107
Stetoskop 107, Kondangan
108
Stetoskop 108, Ciuman pertama
109
Stetoskop 109, Kembali
110
Stetoskop 110, Kurang fit
111
Stetoskop 111, Miskom
112
Stetoskop 112, Berdebat
113
Stetoskop 113, Pria gila
114
Episode 114, Di Rumah Sakit
115
Stetoskop 115, Jalan pulang
116
Stetoskop 116, Percakapan mendalam
117
Stetoskop 117, Membahas tentang nikah
118
Stetoskop 118, Edisi curhat
119
Stetoskop 119, Resign
120
Stetoskop 120, Touring
121
Stetoskop 121, Sharing ilmu
122
Stetoskop 122, Teman
123
Stetoskop 123, Breaking news
124
Stetoskop 124, Duka menggelayut
125
Stetoskop 125, Sepanjang gang
126
Stetoskop 126, Tidak bersedia
127
Stetoskop 127, Pemakaman
128
Stetoskop 128, Bermuka dua
129
Stetoskop 129, Masih ramai
130
Stetoskop 130, Berjumpa
131
Stetoskop 131, Di kamar Bhree
132
Stetoskop 132, Yang muda yang bercinta
133
Stetoskop 133, Ketahuan
134
Stetoskop 134, ICU
135
Episode 135, Tahap pemulihan
136
Stetoskop 136, Ruang rawat
137
Stetoskop 137, Kecurigaan
138
Stetoskop 138, I love you
139
Stetoskop 139, Tetirah
140
Stetoskop 140, Berbincang
141
Stetoskop 141, Pulang
142
Stetoskop 142, Kangen
143
Stetoskop 143, Bersamamu
144
Stetoskop 144, Berkegiatan
145
Stetoskop 145, Terkuak
146
Stetoskop 146, Berdekatan
147
Stetoskop 147, Ngedate
148
Stetoskop 148, Kencan
149
Stetoskop 149, Emosi jiwa
150
Stetoskop 150, Ada-ada saja
151
Stetoskop 151, Duduk bersama
152
Stetoskop 152, Nakal
153
Stetoskop 153, Komitmen baru
154
Stetoskop 154, Panggilan darurat
155
Stetoskop 155, Berangkat
156
Stetoskop 156, Kehebohan
157
Stetoskop 157, Mau menikah
158
Stetoskop 158, Temu kangen
159
Stetoskop 159, Tak disangka
160
Stetoskop 160, Maaf
161
Stetoskop 161, Gawat
162
Stetoskop 162, Menggelitik jiwa
163
Stetoskop 163, Kesibukan menjelang pernikahan
164
Stetoskop 164, Perbincangan laki-laki
165
Stetoskop 165, Menegang
166
Stetoskop 166, Ambang kesabaran
167
Stetoskop 167, Persiapan
168
Stetoskop 168, H-1
169
Stetoskop 169, Tegang
170
Stetoskop 170, Sah
171
Stetoskop 171, Ramah tamah
172
Stetoskop 172, Caption
173
Stetoskop 173, Kegiatan pasangan
174
Stetoskop 174, Full of love
175
Stetoskop 175, Jumpa lagi
176
Stetoskop 176, Ricuh
177
Stetoskop 177, Penjelasan
178
Stetoskop 178, Di Solo
179
Stetoskop 179, Warna warni kehidupan pasangan
180
Stetoskop 180, Ribut lagi
181
Stetoskop 181, Mantu dan mertua
182
Stetoskop 182, Kesibukan dokbar
183
Stetoskop 183, Manja
184
Stetoskop 184, Bertengkar
185
Stetoskop 185, Pembicaraan tepi jurang
186
Stetoskop 186, Hiburan
187
Stetoskop 187, Ruwet
188
Stetoskop 188, Kesibukan harian dokbar
189
Stetoskop 189, Edisi curhat
190
Stetoskop 190, Rahasia yang terkuak
191
Stetoskop 191, Quality time
192
Stetoskop 192, Obrolan penting
193
Stetoskop 193, Pesona Barra
194
Stetoskop, kegiatan Bhree
195
Stetoskop 195, Perkembangan
196
Stetoskop 196, Hidup baru Tama
197
Stetoskop 197, Perbincangan keluarga
198
Stetoskop 198, Curhatan Barra
