Stetoskop 2, Pada awalnya

Setelah satu jam, dokter Raz mengamati rumah sang wanita, sepertinya tidak ada tanda-tanda sang wanita akan keluar rumah. Akhirnya dokter Raz memutuskan untuk pulang saja, sambil bertekad besok harus bisa berkenalan atau paling tidak, beliau tau dulu apa statusnya wanita tersebut.

Jika wanita tersebut sudah bersuami, maka dokter Raz menyiapkan hatinya untuk memendam dan melupakan perasaan yang tengah meronta dalam dadanya, tapi jika wanita itu single, beliau sudah bertekad GPL (ga pake lama), mau langsung berkenalan dan diajak kejenjang yang lebih serius bahkan secepatnya menikah. Ada keyakinan luar biasa dalam dirinya untuk kembali menikah setelah melihat wanita sederhana tapi auranya luar biasa.

Dalam perjalanan, entah mengapa bayangan wanita itu terus menari diotaknya. Tanpa sadar senyum terus mengembang hingga beliau sampai ke rumah.

"Assalamualaikum..." sapa dokter Raz sambil mencium tangan Ummi dan Abinya.

Sebenarnya orang tua dokter Raz tidak tinggal serumah dengannya, tapi sejak istri dokter Raz meninggal, orang tuanyalah yang membantu dokter Raz mengurus anak-anak, meskipun ada asisten rumah tangga di rumah tersebut. Hal ini yang membuat seringkali orang tua dokter Raz tinggal di rumah.

Tapi kurang lebih enam bulan kedepan, orang tua dokter Raz akan tetap tinggal di rumah untuk membantu mengawasi anak-anak karena seminggu lagi dokter Raz akan berangkat tugas keliling Indonesia. Meninggalkan anak-anak dalam kurun waktu yang cukup lumayan lama.

Sebuah tugas negara memanggilnya, dokter Raz akan menjadi ketua tim dokter dari Kementrian Kesehatan untuk penanggulangan kasus TBC pada anak diseluruh Indonesia, target dalam jangka waktu seratus delapan puluh hari, bisa menjangkau tiga puluh daerah kota dan kabupaten di Indonesia yang rentan atau tinggi kasus TBC pada anaknya.

"Waalaikumsalam" Ummi menjawab sambil tersenyum penuh tanya melihat wajah dokter Raz yang sumringah.

dokter Raz kemudian mencium tangan Abinya.

"Raz... kamu baik-baik aja kan? ada kabar yang bikin happy kayanya nih .. ada apa sih?" tanya Ummi penasaran.

"Happy gimana Mi?" balik dokter Raz.

"Senyum-senyum terus, muka juga tampak sumringah, pokoknya beda aja. Rasanya sudah lama Ummi ga liat kamu kaya gini Raz" ucap Ummi ikut berbahagia.

"Ya Allah Mi... selama itukah anakmu ini tak bahagia?" ujar dokter Raz sambil tertawa kecil.

"Serius Raz .. Ummi ga becanda... ya kan Bi?" Ummi meminta dukungan Abi yang sedang membaca buku.

"Ada sesuatu yang mau di share Raz?" tembak Abi.

"Raz ijin mandi dulu ya, bau keringet banget nih" pamit dokter Raz.

Abi dan Ummi saling berpandangan selepas sosok dokter Raz masuk kedalam kamarnya.

"Ada apa ya Mi?" tanya Abinya dokter Raz.

"Perasaan seorang Ibu itu jarang meleset, Raz sepertinya sedang jatuh cinta" jawab Ummi pelan.

"Jatuh cinta? sama siapa? wong selama lima tahun ini dia paling ga suka tiap kita ajak diskusi tentang pasangan baru untuk membantunya membesarkan anak-anak" papar Abi.

"Bi.. Raz itu ga akan tersenyum penuh arti kalo cuma sekedar jadi ketua atau dapat uang jasa medis yang besar" kata Ummi.

.

Didalam kamar mandi, dokter Raz mematut wajahnya dalam kaca.

"Kayanya memang sudah lama ga liat muka ini tampak happy" ucap dokter Raz ngomong sendiri.

dokter Raz segera menuntaskan mandinya, hampir masuk waktu Maghrib.

.

Setelah makan malam, anak-anak meminta ijin untuk belajar di kamar karena akan ada mid semester.

dokter Raz, Ummi dan Abi duduk di teras belakang, berhadapan dengan kolam renang.

"Jujur aja Raz, ada apa sebenarnya?" Ummi masih penasaran.

"Kayanya Raz sudah menemukan calon Ibu untuk anak-anak" jawab dokter Raz to the point.

"Siapa? sudah lama kenal? Kok kami ga tau? kamu juga ga pernah bilang" berondong Umminya khas emak-emak kepo.

"Jangan tanya banyak-banyak Mi, Raz aja belum kenal siapa dia, belum tau apa-apa tentang dia, baru juga tadi ketemu" papar dokter Raz.

Ummi dan Abi saling berpandangan dengan raut wajah penuh keheranan.

"Ummi ga ngerti Raz..." tutur Ummi bingung.

Secara runut, dokter Raz menceritakan semua kejadian siang tadi. Sambil memperlihatkan foto wanita memakai helm dari arah samping. Mukanya tidak terlalu tampak jelas, karena helmnya tertutup kaca hingga hidung.

"Kalo dia udah punya suami gimana?" Abi meletakkan bukunya.

"Itu juga Bi yang Raz pikirkan dari tadi. Tapi hati ini benar-benar terpana sama sosoknya, sampai ga pake logika ikutin dia pulang ke rumahnya" jawab dokter Raz.

"Sholat istikhoroh dulu Raz, selain meminta petunjuk, kamu juga bisa sambil memantapkan hati" saran Abi.

"InsyaAllah Bi" jawab dokter Raz.

.

Jam sepuluh malam, dokter Raz mencoba untuk mengistirahatkan tubuhnya diatas ranjang seorang diri.

