Bhree sampai di kantor, semua tampaknya sudah datang, Bhree telat lima menit karena angkot yang ditumpanginya mogok, menunggu angkot lain agak lama. Akhirnya dia putuskan untuk naik ojol yang tarifnya lumayan lebih mahal daripada naik angkot.
"Assalamualaikum .. maaf Bang Tama, saya telat karena tadi angkotnya mogok" sapa Bhree dengan perasaan yang ga enak.
Kemarin sudah diinformasikan untuk kumpul di kantor jam enam pagi karena akan membuat konten.
"Waalaikumsalam... besok-besok jangan dibiasakan telat ya, harus bisa ngukur kemungkinan di jalan ada kendala apa aja. Jadi berangkat lebih pagi lagi biar ga telat. Kita harus menghargai waktu.. time is money" jawab Tama dengan nada datar.
"InsyaAllah Bang .. Sekali lagi saya minta maaf" lanjut Bhree.
"Ayo kita naik ke mobil, hari ini kita bikin konten di Depok, mumpung masih pagi. Jadi kita bisa explore wilayah. Seperti yang sudah kita rencanakan untuk buat konten makanan para pejuang rumah tangga, entah itu single parent yang berjualan untuk menghidupi keluarga atau yang sudah berusia lanjut tapi punya semangat berdagang demi kelangsungan hidup. Memang kita sudah tau mau kemana aja, tapi kan ga ada salahnya kita liat yang kira-kira bisa kita angkat jadi konten yang lebih bagus lagi" jelas Tama sambil memberikan kunci ke editornya, Bima.
"Udah sarapan Bhree?" tanya Mba Uli.
"Saya shaum Mba Uli .. InsyaAllah" jawab Bhree.
"Shaum? sarapan apaan tuh? belum pernah tau ada makanan namanya itu. Enak Bhree?" kata Bima dengan spontan.
"Shaum itu artinya puasa... begitu aja ga tau.. makanya ngaji.. jangan main game aja kerjaannya" sahut Tama sambil memeriksa kameranya.
"Ohhh.. kirain jenis kuliner baru, lagian pake istilah begitu.. bilang aja puasa kan kelar" lanjut Bima.
"Ampun deh Bim.. istilah yang sering dipake aja Lo ga tau.. jangan-jangan Lo puasa pas Ramadhan doang ya?" ungkap Mba Uli.
"Ramadhan juga banyak bolongnya.. tergantung mood aja" kata Bima dengan cuek.
Bima memang berasal dari keluarga yang multi agama. Jadi krisis identitas agama sedari kecil. Secara legalitas agamanya Islam, tapi dia tidak pernah belajar mengaji bahkan sholat pun ga jelas. Bapaknya meninggal saat dia kecil. Ibunya yang beragama Islam sibuk dengan bekerja untuk mencari nafkah, Nenek dan Kakeknya beragama lain. Jadilah besar tanpa belajar agama yang seharusnya.
"Bang Tama.. itu kamera buat ngevlog yang baru ya?" tanya Bhree antusias.
"Ya... banyak yang review kalo kamera ini kualitas gambarnya lebih bagus dan ga terlalu kegedean kalo kita pegang sendiri. Tau kan kalo model yang udah ada di kantor cukup besar dan berat, bikin tangan jadi pegel kalo kelamaan megang" jelas Tama.
"Mahal kan itu Bang... katanya yang model ini ada kelemahan yaitu buat rekam suaranya ga bagus, lebih bagus tipe yang sebelumnya" papar Bhree
"Kok tau banyak tentang kamera?" tanya Tama.
"Baca-baca Bang, saya kan memang tertarik dunia fotografi jadi bacaan saya ya seputar dunia itu. Lagipula saya punya teman yang sudah seperti Kakak sendiri, beliau fotografer, lumayan nambah pengetahuan tentang kamera" cerita Bhree.
"Ga niat belajar tentang dunia fotografi?" tanya Tama lagi.
"Ada banget Bang, tapi mau kerja dulu buat kumpulin uang" jawab Bhree.
"Mau kapan belajarnya kalo nunggu uang kekumpul? gaji Lo aja cuma segitu" ucap Tama.