199
Stetoskop 199, Isu yang tak hangat
200
Stetoskop 200, Pandangan terhadap Barra
201
Stetoskop 201, Di rumah Prof Andjar
202
Stetoskop 202, Menuju bahagia
203
Stetoskop 203, Dunia masing-masing
204
Stetoskop 204, Kehidupan
205
Stetoskop 205, Kegiatan seperti biasa
206
Stetoskop 206, Lelah
207
Stetoskop 207, Menggelitik kalbu
208
Stetoskop 208, Mikir
209
Stetoskop 209, Obrolan yang ga penting
210
Stetoskop 210, Berita menggelegar
211
Stetoskop 211, Mellow
212
Stetoskop 212, Bola panas
213
Stetoskop 213, Kebaikan
214
Stetoskop 214, Menahan emosi
215
Stetoskop 215, Pelan tapi pasti
216
Stetoskop 216, Berbeda
217
Stetoskop 217, Karena masa lalu
218
Stetoskop 218, Sedikit mereda
219
Stetoskop 219, Perbincangan
220
Stetoskop 220, Kejadian tak biasa
221
Stetoskop 221, Kabar duka
222
Stetoskop 222, Kejadian luar biasa
223
Stetoskop 223, Keajaiban itu ada
224
Stetoskop 224, Perbincangan
225
Stetoskop 225, Jenguk
226
Stetoskop 226, Tak seperti yang diharapkan
227
Stetoskop 227, Terus terang
228
Stetoskop 228, Berkunjung
229
Stetoskop 229, Belum ada titik terang
230
Stetoskop 230, Bintangnya
231
Stetoskop 231, Ngobrol santai
232
Stetoskop 232, Rahasia terbongkar lagi
233
Stetoskop 233, Dukacita
234
Stetoskop 234, Ada aja kendalanya
235
Stetoskop 235, Di rumah aja
236
Stetoskop 236, Masih panas
237
Stetoskop 237, Emosi dokbar
238
Stetoskop 238, dokbar hari ini
239
Stetoskop 239, Dilema lagi
240
Stetoskop 240, Masih belum nyaman
241
Stetoskop 241, Obrolan
242
Stetoskop 242, Tambah pusing
243
Stetoskop 243, Tidak terlibat
244
Stetoskop 244, IGD
245
Stetoskop 245, Saat ini
246
Stetoskop 246, Kamar VVIP
247
Stetoskop 247, Kematian di IGD
248
Stetoskop 248, Suasana terkini
249
Stetoskop 249, Akhirnyaaa
250
Stetoskop 250, Ambulans
251
Stetoskop 251, Drama yang berakhir juga
252
Stetoskop 252, Pengakuan
253
Stetoskop 253, Mengiris perih
254
Stetoskop 254, Duka mendalam
255
Stetoskop 255, Menyembuhkan luka
256
Stetoskop 256, Pengumuman mengejutkan
257
Stetoskop 257, Mencoba berdamai
258
Stetoskop 258, Masih gamang
259
Stetoskop 259, Keputusan
260
Stetoskop 260, Oh begitu....
261
Stetoskop 261, Memaafkan
262
Stetoskop 262, Berdua dengan segala ceritanya
263
Stetoskop 263, Berdamai
264
Stetoskop 264, dokbar on duty
265
Stetoskop 265, Persiapan
266
Stetoskop 266, Berita lagi
267
Stetoskop 267, Waktu bersama
268
Stetoskop 268, Sowan kesana kemari
269
Stetoskop 269, Mengakhiri bab di Cinta Medika
270
Episode 270, Duka diujung senja
271
Stetoskop 271, Mencari jalan tengah
272
Stetoskop 272, Perpisahan dan pertemuan
273
Stetoskop 273, Cemburu
274
Stetoskop 274, Legowo
275
Stetoskop 275, Bertemu kawan lama
276
Stetoskop 276, Kumpul lagi
277
Stetoskop 277, Mumet lagi
278
Stetoskop 278, Berita yang membuat pening
279
Stetoskop 279, Mencoba menyelesaikan masalah
280
Stetoskop 280, Sampai disini

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!