Stetoskop 13, Para lelaki

Hari menjemput Lili sekitar pukul tujuh pagi dan mengajaknya masuk kedalam mobil. Lili duduk disebelahnya.

"Hai cantik banget, Li!" puji Hari.

"Ya, Bapak bilang suruh dandan yang cantik" jawab Lili.

"Jangan panggil Bapak, ya. Kalo lagi berdua panggil Abang" pinta Hari.

"Maaf Pak, ga bisa, sungkan rasanya. Mau kemana kita, Pak?" tanya Lili.

"Kamu mau kemana?" balik bertanya Hari.

"Katanya Bu Melati, Bapak mau antar saya pulang ke rumah" jawab Lili dengan polosnya.

"Abang udah lama ga jalan-jalan, nih. Mau ajak kamu jalan, ke Ancol gimana?" ajak Hari.

"Saya mau langsung pulang aja Pak" harap Lili.

"Li, buka dashboard didepan kamu" ujar Hari.

Dengan ragu-ragu, Lili membuka dashboard mobil itu. Ternyata ada kado didalam sana.

"Ambil Li. Buat kamu" kata Hari.

Lili mengambil kado itu dan membukanya. Didalamnya terdapat jam tangan dan HP baru yang tadi terbungkus kertas kado.

"Selamat ulang tahun ya Li. Kita rayakan ulang tahun kelima belas kamu ini dengan yang spesial. Belum pernah kan ngerayain ulang tahun?" tanya Hari.

"Kok Bapak tau kalo saya ulang tahun hari ini?" Lili antara bahagia dan khawatir.

"Istri saya selalu minta fotokopi identitas seluruh karyawannya, ga sengaja liat kalo hari ini kamu ulang tahun, jadi.. kasih kado deh biar kamu hepi" jelas Hari.

Lili terharu karena baru kali ini ada yang mengucapkan selamat ulang tahun padanya serta memberi kado. Dari tahun ke tahun, Lili selalu merayakan ulang tahunnya tanpa acara spesial.

"Li, Abang harap jadi orang yang pertama ngucapin ulang tahun ya" tutur Hari dengan lembut.

"Makasih ya Pak. Bapak sama Ibu memang sangat baik sama Lili. Kok Bapak tau Lili lagi nabung buat beli HP?" kata Lili.

"Li, sekarang kalo mau apa-apa, bilang aja sama Abang ya, kemarin Abang liat HP kamu udah jadul banget" ujar Hari.

Tangan Hari memegang tangannya Lili. Lili berusaha menarik tangannya, tapi Hari makin mengeratkan. Kemudian Hari mencium tangannya Lili dan meletakkan didadanya.

"Abang beneran cinta sama kamu Li" rayu Hari.

Lili merasa kaget dan merah padam. Dia bahkan belum pernah merasakan perhatian dari lelaki dan jatuh cinta pada seseorang. Perlakuan Hari membuatnya kian melayang.

"Li, sudah setengah tahun kan Abang selalu bilang cinta sama kamu. Gimana kalo hari ini jadi tanggal jadian kita? Ingat Li, kamu bisa menikmati apa yang selama ini kamu ga bisa nikmati. Kamu ga akan kesulitan ekonomi kalo sama Abang" tegas Hari.

Namun, HP Lili berbunyi, ada telepon masuk. Lili buru-buru mengangkatnya.

Kemudian terjadi percakapan antara Lili dan Bapaknya, wajah Lili berubah menjadi sedih.

"Ya Allah" ucap Lili hanya itu, kemudian ia menangis.

Hari menepikan mobilnya.

"Kenapa Li? Siapa yang meninggal?" tanya Hari kaget.

"Ibu saya" jawab Lili dalam tangisnya.

"Ibu kamu meninggal?" tanya Hari meyakinkan.

"Bukan Pak, Ibu saya ketahuan selingkuh, Bapak dan adik-adik pergi dari rumah" ucap Lili pelan.

Hari memeluk Lili dan mencoba menguatkan Lili. Tanpa Lili sadari, Hari sudah mencium keningnya berkali-kali. Bahkan tangannya Hari pun aktif mengusap pipi Lili.

"Kita langsung pulang ya sayang. Kamu harus kuat. Ada Abang yang akan selalu ada kapanpun kamu butuhkan. Percayalah Li, Abang akan dampingi kamu melewati cobaan ini" janji Hari.

"Tapi, Lili bingung Pak" ucap Lili.

"Kamu punya Abang kan Li. Bingungin apa?" janji Hari dengan lembut.

"Lili harus gimana Pak?" tanya Lili dalam bimbangnya.

"Ikuti semua yang Abang bilang. Abang lakukan untuk kebaikan kamu. Percaya kan sama Abang?" ucap Hari meyakinkan.

Mobil mengarah langsung ke rumah Lili. Semua rencana Hari untuk berlibur bersama Lili pun batal. Hari mencoba menarik simpati Lili disaat-saat sulitnya.

Menurut perhitungan Hari, Lili masih berusia yang labil. Jika kondisi keluarganya memanas seperti sekarang ini, jiwa Lili pasti terguncang. Inilah saat yang tepat baginya untuk masuk dalam hidupnya Lili, dengan harapan nantinya Lili akan bergantung pada dirinya bahkan akan ditaklukkan tanpa paksaan. Sepanjang perjalanan, Hari terus mengusap pipi dan lengannya Lili.

Sesampainya di rumah Lili, kondisi rumah sudah sepi, hanya Ibunya yang ada.

Ibunya memeluk Lili dan keduanya menangis. Sementara Hari duduk di teras depan, menunggu sampai para wanita ini selesai menumpahkan air mata.

"Bu, Bapak sama adik-adik kenapa harus pergi dari sini? Mereka diusir warga atau gimana?" tanya Lili.

"Mereka dibawa sama keluarga Bapak" jawab Ibunya Lili.

"Kapan datangnya kesini Bu? Kan lumayan jauh dari Ciasem Subang kesini" kata Lili yang masih bingung.