Tanpa sadar, memori lima tahun yang lalu kembali terkuak dipikirannya. Padahal dokter Raz berusaha menyimpan rapat-rapat rasa yang berkecamuk saat itu. Sudah malas untuk mengingatnya karena hanya akan menimbulkan rasa tidak ikhlas terhadap mendiang istrinya. Biar bagaimanapun, istrinya telah mengisi hidupnya meski hanya sepuluh tahun menemani dalam mahligai pernikahan.

Sebelum kejadian naas itu, dokter Raz pernah memergoki mendiang istrinya tengah bermesraan dengan sahabatnya sendiri di rumah ini. Entah sejauh apa hubungan mereka berdua, yang dokter Raz lihat hanya mereka tengah berciuman di ruang tamu.

Tidak ada pertengkaran saat itu, tapi sulit bagi dokter Raz percaya seratus persen terhadap mendiang istrinya lagi.

dokter Raz juga menyadari jika obsesinya menjadi dokter anak sekaligus dokter bedah, membuatnya banyak kehilangan. Kehilangan waktu bersama keluarga terutama melewati masa kecil anak-anak, mobil kesayangannya juga terjual untuk kuliah spesialisnya, belum termasuk kehilangan momen-momen penting dalam keluarga besarnya.

Pertemuan dokter Raz dengan mendiang istrinya terjadi saat di bangku kuliah. Raz mengenyam pendidikan kedokteran disebuah Universitas termasyur di Indonesia, sudah semester enam saat itu. Bertemu dengan gadis yang kalem, anak Psikologi di Universitas sebelah kampusnya.

Usia keduanya terpaut sekitar tiga tahun. Saat itu Raz muda sudah mulai menjadi asisten dosen, dan mulai ikut Profesor Suwito (ahli bedah ternama) saat praktek atau ada seminar-seminar.

Raz hanya berani curi-curi pandang sambil mencari identitas gadis tersebut. Hingga saat beliau sudah lulus menjadi Sarjana Kedokteran dan harus praktek dulu sebelum mendapatkan gelar dokter. Masih saja Raz menyimpan asa bersama wanita tersebut.

Sesudah dikukuhkan menjadi seorang dokter, barulah Raz berani berkenalan langsung. Saat itu mendiang istrinya masih kuliah semester enam, dengan nekatnya Raz langsung meminta orang tua untuk segera melamar wanita tersebut untuknya.

Orang tua pihak wanita meminta waktu hingga putrinya lulus kuliah. Dengan sabar Raz menunggu dalam jarak yang jauh. Ya jarak yang jauh karena dokter Raz terpilih menjadi salah satu dokter yang akan berdinas di Puskesmas di daerah Yogyakarta, kampung halamannya. Keduanya menjalin komunikasi lewat sambungan telepon seluler yang terkadang waktu dan sinyal tidak bersahabat dengan mereka.

Memang saat itu terasa berat, waktu libur dan waktu berkegiatan yang tidak sama, tanpa bertemu muka selain Hari Raya tiba.

Hingga akhirnya masa penantian usai. Sang wanita akan diwisuda. Jauh-jauh hari dokter Raz meminta ijin kepada kepala Puskesmas untuk pulang ke Jakarta.

Dua bulan setelahnya mereka menikah, saat itu keduanya masih terbilang pasangan muda, tapi kembali kejodoh, siapa yang bisa menghentikan laju takdir.

dokter Raz mempunyai karier yang cemerlang, hingga akhirnya memboyong istri tercintanya berpindah dari satu kota ke kota lainnya, mengikuti tugas penempatan dari Kementrian Kesehatan (dokter Raz merupakan pegawai negeri sipil).

Hidup rumah tangga keduanya pun normal-normal saja seperti layaknya pasangan yang lain. Hingga akhirnya dokter Raz memutuskan untuk mengambil kuliah spesialisnya, yaitu Spesialis Anak saat punya dua orang anak. Selagi kuliah Spesialis Anak, dokter Raz di "panas-panasi" senior sejawatnya untuk mengambil spesialis bedah umum. Mumpung ada sponsor yang membiayai kuliah. Dengan tekad kuat dan kecerdasannya, dokter Raz berbagi waktu antara keluarga, jadwal kuliah dan praktek.

Otomatis saat itu bisa dikatakan anak-anaknya hampir sembilan puluh lima persen dibesarkan dalam didikan istrinya. Tak hentinya dokter Raz memuji kemampuan istrinya dalam mengurus keluarga. Selain itu, istrinya tidak pernah mengeluh seberapa pun uang yang ia berikan, tidak pernah mengeluh lelah dengan segalanya.

💐

"Kamu ga usah ngimpi bisa jadi fotografer deh Bhree... baru kerja dicuci cetak studio aja udah pengen kuliah fotografi, mending kamu jadi perawat kaya Ibu. Mau makan apa kamu kalo jadi fotografer?" kata Ibu setengah baya yang tengah menghardik anak tunggalnya. "Tapi passion Bhree Bu..." jawab sang anak memelas.

"Passion kamu emangnya bisa buat makan?"

"Bu...ijinin ya ..Bhree ingin jadi fotografer" pinta Bhree setengah merengek.

"Kalo kamu masih melawan... lebih baik angkat kaki dari sini, gapapa Ibu hidup sendiri, mending begini daripada punya anak yang ga nurut" ucap Ibunya Bhree.

"Tapi Ayah juga fotografer kan Bu?" tanya Bhree.

"Ga usah kamu ingat-ingat dia lagi, fotografer kacangan, ga laku, kegedean gengsi, maunya proyek kaya fotografer profesional tapi hasil kerjanya ga bagus. Namanya belajar otodidak, jadi ya ga bisa profesional lah" ejek Sang Ibu.

"Bu.... Bhree akan buktikan ke Ibu .. suatu saat nanti Bhree akan berhasil mewujudkan mimpi jadi fotografer terkenal" kata Bhree.

"Kamu sudah lolos ujian masuk Akademi keperawatan, bulan depan kita daftar ulang. Ribuan orang berebut masuk Akademi itu dan kamu sudah punya kesempatan emas, jadi jangan jgn disia-siakan" lanjut Ibunya Bhree.

"Bhree ga mau Bu... padahal saat ngerjain soal tesnya juga asal-asalan, kenapa bisa diterima?" ujar Bhree.

