Setelah satu jam, dokter Raz mengamati rumah sang wanita, sepertinya tidak ada tanda-tanda sang wanita akan keluar rumah. Akhirnya dokter Raz memutuskan untuk pulang saja, sambil bertekad besok harus bisa berkenalan atau paling tidak, beliau tau dulu apa statusnya wanita tersebut.
Jika wanita tersebut sudah bersuami, maka dokter Raz menyiapkan hatinya untuk memendam dan melupakan perasaan yang tengah meronta dalam dadanya, tapi jika wanita itu single, beliau sudah bertekad GPL (ga pake lama), mau langsung berkenalan dan diajak kejenjang yang lebih serius bahkan secepatnya menikah. Ada keyakinan luar biasa dalam dirinya untuk kembali menikah setelah melihat wanita sederhana tapi auranya luar biasa.
Dalam perjalanan, entah mengapa bayangan wanita itu terus menari diotaknya. Tanpa sadar senyum terus mengembang hingga beliau sampai ke rumah.
"Assalamualaikum..." sapa dokter Raz sambil mencium tangan Ummi dan Abinya.
Sebenarnya orang tua dokter Raz tidak tinggal serumah dengannya, tapi sejak istri dokter Raz meninggal, orang tuanyalah yang membantu dokter Raz mengurus anak-anak, meskipun ada asisten rumah tangga di rumah tersebut. Hal ini yang membuat seringkali orang tua dokter Raz tinggal di rumah.
Tapi kurang lebih enam bulan kedepan, orang tua dokter Raz akan tetap tinggal di rumah untuk membantu mengawasi anak-anak karena seminggu lagi dokter Raz akan berangkat tugas keliling Indonesia. Meninggalkan anak-anak dalam kurun waktu yang cukup lumayan lama.
Sebuah tugas negara memanggilnya, dokter Raz akan menjadi ketua tim dokter dari Kementrian Kesehatan untuk penanggulangan kasus TBC pada anak diseluruh Indonesia, target dalam jangka waktu seratus delapan puluh hari, bisa menjangkau tiga puluh daerah kota dan kabupaten di Indonesia yang rentan atau tinggi kasus TBC pada anaknya.
"Waalaikumsalam" Ummi menjawab sambil tersenyum penuh tanya melihat wajah dokter Raz yang sumringah.
dokter Raz kemudian mencium tangan Abinya.
"Raz... kamu baik-baik aja kan? ada kabar yang bikin happy kayanya nih .. ada apa sih?" tanya Ummi penasaran.
"Happy gimana Mi?" balik dokter Raz.
"Senyum-senyum terus, muka juga tampak sumringah, pokoknya beda aja. Rasanya sudah lama Ummi ga liat kamu kaya gini Raz" ucap Ummi ikut berbahagia.
"Ya Allah Mi... selama itukah anakmu ini tak bahagia?" ujar dokter Raz sambil tertawa kecil.
"Serius Raz .. Ummi ga becanda... ya kan Bi?" Ummi meminta dukungan Abi yang sedang membaca buku.
"Ada sesuatu yang mau di share Raz?" tembak Abi.
"Raz ijin mandi dulu ya, bau keringet banget nih" pamit dokter Raz.
Abi dan Ummi saling berpandangan selepas sosok dokter Raz masuk kedalam kamarnya.
"Ada apa ya Mi?" tanya Abinya dokter Raz.
"Perasaan seorang Ibu itu jarang meleset, Raz sepertinya sedang jatuh cinta" jawab Ummi pelan.
"Jatuh cinta? sama siapa? wong selama lima tahun ini dia paling ga suka tiap kita ajak diskusi tentang pasangan baru untuk membantunya membesarkan anak-anak" papar Abi.
"Bi.. Raz itu ga akan tersenyum penuh arti kalo cuma sekedar jadi ketua atau dapat uang jasa medis yang besar" kata Ummi.
.
Didalam kamar mandi, dokter Raz mematut wajahnya dalam kaca.
"Kayanya memang sudah lama ga liat muka ini tampak happy" ucap dokter Raz ngomong sendiri.
dokter Raz segera menuntaskan mandinya, hampir masuk waktu Maghrib.
.
Setelah makan malam, anak-anak meminta ijin untuk belajar di kamar karena akan ada mid semester.
dokter Raz, Ummi dan Abi duduk di teras belakang, berhadapan dengan kolam renang.
"Jujur aja Raz, ada apa sebenarnya?" Ummi masih penasaran.
