Stetoskop 10, Bertemu masa lalu

Kematian di IGD adalah hal yang tak bisa terelakkan, kadang penerimaan keluarga pun beragam, ada yang bisa menerima dengan legowo takdir kematian dari Allah, tapi tak jarang ada yang marah karena tidak terima kenyataan yang ada.

Sikap tenang seorang dokter amat sangat diperlukan disaat seperti itu, dokter harus bisa memahami keluarga yang baru saja kehilangan anggota keluarga yang mereka sayangi. Jika seorang dokter ikut terpancing emosi, adanya keributanlah yang akan terjadi.

Keluarga pasien yang mengamuk hanya satu orang dan tengah ditenangkan oleh keluarga yang lain.

"dokter gadungan.. dokter bego.. dokter ga bisa nyembuhin pasien, pecat aja dokter yang kaya gitu" umpat keluarga pasien.

"Tenang... kita harus ikhlas.. dokter kan juga manusia, ini takdir yang ga bisa dimundurin waktunya. Ibu mungkin sudah sangat berbahaya kankernya, kita juga kasian liat Ibu sakit terus" ucap saudara yang lain.

"Tapi dokter itu yang buat Ibu meninggal, tadi di rumah masih sadar, begitu dibawa kesini kenapa langsung sesak napas" ujar keluarga yang mengamuk.

Pasien yang meninggal, satu jam kemudian dibawa pulang oleh keluarganya.

Salah satu keluarga mendekati dokter Barra.

"Maaf ya dok.. adik saya emosi kaya tadi" kata lelaki yang tampak lebih dewasa.

"Tidak apa-apa Pak.. kami semua turut berduka cita atas meninggalnya Ibu, semoga Almarhumah diampuni segala dosa dan keluarga yang ditinggalkan diberikan keihklasan" jawab dokbar.

"Terima kasih sekali lagi dok" ucap lelaki tersebut.

dokter Barra memandangi lelaki tersebut hingga keluar dari pintu IGD. Kemudian dia menuju ke pasien remaja yang sedang ketakutan, Ibunya juga ketakutan karena ada yang meninggal di IGD.

"Saya cek dulu ya kondisi anaknya Bu" pinta dokbar.

"Itu pasien yang meninggal udah ga ada kan dok?" tanya Ibunya pasien.

"Orang meninggal ya memang udah ga ada Bu" dokbar mencoba bercanda untuk mencairkan suasana tegang Ibu dan anak ini.

"Maksudnya udah ga ada di IGD lagi.. udah dibawa pulang kan?" tanya Ibu tersebut.

"Sudah Bu.. dengar kan tadi sirine ambulance? Loh kok adik ini keliatannya pucat.. ngantuk atau takut?" tanya dokbar.

"Takut dok" jawab pasien.

"Takut mati atau takut sama mayat?" tanya dokbar lagi.

"Dua-duanya dok" jawab pasien.

"Nah... udah tau takut mati.. kenapa malah menantang malaikat pencabut nyawa dengan menenggak obat tidur secara berlebihan? tidur ngga.. yang ada masuk IGD kaya sekarang ini" papar dokbar.

"Iya dok.. ga diulangi lagi ... janji deh" sahut pasien sambil mengacungkan jari tengah dan telunjuknya.

"Janjinya ga usah sama saya.. janji sama Ibu kamu" saran dokbar.

"Tuh dengerin apa kata dokter.. takutkan liat orang meninggal didepan mata" ujar Ibunya.

"Itulah manusia Bu.. yang sakit ingin sembuh, ingin dipanjangkan umurnya untuk lebih banyak bersama keluarga serta beribadah. Eh ada yang dikasih sehat malah nyari penyakit. Ini juga berlaku untuk Ibu yang mengkonsumsi obat tidur tanpa resep dokter" sindir dokbar.

dokter Barra menyindir pasien bukan karena dia julid, tapi dia mendapatkan titipan omongan dari Ibunya pasien yang meminta dokter untuk menasehati anaknya yang memang sering melawan orang tua.

"Sekarang bisa pulang, istirahat aja, dua hari ga usah sekolah dulu. Nanti saya buatkan surat sakitnya. Dunia tak sesempit daun kelor dek.. tunjukin kalo cowo yang mutusin kamu itu akan menyesal udah menyia-nyiakan cewe hebat kaya kamu" dokbar kasih semangat.

"Makasih ya dok.. " jawab pasien sambil tersenyum.

🌺

dokter Farraz sekarang sudah di Kota Medan setelah menyelesaikan tugas selama dua hari di Nangroe Aceh Darussalam. Sesampainya ditujuan yang baru, rombongan dokter Farraz disambut oleh Dinas Kesehatan setempat. Semua menuju ke wisma penginapan setelah prosesi penyambutan.

Cukup lelah memang dua hari kemarin berjibaku mengumpulkan data dan meninjau langsung kasus TB pada anak. Sekarang juga hanya diberikan waktu istirahat selama dua jam, setelahnya akan menuju salah satu Rumah Sakit daerah.

dokter Farraz membuka HP nya, memeriksa dan menjawab semua chat yang masuk. Tiba-tiba matanya tertuju disalah satu grup chat baru, FARRAZ FAMILY.

Setelah diklik, ternyata anggotanya Farraz, dua anaknya dan Hana. Selama ini Farraz dan anak-anak tidak punya grup chat khusus, adanya keluarga besar saja.

Rupanya grup chat tersebut sudah dibuat sejak tadi pagi dan baru diramaikan oleh chat kedua anaknya dokter Farraz. Hana belum ada jawaban, entah belum melihat HP atau sengaja mendiamkan grup chat tersebut.

.

Di klinik tempat Hana bekerja, sedang lumayan sibuk, ada dua pasien rawat inap disana. Karyawan yang biasa membantu untuk mengurusi para Ibu pasca bersalin sedang ijin tidak masuk, jadi Hana yang menggantikan tugasnya.