"Namanya juga niat.. jadi ga harus sekarang juga. Allah punya jutaan cara untuk mengabulkan do'a semua hambanya, kalo emang do'a minta bisa belajar fotografi itu baik buat saya ya InsyaAllah akan Allah bukakan jalannya" papar Bhree dengan yakin.
"Masya Allah... Persis kaya omongan Ustadz waktu dulu di pengajian" kata Tama.
"Bang Tama ngaji sama Ustadz yang mana?" tanya Bhree.
"Gini-gini dulu sekolahnya di sekolah Islam terpadu loh.. tau lah tentang itu. Dari TK sampai SMA ga keluar-keluar dari yayasan itu" ungkap Tama.
"Ah masaaa... ga percaya deh kalo Bang Tama sekolah di model sekolah Islam kaya gitu" kata Mba Uli.
"Serius.. ngapain becanda" jawab Tama.
.
Bhree bisa dibilang setiap hari bareng sama Tama, tapi hari ini dia cukup kaget dengan konsep konten Tama kali ini. Tujuannya agar para pejuang rumah tangga bisa lebih laku dagangannya.
Rombongan Tama masuk ke daerah yang bukan terletak di jalan besar, bahkan mobil pun parkir di minimarket ujung gang. Dia selalu sama, ramah banget sama pemilik warung, ngobrol tentang awal mula membuka usaha hingga saat ini.
Kali ini Tama memilih para pedagang yang sudah berusia diatas lima puluh tahun. Melihat banyaknya para jelita (jelang lima puluh tahun) bahkan usia lebih dari itu masih bekerja keras untuk mencari nafkah. Tubuh yang melemah, kadang disertai pendengaran yang kurang, membuat Tama tersentuh dan ingin dagangannya cepat habis agar mereka bisa beristirahat lebih lama.
"Kenapa masih jualan kaya gini Bu? pagi-pagi dagangnya, pasti ngerjain dagangannya dari tengah malam" tanya Tama.
"Iya ... ya namanya terpaksa .. anak sakit-sakitan, terus ditinggal sama istrinya. Emak ga punya pensiunan, daripada ngemis mending dagang. Alhamdulillah ada aja rejekinya" jelas Ibu tersebut.
"Tiap hari habis Bu?" tanya Tama lagi.
"Ya namanya orang dagang.. kadang rame, kadang sepi" jelas pedagang.
"Kalo ga habis, makanannya gimana Bu?" lanjut Tama.
"Dimakan sendiri, kalo masih banyak juga ya bagiin tetangga yang ga punya lauk" kata pedagang.
"Ga rugi Bu?" ucap Tama.
"Ya .. itungannya pas aja buat dipake belanja besok, paling ga ya Emak berbagi. Nunggu punya uang banyak atau nunggu kaya baru berbagi malah nanti ga sempet waktunya, kan Emak ga tau umur sampe kapan" lugas pedagang menjawab.
Tama sangat tersentuh dengan jawaban tersebut, dia merekomendasikan kepada para pengikutnya untuk mencoba makanan disini bagi yang lokasinya dekat dengan warung ini.
"Kalo mau ngerasain masakan nenek kita jaman dulu, datang ke warung Mak Sami. Lontong sayurnya enak, dimasak masih pake kayu bakar. Terus ini gorengan yang udah jarang ada... jipe (gorengan yang bahan dasarnya terigu dan kacang tolo, seperti bakwan tapi isinya hanya kacang tolo. Kebanyakan ada di pedagang nasi uduk asli Betawi)" jelas Tama.
Saat membuat konten, Tama memang sangat berusaha membaur sehingga bisa menggali banyak informasi. Orang yang belum kenal dekat dengannya pasti bilang dia orangnya tegas, ga banyak becanda dan bossy, padahal dia tipe yang gampang tersentuh dan family man. Wajar banyak subscribersnya yang menjadikan Tama sebagai role model. Basic sekolah Islamnya pun masih dijalankan, jika mendengar adzan pasti langsung menghentikan aktivitas dan bergegas mencari Mesjid atau Musholla terdekat. Beberapa kali juga menjadi imam sholat, bacaannya bagus.
.
Saat break untuk konten ketiga, Tama duduk disampingnya Bhree yang sedang merapihkan baju yang tadi dipakai oleh Tama. Jadi sekali syuting biasanya untuk tiga atau empat video, jadinya wardrobe dan segala aksesorisnya harus berganti-ganti.
