Kematian di IGD adalah hal yang tak bisa terelakkan, kadang penerimaan keluarga pun beragam, ada yang bisa menerima dengan legowo takdir kematian dari Allah, tapi tak jarang ada yang marah karena tidak terima kenyataan yang ada.
Sikap tenang seorang dokter amat sangat diperlukan disaat seperti itu, dokter harus bisa memahami keluarga yang baru saja kehilangan anggota keluarga yang mereka sayangi. Jika seorang dokter ikut terpancing emosi, adanya keributanlah yang akan terjadi.
Keluarga pasien yang mengamuk hanya satu orang dan tengah ditenangkan oleh keluarga yang lain.
"dokter gadungan.. dokter bego.. dokter ga bisa nyembuhin pasien, pecat aja dokter yang kaya gitu" umpat keluarga pasien.
"Tenang... kita harus ikhlas.. dokter kan juga manusia, ini takdir yang ga bisa dimundurin waktunya. Ibu mungkin sudah sangat berbahaya kankernya, kita juga kasian liat Ibu sakit terus" ucap saudara yang lain.
"Tapi dokter itu yang buat Ibu meninggal, tadi di rumah masih sadar, begitu dibawa kesini kenapa langsung sesak napas" ujar keluarga yang mengamuk.
Pasien yang meninggal, satu jam kemudian dibawa pulang oleh keluarganya.
Salah satu keluarga mendekati dokter Barra.
"Maaf ya dok.. adik saya emosi kaya tadi" kata lelaki yang tampak lebih dewasa.
"Tidak apa-apa Pak.. kami semua turut berduka cita atas meninggalnya Ibu, semoga Almarhumah diampuni segala dosa dan keluarga yang ditinggalkan diberikan keihklasan" jawab dokbar.
"Terima kasih sekali lagi dok" ucap lelaki tersebut.
dokter Barra memandangi lelaki tersebut hingga keluar dari pintu IGD. Kemudian dia menuju ke pasien remaja yang sedang ketakutan, Ibunya juga ketakutan karena ada yang meninggal di IGD.
"Saya cek dulu ya kondisi anaknya Bu" pinta dokbar.
"Itu pasien yang meninggal udah ga ada kan dok?" tanya Ibunya pasien.
"Orang meninggal ya memang udah ga ada Bu" dokbar mencoba bercanda untuk mencairkan suasana tegang Ibu dan anak ini.
"Maksudnya udah ga ada di IGD lagi.. udah dibawa pulang kan?" tanya Ibu tersebut.
"Sudah Bu.. dengar kan tadi sirine ambulance? Loh kok adik ini keliatannya pucat.. ngantuk atau takut?" tanya dokbar.
"Takut dok" jawab pasien.
"Takut mati atau takut sama mayat?" tanya dokbar lagi.
"Dua-duanya dok" jawab pasien.
"Nah... udah tau takut mati.. kenapa malah menantang malaikat pencabut nyawa dengan menenggak obat tidur secara berlebihan? tidur ngga.. yang ada masuk IGD kaya sekarang ini" papar dokbar.
"Iya dok.. ga diulangi lagi ... janji deh" sahut pasien sambil mengacungkan jari tengah dan telunjuknya.
"Janjinya ga usah sama saya.. janji sama Ibu kamu" saran dokbar.
"Tuh dengerin apa kata dokter.. takutkan liat orang meninggal didepan mata" ujar Ibunya.
"Itulah manusia Bu.. yang sakit ingin sembuh, ingin dipanjangkan umurnya untuk lebih banyak bersama keluarga serta beribadah. Eh ada yang dikasih sehat malah nyari penyakit. Ini juga berlaku untuk Ibu yang mengkonsumsi obat tidur tanpa resep dokter" sindir dokbar.
dokter Barra menyindir pasien bukan karena dia julid, tapi dia mendapatkan titipan omongan dari Ibunya pasien yang meminta dokter untuk menasehati anaknya yang memang sering melawan orang tua.