Hana dengan telaten memandikan kedua bayi dan diserahkan ke Ibunya masing-masing untuk diberikan ASI secara langsung. Setelah itu Hana menjaga bayi saat Ibunya mandi.

Memberikan sarapan dan melakukan pijatan ringan dibagian kaki dan tangan Ibu juga dilakukan oleh Hana.

Klinik bersalin ini memang belum lama beroperasi karena sebelumnya hanya praktek dokter umum. Tapi langsung banyak Ibu hamil yang memeriksakan diri ke Klinik ini serta melahirkan disini. Bidannya sangat sabar menghadapi Ibu-ibu yang akan melahirkan, ditambah dokter kandungannya pun sangat ramah.

Itulah mengapa Hana tidak bisa melihat HP nya. Saat jam makan siang, Hana baru membuka HP dan ada beberapa chat yang masuk.

Dia kaget juga diundang ke grup baru, dibacanya perlahan kemudian terdiam. Tangannya sudah bersiap untuk memencet tulisan left group, tapi niatnya dibatalkan karena chat anak-anak dokter Farraz yang mengatakan jika grup ini dibuat untuk memfasilitasi perkenalan antara dokter Farraz, Hana serta anak-anak. Mereka juga ingin didengar pendapatnya sebagai anak. Permintaan anak-anak yang akhirnya membuat Hana tetap bertahan di grup tersebut.

Sejak pertemuan pertama Hana dengan keluarga dokter Farraz, hatinya sudah merasa sreg sama anak-anak dokter Farraz yang sangat tampak sopan dan hangat. Penilaian sekilas Hana, anak-anak ini sangat sweet, tampak saling menyayangi satu dengan lainnya, sopan dan sedikit manja sama Kakek Neneknya

Pintu Klinik dibuka dengan kencang.

Hana yang sedang duduk di kursi pendaftaran terlonjak kaget.

"Tolong .... tolong...." teriak seorang lelaki.

Segera Hana berlari mendekati pintu, tujuannya ingin membantu perempuan yang sedang dipapah oleh lelaki tadi.

Langkahnya tiba-tiba terhenti saat melihat mantan suaminya tengah memapah selingkuhannya yang saat masih menikah diketahui oleh Hana.

Inilah pertemuan pertama setelah mereka berpisah (lebih tepatnya saat Hana terusir dari rumah mertuanya).

Bidan Neneng ikut menghampiri setelah selesai makan siang.

"Hana ....kok malah diam disitu, ayo kita bantu pasien ini" ujar Bidan Neneng yang membuat Hana kaget.

Hana berusaha menguatkan dirinya, membantu wanita yang telah merusak rumah tangganya dulu.

Mantan suaminya Hana mengikuti dari belakang.

Mereka semua masuk ke ruang periksa. Setelahnya Hana pamit keluar ruangan.

Suara isak tangis dan jeritan terdengar keluar dari dalam ruangan tersebut. Hana mencoba membendung rasa yang ada. Boleh dibibirnya Hana mengatakan sudah sakit hati dan tidak cinta lagi, namun jauh direlung hatinya, hanya mantan suaminyalah satu-satunya pria yang masih bersemayam didalamnya.

Lelaki durjana itu adalah cinta pertama dan mungkin menjadi yang terakhir untuk Hana. Sulit bagi Hana melupakan nama serta memory selama ini dengannya. Sampai detik inipun Hana masih belum mengerti hatinya, karena rasa benci dan cinta masih menyatu dan sulit baginya move on.

Sudah tidak terdengar lagi jeritan dari dalam ruangan, sepertinya sudah aman terkendali kondisi pasiennya.

Hari (nama mantan suami Hana) keluar dari ruangan tersebut. Duduk di kursi tunggu tepat dihadapan meja pendaftaran tempat Hana duduk. Mereka saling bertatapan tanpa bicara sepatah katapun.

Hana mencoba menyibukkan diri, kalo mengikuti hati nurani, ingin rasanya lari dari meja itu, tapi laporan tahunan Klinik harus segera diselesaikan karena Senin sudah ditunggu oleh Dinas Kesehatan setempat.

Disaat hati Hana bak naik hysteria di Dufan, dokter Farraz mengirim pesan.

#Assalamualaikum Hana.. maaf ya atas inisiatif anak-anak membuat grup chat. Kalo kamu ga nyaman bisa left group, anak-anak nanti Mas yang kasih tau#

#Waalaikumsalam#

Karena lama ditunggu tidak ada chat lanjutan, dokter Farraz kembali berinisiatif mengirim pesan lagi.

#Lagi kerja? sibuk ya? tiba-tiba perasaan kaya ga enak dan terlintas nama kamu. Baik-baik aja kan disana?#

dokter Farraz menunggu jawaban.

Setelah lima menit menunggu akhirnya dokter Farraz memutuskan untuk menelepon Hana.

Hana terus menerus menolak panggilan dari dokter Farraz, makin saja beliau penasaran.

#Lagi sibuk, ga bisa terima telepon#.

Akhirnya Hana mengirim pesan agar dokter Farraz paham kalo dia ga bisa diganggu dulu.

"Lo kerja disini?" tanya suara pria dari arah belakang Hana yang membuat kaget.

Hari memang hanya sesaat memakai sapaan aku kamu ke Hana, setelah menikah tabiat lamanya keluar. Jadi memanggil Hana pun dengan sapaan kasar, tapi didepan keluarga Hari tampak lembut dan sopan terhadap Hana, sehingga menyangka mereka adalah pasangan yang harmonis dan romantis.

"Heh... budek ya?" tanya Hari lagi.