"Udah ... ga usah dibahas .. pokoknya kamu harus jadi perawat seperti Ibu. Liat kita punya rumah, mobil, bisa makan enak, pakaian dan perhiasan yang cukup. Mana bisa Ayah kamu memberikan semua ini" papar Ibunya Bhree.

"Bu.. Ayah mungkin pernah melakukan kesalahan saat bersama, tapi sekarang Ayah banyak berubah. Bhree tidak memaksa Ibu dan Ayah bersatu lagi, tapi cukup bisa menjadi support system dalam hidup Bhree. Bisa kan ga perlu menghina Ayah disetiap pembicaraan kita?" tutur Bhree yang sudah kecewa.

.

Bhree masuk ke kamarnya, anak baru lulus SMA yang masih minim pengalaman dan menunggu waktu kuliah, dia bekerja di studio foto dekat sekolahannya. Dia sering main kesana, jadi banyak pekerja disana kenal sama dia.

Awalnya Bhree senang melihat para karyawan studio foto mengedit foto. Sedikit demi sedikit, dia mendapatkan ilmu fotografi secara otodidak. Sebagai bayarannya, dia menyapu dan mengepel studio foto.

Shabreena Narasati Aulia, wanita berjilbab dengan dandanan agak boyish ini hanya bisa memandang nanar kamera pemberian Ayahnya.

Orang tuanya sudah berpisah dan Ayahnya pergi keluar kota mengadu nasib disana, perpisahan orang tuanya saat Bhree SD jadi tidak terlalu paham dan tidak terlalu merasa kehilangan. Ayahnya yang dia ketahui belum menikah lagi, meskipun tidak berkomunikasi dengan lancar, Ayah dan anak ini selalu bertukar kabar. Tapi apalah daya, perekonomian Ayahnya tidak bisa memfasilitasi cita-cita Bhree.

Mereka pun tidak pernah bersua secara langsung karena Ayahnya Bhree adalah pekerja serabutan yang tidak jelas penghasilannya. Daripada dihabiskan untuk ongkos ke Jakarta, lebih baik untuk isi paket data hingga bisa berkomunikasi dengan Bhree dan memberikan sedikit uang pulsa untuk Bhree.

Bhree kecil dulu sering diajak Ayahnya hunting foto disekitar tempat tinggal, entah sekedar ke taman, pasar atau stasiun. Mengamati keadaan lingkungan dan orang-orang yang hilir mudik, kemudian menangkap gambar yang unik dari semua yang dilihat.

Selain itu, Bhree juga sedikit diajarkan memindahkan foto ke laptop. Diedit nama sesuai dengan judul dan tanggal pengambilan gambar agar mudah jika akan diedit.

Dari sanalah, Bhree merasa inilah passionnya. Walaupun Ayahnya sebagai contoh tidak bisa dikatakan berhasil. Ayahnya tidak mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga karena bisa dibilang pengacara.. pengangguran banyak acara.

🍄

Aditya Surya Pratama, mahasiswa semester akhir yang kuliahnya mulur sampai enam tahun baru mau mulai menyusun skripsi. Dia sebenarnya termasuk mahasiswa dengan daya pikir yang bagus, tapi karena kesibukannya menjadi Utuber yang mulai naik daun membuatnya lupa melanjutkan kuliahnya.

Papanya adalah seorang pegawai honorer di Pemda, beliaulah yang mengultimatum Tama untuk merampungkan kuliahnya.

"Papa sekolahin kamu tinggi biar sukses.. bisa jadi orang besar, ga seperti Papa yang menjadi pegawai honorer selama dua puluh tahun" kata Papanya Tama.

"Kan ga perlu jadi PNS atau karyawan Pah kalo mau sukses.. sekarang Tama lagi merintis jadi Utuber aja, toh menghasilkan kok. Memang prosesnya lama.. sudah enam tahun membangun channel biar dikenal sama orang-orang. InsyaAllah ini sudah pilihan hidup Tama Pah.. ini yang paling baik buat Tama" papar Tama.

"Jadi Utuber bukan profesi, hanya euforia sesaat saja. Kamu boleh jadi konten kreator, tapi carilah pekerjaan tetap, mau sampai kapan hidup begini?" saran Papanya Tama.

"Selow Pah.... Tama akan selesaikan kuliah, tapi kalo udah lulus, Papa kasih lah kesempatan Tama untuk berekspresi, mencari jati diri Tama sendiri" pinta Tama serius.

Hidup dijaman semua serba diujung jari, membuat Tama tergoda terjun didalamnya. Subscribersnya sudah menyentuh angka satu juta, bahkan beberapa kali kontennya yang daily vlog random, berhasil masuk menjadi sepuluh besar trending topik saat itu.

Meskipun kontennya bervariasi tapi belakangan yang digemari adalah tentang perjalanan murah meriah kesebuah destinasi wisata. Dia pernah naik turun omprengan menuju desa di Baduy luar dengan budget hanya seratus lima puluh ribuan selama tiga hari, hal inilah yang akhirnya banyak diikuti oleh para subscribersnya. Konten makanan warung yang murah meriah dan enak pun sempat jadi trending dan warung tersebut kebanjiran para penikmat kuliner yang datang karena penasaran.

Otak broadcastingnya Tama bisa dibilang lumayan mumpuni, tapi dia terjebak kuliah di jurusan ekonomi sub manajemen.

Tidak ada ilmu yang tidak bermanfaat, Tama mencoba menerapkan ilmu manajemen yang didapatnya dibangku kuliah dalam perencanaan sebuah perjalanan. Mulai dari penyusunan budget sampai edit video dikerjakan sendiri, sehingga minim pengeluaran tambahan.

Channelnya juga sudah beberapa kali disponsori. Tentunya Tama amat sangat terbuka untuk pihak sponsor. Tapi sebulan terakhir ini dia disponsori sebuah merek kaos distro yang wajib dipakainya saat membuat vlog. Nilai kontraknya pun lebih besar dari adsense (uang dari pihak UTube) yang didapatnya belakangan ini.