"Sekarang bisa pulang, istirahat aja, dua hari ga usah sekolah dulu. Nanti saya buatkan surat sakitnya. Dunia tak sesempit daun kelor dek.. tunjukin kalo cowo yang mutusin kamu itu akan menyesal udah menyia-nyiakan cewe hebat kaya kamu" dokbar kasih semangat.
"Makasih ya dok.. " jawab pasien sambil tersenyum.
🌺
dokter Farraz sekarang sudah di Kota Medan setelah menyelesaikan tugas selama dua hari di Nangroe Aceh Darussalam. Sesampainya ditujuan yang baru, rombongan dokter Farraz disambut oleh Dinas Kesehatan setempat. Semua menuju ke wisma penginapan setelah prosesi penyambutan.
Cukup lelah memang dua hari kemarin berjibaku mengumpulkan data dan meninjau langsung kasus TB pada anak. Sekarang juga hanya diberikan waktu istirahat selama dua jam, setelahnya akan menuju salah satu Rumah Sakit daerah.
dokter Farraz membuka HP nya, memeriksa dan menjawab semua chat yang masuk. Tiba-tiba matanya tertuju disalah satu grup chat baru, FARRAZ FAMILY.
Setelah diklik, ternyata anggotanya Farraz, dua anaknya dan Hana. Selama ini Farraz dan anak-anak tidak punya grup chat khusus, adanya keluarga besar saja.
Rupanya grup chat tersebut sudah dibuat sejak tadi pagi dan baru diramaikan oleh chat kedua anaknya dokter Farraz. Hana belum ada jawaban, entah belum melihat HP atau sengaja mendiamkan grup chat tersebut.
.
Di klinik tempat Hana bekerja, sedang lumayan sibuk, ada dua pasien rawat inap disana. Karyawan yang biasa membantu untuk mengurusi para Ibu pasca bersalin sedang ijin tidak masuk, jadi Hana yang menggantikan tugasnya.
Hana dengan telaten memandikan kedua bayi dan diserahkan ke Ibunya masing-masing untuk diberikan ASI secara langsung. Setelah itu Hana menjaga bayi saat Ibunya mandi.
Memberikan sarapan dan melakukan pijatan ringan dibagian kaki dan tangan Ibu juga dilakukan oleh Hana.
Klinik bersalin ini memang belum lama beroperasi karena sebelumnya hanya praktek dokter umum. Tapi langsung banyak Ibu hamil yang memeriksakan diri ke Klinik ini serta melahirkan disini. Bidannya sangat sabar menghadapi Ibu-ibu yang akan melahirkan, ditambah dokter kandungannya pun sangat ramah.
Itulah mengapa Hana tidak bisa melihat HP nya. Saat jam makan siang, Hana baru membuka HP dan ada beberapa chat yang masuk.
Dia kaget juga diundang ke grup baru, dibacanya perlahan kemudian terdiam. Tangannya sudah bersiap untuk memencet tulisan left group, tapi niatnya dibatalkan karena chat anak-anak dokter Farraz yang mengatakan jika grup ini dibuat untuk memfasilitasi perkenalan antara dokter Farraz, Hana serta anak-anak. Mereka juga ingin didengar pendapatnya sebagai anak. Permintaan anak-anak yang akhirnya membuat Hana tetap bertahan di grup tersebut.
Sejak pertemuan pertama Hana dengan keluarga dokter Farraz, hatinya sudah merasa sreg sama anak-anak dokter Farraz yang sangat tampak sopan dan hangat. Penilaian sekilas Hana, anak-anak ini sangat sweet, tampak saling menyayangi satu dengan lainnya, sopan dan sedikit manja sama Kakek Neneknya
Pintu Klinik dibuka dengan kencang.
Hana yang sedang duduk di kursi pendaftaran terlonjak kaget.
"Tolong .... tolong...." teriak seorang lelaki.