"Sebenarnya sudah seminggu yang lalu kejadiannya. Bapak langsung menelepon keluarganya. Akhirnya mereka datang dan menjemput Bapak dan anak-anak" cerita ibunya Lili.

"Ibu kenapa harus selingkuh? Sampe kaya gini kejadiannya" tanya Lili dengan polosnya.

"Terpaksa Li. Dari mana biaya pengobatan Bapak dan makan sehari-hari kalo Ibu ga jadi simpanannya Pak RW?" jawab Ibunya Lili.

"Lili kan juga cari uang buat keluarga Bu" sahut Lili.

"Li, mana cukup uang dari kamu dijaman yang sekarang lagi serba mahal ini. Ibu juga wanita normal, ingin dimanja bahkan mau merasakan kenikmatan dunia yang selama menikah ga Ibu dapatkan. Rasanya cape setiap hari garap kebun dan ngurusin Bapakmu yang lumpuh itu" ujar Ibunya Lili.

"Terus sekarang gimana Bu?" tanya Lili.

"Pak RW mau nikahin Ibu, tapi kan Ibu dalam masa iddah dan sekaligus mau urusin dulu surat cerai ke Pengadilan sama Pak RW" jawab Ibunya Lili.

"Pak RW udah punya istri Bu," lanjut Lili.

"Pak RW udah kesengsem sama Ibu, udah kadung cinta mati. Jadinya ga bisa pisah sama Ibu, istrinya juga bolehin dia nikah lagi, kan istrinya udah tua" papar Ibunya Lili.

"Ibu kaya ga nyesel udah ngelakuin ini semua?" tanya Lili dengan wajah kecewa.

"Li, kalo ada pilihan hidup enak, kenapa harus milih hidup susah?" Ibunya Lili berucap tanpa rasa bersalah.

Lili menemui Hari di teras.

"Pak, makasih udah antar saya kesini. Kalo Bapak mau pulang, silahkan" kata Lili dengan sopan.

"Kamu baik-baik Li? Terus kok rumah ini sepi?" tanya Hari.

Ibunya Lili keluar rumah.

"Ini siapa Li?" tanya Ibunya Lili.

"Kenalin Bu, ini pemilik warung tempat Lili bekerja. Pak Hari namanya. Beliau yang mengantarkan Lili pulang kesini karena kasihan Lili ga pulang pas lebaran kemarin" jawab Lili.

"Maaf Pak Hari. Kondisinya seperti ini saat datang. Silakan masuk Pak," tawar ibu Lili.

Hari masuk kedalam rumah dan Lili menawarkan segelas kopi hangat.

Ibu Lili menceritakan semuanya tanpa menyembunyikan apa pun.

"Saya titip Lili ya Pak. Saya akan pindah dari sini" kata ibu Lili.

"Mengapa pindah Bu?" tanya Hari.

"Karena rumah ini sudah tua dan tidak terurus. Tanah ini dulunya kebun kosong, saya tidak tahu siapa pemiliknya, Pak RW janji mau kasih saya rumah tinggal yang lebih layak" jawab Ibunya Lili.

"Maaf Bu.. dimana Bapaknya Lili dan adik-adiknya sekarang? Lili belum bertemu dengan mereka" kata Hari.

"Mereka ada di kampung. Lili tahu alamatnya. Sekarang terserah Lili. Kalau mau menemui Bapaknya ya silakan. Kalau ga mau pergi, ya gapapa" ucap Ibunya Lili.

Ibunya Lili keluar rumah karena sudah dijemput oleh Pak RW. Mereka akan pergi ke Pengadilan untuk memasukkan berkas-berkas yang diperlukan.

Kini hanya Lili dan Hari yang tinggal di rumah.

"Li, kita ke rumah Bapakmu yuk, Abang antar" ajak Hari.

"Jauh Pak" jawab Lili.

"Gak apa-apa Li. Sekarang telepon Bapakmu dan tanyakan kondisinya. Tanyakan juga apakah bisa kita mengunjungi mereka?" inisiatif Hari.

Lili menelepon Bapaknya dan ia kembali menangis tanpa disadarinya.

Hari mengambil tisu yang ada didalam mobil, kemudian mengusap pipinya Lili dengan lembut.

Lili merasa tidak enak saat diperlakukan seperti itu oleh Hari. Ia merasa lebih sungkan.

Hari mengusap kepala Lili dengan lembut. Rambut panjang Lili yang diikat, dilepaskan agar terurai oleh Hari.

"Pak, boleh ga Lili kesana sekarang?" tanya Lili.

"Ga usah dulu Li. Keluarga Bapak masih kesal dengan tindakan Ibumu. Bapak khawatir kalau kamu jadi sasaran. Jadi tunggu dulu sampai suasananya dingin ya" saran Bapaknya Lili.

"Tapi Lili kangen Pak. Sama Bapak dan adik-adik" ucap Lili sambil menangis lagi.

Hari kembali mengusap air matanya, bahkan memeluk Lili. Meskipun awalnya Lili menolak, lama kelamaan ia merasa nyaman didalam pelukan hangat itu.

"Kamu pulang sendiri Li?" tanya Bapaknya Lili.

"Lili diantar oleh suaminya Bu Melati. Pak Hari masih ada disini" jawab Lili.

"Boleh kamu berikan telepon ke atasanmu Li?" tanya Bapaknya Lili.

"Nanti Lili telepon lagi ya Pak. Lili tanya dulu sama beliau" kata Lili.

Lili mengakhiri panggilan itu.

"Pak, maaf .. Bapak saya ingin berbicara ... boleh?" tanya Lili dengan hati-hati.

"Tentu aja Li. Kamu ga perlu segan begitu.. biasa aja" kata Hari dengan senang hati.

"Maaf Pak. Saya merasa tidak nyaman saat dipeluk seperti ini. Saya malu dan ga enak sama Bu Melati" ucap Lili.

"Ini adalah bentuk rasa sayang Li. Saya ini kan sebaya sama Bapakmu, jadi wajar jika Abang merasa sayang sama kamu. Tetapi selain sayang, Abang juga memiliki perasaan cinta yang akan selalu Abang ungkapkan tanpa pernah bosan" kata Hari.