Hana yang masih mengumpulkan sisa-sisa kekuatan, ga berani memandang kearah Hari, baginya cukup dari suara saja dia sudah yakin kalo Hari lah yang ada dibelakangnya saat ini.

"Ya Bang" jawab Hana pelan.

"Lumayan kan jarak dari sini ke rumah, kok bisa kerja disini? ngerayu yang punya ya? secara kan janda gitu loh" ucap Hari meledek.

Hana diam saja.

"Kok cewe bego dan jelek kaya Lo bisa kerja disini? emang ini Klinik ga bonafid deh, punya karyawan kok ga ada menarik-menariknya" lanjut Hari.

"Abang kok ada di daerah sini? bukannya tinggal didaerah Cibubur?" tanya Hana basa basi.

"Masih kepo banget sama hidup gw.. hehehe .. ga bisa move on ya?" ledek Hari.

Hana kembali diam.

"Lagi ke makam Bapak, ga jauh dari sini" ujar Hari berinisiatif menjawab.

"Makam Bapak siapa?" tanya Hana kaget karena selama mereka menikah, tidak ada keluarga dekat yang meninggal.

"Bapak gw lah ... kalo Bapak Lo yang rese itu mati pasti Lo tau kan" kata Hari dengan kasar.

"Innalillahi wainnailaihi rojiun, kapan meninggalnya? Kok kami semua ga dikabarin" tukas Hana rada sedih.

"Kan Lo ganti nomer, gimana caranya coba ngubunginnya? pake tutup panci? atau toa mesjid?" jawab Hari dengan entengnya.

"Tapi kan Abang dan keluarga tau rumah orang tua Hana dimana" bela Hana.

"Sori ya ga bakalan deh gw nginjek rumah kumuh itu lagi. Apalagi selama Bapak Lo yang sok itu masih hidup. Enak banget menghina orang, kaya dia orang bener aja" umpat Hari.

"Maaf Bang, namanya juga orang tua, pasti akan emosi kalo melihat anaknya pulang tanpa diantar. Kalo kita diposisi Bapak juga pasti akan melakukan hal yang sama" papar Hana.

"Ya pastilah keluarga Lo pada emosi dan marah. Kalo Lo ga cerita apa-apa ke keluarga apalagi ke orang tua, mereka kan ga bakalan tau. Emang mulut Lo racun banget dari dulu. Buktinya mana ada cowo yang mau sama Lo setelah gw buang, beda sama gw yang masih aja laku" sombong Hari.

"Astaghfirullah Bang.. jangan nuduh sembarangan. Adik Abang sendiri yang cerita ke keluarganya Hana" bela Hana.

"Emang keluarga Lo rese... mau ikut campur urusan rumah tangga orang" lanjut Hari.

"Terserah apa penilaian Abang. Kenapa Abang ga pernah nyariin Nabila? dia kan darah daging Abang" ucap Hana yang akhirnya balik bertanya.

"Ga punya duit gw" jawab Hari santai.

"Anak ga sekedar butuh uang Bang.. dia juga butuh perhatian dari Ayahnya" kata Hana.

"Halah... Lo mah pinter ngomongnya.. segala ga butuh duit, maksudnya mau nyindir gw?" tantang Hari.

"Pernah ga Hana minta uang ke Abang selama ini? sejak pergi dari rumah Abang .. kami coba ga ngemis ke Abang dan keluarga" papar Hana.

"Banyak bacot Lo" ketus Hari.

Hana tidak melanjutkan omongannya, nada bicaranya Hari sudah tidak enak, dia khawatir akan terjadi keributan jika diteruskan.

Hari keluar dan duduk didepan Klinik, tampak dia sedang menikmati sebatang rokok, padahal ada tulisan jika di area parkir Klinik pun terlarang untuk merokok.

Hatinya Hana kembali dalam persimpangan. Sudah dicoba untuk melupakan semua cintanya terhadap sang mantan suami, tapi pertemuan kembali ini membuat hatinya berdesir tak karuan.

"Masihkah aku mencintainya? apa ga cukup penyiksaan dan rasa sakit hati yang dia torehkan didada ini?" tanya Hana dalam hatinya.

HP Hana kembali berdering, ada panggilan dari Umminya dokter Farraz, Hana langsung menolak panggilan tersebut kemudian mengirimkan chat jika dia sedang bekerja dan tidak bisa menerima panggilan telepon.

"Ya Allah... bertahun-tahun rasa sayangku terhadapnya masih sama. Kuat .. kuat ... kamu bisa Hana... dia adalah orang yang kamu cintai sekaligus kamu benci. Jangan pernah menyimpan asa untuk bersamanya kembali sampai tua nanti. Lihat sekarang Hana... dia sudah punya penggantimu. Dia ga masalah hidup tanpamu.. bahkan tak ada penyesalan sedikitpun. Cukup Hana... sudah cukup perjuangan cintamu untuknya Hana. Sampai pernah memilihnya dibanding orang tuamu sendiri... " rutuk Hana dalam hatinya.

.

Pintu kamar diketuk, dokter Farraz membuka.

"dokter Farraz.. ditunggu sama kepala dinas di aula" panggil salah satu staf dinas kesehatan setempat.

"Ya.. lima menit lagi saya kesana, saya mau siap-siap dulu" jawab dokter Farraz.

Staf meninggalkan dokter Farraz.

"Hana.. kenapa ada perasaan yang aneh ya.. kamu baik-baik aja kan?" tanya dokter Farraz bicara sendiri ke HP nya.

🍄

Pernah ga terlintas kenapa di Rumah Sakit ada yang tulisannya IGD, tapi ada juga yang menyebutnya UGD. Sama apa beda sih? apa typo nulisnya? cekidot ... dibahas sedikit ya, jika ada kesalahan silahkan dikoreksi.