"Kayanya Raz sudah menemukan calon Ibu untuk anak-anak" jawab dokter Raz to the point.
"Siapa? sudah lama kenal? Kok kami ga tau? kamu juga ga pernah bilang" berondong Umminya khas emak-emak kepo.
"Jangan tanya banyak-banyak Mi, Raz aja belum kenal siapa dia, belum tau apa-apa tentang dia, baru juga tadi ketemu" papar dokter Raz.
Ummi dan Abi saling berpandangan dengan raut wajah penuh keheranan.
"Ummi ga ngerti Raz..." tutur Ummi bingung.
Secara runut, dokter Raz menceritakan semua kejadian siang tadi. Sambil memperlihatkan foto wanita memakai helm dari arah samping. Mukanya tidak terlalu tampak jelas, karena helmnya tertutup kaca hingga hidung.
"Kalo dia udah punya suami gimana?" Abi meletakkan bukunya.
"Itu juga Bi yang Raz pikirkan dari tadi. Tapi hati ini benar-benar terpana sama sosoknya, sampai ga pake logika ikutin dia pulang ke rumahnya" jawab dokter Raz.
"Sholat istikhoroh dulu Raz, selain meminta petunjuk, kamu juga bisa sambil memantapkan hati" saran Abi.
"InsyaAllah Bi" jawab dokter Raz.
.
Jam sepuluh malam, dokter Raz mencoba untuk mengistirahatkan tubuhnya diatas ranjang seorang diri.
Tanpa sadar, memori lima tahun yang lalu kembali terkuak dipikirannya. Padahal dokter Raz berusaha menyimpan rapat-rapat rasa yang berkecamuk saat itu. Sudah malas untuk mengingatnya karena hanya akan menimbulkan rasa tidak ikhlas terhadap mendiang istrinya. Biar bagaimanapun, istrinya telah mengisi hidupnya meski hanya sepuluh tahun menemani dalam mahligai pernikahan.
Sebelum kejadian naas itu, dokter Raz pernah memergoki mendiang istrinya tengah bermesraan dengan sahabatnya sendiri di rumah ini. Entah sejauh apa hubungan mereka berdua, yang dokter Raz lihat hanya mereka tengah berciuman di ruang tamu.
Tidak ada pertengkaran saat itu, tapi sulit bagi dokter Raz percaya seratus persen terhadap mendiang istrinya lagi.
dokter Raz juga menyadari jika obsesinya menjadi dokter anak sekaligus dokter bedah, membuatnya banyak kehilangan. Kehilangan waktu bersama keluarga terutama melewati masa kecil anak-anak, mobil kesayangannya juga terjual untuk kuliah spesialisnya, belum termasuk kehilangan momen-momen penting dalam keluarga besarnya.
Pertemuan dokter Raz dengan mendiang istrinya terjadi saat di bangku kuliah. Raz mengenyam pendidikan kedokteran disebuah Universitas termasyur di Indonesia, sudah semester enam saat itu. Bertemu dengan gadis yang kalem, anak Psikologi di Universitas sebelah kampusnya.
Usia keduanya terpaut sekitar tiga tahun. Saat itu Raz muda sudah mulai menjadi asisten dosen, dan mulai ikut Profesor Suwito (ahli bedah ternama) saat praktek atau ada seminar-seminar.
Raz hanya berani curi-curi pandang sambil mencari identitas gadis tersebut. Hingga saat beliau sudah lulus menjadi Sarjana Kedokteran dan harus praktek dulu sebelum mendapatkan gelar dokter. Masih saja Raz menyimpan asa bersama wanita tersebut.
Sesudah dikukuhkan menjadi seorang dokter, barulah Raz berani berkenalan langsung. Saat itu mendiang istrinya masih kuliah semester enam, dengan nekatnya Raz langsung meminta orang tua untuk segera melamar wanita tersebut untuknya.
Orang tua pihak wanita meminta waktu hingga putrinya lulus kuliah. Dengan sabar Raz menunggu dalam jarak yang jauh. Ya jarak yang jauh karena dokter Raz terpilih menjadi salah satu dokter yang akan berdinas di Puskesmas di daerah Yogyakarta, kampung halamannya. Keduanya menjalin komunikasi lewat sambungan telepon seluler yang terkadang waktu dan sinyal tidak bersahabat dengan mereka.
Memang saat itu terasa berat, waktu libur dan waktu berkegiatan yang tidak sama, tanpa bertemu muka selain Hari Raya tiba.