"Lo tinggal dimana? kalo di alamat rumah kayanya jauh banget dari kantor, ngekost?" tanya Tama.
"Kalo di CV alamat seusai KTP, tapi sekarang Bhree ga tinggal disana lagi" jawab Bhree.
"Why?" tanya Tama lagi.
"Sudah ga di rumah aja" jawab Bhree malas.
"Orang tua ga masalah kalo anaknya ga tinggal di rumah?" ucap Tama.
Bhree terdiam, bingung harus menjawab bagaimana.
"Bhree...." panggil Tama.
"Iya.." jawab Bhree kaget.
"Kamu sakit? kok ditanya malah diam" tanya Tama.
"Ga Bang... Bhree oke kok" ucap Bhree.
"Orang tua kerja kan?" kata Tama.
"Ya bisa dibilang begitu" jawab Bhree yang terlihat ga nyaman kalo berbicara tentang keluarganya.
Tama menerima telepon, Bhree masih rapih-rapih perlengkapannya Tama.
Setelah menutup telepon.
"Bhree maaf ya kalo pertanyaan tadi buat Lo ga nyaman" kata Tama mencoba mengatur intonasi
"Yang mana ya?" tanya Bhree balik
"Tentang keluarga..." jawab Tama.
"Oh... gapapa Bang ..santuy" ujar Bhree.
"Pas pertama kali liat CV Lo, gw lihat ada sebuah potret kekuatan didalam kesedihan... maaf Bhree, Lo anak korban perceraian?" ujar Tama.
"Ehmmm ...maaf saya ga terbiasa bicara hal pribadi sama orang lain, saya harap Bang Tama maklum" pinta Bhree.
"Oke... maaf.. tapi kalo Lo butuh seseorang buat mendengar, ada gw dan tim yang siap dengerin, tapi ga janji memberikan bahu ya ... kan kita bukan mahram... hehehe" canda Tama.
"Bang Tama... kenapa mutusin full jadi Utuber? Kayanya pernah ada vlog wisuda S1 ya?" tanya Bhree.
"This is my world... kuliah hanya sebuah pelampiasan keinginan orang tua aja" lanjut Tama.
"Ga sayang sama ilmunya?" ujar Bhree.
"Belajar kok sayang... semua pelajaran saat kuliah udah diaplikasikan kok... suatu saat juga ingin punya usaha kreatif yang menampung jiwa-jiwa muda kreatif" papar Tama.
"Semoga saat itu tiba... Bhree udah jadi salah satu orang yang punya jiwa kreatif itu ya" harap Bhree.
"Apa mimpi Lo sebenarnya?" tanya Tama.
"Fotografer... saya ingin memotret momen dalam kehidupan semua orang, mulai dari lahir, masa pertumbuhan, saat sekolah, menikah hingga tua. Sebuah gambar itu bisa menceritakan banyak hal" impian Bhree.
"Kenapa ingin objeknya orang? kan ada yang bisa di explore... udah banyak kali fotografer yang mengambil spesialisasi objek orang, cari yang beda biar Lo dilirik" saran Tama.
"Manusia Allah ciptakan dengan segala keunikannya, banyak yang bisa kita gali tentang manusia. Entah wujud fisik maupun mimik dan gesturnya" jelas Bhree.
"Yakin mau kuliah?" ucap Tama.
"Tentu Bang" jawab Bhree yakin.
"Jadi sekarang masalahnya ga ada biaya?" tembak Tama.
"Ibu hanya mau membiayai kalo saya masuk akademi keperawatan" sahut Bhree.
Bhree duduk disampingnya Tama. Sama-sama pandangannya kearah depan.
"Orang tua ya.. sama aja dimana-mana. Mereka mengatur anak untuk ini itu. Padahal kita yang akan jalanin .. bukan mereka" ungkap Tama merasakan bagaimana perasaan anak yang dipaksa kuliah.
"Karena Ibu kan perawat, udah tau bagaimana dunianya dan bisa menjamin masa depan. Profesi perawat kan ga kenal usia, selama masih punya tenaga yang kuat ya akan terus kerja mengabdi sebagai tenaga medis" papar Bhree.
"Klise alasannya.. udah rapih kan? sebentar lagi mau Maghrib, kita cari Mesjid deket sini dulu, abis sholat kita bikin konten terakhir" ajak Tama.