"Pak, ini pertama kali Lili dipeluk oleh seorang laki-laki. Bahkan Bapaknya Lili gak pernah seperti ini" ujar Lili.

"Boleh ga mulai panggil sayang ke Abang kalo lagi berduaan. Please Li.. coba deh.. bilang sayang ke Abang. I love you Lili.. Boleh ga Abang jadi pacarmu?" lanjut Hari.

Lili diam dan memandang Hari dengan rasa bingung.

"Gimana sayang? Kamu mencintai Abang juga?" tanya Hari.

Lili masih diam.

"Ga perlu dijawab sekarang. Pikirkan dahulu masak-masak. Yang penting kamu tau kalau Abang selalu siap sedia kapan saja kamu membutuhkan dukungan dan pelukan hangat seperti sekarang ini" ucap Hari lembut.

Hari kembali mengusap pipi Lili yang basah oleh air mata.

"Kamu adalah wanita tercantik yang pernah Abang temui. Abang sungguh-sungguh mencintaimu Li" ucap Hari.

Lili menutup matanya dan Hari sengaja seperti itu agar Lili berpikir ia akan menciumnya. Padahal tidak Hari lakukan.

"Telepon Bapakmu sekarang Li.. Abang mau ngomong" ingat Hari.

Lili bergegas mengambil handphonenya.

"Sayang, disini aja.. duduk dipangkuan Abang. Nanti di loudspeaker biar kamu bisa dengar" ajak Hari.

Lili mematuhi ajakan Hari. Sepertinya dia sudah masuk dalam tipu daya Hari.

Hari berbicara ringan dengan Bapaknya Lili sebagai basa-basi.

"Saya akan menjaga Lili seperti menjaga anak saya sendiri Pak" janji Hari.

"Terima kasih Pak Hari. Saya percayakan Lili pada Anda. Tolong sayangi dia, kasih nasehat jika dia ada salah. Saya percaya Anda bisa membantu untuk mendidik Lili menjadi wanita yang baik, jauh dari sifat Ibunya" kata Bapaknya Lili.

"Jadi Bapak mempercayakan Lili pada saya? benar Pak?" tanya Hari dengan sengaja menekan kata-katanya.

"Ya Pak Hari. Lili selama ini cerita kalau atasannya sangat baik. Saya tahu Anda orang yang baik. Tolong anggap Lili seperti anak sendiri ya Pak.. dia tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya termasuk dari saya" kata Bapaknya Lili lagi.

.

Hari mengajak Lili pulang ke rumahnya Melati. Sudah menjelang Maghrib dan tidak ada tanda-tanda Ibunya Lili pulang ke rumah.

🍒

Malam ini, dokter Raz menelepon Hana, tetapi panggilannya ditolak. Akhirnya beliau mengirim pesan teks.

#Bagaimana kabar hari ini? Semua baik-baik saja?# tanya dokter Raz dengan basa-basi.

#Baik# balas Hana.

#Saya besok pindah tugas di provinsi lain... capek sih tapi harus dinikmati. Apa Ummi sudah menghubungi kamu?# tanya dokter Raz lagi.

#Belum# balas Hana singkat.

#Masih sulit menerima kehadiran saya?# lanjut dokter Raz.

Sepuluh menit berlalu dan tidak ada balasan. Dokter Raz tidak melanjutkan obrolan karena menurutnya akan sia-sia saja. Ia memandangi foto di HP-nya bersama Hana, anak-anak dan orang tuanya.

"Entah kenapa, saya kembali jatuh cinta pada usia yang sudah tidak muda. Hana, semoga kita berjodoh. Cinta ini pernah ada didalam hatiku, tapi kali ini efeknya berbeda. Sulit sekali melepaskan bayanganmu Hana..." kata dokter Raz bicara sendiri.

🍄

Di kamar istirahat dokter jaga IGD, dokbar tengah memandang fotonya bersama Elsa saat di Solo.

"Ca.. (panggilan sayang dokbar ke Elsa adalah Ceca), kenapa tidak memberi kabar? ditelepon gak diangkat, dikirim chat gak dibalas, pesan di media sosial juga ga ada respon. Apa sekarang kamu ada di daerah yang gak ada sinyal? Ca.. tunggu setahun lagi ya. Saya akan berusaha mencari uang yang banyak untuk melunasi hutang di Bank. Sebulan lagi tugas mengajar kamu akan selesai. Kita bisa rutin berkomunikasi lagi... atau kamu pindah ke Jakarta Ca, mencari kerja disini agar kita semakin dekat" ucap dokbar.

Telepon di ruangan tersebut berbunyi, panggilan dari IGD.

"Dok, ada pasien di IGD" lapor perawat IGD.

🍄

"Diah, kamu ini ya, makin tua makin hot" puji Pak Handoko yang sudah terkapar tak berdaya disamping Bu Diah.

"Kan buat sayang juga... Ikut senam kegel enak kan efeknya?" ucap Bu Diah sambil tersenyum genit.

"Rasanya kaya dijepit gitu... padahal usiamu sudah hampir empat puluh lima tahun, gak kalah sama mereka yang lebih muda" puji Pak Handoko.

"Nah ya, main lagi sama yang lain rupanya?" tanya Bu Diah cemburu.

"Gak sayang, dulu saat saya masih muda. Bahkan saya gak bisa main lama sama istri sekarang ini. Apalagi istri sudah menopause, katanya gak nyaman. Saya jadi cepat keluarnya. Baru masuk eh langsung kelar. Kalo sama kamu kan bisa sekitar lima menitan" cerita Pak Handoko.

"Makanya, makan telur setengah matang dulu sebelumnya, kan selalu saya sediakan kalau datang kesini, udah gitu kita kan banyak bercumbu buat mancing hasrat" kata Bu Diah.

"Memang kamu tahu apa yang saya butuhkan" jawab Pak Handoko.