Tama itu wajahnya ga terlalu ganteng, tapi dia sumeh dan mudah bergaul dengan siapa saja, jadi memudahkannya dalam membuat konten. Walau tampak bebas hidupnya, ia tetap menerapkan apa yang didapat saat masuk pesantren dulu.

Tama masuk pesantren selama tingkat SMP karena dia sadar harus punya pondasi agama yang kuat dulu untuk menghadapi kerasnya hidup di kota besar.

🌿

Adiva Azzahra, biasa dipanggil Diva. Seorang penyanyi jebolan acara kontes ajang pencarian bakat, dia berhasil mendapatkan juara ketiga, kualitas suara dia bagus hanya jika dibandingkan dengan yang mendapatkan juara 1 dan 2, Diva hanya kalah tidak bisa bermain musik dan dance.

Lagu-lagu bernuansa melankolis adalah lagu jagoannya saat kompetisi. Terlahir dari orang tua yang berdagang mie ayam keliling dan punya tiga saudara kandung lainnya yang masih kecil. Diva kecil sering ikut orangtuanya berdagang. Membantu mencuci piring dan memberikan minum ke pembeli mie ayam.

Diva duduk di kelas tiga SMA saat lulus audisi, pihak stasiun TV yang membantunya agar tetap bisa mendapatkan materi sekolah saat masa karantina dan bisa ikut Ujian Nasional di sekolah terdekat dari asrama.

Datang dari kota kecil di Jawa Tengah, ingin menjadi orang sukses di Jakarta. Banyak fanbasenya tersebar diseantero Nusantara, kebanyakan remaja seusianya. Setelah kompetisi, dia mendapatkan kesempatan untuk pulang kampung, bertemu dengan keluarga besarnya serta pejabat daerah dari mulai Camat hingga Bupati. Mereka bangga bahwa putri daerah bisa mengharumkan nama kampungnya.

Banjir job off air dan on air sudah siap dijalankan usai kompetisi. Dia juga memutuskan untuk tidak kuliah dulu karena ingin mengejar karier mumpung kesempatan terbuka lebar sekarang ini.

Diva masih dikontrak oleh stasiun TV tempat dia berkompetisi selama dua tahun. Jadi semua diatur oleh manajemen mereka. Sampai tempat tinggal pun sudah disediakan, sebuah Apartemen yang tidak jauh jaraknya dari stasiun TV.

Gegap ketenaran membuatnya melupakan bagaimana dia dulunya. Sampai ia memutuskan untuk membuka jilbabnya sebelum kompetisi agar bisa lolos audisi, menurutnya berpakaian muslim akan membatasi geraknya dalam dunia entertainment.

Orangtuanya menyerahkan keputusan ke Diva, karena menurut mereka, anaknya yang akan menjalani.

Memang sekarang banyak artis yang mulai berhijrah, meskipun pakaian tetaplah ketat membentuk badan, jilbab minimalis tak menutup dada, bahkan masih cipika-cipiki dengan lawan jenis. Memang ga bisa dipungkiri tapi inilah dunia entertainment, penuh drama dan intrik. Bahkan saling sikut menjadi hal yang wajar, saling bersimbiosis mutualisme antar peserta dan orang-orang yang terlibat dikompetisi untuk memuluskan jalan kariernya.

Berubahnya pakaian Diva, membentuk perubahan dari gadis polos dan pemalu menjadi sosok agata (anak gaul Jakarta), sudah jauh dari agama dan hidup hedon.

Terpopuler

Comments

Ani Supriadi

Ani Supriadi

masih nyimak

2023-08-20

3

☘️ gιмϐυℓ ☘️

☘️ gιмϐυℓ ☘️

Perjalanan hidup emang pilihan masing2 ya, yg penting mau bertanggung jawab terhadap pilihannya 😉😉