UGD (Unit Gawat Darurat) dan IGD (Instalasi Gawat Darurat), masih banyak yang beranggapan bahwa UGD maupun IGD adalah dua sebutan di Rumah Sakit yang sama. Padahal, ternyata keduanya berbeda, baik dari segi arti dan fungsinya.

UGD maupun IGD sama-sama dipakai untuk menangani pasien yang berada dalam kondisi gawat darurat dan membutuhkan penanganan sesegera mungkin. Perbedaan paling jelas dari keduanya adalah ruangan IGD yang punya ukuran lebih luas dibandingkan dengan ruang UGD. Biasanya Rumah Sakit besar punyanya IGD.

Lalu, peralatan medis penunjang di ruangan IGD yang dipakai oleh dokter jaga juga lebih lengkap dari aspek spesialisasinya (selain dokter umum, ada juga beberapa dokter spesialis yang standby) Sementara, di ruang UGD, biasanya pilihan alat medisnya pun terbatas dan biasanya hanya ada dokter umum. Karena dipakai untuk penanganan darurat, ruang UGD maupun IGD harus buka setiap hari selama 24 jam.

Baik UGD maupun IGD juga dilengkapi dengan fasilitas ambulance dan mudah dijangkau oleh kendaraan darurat medis tersebut.

Jadi ga usah bingung lagi ya, paling ga kalo ada kegawatdaruratan ya cuss aja ga pake mikir kudu ke IGD atau UGD, yang penting pasien tertangani dulu, kalo ga bisa ditangani juga akan ada opsi rujuk dan sebagainya. Jangan underestimate dulu sama kemampuan dokter umum yang ada di IGD atau UGD, semua sudah punya sertifikasi untuk melakukan pelayanan dan tindakan kegawatdaruratan.

Terpopuler

Comments

Jasreena

Jasreena

anaknya Hana knp g ikutan grup ? kan dah SMP

2023-09-29

1

Lia Kiftia Usman

Lia Kiftia Usman

makasih ilmu nya thor, tadinya cuma berpikir ugd dan igd hanya berubah u menjadi i aja tanpa mencari tau lagi😊