Keduanya berpelukan tanpa busana di tempat tidur. Pak Handoko memang sukanya seperti itu, melihat Bu Diah dalam kondisi tanpa apa-apa.

"Sayang, dua hari lagi, saya ulang tahun. Mau dong dibeliin gelang. Yang ini kecil banget" rayu Bu Diah sambil memperlihatkan gelangnya.

"Tenang aja, para distributor obat harus mendapatkan persetujuan dari saya untuk jadi rekanan Rumah Sakit, hari ini ada yang sudah disetujui. Pemain linen yang baru, mereka akan kerjasama penyediaan kebutuhan linen selama satu tahun. Rencananya akan mengirim uang sebagai hadiah sekitar sepuluh juta rupiah. Saya sudah memberikan nomor rekeningmu agar gak tercampur dengan urusan Rumah Sakit" ungkap Pak Handoko.

"Sayangku ini memang sangat pintar, Pak Handoko.. sang pemilik Rumah Sakit ternama" puji Bu Diah sambil mencium pipi Pak Handoko.

"Sayang, kita belum pernah liburan. Masa di kamar ini terus bercintanya .. sesekali di hotel atau tempat lain?" ajak Pak Handoko.

"Gak takut ketahuan? Saya sih mau aja, tapi Bapak yang satu ini cukup dikenal orang loh. Katanya mau main cantik... buktinya hampir tujuh tahun kita baik-baik saja. Oh ya, saya mau minta rumah atau apartemen? Sudah bosan disini" papar Bu Diah.

"Mau dimana sayang? Pilih aja. Saya memiliki empat rumah dan tiga unit apartemen. Tapi kayanya akan lebih aman di rumah susun sederhana, biar ga ada yang curiga. Kita sudah mulai diawasi sama tetangga sini" tukas Pak Handoko.

"Itu dia tetangga... senang melihat orang susah dan susah melihat orang senang" kata Bu Diah.

"Sayang, tolong pijatin dong, maklum sudah tua... baru main sebentar aja rasanya pinggang mau copot" pinta Pak Handoko.

"Iya sayangku, tapi saya pakai baju ya. Sudah tua juga...daripada masuk angin" kata Bu Diah.

"Masuk angin atau masuk yang lain?" goda Pak Handoko.

"Apa masih sanggup mengambil ronde kedua?" sahut Bu Diah.

"Mau sih, tapi rasanya gak sanggup lagi. Coba kamu goda.. biar panas lagi, ya dipancing gitu ..." pinta Pak Handoko.

Terpopuler

Comments

novita setya

novita setya

apakah pak handoko sejenis ikan..mesti dipancing dl. gmn kl dijaring..

2023-06-24

1

Eni Djulaeha

Eni Djulaeha

siapa nih yg btuh 🔨🔨udh nene siapin, brgkali tar ketemu dua bandot tua bwt getok palanya..biar mereka smbuh dri amnesia 🤕🤕🤕

2023-06-11

2

Eni Djulaeha

Eni Djulaeha

otor nih.. mancing emosi emak²
klakuan c hari makin menjadi sm lili dgn sgala tipu daya n gombalan nya.. smoga lili d selamatkan sm otor 🤗
c bandot tua yg nyebelin.. stali tiga uang sm Bu Diah 👿
Nene udh nyiapin 🔨🔨.. bwt getok pala c hari sm bandot tua biar sembuh dari amnesia..🤕🤕🤕