2023-05-21

4

Lila Anggraini

Lila Anggraini

mas duda dokter lagi mencari cinta sejati ato teman sejati...😁😁

2023-05-21

3

lihat semua
Episodes
1 Stetoskop 1, Permulaan
2 Stetoskop 2, Pada awalnya
3 Stetoskop 3, Masa lalu
4 Stetoskop 4, Masa kelam
5 Stetoskop 5, Kisahpun bermula
6 Stetoskop 6, Perkenalan
7 Stetoskop 7, Menjemput impian
8 Stetoskop 8, Realitanya ada
9 Stetoskop 9, Dinamika IGD
10 Stetoskop 10, Bertemu masa lalu
11 Stetoskop 11, Hari dan wanita
12 Stetoskop 12, Tugas dokter
13 Stetoskop 13, Para lelaki
14 Stetoskop 14, Tak sesuai bayangan
15 Stetoskop 15, Berbincang
16 Stetoskop 16, Rencana baru
17 Stetoskop 17, Merenung
18 Stetoskop 18, Sekelumit kisah
19 Stetoskop 19, Menyimpan cerita
20 Stetoskop 20, Keresahan
21 Stetoskop 21, Mencari jalan
22 Stetoskop 22, Dilema
23 Stetoskop 23, Putaran takdir
24 Stetoskop 24, Perubahan
25 Stetoskop 25, Kisahnya Barra
26 Stetoskop 26, Penolakan
27 Stetoskop 27, Demi masa depan
28 Stetoskop 28, Dan terjadilah..
29 Stetoskop 29, Perbaikan
30 Stetoskop 30, Kehilangan
31 Stetoskop 31, Menahan emosi
32 Stetoskop 32, Bicara
33 Stetoskop 33, Tragedi
34 Stetoskop 34, Rutinitas
35 Stetoskop 35, Duka
36 Stetoskop 36, Pertemuan
37 Stetoskop 37, Jalan berdua
38 Stetoskop 38, Hati ke hati
39 Stetoskop 39, Mencari
40 Stetoskop 40, Harus bisa
41 Stetoskop 41, Menuju yang lebih baik
42 Stetoskop 42, Langkah
43 Stetoskop 43, Berjuang
44 Stetoskop 44, Mengenal
45 Stetoskop 45, Penjajakan
46 Stetoskop 46, Keadaan
47 Stetoskop 47, Terkuak
48 Stetoskop 48, Kedua kalinya
49 Stetoskop 49, Seperti biasa
50 Stetoskop 50, Musibah
51 Stetoskop 51, Melihat dari berbagai sisi
52 Stetoskop 52, Keras hati
53 Stetoskop 53, Berduaan
54 Stetoskop 54, Rejeki tidak hanya berupa uang
55 Stetoskop 55, Akhirnya..
56 Stetoskop 56, Keputusan
57 Stetoskop 57, Menuju halal
58 Stetoskop 58, Menyerahkan
59 Stetoskop 59, Bercerita masa lalu
60 Stetoskop 60, Gosip
61 Stetoskop 61, Menuju bahagia
62 Stetoskop 62, Pengantin baru
63 Stetoskop 63, Cinta
64 Stetoskop 64, Jumpa lagi
65 Stetoskop 65, Antara bahagia dan kecewa
66 Stetoskop 66, Pendekatan
67 Stetoskop 67, Rasa sayang
68 Stetoskop 68, Pasangan?
69 Stetoskop 69, Peristiwa
70 Stetoskop 70, Pelepasan PPDS
71 Stetoskop 71, Kesempatan baru
72 Stetoskop 72, Penyesuaian
73 Stetoskop 73, Diskusi masa lalu
74 Stetoskop 74, Berjumpa
75 Stetoskop 75, Kegiatan
76 Stetoskop 76, Malam ini
77 Stetoskop 77, Babak baru
78 Stetoskop 78, Bertemu lagi
79 Stetoskop 79, Langkah selanjutnya
80 Stetoskop 80, Takut
81 Stetoskop 81, Menemani
82 Stetoskop 82, Mengusik hati
83 Stetoskop 83, Hampir aja
84 Stetoskop 84, Terselamatkan
85 Stetoskop 85, "Kesasar"
86 Stetoskop 86, Dunia milik berdua
87 Stetoskop 87, Setan berbisik
88 Stetoskop 88, Bertemu
89 Stetoskop 89, Campur aduk
90 Stetoskop 90, Aku berhak atas rasaku
91 Stetoskop 91, Nikah Yukkkk
92 Stetoskop 92, Lembaran baru
93 Stetoskop 93, Kembali bersama
94 Stetoskop 94, Rangkaian cerita
95 Stetoskop 95, Tembung
96 Episode 96, Ricuh
97 Stetoskop 97, Pendekatan
98 Stetoskop 98, Perbincangan
99 Stetoskop 99, Gamang
100 Stetoskop 100, Membuka hati
101 Stetoskop 101, Ricuh
102 Stetoskop 102, Menjelang hari H
103 Stetoskop 103, Rencana busuk
104 Stetoskop 104, Di rumah
105 Stetoskop 105, Ketahuan
106 Stetoskop 106, Kesibukan di hari Sabtu
107 Stetoskop 107, Kondangan
108 Stetoskop 108, Ciuman pertama
109 Stetoskop 109, Kembali
110 Stetoskop 110, Kurang fit
111 Stetoskop 111, Miskom
112 Stetoskop 112, Berdebat
113 Stetoskop 113, Pria gila
114 Episode 114, Di Rumah Sakit
115 Stetoskop 115, Jalan pulang
116 Stetoskop 116, Percakapan mendalam
117 Stetoskop 117, Membahas tentang nikah
118 Stetoskop 118, Edisi curhat
119 Stetoskop 119, Resign
120 Stetoskop 120, Touring
121 Stetoskop 121, Sharing ilmu
122 Stetoskop 122, Teman
123 Stetoskop 123, Breaking news
124 Stetoskop 124, Duka menggelayut
125 Stetoskop 125, Sepanjang gang
126 Stetoskop 126, Tidak bersedia
127 Stetoskop 127, Pemakaman
128 Stetoskop 128, Bermuka dua
129 Stetoskop 129, Masih ramai
130 Stetoskop 130, Berjumpa
131 Stetoskop 131, Di kamar Bhree
132 Stetoskop 132, Yang muda yang bercinta
133 Stetoskop 133, Ketahuan
134 Stetoskop 134, ICU
135 Episode 135, Tahap pemulihan
136 Stetoskop 136, Ruang rawat
137 Stetoskop 137, Kecurigaan
138 Stetoskop 138, I love you
139 Stetoskop 139, Tetirah
140 Stetoskop 140, Berbincang
141 Stetoskop 141, Pulang
142 Stetoskop 142, Kangen
143 Stetoskop 143, Bersamamu
144 Stetoskop 144, Berkegiatan
145 Stetoskop 145, Terkuak
146 Stetoskop 146, Berdekatan
