dokter Raz dilarikan ke Rumah Sakit setempat, setelah melalui dua bulan perjalanan yang cukup menguras tenaga dan pikiran. Beliau merasakan sakit seluruh badan bahkan tidak bisa bangun dari tempat tidur. Sudah tiga hari kurang fit dan meminum obat. Makin hari merasakan kedinginan dan demam, bukannya makin membaik, justru makin berlanjut dan tambah parah di sore ini.
Akhirnya tim memutuskan untuk membawa dokter Raz ke Rumah Sakit, dalam perjalanan, dokter Raz tiba-tiba merasakan seluruh badannya terasa sakit. Sakitnya seperti pegal tapi ga hilang-hilang, bahkan nyeri sampai ke tulang dan persendian. Demam tinggi hingga 39 derajat.
Nafsu makannya sejak tadi pagi sudah hilang total, bahkan untuk minum air saja sulit karena perut terasa mual sekali.
Setelah cek laboratorium, ternyata trombositnya hanya 60.000. Langsung diputuskan untuk rawat inap. Bahkan dihari kedua turun lagi hingga 15.000.
dokter yang merawat juga sudah mempersiapkan tindakan transfusi darah jika trombosit terus turun diangka 10.000. Beliau juga tidak boleh menyikat giginya untuk menghindari pendarahan. Karena jika terjadi pendarahan, bisa fatal akibatnya.
dokter Raz tidak memberikan kabar berita beliau dirawat ke keluarga karena khawatir keluarga jadi panik. Sekarang beliau dan tim ada di pulau Kalimantan. Kegiatan terus berjalan meskipun dokter Raz tidak ikut rombongan tim. Nanti jika sudah diijinkan keluar dari Rumah Sakit, dokter Raz akan langsung menyusul tim untuk bergabung kembali.
Pada hari ketiga, trombositnya mulai naik, sesuai dengan pola pelana kuda demam berdarah dengue. dokter Raz baru diperbolehkan pulang di hari keenam, dalam kondisi yang masih lemas tapi sudah bisa jalan seperti biasa. Matanya celong karena lumayan turun berat badannya sampai lima kilogram. dokter Raz didampingi oleh salah satu supir Rumah Sakit menuju Bandara karena dia akan langsung terbang menuju Sulawesi Utara, tempat timnya sekarang berada.
"dok.. inget ga kalo jaman dulu ada tuh iklan layanan masyarakat tentang demam berdarah, digambarkan penderitanya dari keluarga yang ada di tempat tinggal yang kumuh, banyak genangan air .. ya pokoknya yang ga bersih deh. dokter Raz kan tinggal di Hotel, kenapa bisa kena ya dok?" tanya supir Rumah Sakit.
"Well, that’s not the case anymore. Iklan layanan ga seperti kenyataan. Lingkungan kita yang tampaknya bersih pun, ga bisa menjamin seratus persen aman dari nyamuk. Karena si nyamuk yang ada tanda belang putih di kakinya (Aiedes aegypti) akan terinfeksi ketika dia menghisap darah seseorang yang terinfeksi virus Dengue. Terus nyamuk itu mengigit kita" papar dokter Raz.
"Terus gimana dok biar ga kena DBD?" tanya sang supir.
"Ga kena seratus persen pun saya ga bisa jamin ya, tapi paling ga kita ada tindakan preventif. Kalo ada wadah air disekitar rumah, bersihkan dengan teratur biar nyamuk nggak bertelur disana. Bisa juga dengan pengasapan (fogging) dan semprotkan obat nyamuk agar nyamuk dewasa terbasmi. Terus kalo demam bersiklus, misalnya hari ini demam besok ngga, terus tiga hari kemudian demam, langsung ke dokter biar cek laboratorium" jelas dokter Raz.
"dokter Raz enak ya.. ga usah ke dokter kalo tau gejalanya.. tau sakit apa dan obatnya gimana" lanjut sang supir.