2023-06-11

2

lihat semua
Episodes
1 Stetoskop 1, Permulaan
2 Stetoskop 2, Pada awalnya
3 Stetoskop 3, Masa lalu
4 Stetoskop 4, Masa kelam
5 Stetoskop 5, Kisahpun bermula
6 Stetoskop 6, Perkenalan
7 Stetoskop 7, Menjemput impian
8 Stetoskop 8, Realitanya ada
9 Stetoskop 9, Dinamika IGD
10 Stetoskop 10, Bertemu masa lalu
11 Stetoskop 11, Hari dan wanita
12 Stetoskop 12, Tugas dokter
13 Stetoskop 13, Para lelaki
14 Stetoskop 14, Tak sesuai bayangan
15 Stetoskop 15, Berbincang
16 Stetoskop 16, Rencana baru
17 Stetoskop 17, Merenung
18 Stetoskop 18, Sekelumit kisah
19 Stetoskop 19, Menyimpan cerita
20 Stetoskop 20, Keresahan
21 Stetoskop 21, Mencari jalan
22 Stetoskop 22, Dilema
23 Stetoskop 23, Putaran takdir
24 Stetoskop 24, Perubahan
25 Stetoskop 25, Kisahnya Barra
26 Stetoskop 26, Penolakan
27 Stetoskop 27, Demi masa depan
28 Stetoskop 28, Dan terjadilah..
29 Stetoskop 29, Perbaikan
30 Stetoskop 30, Kehilangan
31 Stetoskop 31, Menahan emosi
32 Stetoskop 32, Bicara
33 Stetoskop 33, Tragedi
34 Stetoskop 34, Rutinitas
35 Stetoskop 35, Duka
36 Stetoskop 36, Pertemuan
37 Stetoskop 37, Jalan berdua
38 Stetoskop 38, Hati ke hati
39 Stetoskop 39, Mencari
40 Stetoskop 40, Harus bisa
41 Stetoskop 41, Menuju yang lebih baik
42 Stetoskop 42, Langkah
43 Stetoskop 43, Berjuang
44 Stetoskop 44, Mengenal
45 Stetoskop 45, Penjajakan
46 Stetoskop 46, Keadaan
47 Stetoskop 47, Terkuak
48 Stetoskop 48, Kedua kalinya
49 Stetoskop 49, Seperti biasa
50 Stetoskop 50, Musibah
51 Stetoskop 51, Melihat dari berbagai sisi
52 Stetoskop 52, Keras hati
53 Stetoskop 53, Berduaan
54 Stetoskop 54, Rejeki tidak hanya berupa uang
55 Stetoskop 55, Akhirnya..
56 Stetoskop 56, Keputusan
57 Stetoskop 57, Menuju halal
58 Stetoskop 58, Menyerahkan
59 Stetoskop 59, Bercerita masa lalu
60 Stetoskop 60, Gosip
61 Stetoskop 61, Menuju bahagia
62 Stetoskop 62, Pengantin baru
63 Stetoskop 63, Cinta
64 Stetoskop 64, Jumpa lagi
65 Stetoskop 65, Antara bahagia dan kecewa
66 Stetoskop 66, Pendekatan
67 Stetoskop 67, Rasa sayang
68 Stetoskop 68, Pasangan?
69 Stetoskop 69, Peristiwa
70 Stetoskop 70, Pelepasan PPDS
71 Stetoskop 71, Kesempatan baru
72 Stetoskop 72, Penyesuaian
73 Stetoskop 73, Diskusi masa lalu
74 Stetoskop 74, Berjumpa
75 Stetoskop 75, Kegiatan
76 Stetoskop 76, Malam ini
77 Stetoskop 77, Babak baru
78 Stetoskop 78, Bertemu lagi
79 Stetoskop 79, Langkah selanjutnya
80 Stetoskop 80, Takut
81 Stetoskop 81, Menemani
82 Stetoskop 82, Mengusik hati
83 Stetoskop 83, Hampir aja
84 Stetoskop 84, Terselamatkan
85 Stetoskop 85, "Kesasar"
86 Stetoskop 86, Dunia milik berdua
87 Stetoskop 87, Setan berbisik
88 Stetoskop 88, Bertemu
89 Stetoskop 89, Campur aduk
90 Stetoskop 90, Aku berhak atas rasaku
91 Stetoskop 91, Nikah Yukkkk
92 Stetoskop 92, Lembaran baru
93 Stetoskop 93, Kembali bersama
94 Stetoskop 94, Rangkaian cerita
95 Stetoskop 95, Tembung
96 Episode 96, Ricuh
97 Stetoskop 97, Pendekatan
98 Stetoskop 98, Perbincangan
99 Stetoskop 99, Gamang
100 Stetoskop 100, Membuka hati
101 Stetoskop 101, Ricuh
102 Stetoskop 102, Menjelang hari H
103 Stetoskop 103, Rencana busuk
104 Stetoskop 104, Di rumah
105 Stetoskop 105, Ketahuan
106 Stetoskop 106, Kesibukan di hari Sabtu
107 Stetoskop 107, Kondangan
108 Stetoskop 108, Ciuman pertama
109 Stetoskop 109, Kembali
110 Stetoskop 110, Kurang fit
111 Stetoskop 111, Miskom
112 Stetoskop 112, Berdebat
113 Stetoskop 113, Pria gila
114 Episode 114, Di Rumah Sakit
115 Stetoskop 115, Jalan pulang
116 Stetoskop 116, Percakapan mendalam
117 Stetoskop 117, Membahas tentang nikah
118 Stetoskop 118, Edisi curhat
119 Stetoskop 119, Resign
120 Stetoskop 120, Touring
121 Stetoskop 121, Sharing ilmu
122 Stetoskop 122, Teman
123 Stetoskop 123, Breaking news
124 Stetoskop 124, Duka menggelayut
125 Stetoskop 125, Sepanjang gang
126 Stetoskop 126, Tidak bersedia
127 Stetoskop 127, Pemakaman
128 Stetoskop 128, Bermuka dua
129 Stetoskop 129, Masih ramai
130 Stetoskop 130, Berjumpa
131 Stetoskop 131, Di kamar Bhree
132 Stetoskop 132, Yang muda yang bercinta
133 Stetoskop 133, Ketahuan
134 Stetoskop 134, ICU
135 Episode 135, Tahap pemulihan
136 Stetoskop 136, Ruang rawat
137 Stetoskop 137, Kecurigaan
138 Stetoskop 138, I love you
139 Stetoskop 139, Tetirah
140 Stetoskop 140, Berbincang
141 Stetoskop 141, Pulang
142 Stetoskop 142, Kangen
143 Stetoskop 143, Bersamamu
144 Stetoskop 144, Berkegiatan
145 Stetoskop 145, Terkuak
146 Stetoskop 146, Berdekatan
147 Stetoskop 147, Ngedate
148 Stetoskop 148, Kencan