Segera Hana berlari mendekati pintu, tujuannya ingin membantu perempuan yang sedang dipapah oleh lelaki tadi.
Langkahnya tiba-tiba terhenti saat melihat mantan suaminya tengah memapah selingkuhannya yang saat masih menikah diketahui oleh Hana.
Inilah pertemuan pertama setelah mereka berpisah (lebih tepatnya saat Hana terusir dari rumah mertuanya).
Bidan Neneng ikut menghampiri setelah selesai makan siang.
"Hana ....kok malah diam disitu, ayo kita bantu pasien ini" ujar Bidan Neneng yang membuat Hana kaget.
Hana berusaha menguatkan dirinya, membantu wanita yang telah merusak rumah tangganya dulu.
Mantan suaminya Hana mengikuti dari belakang.
Mereka semua masuk ke ruang periksa. Setelahnya Hana pamit keluar ruangan.
Suara isak tangis dan jeritan terdengar keluar dari dalam ruangan tersebut. Hana mencoba membendung rasa yang ada. Boleh dibibirnya Hana mengatakan sudah sakit hati dan tidak cinta lagi, namun jauh direlung hatinya, hanya mantan suaminyalah satu-satunya pria yang masih bersemayam didalamnya.
Lelaki durjana itu adalah cinta pertama dan mungkin menjadi yang terakhir untuk Hana. Sulit bagi Hana melupakan nama serta memory selama ini dengannya. Sampai detik inipun Hana masih belum mengerti hatinya, karena rasa benci dan cinta masih menyatu dan sulit baginya move on.
Sudah tidak terdengar lagi jeritan dari dalam ruangan, sepertinya sudah aman terkendali kondisi pasiennya.
Hari (nama mantan suami Hana) keluar dari ruangan tersebut. Duduk di kursi tunggu tepat dihadapan meja pendaftaran tempat Hana duduk. Mereka saling bertatapan tanpa bicara sepatah katapun.
Hana mencoba menyibukkan diri, kalo mengikuti hati nurani, ingin rasanya lari dari meja itu, tapi laporan tahunan Klinik harus segera diselesaikan karena Senin sudah ditunggu oleh Dinas Kesehatan setempat.
Disaat hati Hana bak naik hysteria di Dufan, dokter Farraz mengirim pesan.
#Assalamualaikum Hana.. maaf ya atas inisiatif anak-anak membuat grup chat. Kalo kamu ga nyaman bisa left group, anak-anak nanti Mas yang kasih tau#
#Waalaikumsalam#
Karena lama ditunggu tidak ada chat lanjutan, dokter Farraz kembali berinisiatif mengirim pesan lagi.
#Lagi kerja? sibuk ya? tiba-tiba perasaan kaya ga enak dan terlintas nama kamu. Baik-baik aja kan disana?#
dokter Farraz menunggu jawaban.
Setelah lima menit menunggu akhirnya dokter Farraz memutuskan untuk menelepon Hana.
Hana terus menerus menolak panggilan dari dokter Farraz, makin saja beliau penasaran.
#Lagi sibuk, ga bisa terima telepon#.
Akhirnya Hana mengirim pesan agar dokter Farraz paham kalo dia ga bisa diganggu dulu.
"Lo kerja disini?" tanya suara pria dari arah belakang Hana yang membuat kaget.
Hari memang hanya sesaat memakai sapaan aku kamu ke Hana, setelah menikah tabiat lamanya keluar. Jadi memanggil Hana pun dengan sapaan kasar, tapi didepan keluarga Hari tampak lembut dan sopan terhadap Hana, sehingga menyangka mereka adalah pasangan yang harmonis dan romantis.
"Heh... budek ya?" tanya Hari lagi.
Hana yang masih mengumpulkan sisa-sisa kekuatan, ga berani memandang kearah Hari, baginya cukup dari suara saja dia sudah yakin kalo Hari lah yang ada dibelakangnya saat ini.
"Ya Bang" jawab Hana pelan.