147 Stetoskop 147, Ngedate
148 Stetoskop 148, Kencan
149 Stetoskop 149, Emosi jiwa
150 Stetoskop 150, Ada-ada saja
151 Stetoskop 151, Duduk bersama
152 Stetoskop 152, Nakal
153 Stetoskop 153, Komitmen baru
154 Stetoskop 154, Panggilan darurat
155 Stetoskop 155, Berangkat
156 Stetoskop 156, Kehebohan
157 Stetoskop 157, Mau menikah
158 Stetoskop 158, Temu kangen
159 Stetoskop 159, Tak disangka
160 Stetoskop 160, Maaf
161 Stetoskop 161, Gawat
162 Stetoskop 162, Menggelitik jiwa
163 Stetoskop 163, Kesibukan menjelang pernikahan
164 Stetoskop 164, Perbincangan laki-laki
165 Stetoskop 165, Menegang
166 Stetoskop 166, Ambang kesabaran
167 Stetoskop 167, Persiapan
168 Stetoskop 168, H-1
169 Stetoskop 169, Tegang
170 Stetoskop 170, Sah
171 Stetoskop 171, Ramah tamah
172 Stetoskop 172, Caption
173 Stetoskop 173, Kegiatan pasangan
174 Stetoskop 174, Full of love
175 Stetoskop 175, Jumpa lagi
176 Stetoskop 176, Ricuh
177 Stetoskop 177, Penjelasan
178 Stetoskop 178, Di Solo
179 Stetoskop 179, Warna warni kehidupan pasangan
180 Stetoskop 180, Ribut lagi
181 Stetoskop 181, Mantu dan mertua
182 Stetoskop 182, Kesibukan dokbar
183 Stetoskop 183, Manja
184 Stetoskop 184, Bertengkar
185 Stetoskop 185, Pembicaraan tepi jurang
186 Stetoskop 186, Hiburan
187 Stetoskop 187, Ruwet
188 Stetoskop 188, Kesibukan harian dokbar
189 Stetoskop 189, Edisi curhat
190 Stetoskop 190, Rahasia yang terkuak
191 Stetoskop 191, Quality time
192 Stetoskop 192, Obrolan penting
193 Stetoskop 193, Pesona Barra
194 Stetoskop, kegiatan Bhree
195 Stetoskop 195, Perkembangan
196 Stetoskop 196, Hidup baru Tama
197 Stetoskop 197, Perbincangan keluarga
198 Stetoskop 198, Curhatan Barra
199 Stetoskop 199, Isu yang tak hangat
200 Stetoskop 200, Pandangan terhadap Barra
201 Stetoskop 201, Di rumah Prof Andjar
202 Stetoskop 202, Menuju bahagia
203 Stetoskop 203, Dunia masing-masing
204 Stetoskop 204, Kehidupan
205 Stetoskop 205, Kegiatan seperti biasa
206 Stetoskop 206, Lelah
207 Stetoskop 207, Menggelitik kalbu
208 Stetoskop 208, Mikir
209 Stetoskop 209, Obrolan yang ga penting
210 Stetoskop 210, Berita menggelegar
211 Stetoskop 211, Mellow
212 Stetoskop 212, Bola panas
213 Stetoskop 213, Kebaikan
214 Stetoskop 214, Menahan emosi
215 Stetoskop 215, Pelan tapi pasti
216 Stetoskop 216, Berbeda
217 Stetoskop 217, Karena masa lalu
218 Stetoskop 218, Sedikit mereda
219 Stetoskop 219, Perbincangan
220 Stetoskop 220, Kejadian tak biasa
221 Stetoskop 221, Kabar duka
222 Stetoskop 222, Kejadian luar biasa
223 Stetoskop 223, Keajaiban itu ada
224 Stetoskop 224, Perbincangan
225 Stetoskop 225, Jenguk
226 Stetoskop 226, Tak seperti yang diharapkan
227 Stetoskop 227, Terus terang
228 Stetoskop 228, Berkunjung
229 Stetoskop 229, Belum ada titik terang
230 Stetoskop 230, Bintangnya
231 Stetoskop 231, Ngobrol santai
232 Stetoskop 232, Rahasia terbongkar lagi
233 Stetoskop 233, Dukacita
234 Stetoskop 234, Ada aja kendalanya
235 Stetoskop 235, Di rumah aja
236 Stetoskop 236, Masih panas
237 Stetoskop 237, Emosi dokbar
238 Stetoskop 238, dokbar hari ini
239 Stetoskop 239, Dilema lagi
240 Stetoskop 240, Masih belum nyaman
241 Stetoskop 241, Obrolan
242 Stetoskop 242, Tambah pusing
243 Stetoskop 243, Tidak terlibat
244 Stetoskop 244, IGD
245 Stetoskop 245, Saat ini
246 Stetoskop 246, Kamar VVIP
247 Stetoskop 247, Kematian di IGD
248 Stetoskop 248, Suasana terkini
249 Stetoskop 249, Akhirnyaaa
250 Stetoskop 250, Ambulans
251 Stetoskop 251, Drama yang berakhir juga
252 Stetoskop 252, Pengakuan
253 Stetoskop 253, Mengiris perih
254 Stetoskop 254, Duka mendalam
255 Stetoskop 255, Menyembuhkan luka
256 Stetoskop 256, Pengumuman mengejutkan
257 Stetoskop 257, Mencoba berdamai
258 Stetoskop 258, Masih gamang
259 Stetoskop 259, Keputusan
260 Stetoskop 260, Oh begitu....
261 Stetoskop 261, Memaafkan
262 Stetoskop 262, Berdua dengan segala ceritanya
263 Stetoskop 263, Berdamai
264 Stetoskop 264, dokbar on duty
265 Stetoskop 265, Persiapan
266 Stetoskop 266, Berita lagi
267 Stetoskop 267, Waktu bersama
268 Stetoskop 268, Sowan kesana kemari
269 Stetoskop 269, Mengakhiri bab di Cinta Medika
270 Episode 270, Duka diujung senja
271 Stetoskop 271, Mencari jalan tengah
272 Stetoskop 272, Perpisahan dan pertemuan
273 Stetoskop 273, Cemburu
274 Stetoskop 274, Legowo
275 Stetoskop 275, Bertemu kawan lama
276 Stetoskop 276, Kumpul lagi
277 Stetoskop 277, Mumet lagi
278 Stetoskop 278, Berita yang membuat pening
279 Stetoskop 279, Mencoba menyelesaikan masalah
280 Stetoskop 280, Sampai disini
Episodes