149 Stetoskop 149, Emosi jiwa
150 Stetoskop 150, Ada-ada saja
151 Stetoskop 151, Duduk bersama
152 Stetoskop 152, Nakal
153 Stetoskop 153, Komitmen baru
154 Stetoskop 154, Panggilan darurat
155 Stetoskop 155, Berangkat
156 Stetoskop 156, Kehebohan
157 Stetoskop 157, Mau menikah
158 Stetoskop 158, Temu kangen
159 Stetoskop 159, Tak disangka
160 Stetoskop 160, Maaf
161 Stetoskop 161, Gawat
162 Stetoskop 162, Menggelitik jiwa
163 Stetoskop 163, Kesibukan menjelang pernikahan
164 Stetoskop 164, Perbincangan laki-laki
165 Stetoskop 165, Menegang
166 Stetoskop 166, Ambang kesabaran
167 Stetoskop 167, Persiapan
168 Stetoskop 168, H-1
169 Stetoskop 169, Tegang
170 Stetoskop 170, Sah
171 Stetoskop 171, Ramah tamah
172 Stetoskop 172, Caption
173 Stetoskop 173, Kegiatan pasangan
174 Stetoskop 174, Full of love
175 Stetoskop 175, Jumpa lagi
176 Stetoskop 176, Ricuh
177 Stetoskop 177, Penjelasan
178 Stetoskop 178, Di Solo
179 Stetoskop 179, Warna warni kehidupan pasangan
180 Stetoskop 180, Ribut lagi
181 Stetoskop 181, Mantu dan mertua
182 Stetoskop 182, Kesibukan dokbar
183 Stetoskop 183, Manja
184 Stetoskop 184, Bertengkar
185 Stetoskop 185, Pembicaraan tepi jurang
186 Stetoskop 186, Hiburan
187 Stetoskop 187, Ruwet
188 Stetoskop 188, Kesibukan harian dokbar
189 Stetoskop 189, Edisi curhat
190 Stetoskop 190, Rahasia yang terkuak
191 Stetoskop 191, Quality time
192 Stetoskop 192, Obrolan penting
193 Stetoskop 193, Pesona Barra
194 Stetoskop, kegiatan Bhree
195 Stetoskop 195, Perkembangan
196 Stetoskop 196, Hidup baru Tama
197 Stetoskop 197, Perbincangan keluarga
198 Stetoskop 198, Curhatan Barra
199 Stetoskop 199, Isu yang tak hangat
200 Stetoskop 200, Pandangan terhadap Barra
201 Stetoskop 201, Di rumah Prof Andjar
202 Stetoskop 202, Menuju bahagia
203 Stetoskop 203, Dunia masing-masing
204 Stetoskop 204, Kehidupan
205 Stetoskop 205, Kegiatan seperti biasa
206 Stetoskop 206, Lelah
207 Stetoskop 207, Menggelitik kalbu
208 Stetoskop 208, Mikir
209 Stetoskop 209, Obrolan yang ga penting
210 Stetoskop 210, Berita menggelegar
211 Stetoskop 211, Mellow
212 Stetoskop 212, Bola panas
213 Stetoskop 213, Kebaikan
214 Stetoskop 214, Menahan emosi
215 Stetoskop 215, Pelan tapi pasti
216 Stetoskop 216, Berbeda
217 Stetoskop 217, Karena masa lalu
218 Stetoskop 218, Sedikit mereda
219 Stetoskop 219, Perbincangan
220 Stetoskop 220, Kejadian tak biasa
221 Stetoskop 221, Kabar duka
222 Stetoskop 222, Kejadian luar biasa
223 Stetoskop 223, Keajaiban itu ada
224 Stetoskop 224, Perbincangan
225 Stetoskop 225, Jenguk
226 Stetoskop 226, Tak seperti yang diharapkan
227 Stetoskop 227, Terus terang
228 Stetoskop 228, Berkunjung
229 Stetoskop 229, Belum ada titik terang
230 Stetoskop 230, Bintangnya
231 Stetoskop 231, Ngobrol santai
232 Stetoskop 232, Rahasia terbongkar lagi
233 Stetoskop 233, Dukacita
234 Stetoskop 234, Ada aja kendalanya
235 Stetoskop 235, Di rumah aja
236 Stetoskop 236, Masih panas
237 Stetoskop 237, Emosi dokbar
238 Stetoskop 238, dokbar hari ini
239 Stetoskop 239, Dilema lagi
240 Stetoskop 240, Masih belum nyaman
241 Stetoskop 241, Obrolan
242 Stetoskop 242, Tambah pusing
243 Stetoskop 243, Tidak terlibat
244 Stetoskop 244, IGD
245 Stetoskop 245, Saat ini
246 Stetoskop 246, Kamar VVIP
247 Stetoskop 247, Kematian di IGD
248 Stetoskop 248, Suasana terkini
249 Stetoskop 249, Akhirnyaaa
250 Stetoskop 250, Ambulans
251 Stetoskop 251, Drama yang berakhir juga
252 Stetoskop 252, Pengakuan
253 Stetoskop 253, Mengiris perih
254 Stetoskop 254, Duka mendalam
255 Stetoskop 255, Menyembuhkan luka
256 Stetoskop 256, Pengumuman mengejutkan
257 Stetoskop 257, Mencoba berdamai
258 Stetoskop 258, Masih gamang
259 Stetoskop 259, Keputusan
260 Stetoskop 260, Oh begitu....
261 Stetoskop 261, Memaafkan
262 Stetoskop 262, Berdua dengan segala ceritanya
263 Stetoskop 263, Berdamai
264 Stetoskop 264, dokbar on duty
265 Stetoskop 265, Persiapan
266 Stetoskop 266, Berita lagi
267 Stetoskop 267, Waktu bersama
268 Stetoskop 268, Sowan kesana kemari
269 Stetoskop 269, Mengakhiri bab di Cinta Medika
270 Episode 270, Duka diujung senja
271 Stetoskop 271, Mencari jalan tengah
272 Stetoskop 272, Perpisahan dan pertemuan
273 Stetoskop 273, Cemburu
274 Stetoskop 274, Legowo
275 Stetoskop 275, Bertemu kawan lama
276 Stetoskop 276, Kumpul lagi
277 Stetoskop 277, Mumet lagi
278 Stetoskop 278, Berita yang membuat pening
279 Stetoskop 279, Mencoba menyelesaikan masalah
280 Stetoskop 280, Sampai disini
Episodes