.
Tama mengantar Bhree ke studio foto Mas Wisnu ketika pulang.
"Lo tinggal di studio foto ini?" tanya Tama.
"Iya Bang.." jawab Bhree.
"Punya saudara?" tanya Tama lagi.
"Bukan Bang.. punya kenalan aja.. dulu SMA saya ga jauh dari sini, udah kenal dari jaman saya sekolah sama yang punya ini" terang Bhree.
"Yang punya ini cewe?" ujar Tama.
"Cowo.. makasih ya udah anterin pulang" ucap Bhree.
.
Sepanjang perjalanan pulang, Tama terus kepikiran tentang Bhree.
"Banyak rahasia banget tuh cewe.. tapi semua yang ada dalam dirinya itu gw banget. Bisa dibilang dia Tama versi cewe. Masih belum ngerti kenapa dia hengkang dari rumah ya? kalo Ibunya seorang perawat.. ga mungkin dong dia hidup dalam kemiskinan" Tama terus bicara dengan dirinya sendiri.
🌺
Diva kembali membuat ulah lagi, ia mangkir dari jadwal wawancara radio, ketika dihubungi pihak radio, dia beralasan sakit.
Memang sebulan terakhir ini dia lagi kebanjiran tawaran off air ke berbagai daerah di Pulau Sumatera. Pihak manajemen sudah berkali-kali menasehati agar dia bisa menjaga pola tidur, jadinya ga ngantuk di pagi hari setelah jadwal manggung.
Diva masih suka ikut-ikutan sama rekan penyanyi lain yang habis manggung terus nongkrong di cafe atau berkeliling kota dengan alasan belum tentu mereka bisa balik lagi ke kota tersebut, jadi selagi ada kesempatan ya dinikmati.
🍄
Hari ini dokbar dipanggil oleh Manager Pelayanan Medis (Yanmed), dia mendapatkan promosi menjadi dokter jaga di ruang rawat inap. Jadwalnya Senin, Rabu dan Jum'at, jam kerjanya mulai jam delapan malam sampai jam delapan pagi.
"Seperti yang sudah dijelaskan saat pertemuan kita Minggu kemarin, kami pihak manajemen sudah mempertimbangkan tentang kemampuan dokbar dalam melayani pasien, kecepatan memutuskan untuk mengambil tindakan dengan tepat serta adanya kabar mengenai dokbar yang akan melanjutkan pendidikan spesialis. Kami berharap dokbar bisa terus menjadi salah satu garda terdepan kami di Rumah Sakit ini" papar Manager Yanmed.
"Terima kasih dok.. saya sudah berbincang dengan orang tua dan berkoordinasi dengan Klinik tempat praktek saya yang lain, semua bisa diatur ulang. Jadi saya akan menerima tawaran ini, semoga keilmuan yang saya punya bisa lebih meningkatkan pelayanan di rawat inap" putus dokbar.
"Baiklah dokbar.. nanti langsung bertemu dengan Manager HRD. Jika ada klausul perjanjian kerja yang dirasa kurang pas, bisa diajukan, nanti saya akan bantu jelaskan ke Manager HRD" ucap Manager Yanmed.
"Tolong sampaikan ke direktur Rumah Sakit dan Owner, saya berterima kasih atas kerjasamanya selama ini, atas banyak kesempatan yang diberikan dan pengertiannya terhadap rencana studi saya" ungkap dokbar.
.
Keputusan ini memang sudah diperhitungkan oleh dokbar dengan matang. Pasien rawat inap di rawat dengan berbagai kasus dan lebih banyak berhubungan sama dokter spesialis, hal ini akan menjadi tantangan tersendiri kedepannya serta untuk "mencuri" ilmu para dokter spesialis.
Ia ingin segera melunasi cicilan ke Bank agar orang tuanya lebih tenang, status rumah dalam gadaian Bank pasti membuat was-was walaupun tak pernah terucap dari bibir mereka. Ia juga ingin menunjukkan keseriusannya dengan Elsa. Meskipun sekarang ini dia sudah setuju untuk berpisah, Elsa juga tidak pernah merespon chat yang dia kirim, Barra tetap tidak putus asa. Sekarang kalo dia paksakan untuk merayu dihadapan Elsa, rasanya ga akan mengubah keputusan Elsa, toh kondisi masih sama, masih nyicil Bank. Tapi kalo semua sudah lunas dan dia lanjut ambil spesialis, maka dia berharap Elsa akan memandangnya kembali.