Hingga akhirnya masa penantian usai. Sang wanita akan diwisuda. Jauh-jauh hari dokter Raz meminta ijin kepada kepala Puskesmas untuk pulang ke Jakarta.
Dua bulan setelahnya mereka menikah, saat itu keduanya masih terbilang pasangan muda, tapi kembali kejodoh, siapa yang bisa menghentikan laju takdir.
dokter Raz mempunyai karier yang cemerlang, hingga akhirnya memboyong istri tercintanya berpindah dari satu kota ke kota lainnya, mengikuti tugas penempatan dari Kementrian Kesehatan (dokter Raz merupakan pegawai negeri sipil).
Hidup rumah tangga keduanya pun normal-normal saja seperti layaknya pasangan yang lain. Hingga akhirnya dokter Raz memutuskan untuk mengambil kuliah spesialisnya, yaitu Spesialis Anak saat punya dua orang anak. Selagi kuliah Spesialis Anak, dokter Raz di "panas-panasi" senior sejawatnya untuk mengambil spesialis bedah umum. Mumpung ada sponsor yang membiayai kuliah. Dengan tekad kuat dan kecerdasannya, dokter Raz berbagi waktu antara keluarga, jadwal kuliah dan praktek.
Otomatis saat itu bisa dikatakan anak-anaknya hampir sembilan puluh lima persen dibesarkan dalam didikan istrinya. Tak hentinya dokter Raz memuji kemampuan istrinya dalam mengurus keluarga. Selain itu, istrinya tidak pernah mengeluh seberapa pun uang yang ia berikan, tidak pernah mengeluh lelah dengan segalanya.
💐
"Kamu ga usah ngimpi bisa jadi fotografer deh Bhree... baru kerja dicuci cetak studio aja udah pengen kuliah fotografi, mending kamu jadi perawat kaya Ibu. Mau makan apa kamu kalo jadi fotografer?" kata Ibu setengah baya yang tengah menghardik anak tunggalnya. "Tapi passion Bhree Bu..." jawab sang anak memelas.
"Passion kamu emangnya bisa buat makan?"
"Bu...ijinin ya ..Bhree ingin jadi fotografer" pinta Bhree setengah merengek.
"Kalo kamu masih melawan... lebih baik angkat kaki dari sini, gapapa Ibu hidup sendiri, mending begini daripada punya anak yang ga nurut" ucap Ibunya Bhree.
"Tapi Ayah juga fotografer kan Bu?" tanya Bhree.
"Ga usah kamu ingat-ingat dia lagi, fotografer kacangan, ga laku, kegedean gengsi, maunya proyek kaya fotografer profesional tapi hasil kerjanya ga bagus. Namanya belajar otodidak, jadi ya ga bisa profesional lah" ejek Sang Ibu.
"Bu.... Bhree akan buktikan ke Ibu .. suatu saat nanti Bhree akan berhasil mewujudkan mimpi jadi fotografer terkenal" kata Bhree.
"Kamu sudah lolos ujian masuk Akademi keperawatan, bulan depan kita daftar ulang. Ribuan orang berebut masuk Akademi itu dan kamu sudah punya kesempatan emas, jadi jangan jgn disia-siakan" lanjut Ibunya Bhree.
"Bhree ga mau Bu... padahal saat ngerjain soal tesnya juga asal-asalan, kenapa bisa diterima?" ujar Bhree.
"Udah ... ga usah dibahas .. pokoknya kamu harus jadi perawat seperti Ibu. Liat kita punya rumah, mobil, bisa makan enak, pakaian dan perhiasan yang cukup. Mana bisa Ayah kamu memberikan semua ini" papar Ibunya Bhree.
"Bu.. Ayah mungkin pernah melakukan kesalahan saat bersama, tapi sekarang Ayah banyak berubah. Bhree tidak memaksa Ibu dan Ayah bersatu lagi, tapi cukup bisa menjadi support system dalam hidup Bhree. Bisa kan ga perlu menghina Ayah disetiap pembicaraan kita?" tutur Bhree yang sudah kecewa.
.
Bhree masuk ke kamarnya, anak baru lulus SMA yang masih minim pengalaman dan menunggu waktu kuliah, dia bekerja di studio foto dekat sekolahannya. Dia sering main kesana, jadi banyak pekerja disana kenal sama dia.