2023-09-16

1

Nani Rahayu

Nani Rahayu

hanaaaaaa....aneh deh ..ada peletnya mungkin si mantan ya🤭🤭othor keren infonya👍🙏

2023-06-26

3

lihat semua
Episodes
1 Stetoskop 1, Permulaan
2 Stetoskop 2, Pada awalnya
3 Stetoskop 3, Masa lalu
4 Stetoskop 4, Masa kelam
5 Stetoskop 5, Kisahpun bermula
6 Stetoskop 6, Perkenalan
7 Stetoskop 7, Menjemput impian
8 Stetoskop 8, Realitanya ada
9 Stetoskop 9, Dinamika IGD
10 Stetoskop 10, Bertemu masa lalu
11 Stetoskop 11, Hari dan wanita
12 Stetoskop 12, Tugas dokter
13 Stetoskop 13, Para lelaki
14 Stetoskop 14, Tak sesuai bayangan
15 Stetoskop 15, Berbincang
16 Stetoskop 16, Rencana baru
17 Stetoskop 17, Merenung
18 Stetoskop 18, Sekelumit kisah
19 Stetoskop 19, Menyimpan cerita
20 Stetoskop 20, Keresahan
21 Stetoskop 21, Mencari jalan
22 Stetoskop 22, Dilema
23 Stetoskop 23, Putaran takdir
24 Stetoskop 24, Perubahan
25 Stetoskop 25, Kisahnya Barra
26 Stetoskop 26, Penolakan
27 Stetoskop 27, Demi masa depan
28 Stetoskop 28, Dan terjadilah..
29 Stetoskop 29, Perbaikan
30 Stetoskop 30, Kehilangan
31 Stetoskop 31, Menahan emosi
32 Stetoskop 32, Bicara
33 Stetoskop 33, Tragedi
34 Stetoskop 34, Rutinitas
35 Stetoskop 35, Duka
36 Stetoskop 36, Pertemuan
37 Stetoskop 37, Jalan berdua
38 Stetoskop 38, Hati ke hati
39 Stetoskop 39, Mencari
40 Stetoskop 40, Harus bisa
41 Stetoskop 41, Menuju yang lebih baik
42 Stetoskop 42, Langkah
43 Stetoskop 43, Berjuang
44 Stetoskop 44, Mengenal
45 Stetoskop 45, Penjajakan
46 Stetoskop 46, Keadaan
47 Stetoskop 47, Terkuak
48 Stetoskop 48, Kedua kalinya
49 Stetoskop 49, Seperti biasa
50 Stetoskop 50, Musibah
51 Stetoskop 51, Melihat dari berbagai sisi
52 Stetoskop 52, Keras hati
53 Stetoskop 53, Berduaan
54 Stetoskop 54, Rejeki tidak hanya berupa uang
55 Stetoskop 55, Akhirnya..
56 Stetoskop 56, Keputusan
57 Stetoskop 57, Menuju halal
58 Stetoskop 58, Menyerahkan
59 Stetoskop 59, Bercerita masa lalu
60 Stetoskop 60, Gosip
61 Stetoskop 61, Menuju bahagia
62 Stetoskop 62, Pengantin baru
63 Stetoskop 63, Cinta
64 Stetoskop 64, Jumpa lagi
65 Stetoskop 65, Antara bahagia dan kecewa
66 Stetoskop 66, Pendekatan
67 Stetoskop 67, Rasa sayang
68 Stetoskop 68, Pasangan?
69 Stetoskop 69, Peristiwa
70 Stetoskop 70, Pelepasan PPDS
71 Stetoskop 71, Kesempatan baru
72 Stetoskop 72, Penyesuaian
73 Stetoskop 73, Diskusi masa lalu
74 Stetoskop 74, Berjumpa
75 Stetoskop 75, Kegiatan
76 Stetoskop 76, Malam ini
77 Stetoskop 77, Babak baru
78 Stetoskop 78, Bertemu lagi
79 Stetoskop 79, Langkah selanjutnya
80 Stetoskop 80, Takut
81 Stetoskop 81, Menemani
82 Stetoskop 82, Mengusik hati
83 Stetoskop 83, Hampir aja
84 Stetoskop 84, Terselamatkan
85 Stetoskop 85, "Kesasar"
86 Stetoskop 86, Dunia milik berdua
87 Stetoskop 87, Setan berbisik
88 Stetoskop 88, Bertemu
89 Stetoskop 89, Campur aduk
90 Stetoskop 90, Aku berhak atas rasaku
91 Stetoskop 91, Nikah Yukkkk
92 Stetoskop 92, Lembaran baru
93 Stetoskop 93, Kembali bersama
94 Stetoskop 94, Rangkaian cerita
95 Stetoskop 95, Tembung
96 Episode 96, Ricuh
97 Stetoskop 97, Pendekatan
98 Stetoskop 98, Perbincangan
99 Stetoskop 99, Gamang
100 Stetoskop 100, Membuka hati
101 Stetoskop 101, Ricuh
102 Stetoskop 102, Menjelang hari H
103 Stetoskop 103, Rencana busuk
104 Stetoskop 104, Di rumah
105 Stetoskop 105, Ketahuan
106 Stetoskop 106, Kesibukan di hari Sabtu
107 Stetoskop 107, Kondangan
108 Stetoskop 108, Ciuman pertama
109 Stetoskop 109, Kembali
110 Stetoskop 110, Kurang fit
111 Stetoskop 111, Miskom
112 Stetoskop 112, Berdebat
113 Stetoskop 113, Pria gila
114 Episode 114, Di Rumah Sakit
115 Stetoskop 115, Jalan pulang
116 Stetoskop 116, Percakapan mendalam
117 Stetoskop 117, Membahas tentang nikah
118 Stetoskop 118, Edisi curhat
119 Stetoskop 119, Resign
120 Stetoskop 120, Touring
121 Stetoskop 121, Sharing ilmu
122 Stetoskop 122, Teman
123 Stetoskop 123, Breaking news
124 Stetoskop 124, Duka menggelayut
125 Stetoskop 125, Sepanjang gang
126 Stetoskop 126, Tidak bersedia
127 Stetoskop 127, Pemakaman
128 Stetoskop 128, Bermuka dua
129 Stetoskop 129, Masih ramai
130 Stetoskop 130, Berjumpa
131 Stetoskop 131, Di kamar Bhree
132 Stetoskop 132, Yang muda yang bercinta
133 Stetoskop 133, Ketahuan
134 Stetoskop 134, ICU
135 Episode 135, Tahap pemulihan
136 Stetoskop 136, Ruang rawat
137 Stetoskop 137, Kecurigaan
138 Stetoskop 138, I love you
139 Stetoskop 139, Tetirah
140 Stetoskop 140, Berbincang
141 Stetoskop 141, Pulang
142 Stetoskop 142, Kangen
143 Stetoskop 143, Bersamamu
144 Stetoskop 144, Berkegiatan
145 Stetoskop 145, Terkuak