Updated 280 Episodes

1
Stetoskop 1, Permulaan
2
Stetoskop 2, Pada awalnya
3
Stetoskop 3, Masa lalu
4
Stetoskop 4, Masa kelam
5
Stetoskop 5, Kisahpun bermula
6
Stetoskop 6, Perkenalan
7
Stetoskop 7, Menjemput impian
8
Stetoskop 8, Realitanya ada
9
Stetoskop 9, Dinamika IGD
10
Stetoskop 10, Bertemu masa lalu
11
Stetoskop 11, Hari dan wanita
12
Stetoskop 12, Tugas dokter
13
Stetoskop 13, Para lelaki
14
Stetoskop 14, Tak sesuai bayangan
15
Stetoskop 15, Berbincang
16
Stetoskop 16, Rencana baru
17
Stetoskop 17, Merenung
18
Stetoskop 18, Sekelumit kisah
19
Stetoskop 19, Menyimpan cerita
20
Stetoskop 20, Keresahan
21
Stetoskop 21, Mencari jalan
22
Stetoskop 22, Dilema
23
Stetoskop 23, Putaran takdir
24
Stetoskop 24, Perubahan
25
Stetoskop 25, Kisahnya Barra
26
Stetoskop 26, Penolakan
27
Stetoskop 27, Demi masa depan
28
Stetoskop 28, Dan terjadilah..
29
Stetoskop 29, Perbaikan
30
Stetoskop 30, Kehilangan
31
Stetoskop 31, Menahan emosi
32
Stetoskop 32, Bicara
33
Stetoskop 33, Tragedi
34
Stetoskop 34, Rutinitas
35
Stetoskop 35, Duka
36
Stetoskop 36, Pertemuan
37
Stetoskop 37, Jalan berdua
38
Stetoskop 38, Hati ke hati
39
Stetoskop 39, Mencari
40
Stetoskop 40, Harus bisa
41
Stetoskop 41, Menuju yang lebih baik
42
Stetoskop 42, Langkah
43
Stetoskop 43, Berjuang
44
Stetoskop 44, Mengenal
45
Stetoskop 45, Penjajakan
46
Stetoskop 46, Keadaan
47
Stetoskop 47, Terkuak
48
Stetoskop 48, Kedua kalinya
49
Stetoskop 49, Seperti biasa
50
Stetoskop 50, Musibah
51
Stetoskop 51, Melihat dari berbagai sisi
52
Stetoskop 52, Keras hati
53
Stetoskop 53, Berduaan
54
Stetoskop 54, Rejeki tidak hanya berupa uang
55
Stetoskop 55, Akhirnya..
56
Stetoskop 56, Keputusan
57
Stetoskop 57, Menuju halal
58
Stetoskop 58, Menyerahkan
59
Stetoskop 59, Bercerita masa lalu
60
Stetoskop 60, Gosip
61
Stetoskop 61, Menuju bahagia
62
Stetoskop 62, Pengantin baru
63
Stetoskop 63, Cinta
64
Stetoskop 64, Jumpa lagi
65
Stetoskop 65, Antara bahagia dan kecewa
66
Stetoskop 66, Pendekatan
67
Stetoskop 67, Rasa sayang
68
Stetoskop 68, Pasangan?
69
Stetoskop 69, Peristiwa
70
Stetoskop 70, Pelepasan PPDS
71
Stetoskop 71, Kesempatan baru
72
Stetoskop 72, Penyesuaian
73
Stetoskop 73, Diskusi masa lalu
74
Stetoskop 74, Berjumpa
75
Stetoskop 75, Kegiatan
76
Stetoskop 76, Malam ini
77
Stetoskop 77, Babak baru
78
Stetoskop 78, Bertemu lagi
79
Stetoskop 79, Langkah selanjutnya
80
Stetoskop 80, Takut
81
Stetoskop 81, Menemani
82
Stetoskop 82, Mengusik hati
83
Stetoskop 83, Hampir aja
84
Stetoskop 84, Terselamatkan
85
Stetoskop 85, "Kesasar"
86
Stetoskop 86, Dunia milik berdua
87
Stetoskop 87, Setan berbisik
88
Stetoskop 88, Bertemu
89
Stetoskop 89, Campur aduk
90
Stetoskop 90, Aku berhak atas rasaku
91
Stetoskop 91, Nikah Yukkkk
92
Stetoskop 92, Lembaran baru
93
Stetoskop 93, Kembali bersama
94
Stetoskop 94, Rangkaian cerita
95
Stetoskop 95, Tembung
96
Episode 96, Ricuh
97
Stetoskop 97, Pendekatan
98
Stetoskop 98, Perbincangan
99
Stetoskop 99, Gamang
100
Stetoskop 100, Membuka hati
101
Stetoskop 101, Ricuh
102
Stetoskop 102, Menjelang hari H
103
Stetoskop 103, Rencana busuk
104
Stetoskop 104, Di rumah
105
Stetoskop 105, Ketahuan
106
Stetoskop 106, Kesibukan di hari Sabtu
107
Stetoskop 107, Kondangan
108
Stetoskop 108, Ciuman pertama
109
Stetoskop 109, Kembali
110
Stetoskop 110, Kurang fit
111
Stetoskop 111, Miskom
112
Stetoskop 112, Berdebat
113
Stetoskop 113, Pria gila
114
Episode 114, Di Rumah Sakit
115
Stetoskop 115, Jalan pulang
116
Stetoskop 116, Percakapan mendalam
117
Stetoskop 117, Membahas tentang nikah
118
Stetoskop 118, Edisi curhat
119
Stetoskop 119, Resign
120
Stetoskop 120, Touring
121
Stetoskop 121, Sharing ilmu
122
Stetoskop 122, Teman
123
Stetoskop 123, Breaking news
124
Stetoskop 124, Duka menggelayut
125
Stetoskop 125, Sepanjang gang
126
Stetoskop 126, Tidak bersedia
127
Stetoskop 127, Pemakaman
128
Stetoskop 128, Bermuka dua
129
Stetoskop 129, Masih ramai
130
Stetoskop 130, Berjumpa
131
Stetoskop 131, Di kamar Bhree
132
Stetoskop 132, Yang muda yang bercinta
133
Stetoskop 133, Ketahuan
134
Stetoskop 134, ICU
135
Episode 135, Tahap pemulihan
136
Stetoskop 136, Ruang rawat
137
Stetoskop 137, Kecurigaan
138
Stetoskop 138, I love you
139
Stetoskop 139, Tetirah
140
Stetoskop 140, Berbincang
141
Stetoskop 141, Pulang
142
Stetoskop 142, Kangen
143
Stetoskop 143, Bersamamu
144
Stetoskop 144, Berkegiatan
145
Stetoskop 145, Terkuak
146
Stetoskop 146, Berdekatan
147
Stetoskop 147, Ngedate
148
Stetoskop 148, Kencan
149
Stetoskop 149, Emosi jiwa
