Stetoskop 5, Kisahpun bermula

Pemotretan di sekolah sebenarnya sudah selesai sore hari, tapi semua karyawan studio foto diajak makan bareng sama Mas Wisnu, setelahnya baru mereka merapihkan barang-barang yang tadi dibawa kedalam studio dan pulang.

Hampir jam sepuluh malam, Bhree diantar pulang sama Mas Wisnu yang merasa khawatir kalo Bhree pulang sendiri naik ojek, kasihan pula melihat Bhree yang tampak kelelahan karena sebagai bagian umum dia banyak kesana kemari dimintai tolong oleh para karyawan studio foto yang terlibat di photoshoot hari ini.

🌿

Diva baru pulang dari acara gladi resik untuk acara disalah satu televisi swasta. Perutnya terasa lapar karena tadi tidak makan nasi kotak jatah pengisi acara di studio televisi. Dia ingin makan fast food, akhirnya Managernya menghentikan mobil disalah satu gerai fast food.

Sebenarnya kondisi tubuhnya Diva terlihat lemah, selain lelah, dia juga sedang diet ketat demi penampilan tubuhnya yang bagus. Dia sudah sebulan terakhir tidak makan nasi dan membatasi makan sayur dan buah saja, itupun sedikit jumlahnya. Begitu masuk salah satu gerai fast food, Diva pingsan. Rika membawa Diva ke Rumah Sakit yang tidak jauh dari sana.

dr. Barra hari ini jadwal menjaga IGD selama dua puluh empat jam, dia sedang menangani pasien anak yang akan rawat inap dan sedang memasang infus saat rombongan Diva datang.

Setelah menangani pasien anak, dr. Barra memeriksa Diva. Cukup lumayan terpana melihat kecantikan Diva, cantik yang belum terlalu banyak terkena jarum-jarum klinik kecantikan.

Diva terkena gastritis karena pola makan yang tidak benar. Para perawat IGD ternyata mengenali wajahnya Diva. