Stetoskop 20, Keresahan

Bhree sampai di kantor, semua tampaknya sudah datang, Bhree telat lima menit karena angkot yang ditumpanginya mogok, menunggu angkot lain agak lama. Akhirnya dia putuskan untuk naik ojol yang tarifnya lumayan lebih mahal daripada naik angkot.

"Assalamualaikum .. maaf Bang Tama, saya telat karena tadi angkotnya mogok" sapa Bhree dengan perasaan yang ga enak.

Kemarin sudah diinformasikan untuk kumpul di kantor jam enam pagi karena akan membuat konten.

"Waalaikumsalam... besok-besok jangan dibiasakan telat ya, harus bisa ngukur kemungkinan di jalan ada kendala apa aja. Jadi berangkat lebih pagi lagi biar ga telat. Kita harus menghargai waktu.. time is money" jawab Tama dengan nada datar.

"InsyaAllah Bang .. Sekali lagi saya minta maaf" lanjut Bhree.

"Ayo kita naik ke mobil, hari ini kita bikin konten di Depok, mumpung masih pagi. Jadi kita bisa explore wilayah. Seperti yang sudah kita rencanakan untuk buat konten makanan para pejuang rumah tangga, entah itu single parent yang berjualan untuk menghidupi keluarga atau yang sudah berusia lanjut tapi punya semangat berdagang demi kelangsungan hidup. Memang kita sudah tau mau kemana aja, tapi kan ga ada salahnya kita liat yang kira-kira bisa kita angkat jadi konten yang lebih bagus lagi" jelas Tama sambil memberikan kunci ke editornya, Bima.

"Udah sarapan Bhree?" tanya Mba Uli.

"Saya shaum Mba Uli .. InsyaAllah" jawab Bhree.

"Shaum? sarapan apaan tuh? belum pernah tau ada makanan namanya itu. Enak Bhree?" kata Bima dengan spontan.

"Shaum itu artinya puasa... begitu aja ga tau.. makanya ngaji.. jangan main game aja kerjaannya" sahut Tama sambil memeriksa kameranya.

"Ohhh.. kirain jenis kuliner baru, lagian pake istilah begitu.. bilang aja puasa kan kelar" lanjut Bima.

"Ampun deh Bim.. istilah yang sering dipake aja Lo ga tau.. jangan-jangan Lo puasa pas Ramadhan doang ya?" ungkap Mba Uli.

"Ramadhan juga banyak bolongnya.. tergantung mood aja" kata Bima dengan cuek.

Bima memang berasal dari keluarga yang multi agama. Jadi krisis identitas agama sedari kecil. Secara legalitas agamanya Islam, tapi dia tidak pernah belajar mengaji bahkan sholat pun ga jelas. Bapaknya meninggal saat dia kecil. Ibunya yang beragama Islam sibuk dengan bekerja untuk mencari nafkah, Nenek dan Kakeknya beragama lain. Jadilah besar tanpa belajar agama yang seharusnya.

"Bang Tama.. itu kamera buat ngevlog yang baru ya?" tanya Bhree antusias.

"Ya... banyak yang review kalo kamera ini kualitas gambarnya lebih bagus dan ga terlalu kegedean kalo kita pegang sendiri. Tau kan kalo model yang udah ada di kantor cukup besar dan berat, bikin tangan jadi pegel kalo kelamaan megang" jelas Tama.

"Mahal kan itu Bang... katanya yang model ini ada kelemahan yaitu buat rekam suaranya ga bagus, lebih bagus tipe yang sebelumnya" papar Bhree

"Kok tau banyak tentang kamera?" tanya Tama.

"Baca-baca Bang, saya kan memang tertarik dunia fotografi jadi bacaan saya ya seputar dunia itu. Lagipula saya punya teman yang sudah seperti Kakak sendiri, beliau fotografer, lumayan nambah pengetahuan tentang kamera" cerita Bhree.

"Ga niat belajar tentang dunia fotografi?" tanya Tama lagi.

"Ada banget Bang, tapi mau kerja dulu buat kumpulin uang" jawab Bhree.

"Mau kapan belajarnya kalo nunggu uang kekumpul? gaji Lo aja cuma segitu" ucap Tama.

"Namanya juga niat.. jadi ga harus sekarang juga. Allah punya jutaan cara untuk mengabulkan do'a semua hambanya, kalo emang do'a minta bisa belajar fotografi itu baik buat saya ya InsyaAllah akan Allah bukakan jalannya" papar Bhree dengan yakin.

"Masya Allah... Persis kaya omongan Ustadz waktu dulu di pengajian" kata Tama.

"Bang Tama ngaji sama Ustadz yang mana?" tanya Bhree.

"Gini-gini dulu sekolahnya di sekolah Islam terpadu loh.. tau lah tentang itu. Dari TK sampai SMA ga keluar-keluar dari yayasan itu" ungkap Tama.

"Ah masaaa... ga percaya deh kalo Bang Tama sekolah di model sekolah Islam kaya gitu" kata Mba Uli.

"Serius.. ngapain becanda" jawab Tama.

.

Bhree bisa dibilang setiap hari bareng sama Tama, tapi hari ini dia cukup kaget dengan konsep konten Tama kali ini. Tujuannya agar para pejuang rumah tangga bisa lebih laku dagangannya.

Rombongan Tama masuk ke daerah yang bukan terletak di jalan besar, bahkan mobil pun parkir di minimarket ujung gang. Dia selalu sama, ramah banget sama pemilik warung, ngobrol tentang awal mula membuka usaha hingga saat ini.

Kali ini Tama memilih para pedagang yang sudah berusia diatas lima puluh tahun. Melihat banyaknya para jelita (jelang lima puluh tahun) bahkan usia lebih dari itu masih bekerja keras untuk mencari nafkah. Tubuh yang melemah, kadang disertai pendengaran yang kurang, membuat Tama tersentuh dan ingin dagangannya cepat habis agar mereka bisa beristirahat lebih lama.

"Kenapa masih jualan kaya gini Bu? pagi-pagi dagangnya, pasti ngerjain dagangannya dari tengah malam" tanya Tama.

"Iya ... ya namanya terpaksa .. anak sakit-sakitan, terus ditinggal sama istrinya. Emak ga punya pensiunan, daripada ngemis mending dagang. Alhamdulillah ada aja rejekinya" jelas Ibu tersebut.

"Tiap hari habis Bu?" tanya Tama lagi.

"Ya namanya orang dagang.. kadang rame, kadang sepi" jelas pedagang.

"Kalo ga habis, makanannya gimana Bu?" lanjut Tama.

"Dimakan sendiri, kalo masih banyak juga ya bagiin tetangga yang ga punya lauk" kata pedagang.

"Ga rugi Bu?" ucap Tama.

"Ya .. itungannya pas aja buat dipake belanja besok, paling ga ya Emak berbagi. Nunggu punya uang banyak atau nunggu kaya baru berbagi malah nanti ga sempet waktunya, kan Emak ga tau umur sampe kapan" lugas pedagang menjawab.

Tama sangat tersentuh dengan jawaban tersebut, dia merekomendasikan kepada para pengikutnya untuk mencoba makanan disini bagi yang lokasinya dekat dengan warung ini.

"Kalo mau ngerasain masakan nenek kita jaman dulu, datang ke warung Mak Sami. Lontong sayurnya enak, dimasak masih pake kayu bakar. Terus ini gorengan yang udah jarang ada... jipe (gorengan yang bahan dasarnya terigu dan kacang tolo, seperti bakwan tapi isinya hanya kacang tolo. Kebanyakan ada di pedagang nasi uduk asli Betawi)" jelas Tama.

Saat membuat konten, Tama memang sangat berusaha membaur sehingga bisa menggali banyak informasi. Orang yang belum kenal dekat dengannya pasti bilang dia orangnya tegas, ga banyak becanda dan bossy, padahal dia tipe yang gampang tersentuh dan family man. Wajar banyak subscribersnya yang menjadikan Tama sebagai role model. Basic sekolah Islamnya pun masih dijalankan, jika mendengar adzan pasti langsung menghentikan aktivitas dan bergegas mencari Mesjid atau Musholla terdekat. Beberapa kali juga menjadi imam sholat, bacaannya bagus.

.

Saat break untuk konten ketiga, Tama duduk disampingnya Bhree yang sedang merapihkan baju yang tadi dipakai oleh Tama. Jadi sekali syuting biasanya untuk tiga atau empat video, jadinya wardrobe dan segala aksesorisnya harus berganti-ganti.

"Lo tinggal dimana? kalo di alamat rumah kayanya jauh banget dari kantor, ngekost?" tanya Tama.

"Kalo di CV alamat seusai KTP, tapi sekarang Bhree ga tinggal disana lagi" jawab Bhree.

"Why?" tanya Tama lagi.

"Sudah ga di rumah aja" jawab Bhree malas.

"Orang tua ga masalah kalo anaknya ga tinggal di rumah?" ucap Tama.

Bhree terdiam, bingung harus menjawab bagaimana.

"Bhree...." panggil Tama.

"Iya.." jawab Bhree kaget.

"Kamu sakit? kok ditanya malah diam" tanya Tama.

"Ga Bang... Bhree oke kok" ucap Bhree.

"Orang tua kerja kan?" kata Tama.

"Ya bisa dibilang begitu" jawab Bhree yang terlihat ga nyaman kalo berbicara tentang keluarganya.

Tama menerima telepon, Bhree masih rapih-rapih perlengkapannya Tama.

Setelah menutup telepon.

"Bhree maaf ya kalo pertanyaan tadi buat Lo ga nyaman" kata Tama mencoba mengatur intonasi

"Yang mana ya?" tanya Bhree balik

"Tentang keluarga..." jawab Tama.

"Oh... gapapa Bang ..santuy" ujar Bhree.

"Pas pertama kali liat CV Lo, gw lihat ada sebuah potret kekuatan didalam kesedihan... maaf Bhree, Lo anak korban perceraian?" ujar Tama.

"Ehmmm ...maaf saya ga terbiasa bicara hal pribadi sama orang lain, saya harap Bang Tama maklum" pinta Bhree.

"Oke... maaf.. tapi kalo Lo butuh seseorang buat mendengar, ada gw dan tim yang siap dengerin, tapi ga janji memberikan bahu ya ... kan kita bukan mahram... hehehe" canda Tama.

"Bang Tama... kenapa mutusin full jadi Utuber? Kayanya pernah ada vlog wisuda S1 ya?" tanya Bhree.

"This is my world... kuliah hanya sebuah pelampiasan keinginan orang tua aja" lanjut Tama.

"Ga sayang sama ilmunya?" ujar Bhree.

"Belajar kok sayang... semua pelajaran saat kuliah udah diaplikasikan kok... suatu saat juga ingin punya usaha kreatif yang menampung jiwa-jiwa muda kreatif" papar Tama.

"Semoga saat itu tiba... Bhree udah jadi salah satu orang yang punya jiwa kreatif itu ya" harap Bhree.

"Apa mimpi Lo sebenarnya?" tanya Tama.

"Fotografer... saya ingin memotret momen dalam kehidupan semua orang, mulai dari lahir, masa pertumbuhan, saat sekolah, menikah hingga tua. Sebuah gambar itu bisa menceritakan banyak hal" impian Bhree.

"Kenapa ingin objeknya orang? kan ada yang bisa di explore... udah banyak kali fotografer yang mengambil spesialisasi objek orang, cari yang beda biar Lo dilirik" saran Tama.

"Manusia Allah ciptakan dengan segala keunikannya, banyak yang bisa kita gali tentang manusia. Entah wujud fisik maupun mimik dan gesturnya" jelas Bhree.

"Yakin mau kuliah?" ucap Tama.

"Tentu Bang" jawab Bhree yakin.

"Jadi sekarang masalahnya ga ada biaya?" tembak Tama.

"Ibu hanya mau membiayai kalo saya masuk akademi keperawatan" sahut Bhree.

Bhree duduk disampingnya Tama. Sama-sama pandangannya kearah depan.

"Orang tua ya.. sama aja dimana-mana. Mereka mengatur anak untuk ini itu. Padahal kita yang akan jalanin .. bukan mereka" ungkap Tama merasakan bagaimana perasaan anak yang dipaksa kuliah.

"Karena Ibu kan perawat, udah tau bagaimana dunianya dan bisa menjamin masa depan. Profesi perawat kan ga kenal usia, selama masih punya tenaga yang kuat ya akan terus kerja mengabdi sebagai tenaga medis" papar Bhree.

"Klise alasannya.. udah rapih kan? sebentar lagi mau Maghrib, kita cari Mesjid deket sini dulu, abis sholat kita bikin konten terakhir" ajak Tama.

.

Tama mengantar Bhree ke studio foto Mas Wisnu ketika pulang.

"Lo tinggal di studio foto ini?" tanya Tama.

"Iya Bang.." jawab Bhree.

"Punya saudara?" tanya Tama lagi.

"Bukan Bang.. punya kenalan aja.. dulu SMA saya ga jauh dari sini, udah kenal dari jaman saya sekolah sama yang punya ini" terang Bhree.

"Yang punya ini cewe?" ujar Tama.

"Cowo.. makasih ya udah anterin pulang" ucap Bhree.

.

Sepanjang perjalanan pulang, Tama terus kepikiran tentang Bhree.

"Banyak rahasia banget tuh cewe.. tapi semua yang ada dalam dirinya itu gw banget. Bisa dibilang dia Tama versi cewe. Masih belum ngerti kenapa dia hengkang dari rumah ya? kalo Ibunya seorang perawat.. ga mungkin dong dia hidup dalam kemiskinan" Tama terus bicara dengan dirinya sendiri.

🌺

Diva kembali membuat ulah lagi, ia mangkir dari jadwal wawancara radio, ketika dihubungi pihak radio, dia beralasan sakit.

Memang sebulan terakhir ini dia lagi kebanjiran tawaran off air ke berbagai daerah di Pulau Sumatera. Pihak manajemen sudah berkali-kali menasehati agar dia bisa menjaga pola tidur, jadinya ga ngantuk di pagi hari setelah jadwal manggung.

Diva masih suka ikut-ikutan sama rekan penyanyi lain yang habis manggung terus nongkrong di cafe atau berkeliling kota dengan alasan belum tentu mereka bisa balik lagi ke kota tersebut, jadi selagi ada kesempatan ya dinikmati.

🍄

Hari ini dokbar dipanggil oleh Manager Pelayanan Medis (Yanmed), dia mendapatkan promosi menjadi dokter jaga di ruang rawat inap. Jadwalnya Senin, Rabu dan Jum'at, jam kerjanya mulai jam delapan malam sampai jam delapan pagi.

"Seperti yang sudah dijelaskan saat pertemuan kita Minggu kemarin, kami pihak manajemen sudah mempertimbangkan tentang kemampuan dokbar dalam melayani pasien, kecepatan memutuskan untuk mengambil tindakan dengan tepat serta adanya kabar mengenai dokbar yang akan melanjutkan pendidikan spesialis. Kami berharap dokbar bisa terus menjadi salah satu garda terdepan kami di Rumah Sakit ini" papar Manager Yanmed.

"Terima kasih dok.. saya sudah berbincang dengan orang tua dan berkoordinasi dengan Klinik tempat praktek saya yang lain, semua bisa diatur ulang. Jadi saya akan menerima tawaran ini, semoga keilmuan yang saya punya bisa lebih meningkatkan pelayanan di rawat inap" putus dokbar.

"Baiklah dokbar.. nanti langsung bertemu dengan Manager HRD. Jika ada klausul perjanjian kerja yang dirasa kurang pas, bisa diajukan, nanti saya akan bantu jelaskan ke Manager HRD" ucap Manager Yanmed.

"Tolong sampaikan ke direktur Rumah Sakit dan Owner, saya berterima kasih atas kerjasamanya selama ini, atas banyak kesempatan yang diberikan dan pengertiannya terhadap rencana studi saya" ungkap dokbar.

.

Keputusan ini memang sudah diperhitungkan oleh dokbar dengan matang. Pasien rawat inap di rawat dengan berbagai kasus dan lebih banyak berhubungan sama dokter spesialis, hal ini akan menjadi tantangan tersendiri kedepannya serta untuk "mencuri" ilmu para dokter spesialis.

Ia ingin segera melunasi cicilan ke Bank agar orang tuanya lebih tenang, status rumah dalam gadaian Bank pasti membuat was-was walaupun tak pernah terucap dari bibir mereka. Ia juga ingin menunjukkan keseriusannya dengan Elsa. Meskipun sekarang ini dia sudah setuju untuk berpisah, Elsa juga tidak pernah merespon chat yang dia kirim, Barra tetap tidak putus asa. Sekarang kalo dia paksakan untuk merayu dihadapan Elsa, rasanya ga akan mengubah keputusan Elsa, toh kondisi masih sama, masih nyicil Bank. Tapi kalo semua sudah lunas dan dia lanjut ambil spesialis, maka dia berharap Elsa akan memandangnya kembali.

.

Sore ini dokbar datang telat ke Klinik, tadi sudah ijin dengan dokter sebelumnya untuk tolong jaga dulu sampai dia datang.

Baru aja sampai di Klinik, dokbar langsung kedatangan pasien dengan keluhan sesak nafas. Ditangani terlebih dahulu pasien dengan memberikan oksigen kemudian dicek kondisi vitalnya sambil bertanya ke pendamping pasien.

Setelah kondisi stabil, dokbar baru tersadar bahwa pasien yang sedang ditolongnya adalah seorang ulama milenial yang sedang naik daun di negeri ini. Banyak jama'ahnya yang ikut memenuhi pelataran Klinik.

Ternyata Pak Ustadz kelelahan fisik, jadwal padat dengan berbagai daerah yang berbeda dalam sehari.

"Baiknya Pak Ustadz di rawat inap saja untuk memulihkan kondisi. Kalo dirawat kan bisa istirahat total" saran dokbar.

"dok, saya minta ijin istirahat sebentar disini boleh?" tanya Pak Ustadz.

"Boleh Pak Ustadz... ada kamar khusus dokter untuk rehat, bisa istirahat disana dulu. Sambil saya infus vitamin saja ya?" tawar dokbar.

"Ya gapapa dok, silahkan saja, saya manut" jawab Pak Ustadz.

dokbar yang memasang infus ditangan kiri Pak Ustadz. Kemudian pamit ke bilik sebelah karena ada pasien lain yang menunggu.

Lumayan ramai hari ini pasiennya, kasusnya pun kebanyakan batuk pilek pada anak. dokbar memang menjadi salah satu dokter favorit di Klinik ini, karena keramahan dan penjelasannya yang sangat detail, meskipun pasien menggunakan BPJS atau Kartu Indonesia Sehat (KIS) semua diperlakukan sama seperti pasien umum lainnya.

Setelah tidak ada pasien, dokbar balik ke bilik tempat Pak Ustadz berada. Terlihat Pak Ustadz masih tampak pucat.

"Pak Ustadz sudah makan?" tanya dokbar.

"Tadi pagi sudah, siang lewat sepertinya" jawab Pak Ustadz.

"Baiknya makan dulu, gapapa sambil diinfus" kata dokbar.

"Nanti saya minta asisten untuk bawa makanan kesini. Tadi banyak dapat nasi kotak dari para jama'ah. dokter sekalian ya makan bareng" ajak Pak Ustadz.

dokbar tersenyum, bingung juga menolaknya.

"Ga baik menolak rejeki dok" ucap Pak Ustadz.

Tidak sampai sepuluh menit, asisten Pak Ustadz sudah membawakan lima nasi kotak, diletakkan di meja beserta air mineral dalam botol.

"Ayo dok kita makan.. rejeki sudah didepan mata nih" ajak Pak Ustadz.

dokbar menemani Pak Ustadz makan. Banyak yang mereka bincangkan, terutama kesehatan Pak Ustadz.

"Tapi tubuh kita juga butuh rehat Pak Ustadz, bukankah kita jatuhnya dzolim terhadap badan kalo kita forsir terus?" tanya dokbar hati-hati.

"Ya... tapi saya menghidupi banyak orang. Para asisten, anak-anak yatim piatu yang saya asuh dan keluarga pastinya. dokter sudah berumah tangga?" kata Pak Ustadz.

"Belum Pak Ustadz, mohon dido'akan saja" jawab dokbar.

"Sudah ada calonnya atau belum?" ucap Pak Ustadz.

"Saya sudah cocok dengan salah satu teman wanita Pak Ustadz, tapi belum berani melamarnya secara resmi" ujar dokbar jujur.

"Ga baik pacaran dok.." saran Pak Ustadz.

"Selama kenal, kami tidak pacaran Pak Ustadz, sekarang pun sedang sama-sama berpikir ulang tentang hubungan kami" jelas dokbar.

"Tapi video call kan?" tembak Pak Ustadz.

dokbar mengangguk sebagai tanda mengiyakan.

"Nah itu.. jangan mendekati zina dan fitnah. Kalo sudah siap, buat apa harus ditunda? Wajib loh bagi yang sudah mampu. Sekarang dokter kan sudah cukup umur, siap lahir batin dan sudah punya penghasilan" papar Pak Ustadz.

Akhirnya dokbar merasa menemukan orang yang tepat untuk dia bercerita tentang semua keresahannya, melihat dari sudut pandang agama dan pastinya berharap ada pencerahan.

"Rejeki sudah diatur dok. Menikahlah.. InsyaAllah nanti rejeki akan mengikuti, yang penting niat berumah tangga untuk beribadah kepada Allah SWT" saran Pak Ustadz.

"Seperti yang tadi saya ceritakan Pak Ustadz, beban hutang ini yang membuat saya belum berani berjanji" jawab dokbar.

"dokter sholat kan?" tanya Pak Ustadz.

"InsyaAllah Pak Ustadz, saya melaksanakan sholat, tapi ya yang wajib saja" ucap dokbar.

"Perbaiki lagi ibadahnya, yang wajib kualitas seperti tepat waktu coba ditekankan. Jangan lupa sholat dan ibadah sunnah lainnya. Akan Allah tunjukkan jalan terbaik sebagai solusi permasalahan yang dokter hadapi. Ingat dok, kalo kita kejar dunia ya kita cuma dapat dunia, tapi kalo mengejar akhirat, maka dunia akan ngikutin" lanjut Pak Ustadz.

"Terima kasih Pak Ustadz untuk pencerahannya, saya masih banyak fokus praktek sana sini untuk melunasi hutang. Sampai lupa kalo Allah yang Maha pemberi solusi. Saya hanya taunya solusinya itu uang, makanya rasa hati selalu ga tenang" papar dokbar.

"Kalo Ahad depan dokter libur, boleh main ke rumah saya, kita makan bareng sama jama'ah yang lainnya. Atau dokter mau isi kajian bulanan dengan informasi tentang kesehatan juga boleh. Kajian agama kan tidak harus selalu diisi dengan yang berbau ibadah. Tapi kesehatan pun merupakan salah satu nikmat yang Allah berikan" kata Pak Ustadz.

"Nanti saya hubungi asistennya jika saya bisa ya Pak Ustadz" ucap dokbar.

🍒

Rumah Bu Diah rame sama para pengurus RT dan warga, rupanya sudah banyak aduan masyarakat tentang kecurigaan mereka terhadap Bu Diah.

"Jadi .. kami minta sama Ibu, kalo masih melakukan tindakan asusila di rumah ini, lebih baik pindah saja. Kami tidak mau timbul keresahan dari warga sekitar" kata Pak RT.

"Pak RT.. para warga, saya ga pernah minta makan sama warga disini. Kenapa harus ikut campur urusan saya. Kalo ada warga yang liat ada lelaki masuk kesini ya karena memang kami sudah menikah secara siri" jelas Bu Diah.

"Ada suratnya Bu? kenapa tidak dilaporkan ke RT jika memang sudah menikah" jawab Pak RT.

"Mana ada nikah siri surat Pak.. pikir aja.. saya ini udah tua Pak.. masak mau aneh-aneh. Kalo saya masih muda tuh baru boleh curiga" bela Bu Diah.

"Begini saja Bu, jika memang sudah menikah, saya minta KTP Bapaknya dan membuat surat pernyataan jika beliau dan Ibu sudah menikah, jika terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan, ada bukti kalo Ibu sudah membuat pelaporan pernikahan meskipun secara siri" putus Pak RT.

.

Setelah Pak RT dan warga pamit. Bu Diah buru-buru menghubungi Pak Handoko.

"Sayangggggg... pokoknya mau pindah dari sini" kata Bu Diah tanpa basa-basi.

"Saya lagi meeting" jawab Pak Handoko pelan.

Sambungan telepon terputus.

Terpopuler

Comments

novita setya

novita setya

pindah ke 2x1 mauuu mbaak diaaah...yg nganterin banyak looh

2023-06-25

2

Eni Djulaeha

Eni Djulaeha

Nene udah usia senja..blm prnh coba mkn jipe,boleh juga juga tuh icip-icip

2023-06-24

2

Nurul S N

Nurul S N

namanya juga bangkai ditutupi serapat mungkin tetep kecium Bu 🤦🤦

2023-06-24

3

lihat semua
Episodes
1 Stetoskop 1, Permulaan
2 Stetoskop 2, Pada awalnya
3 Stetoskop 3, Masa lalu
4 Stetoskop 4, Masa kelam
5 Stetoskop 5, Kisahpun bermula
6 Stetoskop 6, Perkenalan
7 Stetoskop 7, Menjemput impian
8 Stetoskop 8, Realitanya ada
9 Stetoskop 9, Dinamika IGD
10 Stetoskop 10, Bertemu masa lalu
11 Stetoskop 11, Hari dan wanita
12 Stetoskop 12, Tugas dokter
13 Stetoskop 13, Para lelaki
14 Stetoskop 14, Tak sesuai bayangan
15 Stetoskop 15, Berbincang
16 Stetoskop 16, Rencana baru
17 Stetoskop 17, Merenung
18 Stetoskop 18, Sekelumit kisah
19 Stetoskop 19, Menyimpan cerita
20 Stetoskop 20, Keresahan
21 Stetoskop 21, Mencari jalan
22 Stetoskop 22, Dilema
23 Stetoskop 23, Putaran takdir
24 Stetoskop 24, Perubahan
25 Stetoskop 25, Kisahnya Barra
26 Stetoskop 26, Penolakan
27 Stetoskop 27, Demi masa depan
28 Stetoskop 28, Dan terjadilah..
29 Stetoskop 29, Perbaikan
30 Stetoskop 30, Kehilangan
31 Stetoskop 31, Menahan emosi
32 Stetoskop 32, Bicara
33 Stetoskop 33, Tragedi
34 Stetoskop 34, Rutinitas
35 Stetoskop 35, Duka
36 Stetoskop 36, Pertemuan
37 Stetoskop 37, Jalan berdua
38 Stetoskop 38, Hati ke hati
39 Stetoskop 39, Mencari
40 Stetoskop 40, Harus bisa
41 Stetoskop 41, Menuju yang lebih baik
42 Stetoskop 42, Langkah
43 Stetoskop 43, Berjuang
44 Stetoskop 44, Mengenal
45 Stetoskop 45, Penjajakan
46 Stetoskop 46, Keadaan
47 Stetoskop 47, Terkuak
48 Stetoskop 48, Kedua kalinya
49 Stetoskop 49, Seperti biasa
50 Stetoskop 50, Musibah
51 Stetoskop 51, Melihat dari berbagai sisi
52 Stetoskop 52, Keras hati
53 Stetoskop 53, Berduaan
54 Stetoskop 54, Rejeki tidak hanya berupa uang
55 Stetoskop 55, Akhirnya..
56 Stetoskop 56, Keputusan
57 Stetoskop 57, Menuju halal
58 Stetoskop 58, Menyerahkan
59 Stetoskop 59, Bercerita masa lalu
60 Stetoskop 60, Gosip
61 Stetoskop 61, Menuju bahagia
62 Stetoskop 62, Pengantin baru
63 Stetoskop 63, Cinta
64 Stetoskop 64, Jumpa lagi
65 Stetoskop 65, Antara bahagia dan kecewa
66 Stetoskop 66, Pendekatan
67 Stetoskop 67, Rasa sayang
68 Stetoskop 68, Pasangan?
69 Stetoskop 69, Peristiwa
70 Stetoskop 70, Pelepasan PPDS
71 Stetoskop 71, Kesempatan baru
72 Stetoskop 72, Penyesuaian
73 Stetoskop 73, Diskusi masa lalu
74 Stetoskop 74, Berjumpa
75 Stetoskop 75, Kegiatan
76 Stetoskop 76, Malam ini
77 Stetoskop 77, Babak baru
78 Stetoskop 78, Bertemu lagi
79 Stetoskop 79, Langkah selanjutnya
80 Stetoskop 80, Takut
81 Stetoskop 81, Menemani
82 Stetoskop 82, Mengusik hati
83 Stetoskop 83, Hampir aja
84 Stetoskop 84, Terselamatkan
85 Stetoskop 85, "Kesasar"
86 Stetoskop 86, Dunia milik berdua
87 Stetoskop 87, Setan berbisik
88 Stetoskop 88, Bertemu
89 Stetoskop 89, Campur aduk
90 Stetoskop 90, Aku berhak atas rasaku
91 Stetoskop 91, Nikah Yukkkk
92 Stetoskop 92, Lembaran baru
93 Stetoskop 93, Kembali bersama
94 Stetoskop 94, Rangkaian cerita
95 Stetoskop 95, Tembung
96 Episode 96, Ricuh
97 Stetoskop 97, Pendekatan
98 Stetoskop 98, Perbincangan
99 Stetoskop 99, Gamang
100 Stetoskop 100, Membuka hati
101 Stetoskop 101, Ricuh
102 Stetoskop 102, Menjelang hari H
103 Stetoskop 103, Rencana busuk
104 Stetoskop 104, Di rumah
105 Stetoskop 105, Ketahuan
106 Stetoskop 106, Kesibukan di hari Sabtu
107 Stetoskop 107, Kondangan
108 Stetoskop 108, Ciuman pertama
109 Stetoskop 109, Kembali
110 Stetoskop 110, Kurang fit
111 Stetoskop 111, Miskom
112 Stetoskop 112, Berdebat
113 Stetoskop 113, Pria gila
114 Episode 114, Di Rumah Sakit
115 Stetoskop 115, Jalan pulang
116 Stetoskop 116, Percakapan mendalam
117 Stetoskop 117, Membahas tentang nikah
118 Stetoskop 118, Edisi curhat
119 Stetoskop 119, Resign
120 Stetoskop 120, Touring
121 Stetoskop 121, Sharing ilmu
122 Stetoskop 122, Teman
123 Stetoskop 123, Breaking news
124 Stetoskop 124, Duka menggelayut
125 Stetoskop 125, Sepanjang gang
126 Stetoskop 126, Tidak bersedia
127 Stetoskop 127, Pemakaman
128 Stetoskop 128, Bermuka dua
129 Stetoskop 129, Masih ramai
130 Stetoskop 130, Berjumpa
131 Stetoskop 131, Di kamar Bhree
132 Stetoskop 132, Yang muda yang bercinta
133 Stetoskop 133, Ketahuan
134 Stetoskop 134, ICU
135 Episode 135, Tahap pemulihan
136 Stetoskop 136, Ruang rawat
137 Stetoskop 137, Kecurigaan
138 Stetoskop 138, I love you
139 Stetoskop 139, Tetirah
140 Stetoskop 140, Berbincang
141 Stetoskop 141, Pulang
142 Stetoskop 142, Kangen
143 Stetoskop 143, Bersamamu
144 Stetoskop 144, Berkegiatan
145 Stetoskop 145, Terkuak
146 Stetoskop 146, Berdekatan
147 Stetoskop 147, Ngedate
148 Stetoskop 148, Kencan
149 Stetoskop 149, Emosi jiwa
150 Stetoskop 150, Ada-ada saja
151 Stetoskop 151, Duduk bersama
152 Stetoskop 152, Nakal
153 Stetoskop 153, Komitmen baru
154 Stetoskop 154, Panggilan darurat
155 Stetoskop 155, Berangkat
156 Stetoskop 156, Kehebohan
157 Stetoskop 157, Mau menikah
158 Stetoskop 158, Temu kangen
159 Stetoskop 159, Tak disangka
160 Stetoskop 160, Maaf
161 Stetoskop 161, Gawat
162 Stetoskop 162, Menggelitik jiwa
163 Stetoskop 163, Kesibukan menjelang pernikahan
164 Stetoskop 164, Perbincangan laki-laki
165 Stetoskop 165, Menegang
166 Stetoskop 166, Ambang kesabaran
167 Stetoskop 167, Persiapan
168 Stetoskop 168, H-1
169 Stetoskop 169, Tegang
170 Stetoskop 170, Sah
171 Stetoskop 171, Ramah tamah
172 Stetoskop 172, Caption
173 Stetoskop 173, Kegiatan pasangan
174 Stetoskop 174, Full of love
175 Stetoskop 175, Jumpa lagi
176 Stetoskop 176, Ricuh
177 Stetoskop 177, Penjelasan
178 Stetoskop 178, Di Solo
179 Stetoskop 179, Warna warni kehidupan pasangan
180 Stetoskop 180, Ribut lagi
181 Stetoskop 181, Mantu dan mertua
182 Stetoskop 182, Kesibukan dokbar
183 Stetoskop 183, Manja
184 Stetoskop 184, Bertengkar
185 Stetoskop 185, Pembicaraan tepi jurang
186 Stetoskop 186, Hiburan
187 Stetoskop 187, Ruwet
188 Stetoskop 188, Kesibukan harian dokbar
189 Stetoskop 189, Edisi curhat
190 Stetoskop 190, Rahasia yang terkuak
191 Stetoskop 191, Quality time
192 Stetoskop 192, Obrolan penting
193 Stetoskop 193, Pesona Barra
194 Stetoskop, kegiatan Bhree
195 Stetoskop 195, Perkembangan
196 Stetoskop 196, Hidup baru Tama
197 Stetoskop 197, Perbincangan keluarga
198 Stetoskop 198, Curhatan Barra
199 Stetoskop 199, Isu yang tak hangat
200 Stetoskop 200, Pandangan terhadap Barra
201 Stetoskop 201, Di rumah Prof Andjar
202 Stetoskop 202, Menuju bahagia
203 Stetoskop 203, Dunia masing-masing
204 Stetoskop 204, Kehidupan
205 Stetoskop 205, Kegiatan seperti biasa
206 Stetoskop 206, Lelah
207 Stetoskop 207, Menggelitik kalbu
208 Stetoskop 208, Mikir
209 Stetoskop 209, Obrolan yang ga penting
210 Stetoskop 210, Berita menggelegar
211 Stetoskop 211, Mellow
212 Stetoskop 212, Bola panas
213 Stetoskop 213, Kebaikan
214 Stetoskop 214, Menahan emosi
215 Stetoskop 215, Pelan tapi pasti
216 Stetoskop 216, Berbeda
217 Stetoskop 217, Karena masa lalu
218 Stetoskop 218, Sedikit mereda
219 Stetoskop 219, Perbincangan
220 Stetoskop 220, Kejadian tak biasa
221 Stetoskop 221, Kabar duka
222 Stetoskop 222, Kejadian luar biasa
223 Stetoskop 223, Keajaiban itu ada
224 Stetoskop 224, Perbincangan
225 Stetoskop 225, Jenguk
226 Stetoskop 226, Tak seperti yang diharapkan
227 Stetoskop 227, Terus terang
228 Stetoskop 228, Berkunjung
229 Stetoskop 229, Belum ada titik terang
230 Stetoskop 230, Bintangnya
231 Stetoskop 231, Ngobrol santai
232 Stetoskop 232, Rahasia terbongkar lagi
233 Stetoskop 233, Dukacita
234 Stetoskop 234, Ada aja kendalanya
235 Stetoskop 235, Di rumah aja
236 Stetoskop 236, Masih panas
237 Stetoskop 237, Emosi dokbar
238 Stetoskop 238, dokbar hari ini
239 Stetoskop 239, Dilema lagi
240 Stetoskop 240, Masih belum nyaman
241 Stetoskop 241, Obrolan
242 Stetoskop 242, Tambah pusing
243 Stetoskop 243, Tidak terlibat
244 Stetoskop 244, IGD
245 Stetoskop 245, Saat ini
246 Stetoskop 246, Kamar VVIP
247 Stetoskop 247, Kematian di IGD
248 Stetoskop 248, Suasana terkini
249 Stetoskop 249, Akhirnyaaa
250 Stetoskop 250, Ambulans
251 Stetoskop 251, Drama yang berakhir juga
252 Stetoskop 252, Pengakuan
253 Stetoskop 253, Mengiris perih
254 Stetoskop 254, Duka mendalam
255 Stetoskop 255, Menyembuhkan luka
256 Stetoskop 256, Pengumuman mengejutkan
257 Stetoskop 257, Mencoba berdamai
258 Stetoskop 258, Masih gamang
259 Stetoskop 259, Keputusan
260 Stetoskop 260, Oh begitu....
261 Stetoskop 261, Memaafkan
262 Stetoskop 262, Berdua dengan segala ceritanya
263 Stetoskop 263, Berdamai
264 Stetoskop 264, dokbar on duty
265 Stetoskop 265, Persiapan
266 Stetoskop 266, Berita lagi
267 Stetoskop 267, Waktu bersama
268 Stetoskop 268, Sowan kesana kemari
269 Stetoskop 269, Mengakhiri bab di Cinta Medika
270 Episode 270, Duka diujung senja
271 Stetoskop 271, Mencari jalan tengah
272 Stetoskop 272, Perpisahan dan pertemuan
273 Stetoskop 273, Cemburu
274 Stetoskop 274, Legowo
275 Stetoskop 275, Bertemu kawan lama
276 Stetoskop 276, Kumpul lagi
277 Stetoskop 277, Mumet lagi
278 Stetoskop 278, Berita yang membuat pening
279 Stetoskop 279, Mencoba menyelesaikan masalah
280 Stetoskop 280, Sampai disini
Episodes

Updated 280 Episodes

1
Stetoskop 1, Permulaan
2
Stetoskop 2, Pada awalnya
3
Stetoskop 3, Masa lalu
4
Stetoskop 4, Masa kelam
5
Stetoskop 5, Kisahpun bermula
6
Stetoskop 6, Perkenalan
7
Stetoskop 7, Menjemput impian
8
Stetoskop 8, Realitanya ada
9
Stetoskop 9, Dinamika IGD
10
Stetoskop 10, Bertemu masa lalu
11
Stetoskop 11, Hari dan wanita
12
Stetoskop 12, Tugas dokter
13
Stetoskop 13, Para lelaki
14
Stetoskop 14, Tak sesuai bayangan
15
Stetoskop 15, Berbincang
16
Stetoskop 16, Rencana baru
17
Stetoskop 17, Merenung
18
Stetoskop 18, Sekelumit kisah
19
Stetoskop 19, Menyimpan cerita
20
Stetoskop 20, Keresahan
21
Stetoskop 21, Mencari jalan
22
Stetoskop 22, Dilema
23
Stetoskop 23, Putaran takdir
24
Stetoskop 24, Perubahan
25
Stetoskop 25, Kisahnya Barra
26
Stetoskop 26, Penolakan
27
Stetoskop 27, Demi masa depan
28
Stetoskop 28, Dan terjadilah..
29
Stetoskop 29, Perbaikan
30
Stetoskop 30, Kehilangan
31
Stetoskop 31, Menahan emosi
32
Stetoskop 32, Bicara
33
Stetoskop 33, Tragedi
34
Stetoskop 34, Rutinitas
35
Stetoskop 35, Duka
36
Stetoskop 36, Pertemuan
37
Stetoskop 37, Jalan berdua
38
Stetoskop 38, Hati ke hati
39
Stetoskop 39, Mencari
40
Stetoskop 40, Harus bisa
41
Stetoskop 41, Menuju yang lebih baik
42
Stetoskop 42, Langkah
43
Stetoskop 43, Berjuang
44
Stetoskop 44, Mengenal
45
Stetoskop 45, Penjajakan
46
Stetoskop 46, Keadaan
47
Stetoskop 47, Terkuak
48
Stetoskop 48, Kedua kalinya
49
Stetoskop 49, Seperti biasa
50
Stetoskop 50, Musibah
51
Stetoskop 51, Melihat dari berbagai sisi
52
Stetoskop 52, Keras hati
53
Stetoskop 53, Berduaan
54
Stetoskop 54, Rejeki tidak hanya berupa uang
55
Stetoskop 55, Akhirnya..
56
Stetoskop 56, Keputusan
57
Stetoskop 57, Menuju halal
58
Stetoskop 58, Menyerahkan
59
Stetoskop 59, Bercerita masa lalu
60
Stetoskop 60, Gosip
61
Stetoskop 61, Menuju bahagia
62
Stetoskop 62, Pengantin baru
63
Stetoskop 63, Cinta
64
Stetoskop 64, Jumpa lagi
65
Stetoskop 65, Antara bahagia dan kecewa
66
Stetoskop 66, Pendekatan
67
Stetoskop 67, Rasa sayang
68
Stetoskop 68, Pasangan?
69
Stetoskop 69, Peristiwa
70
Stetoskop 70, Pelepasan PPDS
71
Stetoskop 71, Kesempatan baru
72
Stetoskop 72, Penyesuaian
73
Stetoskop 73, Diskusi masa lalu
74
Stetoskop 74, Berjumpa
75
Stetoskop 75, Kegiatan
76
Stetoskop 76, Malam ini
77
Stetoskop 77, Babak baru
78
Stetoskop 78, Bertemu lagi
79
Stetoskop 79, Langkah selanjutnya
80
Stetoskop 80, Takut
81
Stetoskop 81, Menemani
82
Stetoskop 82, Mengusik hati
83
Stetoskop 83, Hampir aja
84
Stetoskop 84, Terselamatkan
85
Stetoskop 85, "Kesasar"
86
Stetoskop 86, Dunia milik berdua
87
Stetoskop 87, Setan berbisik
88
Stetoskop 88, Bertemu
89
Stetoskop 89, Campur aduk
90
Stetoskop 90, Aku berhak atas rasaku
91
Stetoskop 91, Nikah Yukkkk
92
Stetoskop 92, Lembaran baru
93
Stetoskop 93, Kembali bersama
94
Stetoskop 94, Rangkaian cerita
95
Stetoskop 95, Tembung
96
Episode 96, Ricuh
97
Stetoskop 97, Pendekatan
98
Stetoskop 98, Perbincangan
99
Stetoskop 99, Gamang
100
Stetoskop 100, Membuka hati
101
Stetoskop 101, Ricuh
102
Stetoskop 102, Menjelang hari H
103
Stetoskop 103, Rencana busuk
104
Stetoskop 104, Di rumah
105
Stetoskop 105, Ketahuan
106
Stetoskop 106, Kesibukan di hari Sabtu
107
Stetoskop 107, Kondangan
108
Stetoskop 108, Ciuman pertama
109
Stetoskop 109, Kembali
110
Stetoskop 110, Kurang fit
111
Stetoskop 111, Miskom
112
Stetoskop 112, Berdebat
113
Stetoskop 113, Pria gila
114
Episode 114, Di Rumah Sakit
115
Stetoskop 115, Jalan pulang
116
Stetoskop 116, Percakapan mendalam
117
Stetoskop 117, Membahas tentang nikah
118
Stetoskop 118, Edisi curhat
119
Stetoskop 119, Resign
120
Stetoskop 120, Touring
121
Stetoskop 121, Sharing ilmu
122
Stetoskop 122, Teman
123
Stetoskop 123, Breaking news
124
Stetoskop 124, Duka menggelayut
125
Stetoskop 125, Sepanjang gang
126
Stetoskop 126, Tidak bersedia
127
Stetoskop 127, Pemakaman
128
Stetoskop 128, Bermuka dua
129
Stetoskop 129, Masih ramai
130
Stetoskop 130, Berjumpa
131
Stetoskop 131, Di kamar Bhree
132
Stetoskop 132, Yang muda yang bercinta
133
Stetoskop 133, Ketahuan
134
Stetoskop 134, ICU
135
Episode 135, Tahap pemulihan
136
Stetoskop 136, Ruang rawat
137
Stetoskop 137, Kecurigaan
138
Stetoskop 138, I love you
139
Stetoskop 139, Tetirah
140
Stetoskop 140, Berbincang
141
Stetoskop 141, Pulang
142
Stetoskop 142, Kangen
143
Stetoskop 143, Bersamamu
144
Stetoskop 144, Berkegiatan
145
Stetoskop 145, Terkuak
146
Stetoskop 146, Berdekatan
147
Stetoskop 147, Ngedate
148
Stetoskop 148, Kencan
149
Stetoskop 149, Emosi jiwa
150
Stetoskop 150, Ada-ada saja
151
Stetoskop 151, Duduk bersama
152
Stetoskop 152, Nakal
153
Stetoskop 153, Komitmen baru
154
Stetoskop 154, Panggilan darurat
155
Stetoskop 155, Berangkat
156
Stetoskop 156, Kehebohan
157
Stetoskop 157, Mau menikah
158
Stetoskop 158, Temu kangen
159
Stetoskop 159, Tak disangka
160
Stetoskop 160, Maaf
161
Stetoskop 161, Gawat
162
Stetoskop 162, Menggelitik jiwa
163
Stetoskop 163, Kesibukan menjelang pernikahan
164
Stetoskop 164, Perbincangan laki-laki
165
Stetoskop 165, Menegang
166
Stetoskop 166, Ambang kesabaran
167
Stetoskop 167, Persiapan
168
Stetoskop 168, H-1
169
Stetoskop 169, Tegang
170
Stetoskop 170, Sah
171
Stetoskop 171, Ramah tamah
172
Stetoskop 172, Caption
173
Stetoskop 173, Kegiatan pasangan
174
Stetoskop 174, Full of love
175
Stetoskop 175, Jumpa lagi
176
Stetoskop 176, Ricuh
177
Stetoskop 177, Penjelasan
178
Stetoskop 178, Di Solo
179
Stetoskop 179, Warna warni kehidupan pasangan
180
Stetoskop 180, Ribut lagi
181
Stetoskop 181, Mantu dan mertua
182
Stetoskop 182, Kesibukan dokbar
183
Stetoskop 183, Manja
184
Stetoskop 184, Bertengkar
185
Stetoskop 185, Pembicaraan tepi jurang
186
Stetoskop 186, Hiburan
187
Stetoskop 187, Ruwet
188
Stetoskop 188, Kesibukan harian dokbar
189
Stetoskop 189, Edisi curhat
190
Stetoskop 190, Rahasia yang terkuak
191
Stetoskop 191, Quality time
192
Stetoskop 192, Obrolan penting
193
Stetoskop 193, Pesona Barra
194
Stetoskop, kegiatan Bhree
195
Stetoskop 195, Perkembangan
196
Stetoskop 196, Hidup baru Tama
197
Stetoskop 197, Perbincangan keluarga
198
Stetoskop 198, Curhatan Barra
199
Stetoskop 199, Isu yang tak hangat
200
Stetoskop 200, Pandangan terhadap Barra
201
Stetoskop 201, Di rumah Prof Andjar
202
Stetoskop 202, Menuju bahagia
203
Stetoskop 203, Dunia masing-masing
204
Stetoskop 204, Kehidupan
205
Stetoskop 205, Kegiatan seperti biasa
206
Stetoskop 206, Lelah
207
Stetoskop 207, Menggelitik kalbu
208
Stetoskop 208, Mikir
209
Stetoskop 209, Obrolan yang ga penting
210
Stetoskop 210, Berita menggelegar
211
Stetoskop 211, Mellow
212
Stetoskop 212, Bola panas
213
Stetoskop 213, Kebaikan
214
Stetoskop 214, Menahan emosi
215
Stetoskop 215, Pelan tapi pasti
216
Stetoskop 216, Berbeda
217
Stetoskop 217, Karena masa lalu
218
Stetoskop 218, Sedikit mereda
219
Stetoskop 219, Perbincangan
220
Stetoskop 220, Kejadian tak biasa
221
Stetoskop 221, Kabar duka
222
Stetoskop 222, Kejadian luar biasa
223
Stetoskop 223, Keajaiban itu ada
224
Stetoskop 224, Perbincangan
225
Stetoskop 225, Jenguk
226
Stetoskop 226, Tak seperti yang diharapkan
227
Stetoskop 227, Terus terang
228
Stetoskop 228, Berkunjung
229
Stetoskop 229, Belum ada titik terang
230
Stetoskop 230, Bintangnya
231
Stetoskop 231, Ngobrol santai
232
Stetoskop 232, Rahasia terbongkar lagi
233
Stetoskop 233, Dukacita
234
Stetoskop 234, Ada aja kendalanya
235
Stetoskop 235, Di rumah aja
236
Stetoskop 236, Masih panas
237
Stetoskop 237, Emosi dokbar
238
Stetoskop 238, dokbar hari ini
239
Stetoskop 239, Dilema lagi
240
Stetoskop 240, Masih belum nyaman
241
Stetoskop 241, Obrolan
242
Stetoskop 242, Tambah pusing
243
Stetoskop 243, Tidak terlibat
244
Stetoskop 244, IGD
245
Stetoskop 245, Saat ini
246
Stetoskop 246, Kamar VVIP
247
Stetoskop 247, Kematian di IGD
248
Stetoskop 248, Suasana terkini
249
Stetoskop 249, Akhirnyaaa
250
Stetoskop 250, Ambulans
251
Stetoskop 251, Drama yang berakhir juga
252
Stetoskop 252, Pengakuan
253
Stetoskop 253, Mengiris perih
254
Stetoskop 254, Duka mendalam
255
Stetoskop 255, Menyembuhkan luka
256
Stetoskop 256, Pengumuman mengejutkan
257
Stetoskop 257, Mencoba berdamai
258
Stetoskop 258, Masih gamang
259
Stetoskop 259, Keputusan
260
Stetoskop 260, Oh begitu....
261
Stetoskop 261, Memaafkan
262
Stetoskop 262, Berdua dengan segala ceritanya
263
Stetoskop 263, Berdamai
264
Stetoskop 264, dokbar on duty
265
Stetoskop 265, Persiapan
266
Stetoskop 266, Berita lagi
267
Stetoskop 267, Waktu bersama
268
Stetoskop 268, Sowan kesana kemari
269
Stetoskop 269, Mengakhiri bab di Cinta Medika
270
Episode 270, Duka diujung senja
271
Stetoskop 271, Mencari jalan tengah
272
Stetoskop 272, Perpisahan dan pertemuan
273
Stetoskop 273, Cemburu
274
Stetoskop 274, Legowo
275
Stetoskop 275, Bertemu kawan lama
276
Stetoskop 276, Kumpul lagi
277
Stetoskop 277, Mumet lagi
278
Stetoskop 278, Berita yang membuat pening
279
Stetoskop 279, Mencoba menyelesaikan masalah
280
Stetoskop 280, Sampai disini

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!