.
Sore ini dokbar datang telat ke Klinik, tadi sudah ijin dengan dokter sebelumnya untuk tolong jaga dulu sampai dia datang.
Baru aja sampai di Klinik, dokbar langsung kedatangan pasien dengan keluhan sesak nafas. Ditangani terlebih dahulu pasien dengan memberikan oksigen kemudian dicek kondisi vitalnya sambil bertanya ke pendamping pasien.
Setelah kondisi stabil, dokbar baru tersadar bahwa pasien yang sedang ditolongnya adalah seorang ulama milenial yang sedang naik daun di negeri ini. Banyak jama'ahnya yang ikut memenuhi pelataran Klinik.
Ternyata Pak Ustadz kelelahan fisik, jadwal padat dengan berbagai daerah yang berbeda dalam sehari.
"Baiknya Pak Ustadz di rawat inap saja untuk memulihkan kondisi. Kalo dirawat kan bisa istirahat total" saran dokbar.
"dok, saya minta ijin istirahat sebentar disini boleh?" tanya Pak Ustadz.
"Boleh Pak Ustadz... ada kamar khusus dokter untuk rehat, bisa istirahat disana dulu. Sambil saya infus vitamin saja ya?" tawar dokbar.
"Ya gapapa dok, silahkan saja, saya manut" jawab Pak Ustadz.
dokbar yang memasang infus ditangan kiri Pak Ustadz. Kemudian pamit ke bilik sebelah karena ada pasien lain yang menunggu.
Lumayan ramai hari ini pasiennya, kasusnya pun kebanyakan batuk pilek pada anak. dokbar memang menjadi salah satu dokter favorit di Klinik ini, karena keramahan dan penjelasannya yang sangat detail, meskipun pasien menggunakan BPJS atau Kartu Indonesia Sehat (KIS) semua diperlakukan sama seperti pasien umum lainnya.
Setelah tidak ada pasien, dokbar balik ke bilik tempat Pak Ustadz berada. Terlihat Pak Ustadz masih tampak pucat.
"Pak Ustadz sudah makan?" tanya dokbar.
"Tadi pagi sudah, siang lewat sepertinya" jawab Pak Ustadz.
"Baiknya makan dulu, gapapa sambil diinfus" kata dokbar.
"Nanti saya minta asisten untuk bawa makanan kesini. Tadi banyak dapat nasi kotak dari para jama'ah. dokter sekalian ya makan bareng" ajak Pak Ustadz.
dokbar tersenyum, bingung juga menolaknya.
"Ga baik menolak rejeki dok" ucap Pak Ustadz.
Tidak sampai sepuluh menit, asisten Pak Ustadz sudah membawakan lima nasi kotak, diletakkan di meja beserta air mineral dalam botol.
"Ayo dok kita makan.. rejeki sudah didepan mata nih" ajak Pak Ustadz.
dokbar menemani Pak Ustadz makan. Banyak yang mereka bincangkan, terutama kesehatan Pak Ustadz.
"Tapi tubuh kita juga butuh rehat Pak Ustadz, bukankah kita jatuhnya dzolim terhadap badan kalo kita forsir terus?" tanya dokbar hati-hati.
"Ya... tapi saya menghidupi banyak orang. Para asisten, anak-anak yatim piatu yang saya asuh dan keluarga pastinya. dokter sudah berumah tangga?" kata Pak Ustadz.
"Belum Pak Ustadz, mohon dido'akan saja" jawab dokbar.
"Sudah ada calonnya atau belum?" ucap Pak Ustadz.
"Saya sudah cocok dengan salah satu teman wanita Pak Ustadz, tapi belum berani melamarnya secara resmi" ujar dokbar jujur.
"Ga baik pacaran dok.." saran Pak Ustadz.
"Selama kenal, kami tidak pacaran Pak Ustadz, sekarang pun sedang sama-sama berpikir ulang tentang hubungan kami" jelas dokbar.
"Tapi video call kan?" tembak Pak Ustadz.
dokbar mengangguk sebagai tanda mengiyakan.