"Ya ga gitu juga.. saya sudah minum obat, tapi saatnya ke Rumah Sakit untuk mendapatkan pengobatan ya kesana jugalah. Ga mungkin saya menginfus diri sendiri" jawab dokter Raz.
.
Kedua anaknya dokter Raz memang sudah curiga, seperti ada sesuatu yang terjadi terhadap Ayahnya karena menolak video call sudah seminggu ini. Biasanya dokter Raz yang meminta untuk video call agar melihat wajah anak-anak sebagai pelepas rindu. Tapi dokter Raz selalu beralasan sedang bersama orang penting jadi tidak bisa video call.
🌿
"Hana.. gimana hubungan kamu sama dokter Raz?" tembak Bapaknya Hana.
"Ya ga gimana-gimana Pak.. begini aja" jawab Hana.
"Kalo memang kamu merasa keberatan dan ga nyaman sama perkenalan ini, baiknya diputuskan sebelum dokter Raz balik ke Jakarta. Jangan menggantung harapannya" pinta Bapak.
"Pak.. dokter Raz aja kasih waktu sampai beliau balik ke Jakarta, jadi kita tunggu bersama nanti jadinya kaya gimana" ucap Hana.
"Tapi Ibu ga enak Han.. udah banyak yang bilang kalo kamu suka diajak pergi sama keluarga dokter, mentang-mentang janda jadinya bebas pergi kemana aja" kata Ibu.
"Ibu kan tau.. Hana pergi selalu ajak Nabila dan itu juga pergi sama keluarga dokter Raz. Sekedar menemani anak-anak nonton atau jalan-jalan cari hiburan" ujar Hana.
"Ga usah banyak dengerin omongan tetangga Bu.. dimata mereka, kita ga akan pernah benar meskipun kita sudah mencoba hidup sesuai norma yang berlaku" saran Bapak.
"Bapak banyak di rumah aja, nih Ibu yang ketemu tiap arisan.. tiap ke warung.. asyik aja ngomongin tentang Hana" adu Ibu.
"Ngomongin apa lagi Bu?" tanya Hana.
"Katanya liat kamu di Klinik sama laki-laki brengsek itu... janjian ya?" tukas Ibu kesal.
"Ya Allah.. dia lagi sama istrinya, kebetulan mereka ada didekat Klinik saat istrinya pendarahan" tutur Hana.
"Oh udah kawin.. kirain masih kumpul kebo" nyinyir Ibu.
"Bu.. ga baik ngomong begitu" ingat Bapak.
"Kenyataannya kan!!!" kata Ibu ga mau kalah.
"Pak.. Bu.. tau kalo mertua Hana meninggal?" tanya Hana.
"Innalilahi wa innailaihi rojiun.. kapan? kok ga ada yang kasih tau" jawab Bapak.
"Kata Bang Hari.. tapi belum jelas Pak.. nanti kalo ketemu lagi Hana tanya makamnya dimana" kata Hana.
"Ehhhh... ga ada ya ketemu dia lagi.. biarin aja orang tuanya ga ada.. udah mantan ini" oceh Ibu.
Hana dan Bapaknya memilih diam, Ibu-ibu kalo udah ngoceh itu kaya bajaj.. ga ada rem, pilihan terbaik adalah diam.
🍒
"dok.. biasanya jaga malam kaya gini, pasti mojok buat video call atau teleponan.. kayanya udah sebulan ini ngga kaya gitu.. lagi berantem yaaa.." ledek perawat.
"Berantem sama siapa?" tanya dokbar.
"Itu cewe yang waktu itu ketemu di Mall" sahut perawat.
"Oh.. " jawab dokbar.
"Oh doang? itu pacar kan dok?" tanya perawat penasaran.
"Tau nih dok.. diumumin gitu kalo dah punya pacar. Biar para perawat sama para dokter umum yang standby di ruang rawat jadi ga bertanya-tanya statusnya dokbar lagi. Kita-kita nih yang di IGD selalu jadi sasaran bertanya" saran perawat yang lain.
"Malam-malam malah ngegosip... mending ngopi di pos security, mereka mah paham kalo duduk disana pasti ditawarin kopi sama gorengan. Ga kaya disini, ngegoreng kisah saya yang ga jelas sumber beritanya dan kebenarannya.. " sindir dokbar datar.
"Sensi amat dok.. belum cair jasmed (jasa medis)?" perawat menduga dokbar sedang becanda.
dokbar langsung melangkahkan kakinya ke pos security samping, letaknya tidak jauh dari IGD.
"kehilangan selera humor karena cinta" kata perawat.
"Kalo liat cewe yang waktu itu di Mall.. kayanya emang ga cocok. Tipe cewek agresif, kaya, pintar dan ga bisa diajak susah" nilai perawat yang lain.
"Lah.. gw juga kalo lahir kaya juga ga mau diajak hidup susahlah.. secara udah mah cantik, modelan kaya gitu banyak yang rebutan ngelamar pastinya. dokbar kan masih dokter umum, masih jaga IGD lagi.. ga cukup kali buat beli bedak sama parfumnya tuh cewe" sahut lainnya.
"Ini cewe-cewe udah kehabisan pekerjaan atau gimana nih? enak beut ngomongin dokbar. Kita ga tau apa yang lagi ada dipikirannya. Pengertian dikit dong sama dokter jaga disini, mereka kan rata-rata juga praktek di tempat lain. Kali lagi ada masalah sama tempat kerja yang lain. Jangan nilai tiap cowo galau itu karena cewe doang. Heloooo... cewe itu jumlahnya lebih banyak di dunia ini dibandingkan cowo.. jadi besar kemungkinan kita kaum adam pasti dapat satu hawa.. tapi kaum hawa belum tentu dapat satu kaum adam.. catetttt" perawat lelaki protes.
"dok... tolong dok.. tolong...." teriak pendamping pasien.
"Pasiennya dimana Pak?" tanya perawat yang langsung gercep menghampiri.
"Di mobil.. bawa tempat tidur Mas.. ga bisa jalan" pinta pendamping pasien.
Brankar ditarik, dokbar yang melihat ada mobil berhenti didepan IGD langsung sigap berlari menuju IGD. Dia langsung menghampiri pasien.
"Malam.. keluhannya apa?" sapa dokbar.
Pasien mengaduh kesakitan. Yang mendampingi mengusap kepalanya pasien dengan penuh kasih sayang.
"Apa yang Bapak rasakan?" tanya dokbar.
"Tolong dok.. sakit" jawab pasien sambil meringis kesakitan.
"Kenapa ini?" tanya dokbar lagi.
"Nyangkut dok..." bisik pendamping pasien.
"Apa yang nyangkut?" tanya dokbar makin ga paham.
Dibukanya sarung yang dikenakan oleh pasien sesuai instruksi dari pendamping pasien.
"Sejak kapan?" tanya dokbar sambil melihat kebagian belakang tubuh pasien.
"Dari tadi pagi dok. Udah berusaha nyabut, terus minum obat pencahar, ga keluar juga. Katanya mules doang tapi ga ada dorongan buat bisa ngeluarin alat itu" jelas pendamping pasien.
dokbar keluar dari bilik periksa dan menuju tempat alat-alat kemudian memisahkan dalam satu wadah, meminta bantuan perawat lelaki untuk menyiapkan tindakan.
Pria berusia empat puluh tahunan ini
menceritakan bahwa dia secara sadar telah memasukkan Mr P palsu sepanjang tiga puluh tiga centimeter kedalam tubuhnya sendiri karena sedang berantem sama "pacarnya" dan ingin memuaskan dirinya yang sudah lama tidak ketemu dengan kekasih hatinya.