150
Stetoskop 150, Ada-ada saja
151
Stetoskop 151, Duduk bersama
152
Stetoskop 152, Nakal
153
Stetoskop 153, Komitmen baru
154
Stetoskop 154, Panggilan darurat
155
Stetoskop 155, Berangkat
156
Stetoskop 156, Kehebohan
157
Stetoskop 157, Mau menikah
158
Stetoskop 158, Temu kangen
159
Stetoskop 159, Tak disangka
160
Stetoskop 160, Maaf
161
Stetoskop 161, Gawat
162
Stetoskop 162, Menggelitik jiwa
163
Stetoskop 163, Kesibukan menjelang pernikahan
164
Stetoskop 164, Perbincangan laki-laki
165
Stetoskop 165, Menegang
166
Stetoskop 166, Ambang kesabaran
167
Stetoskop 167, Persiapan
168
Stetoskop 168, H-1
169
Stetoskop 169, Tegang
170
Stetoskop 170, Sah
171
Stetoskop 171, Ramah tamah
172
Stetoskop 172, Caption
173
Stetoskop 173, Kegiatan pasangan
174
Stetoskop 174, Full of love
175
Stetoskop 175, Jumpa lagi
176
Stetoskop 176, Ricuh
177
Stetoskop 177, Penjelasan
178
Stetoskop 178, Di Solo
179
Stetoskop 179, Warna warni kehidupan pasangan
180
Stetoskop 180, Ribut lagi
181
Stetoskop 181, Mantu dan mertua
182
Stetoskop 182, Kesibukan dokbar
183
Stetoskop 183, Manja
184
Stetoskop 184, Bertengkar
185
Stetoskop 185, Pembicaraan tepi jurang
186
Stetoskop 186, Hiburan
187
Stetoskop 187, Ruwet
188
Stetoskop 188, Kesibukan harian dokbar
189
Stetoskop 189, Edisi curhat
190
Stetoskop 190, Rahasia yang terkuak
191
Stetoskop 191, Quality time
192
Stetoskop 192, Obrolan penting
193
Stetoskop 193, Pesona Barra
194
Stetoskop, kegiatan Bhree
195
Stetoskop 195, Perkembangan
196
Stetoskop 196, Hidup baru Tama
197
Stetoskop 197, Perbincangan keluarga
198
Stetoskop 198, Curhatan Barra
199
Stetoskop 199, Isu yang tak hangat
200
Stetoskop 200, Pandangan terhadap Barra
201
Stetoskop 201, Di rumah Prof Andjar
202
Stetoskop 202, Menuju bahagia
203
Stetoskop 203, Dunia masing-masing
204
Stetoskop 204, Kehidupan
205
Stetoskop 205, Kegiatan seperti biasa
206
Stetoskop 206, Lelah
207
Stetoskop 207, Menggelitik kalbu
208
Stetoskop 208, Mikir
209
Stetoskop 209, Obrolan yang ga penting
210
Stetoskop 210, Berita menggelegar
211
Stetoskop 211, Mellow
212
Stetoskop 212, Bola panas
213
Stetoskop 213, Kebaikan
214
Stetoskop 214, Menahan emosi
215
Stetoskop 215, Pelan tapi pasti
216
Stetoskop 216, Berbeda
217
Stetoskop 217, Karena masa lalu
218
Stetoskop 218, Sedikit mereda
219
Stetoskop 219, Perbincangan
220
Stetoskop 220, Kejadian tak biasa
221
Stetoskop 221, Kabar duka
222
Stetoskop 222, Kejadian luar biasa
223
Stetoskop 223, Keajaiban itu ada
224
Stetoskop 224, Perbincangan
225
Stetoskop 225, Jenguk
226
Stetoskop 226, Tak seperti yang diharapkan
227
Stetoskop 227, Terus terang
228
Stetoskop 228, Berkunjung
229
Stetoskop 229, Belum ada titik terang
230
Stetoskop 230, Bintangnya
231
Stetoskop 231, Ngobrol santai
232
Stetoskop 232, Rahasia terbongkar lagi
233
Stetoskop 233, Dukacita
234
Stetoskop 234, Ada aja kendalanya
235
Stetoskop 235, Di rumah aja
236
Stetoskop 236, Masih panas
237
Stetoskop 237, Emosi dokbar
238
Stetoskop 238, dokbar hari ini
239
Stetoskop 239, Dilema lagi
240
Stetoskop 240, Masih belum nyaman
241
Stetoskop 241, Obrolan
242
Stetoskop 242, Tambah pusing
243
Stetoskop 243, Tidak terlibat
244
Stetoskop 244, IGD
245
Stetoskop 245, Saat ini
246
Stetoskop 246, Kamar VVIP
247
Stetoskop 247, Kematian di IGD
248
Stetoskop 248, Suasana terkini
249
Stetoskop 249, Akhirnyaaa
250
Stetoskop 250, Ambulans
251
Stetoskop 251, Drama yang berakhir juga
252
Stetoskop 252, Pengakuan
253
Stetoskop 253, Mengiris perih
254
Stetoskop 254, Duka mendalam
255
Stetoskop 255, Menyembuhkan luka
256
Stetoskop 256, Pengumuman mengejutkan
257
Stetoskop 257, Mencoba berdamai
258
Stetoskop 258, Masih gamang
259
Stetoskop 259, Keputusan
260
Stetoskop 260, Oh begitu....
261
Stetoskop 261, Memaafkan
262
Stetoskop 262, Berdua dengan segala ceritanya
263
Stetoskop 263, Berdamai
264
Stetoskop 264, dokbar on duty
265
Stetoskop 265, Persiapan
266
Stetoskop 266, Berita lagi
267
Stetoskop 267, Waktu bersama
268
Stetoskop 268, Sowan kesana kemari
269
Stetoskop 269, Mengakhiri bab di Cinta Medika
270
Episode 270, Duka diujung senja
271
Stetoskop 271, Mencari jalan tengah
272
Stetoskop 272, Perpisahan dan pertemuan
273
Stetoskop 273, Cemburu
274
Stetoskop 274, Legowo
275
Stetoskop 275, Bertemu kawan lama
276
Stetoskop 276, Kumpul lagi
277
Stetoskop 277, Mumet lagi
278
Stetoskop 278, Berita yang membuat pening
279
Stetoskop 279, Mencoba menyelesaikan masalah
280
Stetoskop 280, Sampai disini

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!