"Nah itu.. jangan mendekati zina dan fitnah. Kalo sudah siap, buat apa harus ditunda? Wajib loh bagi yang sudah mampu. Sekarang dokter kan sudah cukup umur, siap lahir batin dan sudah punya penghasilan" papar Pak Ustadz.
Akhirnya dokbar merasa menemukan orang yang tepat untuk dia bercerita tentang semua keresahannya, melihat dari sudut pandang agama dan pastinya berharap ada pencerahan.
"Rejeki sudah diatur dok. Menikahlah.. InsyaAllah nanti rejeki akan mengikuti, yang penting niat berumah tangga untuk beribadah kepada Allah SWT" saran Pak Ustadz.
"Seperti yang tadi saya ceritakan Pak Ustadz, beban hutang ini yang membuat saya belum berani berjanji" jawab dokbar.
"dokter sholat kan?" tanya Pak Ustadz.
"InsyaAllah Pak Ustadz, saya melaksanakan sholat, tapi ya yang wajib saja" ucap dokbar.
"Perbaiki lagi ibadahnya, yang wajib kualitas seperti tepat waktu coba ditekankan. Jangan lupa sholat dan ibadah sunnah lainnya. Akan Allah tunjukkan jalan terbaik sebagai solusi permasalahan yang dokter hadapi. Ingat dok, kalo kita kejar dunia ya kita cuma dapat dunia, tapi kalo mengejar akhirat, maka dunia akan ngikutin" lanjut Pak Ustadz.
"Terima kasih Pak Ustadz untuk pencerahannya, saya masih banyak fokus praktek sana sini untuk melunasi hutang. Sampai lupa kalo Allah yang Maha pemberi solusi. Saya hanya taunya solusinya itu uang, makanya rasa hati selalu ga tenang" papar dokbar.
"Kalo Ahad depan dokter libur, boleh main ke rumah saya, kita makan bareng sama jama'ah yang lainnya. Atau dokter mau isi kajian bulanan dengan informasi tentang kesehatan juga boleh. Kajian agama kan tidak harus selalu diisi dengan yang berbau ibadah. Tapi kesehatan pun merupakan salah satu nikmat yang Allah berikan" kata Pak Ustadz.
"Nanti saya hubungi asistennya jika saya bisa ya Pak Ustadz" ucap dokbar.
🍒
Rumah Bu Diah rame sama para pengurus RT dan warga, rupanya sudah banyak aduan masyarakat tentang kecurigaan mereka terhadap Bu Diah.
"Jadi .. kami minta sama Ibu, kalo masih melakukan tindakan asusila di rumah ini, lebih baik pindah saja. Kami tidak mau timbul keresahan dari warga sekitar" kata Pak RT.
"Pak RT.. para warga, saya ga pernah minta makan sama warga disini. Kenapa harus ikut campur urusan saya. Kalo ada warga yang liat ada lelaki masuk kesini ya karena memang kami sudah menikah secara siri" jelas Bu Diah.
"Ada suratnya Bu? kenapa tidak dilaporkan ke RT jika memang sudah menikah" jawab Pak RT.
"Mana ada nikah siri surat Pak.. pikir aja.. saya ini udah tua Pak.. masak mau aneh-aneh. Kalo saya masih muda tuh baru boleh curiga" bela Bu Diah.
"Begini saja Bu, jika memang sudah menikah, saya minta KTP Bapaknya dan membuat surat pernyataan jika beliau dan Ibu sudah menikah, jika terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan, ada bukti kalo Ibu sudah membuat pelaporan pernikahan meskipun secara siri" putus Pak RT.
.
Setelah Pak RT dan warga pamit. Bu Diah buru-buru menghubungi Pak Handoko.
"Sayangggggg... pokoknya mau pindah dari sini" kata Bu Diah tanpa basa-basi.
"Saya lagi meeting" jawab Pak Handoko pelan.
Sambungan telepon terputus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 280 Episodes
Comments
novita setya
pindah ke 2x1 mauuu mbaak diaaah...yg nganterin banyak looh
2023-06-25
2
Eni Djulaeha
Nene udah usia senja..blm prnh coba mkn jipe,boleh juga juga tuh icip-icip
2023-06-24
2
Nurul S N
namanya juga bangkai ditutupi serapat mungkin tetep kecium Bu 🤦🤦
2023-06-24
3