146 Stetoskop 146, Berdekatan
147 Stetoskop 147, Ngedate
148 Stetoskop 148, Kencan
149 Stetoskop 149, Emosi jiwa
150 Stetoskop 150, Ada-ada saja
151 Stetoskop 151, Duduk bersama
152 Stetoskop 152, Nakal
153 Stetoskop 153, Komitmen baru
154 Stetoskop 154, Panggilan darurat
155 Stetoskop 155, Berangkat
156 Stetoskop 156, Kehebohan
157 Stetoskop 157, Mau menikah
158 Stetoskop 158, Temu kangen
159 Stetoskop 159, Tak disangka
160 Stetoskop 160, Maaf
161 Stetoskop 161, Gawat
162 Stetoskop 162, Menggelitik jiwa
163 Stetoskop 163, Kesibukan menjelang pernikahan
164 Stetoskop 164, Perbincangan laki-laki
165 Stetoskop 165, Menegang
166 Stetoskop 166, Ambang kesabaran
167 Stetoskop 167, Persiapan
168 Stetoskop 168, H-1
169 Stetoskop 169, Tegang
170 Stetoskop 170, Sah
171 Stetoskop 171, Ramah tamah
172 Stetoskop 172, Caption
173 Stetoskop 173, Kegiatan pasangan
174 Stetoskop 174, Full of love
175 Stetoskop 175, Jumpa lagi
176 Stetoskop 176, Ricuh
177 Stetoskop 177, Penjelasan
178 Stetoskop 178, Di Solo
179 Stetoskop 179, Warna warni kehidupan pasangan
180 Stetoskop 180, Ribut lagi
181 Stetoskop 181, Mantu dan mertua
182 Stetoskop 182, Kesibukan dokbar
183 Stetoskop 183, Manja
184 Stetoskop 184, Bertengkar
185 Stetoskop 185, Pembicaraan tepi jurang
186 Stetoskop 186, Hiburan
187 Stetoskop 187, Ruwet
188 Stetoskop 188, Kesibukan harian dokbar
189 Stetoskop 189, Edisi curhat
190 Stetoskop 190, Rahasia yang terkuak
191 Stetoskop 191, Quality time
192 Stetoskop 192, Obrolan penting
193 Stetoskop 193, Pesona Barra
194 Stetoskop, kegiatan Bhree
195 Stetoskop 195, Perkembangan
196 Stetoskop 196, Hidup baru Tama
197 Stetoskop 197, Perbincangan keluarga
198 Stetoskop 198, Curhatan Barra
199 Stetoskop 199, Isu yang tak hangat
200 Stetoskop 200, Pandangan terhadap Barra
201 Stetoskop 201, Di rumah Prof Andjar
202 Stetoskop 202, Menuju bahagia
203 Stetoskop 203, Dunia masing-masing
204 Stetoskop 204, Kehidupan
205 Stetoskop 205, Kegiatan seperti biasa
206 Stetoskop 206, Lelah
207 Stetoskop 207, Menggelitik kalbu
208 Stetoskop 208, Mikir
209 Stetoskop 209, Obrolan yang ga penting
210 Stetoskop 210, Berita menggelegar
211 Stetoskop 211, Mellow
212 Stetoskop 212, Bola panas
213 Stetoskop 213, Kebaikan
214 Stetoskop 214, Menahan emosi
215 Stetoskop 215, Pelan tapi pasti
216 Stetoskop 216, Berbeda
217 Stetoskop 217, Karena masa lalu
218 Stetoskop 218, Sedikit mereda
219 Stetoskop 219, Perbincangan
220 Stetoskop 220, Kejadian tak biasa
221 Stetoskop 221, Kabar duka
222 Stetoskop 222, Kejadian luar biasa
223 Stetoskop 223, Keajaiban itu ada
224 Stetoskop 224, Perbincangan
225 Stetoskop 225, Jenguk
226 Stetoskop 226, Tak seperti yang diharapkan
227 Stetoskop 227, Terus terang
228 Stetoskop 228, Berkunjung
229 Stetoskop 229, Belum ada titik terang
230 Stetoskop 230, Bintangnya
231 Stetoskop 231, Ngobrol santai
232 Stetoskop 232, Rahasia terbongkar lagi
233 Stetoskop 233, Dukacita
234 Stetoskop 234, Ada aja kendalanya
235 Stetoskop 235, Di rumah aja
236 Stetoskop 236, Masih panas
237 Stetoskop 237, Emosi dokbar
238 Stetoskop 238, dokbar hari ini
239 Stetoskop 239, Dilema lagi
240 Stetoskop 240, Masih belum nyaman
241 Stetoskop 241, Obrolan
242 Stetoskop 242, Tambah pusing
243 Stetoskop 243, Tidak terlibat
244 Stetoskop 244, IGD
245 Stetoskop 245, Saat ini
246 Stetoskop 246, Kamar VVIP
247 Stetoskop 247, Kematian di IGD
248 Stetoskop 248, Suasana terkini
249 Stetoskop 249, Akhirnyaaa
250 Stetoskop 250, Ambulans
251 Stetoskop 251, Drama yang berakhir juga
252 Stetoskop 252, Pengakuan
253 Stetoskop 253, Mengiris perih
254 Stetoskop 254, Duka mendalam
255 Stetoskop 255, Menyembuhkan luka
256 Stetoskop 256, Pengumuman mengejutkan
257 Stetoskop 257, Mencoba berdamai
258 Stetoskop 258, Masih gamang
259 Stetoskop 259, Keputusan
260 Stetoskop 260, Oh begitu....
261 Stetoskop 261, Memaafkan
262 Stetoskop 262, Berdua dengan segala ceritanya
263 Stetoskop 263, Berdamai
264 Stetoskop 264, dokbar on duty
265 Stetoskop 265, Persiapan
266 Stetoskop 266, Berita lagi
267 Stetoskop 267, Waktu bersama
268 Stetoskop 268, Sowan kesana kemari
269 Stetoskop 269, Mengakhiri bab di Cinta Medika
270 Episode 270, Duka diujung senja
271 Stetoskop 271, Mencari jalan tengah
272 Stetoskop 272, Perpisahan dan pertemuan
273 Stetoskop 273, Cemburu
274 Stetoskop 274, Legowo
275 Stetoskop 275, Bertemu kawan lama
276 Stetoskop 276, Kumpul lagi
277 Stetoskop 277, Mumet lagi
278 Stetoskop 278, Berita yang membuat pening
279 Stetoskop 279, Mencoba menyelesaikan masalah
280 Stetoskop 280, Sampai disini
Episodes