Awalnya Bhree senang melihat para karyawan studio foto mengedit foto. Sedikit demi sedikit, dia mendapatkan ilmu fotografi secara otodidak. Sebagai bayarannya, dia menyapu dan mengepel studio foto.
Shabreena Narasati Aulia, wanita berjilbab dengan dandanan agak boyish ini hanya bisa memandang nanar kamera pemberian Ayahnya.
Orang tuanya sudah berpisah dan Ayahnya pergi keluar kota mengadu nasib disana, perpisahan orang tuanya saat Bhree SD jadi tidak terlalu paham dan tidak terlalu merasa kehilangan. Ayahnya yang dia ketahui belum menikah lagi, meskipun tidak berkomunikasi dengan lancar, Ayah dan anak ini selalu bertukar kabar. Tapi apalah daya, perekonomian Ayahnya tidak bisa memfasilitasi cita-cita Bhree.
Mereka pun tidak pernah bersua secara langsung karena Ayahnya Bhree adalah pekerja serabutan yang tidak jelas penghasilannya. Daripada dihabiskan untuk ongkos ke Jakarta, lebih baik untuk isi paket data hingga bisa berkomunikasi dengan Bhree dan memberikan sedikit uang pulsa untuk Bhree.
Bhree kecil dulu sering diajak Ayahnya hunting foto disekitar tempat tinggal, entah sekedar ke taman, pasar atau stasiun. Mengamati keadaan lingkungan dan orang-orang yang hilir mudik, kemudian menangkap gambar yang unik dari semua yang dilihat.
Selain itu, Bhree juga sedikit diajarkan memindahkan foto ke laptop. Diedit nama sesuai dengan judul dan tanggal pengambilan gambar agar mudah jika akan diedit.
Dari sanalah, Bhree merasa inilah passionnya. Walaupun Ayahnya sebagai contoh tidak bisa dikatakan berhasil. Ayahnya tidak mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga karena bisa dibilang pengacara.. pengangguran banyak acara.
🍄
Aditya Surya Pratama, mahasiswa semester akhir yang kuliahnya mulur sampai enam tahun baru mau mulai menyusun skripsi. Dia sebenarnya termasuk mahasiswa dengan daya pikir yang bagus, tapi karena kesibukannya menjadi Utuber yang mulai naik daun membuatnya lupa melanjutkan kuliahnya.
Papanya adalah seorang pegawai honorer di Pemda, beliaulah yang mengultimatum Tama untuk merampungkan kuliahnya.
"Papa sekolahin kamu tinggi biar sukses.. bisa jadi orang besar, ga seperti Papa yang menjadi pegawai honorer selama dua puluh tahun" kata Papanya Tama.
"Kan ga perlu jadi PNS atau karyawan Pah kalo mau sukses.. sekarang Tama lagi merintis jadi Utuber aja, toh menghasilkan kok. Memang prosesnya lama.. sudah enam tahun membangun channel biar dikenal sama orang-orang. InsyaAllah ini sudah pilihan hidup Tama Pah.. ini yang paling baik buat Tama" papar Tama.
"Jadi Utuber bukan profesi, hanya euforia sesaat saja. Kamu boleh jadi konten kreator, tapi carilah pekerjaan tetap, mau sampai kapan hidup begini?" saran Papanya Tama.
"Selow Pah.... Tama akan selesaikan kuliah, tapi kalo udah lulus, Papa kasih lah kesempatan Tama untuk berekspresi, mencari jati diri Tama sendiri" pinta Tama serius.
Hidup dijaman semua serba diujung jari, membuat Tama tergoda terjun didalamnya. Subscribersnya sudah menyentuh angka satu juta, bahkan beberapa kali kontennya yang daily vlog random, berhasil masuk menjadi sepuluh besar trending topik saat itu.
Meskipun kontennya bervariasi tapi belakangan yang digemari adalah tentang perjalanan murah meriah kesebuah destinasi wisata. Dia pernah naik turun omprengan menuju desa di Baduy luar dengan budget hanya seratus lima puluh ribuan selama tiga hari, hal inilah yang akhirnya banyak diikuti oleh para subscribersnya. Konten makanan warung yang murah meriah dan enak pun sempat jadi trending dan warung tersebut kebanjiran para penikmat kuliner yang datang karena penasaran.
Otak broadcastingnya Tama bisa dibilang lumayan mumpuni, tapi dia terjebak kuliah di jurusan ekonomi sub manajemen.