Sebelum akhirnya meminta bantuan tim medis, pasien menjelaskan tindakan apa saja yang sudah berusaha untuk mengeluarkan alat tersebut. Sedari siang berusaha merogoh langsung kebagian dalam, mengkonsumsi obat pencahar bahkan meminta bantuan "pacarnya", semuanya nihil.
dokbar meminta pasien untuk di rontgen terlebih dahulu untuk melihat posisi alat sehingga akan dipertimbangkan apa bisa dilakukan tindakan di IGD.
dokbar juga meminta foto rontgen segera dikirim ke IGD (dalam kondisi darurat bisa langsung diserahkan ke dokter jaga tanpa dibaca terlebih dahulu oleh dokter radiologi).
dokbar melihat hasil dan menjelaskan sekilas kepasangannya pasien.
"Cepet dok.. perut rasanya sakit banget" keluh pasien.
dokbar memakai apron medis untuk tindakan medis, kemudian memakai sarung tangan latex hingga tiga lapis. Bruder yang mendampingi juga memakai pakaian yang sama.
Penanganan pun mulai dilakukan. Obat pencahar digunakan kembali. dokbar menjelaskan bahwa mainan tersebut terbilang jenis yang soft dan ukurannya panjang sehingga sudah agak mendekat kearah usus karena proses mengeluarkan alat oleh pasien sendiri membuat alat jadi makin masuk kedalam. Jika penanganan di IGD tidak berhasil maka harus melalui tindakan operasi di kamar bedah.
dokbar pernah membantu tindakan untuk pasien dengan kasus seperti ini saat dulu masih di stase kulit dan kelamin.
dokbar mencoba kreatif dengan pemasangan kawat melalui kateter untuk menciptakan semacam "jerat" yang diharapkan bisa terkail ke mainan tersebut dan mengeluarkannya secara perlahan. Kawat dimasukkan ke tubuh pasien bagian bawah, dengan ujung kawat yang membungkus mainan, secara perlahan ditarik hingga bisa keluar.
Setelah itu tempat tidur IGD penuh dengan nanah dan kotoran yang sangat berbau busuk. Semua yang ada disana merasa mual dan keluar dari IGD. dokbar dan perawat yang menangani berusaha menahan mual yang ada. Membersihkan pasien serta mengeluarkan sisa nanah yang masih ada.
Setengah jam berlalu. IGD sudah dibersihkan oleh petugas pembersih bahkan disemprot pengharum ruangan dan disinfektan. Pasien-pasien IGD yang datang dengan keluhan yang ringan diperiksa di ruang poli umum karena IGD perlu dibersihkan, hal ini dilakukan untuk kenyamanan pasien. Pasien ditangani oleh dokter jaga dari ruang rawat inap karena dokbar masih tindakan pembersihan lukanya pasien.
dokbar memang sudah berkoordinasi dengan Manager on duty (dokter umum yang ditunjuk sebagai penanggung jawab shift tersebut jika ada suatu kondisi yang mengharuskan diambil tindakan dengan cepat guna memperlancar pelayanan pada pasien maka orang tersebut diberikan wewenang mengambil keputusan). Oleh karena itulah diputuskan dokbar tetap menangani pasien ini di IGD, bagi pasien yang tidak gawat darurat ditangani di poli umum.
Setelah tidak ada pasien lagi, dokbar langsung mandi, tubuhnya sudah berkeringat dan agak bau, tadi dia sampai meminta maaf berkali-kali ke pasien lain jika ada aroma kurang sedap dari tubuhnya karena sedang menangani pasien.
Pasien dan pasangannya sedang nangis bersama di bilik IGD. Pasangan sesama jenis ini lebih terlihat romantis dibandingkan pasangan berbeda jenis.
dokbar menulis tindakan yang dilakukan kedalam rekam medisnya kemudian menunggu hingga kondisi pasien stabil.
.
Satu jam kemudian, pasien sudah bisa bangun dan berjalan meskipun perlu dipegangi.
Kedua lelaki ini kini berada tepat dihadapan dokbar.