Updated 280 Episodes

1
Stetoskop 1, Permulaan
2
Stetoskop 2, Pada awalnya
3
Stetoskop 3, Masa lalu
4
Stetoskop 4, Masa kelam
5
Stetoskop 5, Kisahpun bermula
6
Stetoskop 6, Perkenalan
7
Stetoskop 7, Menjemput impian
8
Stetoskop 8, Realitanya ada
9
Stetoskop 9, Dinamika IGD
10
Stetoskop 10, Bertemu masa lalu
11
Stetoskop 11, Hari dan wanita
12
Stetoskop 12, Tugas dokter
13
Stetoskop 13, Para lelaki
14
Stetoskop 14, Tak sesuai bayangan
15
Stetoskop 15, Berbincang
16
Stetoskop 16, Rencana baru
17
Stetoskop 17, Merenung
18
Stetoskop 18, Sekelumit kisah
19
Stetoskop 19, Menyimpan cerita
20
Stetoskop 20, Keresahan
21
Stetoskop 21, Mencari jalan
22
Stetoskop 22, Dilema
23
Stetoskop 23, Putaran takdir
24
Stetoskop 24, Perubahan
25
Stetoskop 25, Kisahnya Barra
26
Stetoskop 26, Penolakan
27
Stetoskop 27, Demi masa depan
28
Stetoskop 28, Dan terjadilah..
29
Stetoskop 29, Perbaikan
30
Stetoskop 30, Kehilangan
31
Stetoskop 31, Menahan emosi
32
Stetoskop 32, Bicara
33
Stetoskop 33, Tragedi
34
Stetoskop 34, Rutinitas
35
Stetoskop 35, Duka
36
Stetoskop 36, Pertemuan
37
Stetoskop 37, Jalan berdua
38
Stetoskop 38, Hati ke hati
39
Stetoskop 39, Mencari
40
Stetoskop 40, Harus bisa
41
Stetoskop 41, Menuju yang lebih baik
42
Stetoskop 42, Langkah
43
Stetoskop 43, Berjuang
44
Stetoskop 44, Mengenal
45
Stetoskop 45, Penjajakan
46
Stetoskop 46, Keadaan
47
Stetoskop 47, Terkuak
48
Stetoskop 48, Kedua kalinya
49
Stetoskop 49, Seperti biasa
50
Stetoskop 50, Musibah
51
Stetoskop 51, Melihat dari berbagai sisi
52
Stetoskop 52, Keras hati
53
Stetoskop 53, Berduaan
54
Stetoskop 54, Rejeki tidak hanya berupa uang
55
Stetoskop 55, Akhirnya..
56
Stetoskop 56, Keputusan
57
Stetoskop 57, Menuju halal
58
Stetoskop 58, Menyerahkan
59
Stetoskop 59, Bercerita masa lalu
60
Stetoskop 60, Gosip
61
Stetoskop 61, Menuju bahagia
62
Stetoskop 62, Pengantin baru
63
Stetoskop 63, Cinta
64
Stetoskop 64, Jumpa lagi
65
Stetoskop 65, Antara bahagia dan kecewa
66
Stetoskop 66, Pendekatan
67
Stetoskop 67, Rasa sayang
68
Stetoskop 68, Pasangan?
69
Stetoskop 69, Peristiwa
70
Stetoskop 70, Pelepasan PPDS
71
Stetoskop 71, Kesempatan baru
72
Stetoskop 72, Penyesuaian
73
Stetoskop 73, Diskusi masa lalu
74
Stetoskop 74, Berjumpa
75
Stetoskop 75, Kegiatan
76
Stetoskop 76, Malam ini
77
Stetoskop 77, Babak baru
78
Stetoskop 78, Bertemu lagi
79
Stetoskop 79, Langkah selanjutnya
80
Stetoskop 80, Takut
81
Stetoskop 81, Menemani
82
Stetoskop 82, Mengusik hati
83
Stetoskop 83, Hampir aja
84
Stetoskop 84, Terselamatkan
85
Stetoskop 85, "Kesasar"
86
Stetoskop 86, Dunia milik berdua
87
Stetoskop 87, Setan berbisik
88
Stetoskop 88, Bertemu
89
Stetoskop 89, Campur aduk
90
Stetoskop 90, Aku berhak atas rasaku
91
Stetoskop 91, Nikah Yukkkk
92
Stetoskop 92, Lembaran baru
93
Stetoskop 93, Kembali bersama
94
Stetoskop 94, Rangkaian cerita
95
Stetoskop 95, Tembung
96
Episode 96, Ricuh
97
Stetoskop 97, Pendekatan
98
Stetoskop 98, Perbincangan
99
Stetoskop 99, Gamang
100
Stetoskop 100, Membuka hati
101
Stetoskop 101, Ricuh
102
Stetoskop 102, Menjelang hari H
103
Stetoskop 103, Rencana busuk
104
Stetoskop 104, Di rumah
105
Stetoskop 105, Ketahuan
106
Stetoskop 106, Kesibukan di hari Sabtu
107
Stetoskop 107, Kondangan
108
Stetoskop 108, Ciuman pertama
109
Stetoskop 109, Kembali
110
Stetoskop 110, Kurang fit
111
Stetoskop 111, Miskom
112
Stetoskop 112, Berdebat
113
Stetoskop 113, Pria gila
114
Episode 114, Di Rumah Sakit
115
Stetoskop 115, Jalan pulang
116
Stetoskop 116, Percakapan mendalam
117
Stetoskop 117, Membahas tentang nikah
118
Stetoskop 118, Edisi curhat
119
Stetoskop 119, Resign
120
Stetoskop 120, Touring
121
Stetoskop 121, Sharing ilmu
122
Stetoskop 122, Teman
123
Stetoskop 123, Breaking news
124
Stetoskop 124, Duka menggelayut
125
Stetoskop 125, Sepanjang gang
126
Stetoskop 126, Tidak bersedia
127
Stetoskop 127, Pemakaman
128
Stetoskop 128, Bermuka dua
129
Stetoskop 129, Masih ramai
130
Stetoskop 130, Berjumpa
131
Stetoskop 131, Di kamar Bhree
132
Stetoskop 132, Yang muda yang bercinta
133
Stetoskop 133, Ketahuan
134
Stetoskop 134, ICU
135
Episode 135, Tahap pemulihan
136
Stetoskop 136, Ruang rawat
137
Stetoskop 137, Kecurigaan
138
Stetoskop 138, I love you
139
Stetoskop 139, Tetirah
140
Stetoskop 140, Berbincang
141
Stetoskop 141, Pulang
142
Stetoskop 142, Kangen
143
Stetoskop 143, Bersamamu
144
Stetoskop 144, Berkegiatan
145
Stetoskop 145, Terkuak
146
Stetoskop 146, Berdekatan
147
Stetoskop 147, Ngedate
148
Stetoskop 148, Kencan
149
Stetoskop 149, Emosi jiwa