"Lumayan kan jarak dari sini ke rumah, kok bisa kerja disini? ngerayu yang punya ya? secara kan janda gitu loh" ucap Hari meledek.
Hana diam saja.
"Kok cewe bego dan jelek kaya Lo bisa kerja disini? emang ini Klinik ga bonafid deh, punya karyawan kok ga ada menarik-menariknya" lanjut Hari.
"Abang kok ada di daerah sini? bukannya tinggal didaerah Cibubur?" tanya Hana basa basi.
"Masih kepo banget sama hidup gw.. hehehe .. ga bisa move on ya?" ledek Hari.
Hana kembali diam.
"Lagi ke makam Bapak, ga jauh dari sini" ujar Hari berinisiatif menjawab.
"Makam Bapak siapa?" tanya Hana kaget karena selama mereka menikah, tidak ada keluarga dekat yang meninggal.
"Bapak gw lah ... kalo Bapak Lo yang rese itu mati pasti Lo tau kan" kata Hari dengan kasar.
"Innalillahi wainnailaihi rojiun, kapan meninggalnya? Kok kami semua ga dikabarin" tukas Hana rada sedih.
"Kan Lo ganti nomer, gimana caranya coba ngubunginnya? pake tutup panci? atau toa mesjid?" jawab Hari dengan entengnya.
"Tapi kan Abang dan keluarga tau rumah orang tua Hana dimana" bela Hana.
"Sori ya ga bakalan deh gw nginjek rumah kumuh itu lagi. Apalagi selama Bapak Lo yang sok itu masih hidup. Enak banget menghina orang, kaya dia orang bener aja" umpat Hari.
"Maaf Bang, namanya juga orang tua, pasti akan emosi kalo melihat anaknya pulang tanpa diantar. Kalo kita diposisi Bapak juga pasti akan melakukan hal yang sama" papar Hana.
"Ya pastilah keluarga Lo pada emosi dan marah. Kalo Lo ga cerita apa-apa ke keluarga apalagi ke orang tua, mereka kan ga bakalan tau. Emang mulut Lo racun banget dari dulu. Buktinya mana ada cowo yang mau sama Lo setelah gw buang, beda sama gw yang masih aja laku" sombong Hari.
"Astaghfirullah Bang.. jangan nuduh sembarangan. Adik Abang sendiri yang cerita ke keluarganya Hana" bela Hana.
"Emang keluarga Lo rese... mau ikut campur urusan rumah tangga orang" lanjut Hari.
"Terserah apa penilaian Abang. Kenapa Abang ga pernah nyariin Nabila? dia kan darah daging Abang" ucap Hana yang akhirnya balik bertanya.
"Ga punya duit gw" jawab Hari santai.
"Anak ga sekedar butuh uang Bang.. dia juga butuh perhatian dari Ayahnya" kata Hana.
"Halah... Lo mah pinter ngomongnya.. segala ga butuh duit, maksudnya mau nyindir gw?" tantang Hari.
"Pernah ga Hana minta uang ke Abang selama ini? sejak pergi dari rumah Abang .. kami coba ga ngemis ke Abang dan keluarga" papar Hana.
"Banyak bacot Lo" ketus Hari.
Hana tidak melanjutkan omongannya, nada bicaranya Hari sudah tidak enak, dia khawatir akan terjadi keributan jika diteruskan.
Hari keluar dan duduk didepan Klinik, tampak dia sedang menikmati sebatang rokok, padahal ada tulisan jika di area parkir Klinik pun terlarang untuk merokok.
Hatinya Hana kembali dalam persimpangan. Sudah dicoba untuk melupakan semua cintanya terhadap sang mantan suami, tapi pertemuan kembali ini membuat hatinya berdesir tak karuan.
"Masihkah aku mencintainya? apa ga cukup penyiksaan dan rasa sakit hati yang dia torehkan didada ini?" tanya Hana dalam hatinya.