Tidak ada ilmu yang tidak bermanfaat, Tama mencoba menerapkan ilmu manajemen yang didapatnya dibangku kuliah dalam perencanaan sebuah perjalanan. Mulai dari penyusunan budget sampai edit video dikerjakan sendiri, sehingga minim pengeluaran tambahan.
Channelnya juga sudah beberapa kali disponsori. Tentunya Tama amat sangat terbuka untuk pihak sponsor. Tapi sebulan terakhir ini dia disponsori sebuah merek kaos distro yang wajib dipakainya saat membuat vlog. Nilai kontraknya pun lebih besar dari adsense (uang dari pihak UTube) yang didapatnya belakangan ini.
Tama itu wajahnya ga terlalu ganteng, tapi dia sumeh dan mudah bergaul dengan siapa saja, jadi memudahkannya dalam membuat konten. Walau tampak bebas hidupnya, ia tetap menerapkan apa yang didapat saat masuk pesantren dulu.
Tama masuk pesantren selama tingkat SMP karena dia sadar harus punya pondasi agama yang kuat dulu untuk menghadapi kerasnya hidup di kota besar.
🌿
Adiva Azzahra, biasa dipanggil Diva. Seorang penyanyi jebolan acara kontes ajang pencarian bakat, dia berhasil mendapatkan juara ketiga, kualitas suara dia bagus hanya jika dibandingkan dengan yang mendapatkan juara 1 dan 2, Diva hanya kalah tidak bisa bermain musik dan dance.
Lagu-lagu bernuansa melankolis adalah lagu jagoannya saat kompetisi. Terlahir dari orang tua yang berdagang mie ayam keliling dan punya tiga saudara kandung lainnya yang masih kecil. Diva kecil sering ikut orangtuanya berdagang. Membantu mencuci piring dan memberikan minum ke pembeli mie ayam.
Diva duduk di kelas tiga SMA saat lulus audisi, pihak stasiun TV yang membantunya agar tetap bisa mendapatkan materi sekolah saat masa karantina dan bisa ikut Ujian Nasional di sekolah terdekat dari asrama.
Datang dari kota kecil di Jawa Tengah, ingin menjadi orang sukses di Jakarta. Banyak fanbasenya tersebar diseantero Nusantara, kebanyakan remaja seusianya. Setelah kompetisi, dia mendapatkan kesempatan untuk pulang kampung, bertemu dengan keluarga besarnya serta pejabat daerah dari mulai Camat hingga Bupati. Mereka bangga bahwa putri daerah bisa mengharumkan nama kampungnya.
Banjir job off air dan on air sudah siap dijalankan usai kompetisi. Dia juga memutuskan untuk tidak kuliah dulu karena ingin mengejar karier mumpung kesempatan terbuka lebar sekarang ini.
Diva masih dikontrak oleh stasiun TV tempat dia berkompetisi selama dua tahun. Jadi semua diatur oleh manajemen mereka. Sampai tempat tinggal pun sudah disediakan, sebuah Apartemen yang tidak jauh jaraknya dari stasiun TV.
Gegap ketenaran membuatnya melupakan bagaimana dia dulunya. Sampai ia memutuskan untuk membuka jilbabnya sebelum kompetisi agar bisa lolos audisi, menurutnya berpakaian muslim akan membatasi geraknya dalam dunia entertainment.
Orangtuanya menyerahkan keputusan ke Diva, karena menurut mereka, anaknya yang akan menjalani.
Memang sekarang banyak artis yang mulai berhijrah, meskipun pakaian tetaplah ketat membentuk badan, jilbab minimalis tak menutup dada, bahkan masih cipika-cipiki dengan lawan jenis. Memang ga bisa dipungkiri tapi inilah dunia entertainment, penuh drama dan intrik. Bahkan saling sikut menjadi hal yang wajar, saling bersimbiosis mutualisme antar peserta dan orang-orang yang terlibat dikompetisi untuk memuluskan jalan kariernya.
Berubahnya pakaian Diva, membentuk perubahan dari gadis polos dan pemalu menjadi sosok agata (anak gaul Jakarta), sudah jauh dari agama dan hidup hedon.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 280 Episodes
Comments
Ani Supriadi
masih nyimak
2023-08-20
3
☘️ gιмϐυℓ ☘️
Perjalanan hidup emang pilihan masing2 ya, yg penting mau bertanggung jawab terhadap pilihannya 😉😉
2023-05-21
4
Lila Anggraini
mas duda dokter lagi mencari cinta sejati ato teman sejati...😁😁
2023-05-21
3