Updated 280 Episodes

1
Stetoskop 1, Permulaan
2
Stetoskop 2, Pada awalnya
3
Stetoskop 3, Masa lalu
4
Stetoskop 4, Masa kelam
5
Stetoskop 5, Kisahpun bermula
6
Stetoskop 6, Perkenalan
7
Stetoskop 7, Menjemput impian
8
Stetoskop 8, Realitanya ada
9
Stetoskop 9, Dinamika IGD
10
Stetoskop 10, Bertemu masa lalu
11
Stetoskop 11, Hari dan wanita
12
Stetoskop 12, Tugas dokter
13
Stetoskop 13, Para lelaki
14
Stetoskop 14, Tak sesuai bayangan
15
Stetoskop 15, Berbincang
16
Stetoskop 16, Rencana baru
17
Stetoskop 17, Merenung
18
Stetoskop 18, Sekelumit kisah
19
Stetoskop 19, Menyimpan cerita
20
Stetoskop 20, Keresahan
21
Stetoskop 21, Mencari jalan
22
Stetoskop 22, Dilema
23
Stetoskop 23, Putaran takdir
24
Stetoskop 24, Perubahan
25
Stetoskop 25, Kisahnya Barra
26
Stetoskop 26, Penolakan
27
Stetoskop 27, Demi masa depan
28
Stetoskop 28, Dan terjadilah..
29
Stetoskop 29, Perbaikan
30
Stetoskop 30, Kehilangan
31
Stetoskop 31, Menahan emosi
32
Stetoskop 32, Bicara
33
Stetoskop 33, Tragedi
34
Stetoskop 34, Rutinitas
35
Stetoskop 35, Duka
36
Stetoskop 36, Pertemuan
37
Stetoskop 37, Jalan berdua
38
Stetoskop 38, Hati ke hati
39
Stetoskop 39, Mencari
40
Stetoskop 40, Harus bisa
41
Stetoskop 41, Menuju yang lebih baik
42
Stetoskop 42, Langkah
43
Stetoskop 43, Berjuang
44
Stetoskop 44, Mengenal
45
Stetoskop 45, Penjajakan
46
Stetoskop 46, Keadaan
47
Stetoskop 47, Terkuak
48
Stetoskop 48, Kedua kalinya
49
Stetoskop 49, Seperti biasa
50
Stetoskop 50, Musibah
51
Stetoskop 51, Melihat dari berbagai sisi
52
Stetoskop 52, Keras hati
53
Stetoskop 53, Berduaan
54
Stetoskop 54, Rejeki tidak hanya berupa uang
55
Stetoskop 55, Akhirnya..
56
Stetoskop 56, Keputusan
57
Stetoskop 57, Menuju halal
58
Stetoskop 58, Menyerahkan
59
Stetoskop 59, Bercerita masa lalu
60
Stetoskop 60, Gosip
61
Stetoskop 61, Menuju bahagia
62
Stetoskop 62, Pengantin baru
63
Stetoskop 63, Cinta
64
Stetoskop 64, Jumpa lagi
65
Stetoskop 65, Antara bahagia dan kecewa
66
Stetoskop 66, Pendekatan
67
Stetoskop 67, Rasa sayang
68
Stetoskop 68, Pasangan?
69
Stetoskop 69, Peristiwa
70
Stetoskop 70, Pelepasan PPDS
71
Stetoskop 71, Kesempatan baru
72
Stetoskop 72, Penyesuaian
73
Stetoskop 73, Diskusi masa lalu
74
Stetoskop 74, Berjumpa
75
Stetoskop 75, Kegiatan
76
Stetoskop 76, Malam ini
77
Stetoskop 77, Babak baru
78
Stetoskop 78, Bertemu lagi
79
Stetoskop 79, Langkah selanjutnya
80
Stetoskop 80, Takut
81
Stetoskop 81, Menemani
82
Stetoskop 82, Mengusik hati
83
Stetoskop 83, Hampir aja
84
Stetoskop 84, Terselamatkan
85
Stetoskop 85, "Kesasar"
86
Stetoskop 86, Dunia milik berdua
87
Stetoskop 87, Setan berbisik
88
Stetoskop 88, Bertemu
89
Stetoskop 89, Campur aduk
90
Stetoskop 90, Aku berhak atas rasaku
91
Stetoskop 91, Nikah Yukkkk
92
Stetoskop 92, Lembaran baru
93
Stetoskop 93, Kembali bersama
94
Stetoskop 94, Rangkaian cerita
95
Stetoskop 95, Tembung
96
Episode 96, Ricuh
97
Stetoskop 97, Pendekatan
98
Stetoskop 98, Perbincangan
99
Stetoskop 99, Gamang
100
Stetoskop 100, Membuka hati
101
Stetoskop 101, Ricuh
102
Stetoskop 102, Menjelang hari H
103
Stetoskop 103, Rencana busuk
104
Stetoskop 104, Di rumah
105
Stetoskop 105, Ketahuan
106
Stetoskop 106, Kesibukan di hari Sabtu
107
Stetoskop 107, Kondangan
108
Stetoskop 108, Ciuman pertama
109
Stetoskop 109, Kembali
110
Stetoskop 110, Kurang fit
111
Stetoskop 111, Miskom
112
Stetoskop 112, Berdebat
113
Stetoskop 113, Pria gila
114
Episode 114, Di Rumah Sakit
115
Stetoskop 115, Jalan pulang
116
Stetoskop 116, Percakapan mendalam
117
Stetoskop 117, Membahas tentang nikah
118
Stetoskop 118, Edisi curhat
119
Stetoskop 119, Resign
120
Stetoskop 120, Touring
121
Stetoskop 121, Sharing ilmu
122
Stetoskop 122, Teman
123
Stetoskop 123, Breaking news
124
Stetoskop 124, Duka menggelayut
125
Stetoskop 125, Sepanjang gang
126
Stetoskop 126, Tidak bersedia
127
Stetoskop 127, Pemakaman
128
Stetoskop 128, Bermuka dua
129
Stetoskop 129, Masih ramai
130
Stetoskop 130, Berjumpa
131
Stetoskop 131, Di kamar Bhree
132
Stetoskop 132, Yang muda yang bercinta
133
Stetoskop 133, Ketahuan
134
Stetoskop 134, ICU
135
Episode 135, Tahap pemulihan
136
Stetoskop 136, Ruang rawat
137
Stetoskop 137, Kecurigaan
138
Stetoskop 138, I love you
139
Stetoskop 139, Tetirah
140
Stetoskop 140, Berbincang
141
Stetoskop 141, Pulang
142
Stetoskop 142, Kangen
143
Stetoskop 143, Bersamamu
144
Stetoskop 144, Berkegiatan
145
Stetoskop 145, Terkuak
146
Stetoskop 146, Berdekatan
147
Stetoskop 147, Ngedate
148
Stetoskop 148, Kencan
149
Stetoskop 149, Emosi jiwa
150
Stetoskop 150, Ada-ada saja
151
Stetoskop 151, Duduk bersama
152
Stetoskop 152, Nakal
153
Stetoskop 153, Komitmen baru
154
Stetoskop 154, Panggilan darurat
155
Stetoskop 155, Berangkat
156
Stetoskop 156, Kehebohan
157
Stetoskop 157, Mau menikah
158
Stetoskop 158, Temu kangen
159
Stetoskop 159, Tak disangka
160
Stetoskop 160, Maaf
161
Stetoskop 161, Gawat
162
Stetoskop 162, Menggelitik jiwa
163
Stetoskop 163, Kesibukan menjelang pernikahan
164
Stetoskop 164, Perbincangan laki-laki
165
Stetoskop 165, Menegang
166
Stetoskop 166, Ambang kesabaran
167
Stetoskop 167, Persiapan
168
Stetoskop 168, H-1
169
Stetoskop 169, Tegang
170
Stetoskop 170, Sah
171
Stetoskop 171, Ramah tamah
172
Stetoskop 172, Caption
173
Stetoskop 173, Kegiatan pasangan
174
Stetoskop 174, Full of love
175
Stetoskop 175, Jumpa lagi
176
Stetoskop 176, Ricuh
177
Stetoskop 177, Penjelasan
178
Stetoskop 178, Di Solo
179
Stetoskop 179, Warna warni kehidupan pasangan
180
Stetoskop 180, Ribut lagi
181
Stetoskop 181, Mantu dan mertua
182
Stetoskop 182, Kesibukan dokbar
183
Stetoskop 183, Manja
184
Stetoskop 184, Bertengkar
185
Stetoskop 185, Pembicaraan tepi jurang
186
Stetoskop 186, Hiburan
187
Stetoskop 187, Ruwet
188
Stetoskop 188, Kesibukan harian dokbar
189
Stetoskop 189, Edisi curhat
190
Stetoskop 190, Rahasia yang terkuak
191
Stetoskop 191, Quality time
192
Stetoskop 192, Obrolan penting
193
Stetoskop 193, Pesona Barra
194
Stetoskop, kegiatan Bhree
195
Stetoskop 195, Perkembangan
196
Stetoskop 196, Hidup baru Tama
197
Stetoskop 197, Perbincangan keluarga
198
Stetoskop 198, Curhatan Barra
199
Stetoskop 199, Isu yang tak hangat
200
Stetoskop 200, Pandangan terhadap Barra
201
Stetoskop 201, Di rumah Prof Andjar
202
Stetoskop 202, Menuju bahagia
203
Stetoskop 203, Dunia masing-masing
204
Stetoskop 204, Kehidupan
205
Stetoskop 205, Kegiatan seperti biasa
206
Stetoskop 206, Lelah
207
Stetoskop 207, Menggelitik kalbu
208
Stetoskop 208, Mikir
209
Stetoskop 209, Obrolan yang ga penting
210
Stetoskop 210, Berita menggelegar
211
Stetoskop 211, Mellow
212
Stetoskop 212, Bola panas
213
Stetoskop 213, Kebaikan
214
Stetoskop 214, Menahan emosi
215
Stetoskop 215, Pelan tapi pasti
216
Stetoskop 216, Berbeda
217
Stetoskop 217, Karena masa lalu
218
Stetoskop 218, Sedikit mereda
219
Stetoskop 219, Perbincangan
220
Stetoskop 220, Kejadian tak biasa
221
Stetoskop 221, Kabar duka
222
Stetoskop 222, Kejadian luar biasa
223
Stetoskop 223, Keajaiban itu ada
224
Stetoskop 224, Perbincangan
225
Stetoskop 225, Jenguk
226
Stetoskop 226, Tak seperti yang diharapkan
227
Stetoskop 227, Terus terang
228
Stetoskop 228, Berkunjung
229
Stetoskop 229, Belum ada titik terang
230
Stetoskop 230, Bintangnya
231
Stetoskop 231, Ngobrol santai
232
Stetoskop 232, Rahasia terbongkar lagi
233
Stetoskop 233, Dukacita
234
Stetoskop 234, Ada aja kendalanya
235
Stetoskop 235, Di rumah aja
236
Stetoskop 236, Masih panas
237
Stetoskop 237, Emosi dokbar
238
Stetoskop 238, dokbar hari ini
239
Stetoskop 239, Dilema lagi
240
Stetoskop 240, Masih belum nyaman
241
Stetoskop 241, Obrolan
242
Stetoskop 242, Tambah pusing
243
Stetoskop 243, Tidak terlibat
244
Stetoskop 244, IGD
245
Stetoskop 245, Saat ini
246
Stetoskop 246, Kamar VVIP
247
Stetoskop 247, Kematian di IGD
248
Stetoskop 248, Suasana terkini
249
Stetoskop 249, Akhirnyaaa
250
Stetoskop 250, Ambulans
251
Stetoskop 251, Drama yang berakhir juga
252
Stetoskop 252, Pengakuan
253
Stetoskop 253, Mengiris perih
254
Stetoskop 254, Duka mendalam
255
Stetoskop 255, Menyembuhkan luka
256
Stetoskop 256, Pengumuman mengejutkan
257
Stetoskop 257, Mencoba berdamai
258
Stetoskop 258, Masih gamang
259
Stetoskop 259, Keputusan
260
Stetoskop 260, Oh begitu....
261
Stetoskop 261, Memaafkan
262
Stetoskop 262, Berdua dengan segala ceritanya
263
Stetoskop 263, Berdamai
264
Stetoskop 264, dokbar on duty
265
Stetoskop 265, Persiapan
266
Stetoskop 266, Berita lagi
267
Stetoskop 267, Waktu bersama
268
Stetoskop 268, Sowan kesana kemari
269
Stetoskop 269, Mengakhiri bab di Cinta Medika
270
Episode 270, Duka diujung senja
271
Stetoskop 271, Mencari jalan tengah
272
Stetoskop 272, Perpisahan dan pertemuan
273
Stetoskop 273, Cemburu
274
Stetoskop 274, Legowo
275
Stetoskop 275, Bertemu kawan lama
276
Stetoskop 276, Kumpul lagi
277
Stetoskop 277, Mumet lagi
278
Stetoskop 278, Berita yang membuat pening
279
Stetoskop 279, Mencoba menyelesaikan masalah
280
Stetoskop 280, Sampai disini

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!