HP Hana kembali berdering, ada panggilan dari Umminya dokter Farraz, Hana langsung menolak panggilan tersebut kemudian mengirimkan chat jika dia sedang bekerja dan tidak bisa menerima panggilan telepon.
"Ya Allah... bertahun-tahun rasa sayangku terhadapnya masih sama. Kuat .. kuat ... kamu bisa Hana... dia adalah orang yang kamu cintai sekaligus kamu benci. Jangan pernah menyimpan asa untuk bersamanya kembali sampai tua nanti. Lihat sekarang Hana... dia sudah punya penggantimu. Dia ga masalah hidup tanpamu.. bahkan tak ada penyesalan sedikitpun. Cukup Hana... sudah cukup perjuangan cintamu untuknya Hana. Sampai pernah memilihnya dibanding orang tuamu sendiri... " rutuk Hana dalam hatinya.
.
Pintu kamar diketuk, dokter Farraz membuka.
"dokter Farraz.. ditunggu sama kepala dinas di aula" panggil salah satu staf dinas kesehatan setempat.
"Ya.. lima menit lagi saya kesana, saya mau siap-siap dulu" jawab dokter Farraz.
Staf meninggalkan dokter Farraz.
"Hana.. kenapa ada perasaan yang aneh ya.. kamu baik-baik aja kan?" tanya dokter Farraz bicara sendiri ke HP nya.
🍄
Pernah ga terlintas kenapa di Rumah Sakit ada yang tulisannya IGD, tapi ada juga yang menyebutnya UGD. Sama apa beda sih? apa typo nulisnya? cekidot ... dibahas sedikit ya, jika ada kesalahan silahkan dikoreksi.
UGD (Unit Gawat Darurat) dan IGD (Instalasi Gawat Darurat), masih banyak yang beranggapan bahwa UGD maupun IGD adalah dua sebutan di Rumah Sakit yang sama. Padahal, ternyata keduanya berbeda, baik dari segi arti dan fungsinya.
UGD maupun IGD sama-sama dipakai untuk menangani pasien yang berada dalam kondisi gawat darurat dan membutuhkan penanganan sesegera mungkin. Perbedaan paling jelas dari keduanya adalah ruangan IGD yang punya ukuran lebih luas dibandingkan dengan ruang UGD. Biasanya Rumah Sakit besar punyanya IGD.
Lalu, peralatan medis penunjang di ruangan IGD yang dipakai oleh dokter jaga juga lebih lengkap dari aspek spesialisasinya (selain dokter umum, ada juga beberapa dokter spesialis yang standby) Sementara, di ruang UGD, biasanya pilihan alat medisnya pun terbatas dan biasanya hanya ada dokter umum. Karena dipakai untuk penanganan darurat, ruang UGD maupun IGD harus buka setiap hari selama 24 jam.
Baik UGD maupun IGD juga dilengkapi dengan fasilitas ambulance dan mudah dijangkau oleh kendaraan darurat medis tersebut.
Jadi ga usah bingung lagi ya, paling ga kalo ada kegawatdaruratan ya cuss aja ga pake mikir kudu ke IGD atau UGD, yang penting pasien tertangani dulu, kalo ga bisa ditangani juga akan ada opsi rujuk dan sebagainya. Jangan underestimate dulu sama kemampuan dokter umum yang ada di IGD atau UGD, semua sudah punya sertifikasi untuk melakukan pelayanan dan tindakan kegawatdaruratan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 280 Episodes
Comments
Jasreena
anaknya Hana knp g ikutan grup ? kan dah SMP
2023-09-29
1
Lia Kiftia Usman
makasih ilmu nya thor, tadinya cuma berpikir ugd dan igd hanya berubah u menjadi i aja tanpa mencari tau lagi😊
2023-09-16
1
Nani Rahayu
hanaaaaaa....aneh deh ..ada peletnya mungkin si mantan ya🤭🤭othor keren infonya👍🙏
2023-06-26
3