"Saya resepkan antibiotik ya, selama masih mengeluarkan kotoran yang tidak terkontrol dan bernanah, saya sarankan untuk dibersihkan oleh tim medis setiap harinya. Bisa juga untuk sementara pakai popok dewasa tapi kontinu diganti agar tidak menimbulkan infeksi lagi. Saya tidak menganjurkan untuk dibersihkan sendiri karena terlihat tadi ya, didalam lubang pengeluaran banyak bintil kecil dan bernanah. Sudah terjadi infeksi, sehingga perlu penanganan medis. Saya juga akan merujuk ke dokter spesialis kulit dan kelamin agar lebih spesifik lagi penangangannya" jelas dokbar.
"Ga bisa disini aja dok dibersihkannya? malu dok kalo ke dokter lain lagi.. nanti jadi banyak yang tau" kata pasien dengan malu-malu.
"Kami para dokter sudah disumpah untuk tidak membocorkan rekam medis pasien yang bersifat penting dan rahasia. Semua yang tertulis di rekam medis adalah riwayat pasien selama melakukan pengobatan di Rumah Sakit ini" papar dokbar.
"Tapi dokter ini sangat cekatan dan telaten banget... ga nimbulin rasa sakit, mana cakep lagi" sahut pasien.
Pasien langsung dicubit pahanya oleh pasangannya yang cemburu karena memuji lelaki lain dihadapannya.
"Resepnya nanti ditunggu ya, sedang disiapkan oleh pihak farmasi. Kemudian ini rujukan untuk ke spesialis. Dan ini surat keterangan untuk dilakukannya pembersihan luka, tolong dibawa kalo datang ya" ujar dokbar sambil menyerahkan kertas dan amplop kosong ke pasien.
"Kalo kita ke Klinik lain boleh dok?" tanya pasangannya pasien.
"Boleh saja.. kan ada surat keterangan kondisi pasien, jadi silahkan ditunjukkan saja" jawab dokbar.
"Ih kenapa sih... pokoknya disini aja bersihinnya sama dokter ganteng" kata pasien.
Kedua makhluk sesama jenis ini saling memandang. Ada rasa cemburu tampak disana.
"Saya ga setiap hari ada di Rumah Sakit.. jadi belum tentu ketemu sama saya lagi. Jika tidak ada pertanyaan silahkan menunggu didepan instalasi farmasi" potong dokbar yang tau kondisi sudah tidak nyaman.
.
Setelah pasien tersebut pulang, dokbar masih duduk di meja konsultasi sambil membaca buku, seminggu lagi dia akan ikut test beasiswa untuk kuliah spesialisnya.
"dok.. Wandi muntah-muntah terus tuh dari tadi" adu salah satu perawat.
"Biarin dia istirahat aja, ga usah jaga. Masih kebayang tindakan yang tadi dia" jawab dokbar.
"Idenya ada aja dokbar.. segala pake modifikasi kateter gitu.. kok kepikiran sih dok?" tanya perawat.
"Ya.. namanya di IGD.. kita harus bisa berpikir cepat dan tepat" kata dokbar.
"Tapi gelay banget dok.. Wandi cerita katanya pas dokbar lagi memasang kateter, malah bangun ya dok..hahaha.. terangsang dia dipegang dokbar.. " oceh perawat.
"Inget ya.. ini adalah rahasia pasien yang harus kita jaga. Jangan menceritakan apapun yang terjadi di bilik periksa. Jalankan tugas kita sebagai tenaga medis sesuai sumpah yang sudah kita ucapkan" lurus dokbar.
"Baik dok... " jawab perawat kompak.
dokbar kembali membaca buku. HP nya berbunyi, tanda ada pesan masuk. Dari teman kuliahnya yang sekarang membuka praktek sendiri di Solo.
dokbar memandang foto yang dikirim dengan wajah datar, kemudian menutup HP tersebut dan kembali membaca bukunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 280 Episodes
Comments
Jasreena
bayangin alat getar nya Segede apa... trs muntahannya jg.. 🤮🤮
2023-09-29
1
Jasreena
waduh... baek2 dokbar d taksir n d ajakin action 😱
2023-09-29
1
Jasreena
tenaga medis nya g bisa ngakak y klo gini... d tahan2n buat ntar... 🤢🤢
2023-09-29
1