150
Stetoskop 150, Ada-ada saja
151
Stetoskop 151, Duduk bersama
152
Stetoskop 152, Nakal
153
Stetoskop 153, Komitmen baru
154
Stetoskop 154, Panggilan darurat
155
Stetoskop 155, Berangkat
156
Stetoskop 156, Kehebohan
157
Stetoskop 157, Mau menikah
158
Stetoskop 158, Temu kangen
159
Stetoskop 159, Tak disangka
160
Stetoskop 160, Maaf
161
Stetoskop 161, Gawat
162
Stetoskop 162, Menggelitik jiwa
163
Stetoskop 163, Kesibukan menjelang pernikahan
164
Stetoskop 164, Perbincangan laki-laki
165
Stetoskop 165, Menegang
166
Stetoskop 166, Ambang kesabaran
167
Stetoskop 167, Persiapan
168
Stetoskop 168, H-1
169
Stetoskop 169, Tegang
170
Stetoskop 170, Sah
171
Stetoskop 171, Ramah tamah
172
Stetoskop 172, Caption
173
Stetoskop 173, Kegiatan pasangan
174
Stetoskop 174, Full of love
175
Stetoskop 175, Jumpa lagi
176
Stetoskop 176, Ricuh
177
Stetoskop 177, Penjelasan
178
Stetoskop 178, Di Solo
179
Stetoskop 179, Warna warni kehidupan pasangan
180
Stetoskop 180, Ribut lagi
181
Stetoskop 181, Mantu dan mertua
182
Stetoskop 182, Kesibukan dokbar
183
Stetoskop 183, Manja
184
Stetoskop 184, Bertengkar
185
Stetoskop 185, Pembicaraan tepi jurang
186
Stetoskop 186, Hiburan
187
Stetoskop 187, Ruwet
188
Stetoskop 188, Kesibukan harian dokbar
189
Stetoskop 189, Edisi curhat
190
Stetoskop 190, Rahasia yang terkuak
191
Stetoskop 191, Quality time
192
Stetoskop 192, Obrolan penting
193
Stetoskop 193, Pesona Barra
194
Stetoskop, kegiatan Bhree
195
Stetoskop 195, Perkembangan
196
Stetoskop 196, Hidup baru Tama
197
Stetoskop 197, Perbincangan keluarga
198
Stetoskop 198, Curhatan Barra
199
Stetoskop 199, Isu yang tak hangat
200
Stetoskop 200, Pandangan terhadap Barra
201
Stetoskop 201, Di rumah Prof Andjar
202
Stetoskop 202, Menuju bahagia
203
Stetoskop 203, Dunia masing-masing
204
Stetoskop 204, Kehidupan
205
Stetoskop 205, Kegiatan seperti biasa
206
Stetoskop 206, Lelah
207
Stetoskop 207, Menggelitik kalbu
208
Stetoskop 208, Mikir
209
Stetoskop 209, Obrolan yang ga penting
210
Stetoskop 210, Berita menggelegar
211
Stetoskop 211, Mellow
212
Stetoskop 212, Bola panas
213
Stetoskop 213, Kebaikan
214
Stetoskop 214, Menahan emosi
215
Stetoskop 215, Pelan tapi pasti
216
Stetoskop 216, Berbeda
217
Stetoskop 217, Karena masa lalu
218
Stetoskop 218, Sedikit mereda
219
Stetoskop 219, Perbincangan
220
Stetoskop 220, Kejadian tak biasa
221
Stetoskop 221, Kabar duka
222
Stetoskop 222, Kejadian luar biasa
223
Stetoskop 223, Keajaiban itu ada
224
Stetoskop 224, Perbincangan
225
Stetoskop 225, Jenguk
226
Stetoskop 226, Tak seperti yang diharapkan
227
Stetoskop 227, Terus terang
228
Stetoskop 228, Berkunjung
229
Stetoskop 229, Belum ada titik terang
230
Stetoskop 230, Bintangnya
231
Stetoskop 231, Ngobrol santai
232
Stetoskop 232, Rahasia terbongkar lagi
233
Stetoskop 233, Dukacita
234
Stetoskop 234, Ada aja kendalanya
235
Stetoskop 235, Di rumah aja
236
Stetoskop 236, Masih panas
237
Stetoskop 237, Emosi dokbar
238
Stetoskop 238, dokbar hari ini
239
Stetoskop 239, Dilema lagi
240
Stetoskop 240, Masih belum nyaman
241
Stetoskop 241, Obrolan
242
Stetoskop 242, Tambah pusing
243
Stetoskop 243, Tidak terlibat
244
Stetoskop 244, IGD
245
Stetoskop 245, Saat ini
246
Stetoskop 246, Kamar VVIP
247
Stetoskop 247, Kematian di IGD
248
Stetoskop 248, Suasana terkini
249
Stetoskop 249, Akhirnyaaa
250
Stetoskop 250, Ambulans
251
Stetoskop 251, Drama yang berakhir juga
252
Stetoskop 252, Pengakuan
253
Stetoskop 253, Mengiris perih
254
Stetoskop 254, Duka mendalam
255
Stetoskop 255, Menyembuhkan luka
256
Stetoskop 256, Pengumuman mengejutkan
257
Stetoskop 257, Mencoba berdamai
258
Stetoskop 258, Masih gamang
259
Stetoskop 259, Keputusan
260
Stetoskop 260, Oh begitu....
261
Stetoskop 261, Memaafkan
262
Stetoskop 262, Berdua dengan segala ceritanya
263
Stetoskop 263, Berdamai
264
Stetoskop 264, dokbar on duty
265
Stetoskop 265, Persiapan
266
Stetoskop 266, Berita lagi
267
Stetoskop 267, Waktu bersama
268
Stetoskop 268, Sowan kesana kemari
269
Stetoskop 269, Mengakhiri bab di Cinta Medika
270
Episode 270, Duka diujung senja
271
Stetoskop 271, Mencari jalan tengah
272
Stetoskop 272, Perpisahan dan pertemuan
273
Stetoskop 273, Cemburu
274
Stetoskop 274, Legowo
275
Stetoskop 275, Bertemu kawan lama
276
Stetoskop 276, Kumpul lagi
277
Stetoskop 277, Mumet lagi
278
Stetoskop 278, Berita yang membuat pening
279
Stetoskop 279, Mencoba menyelesaikan masalah
280
Stetoskop 280, Sampai disini

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!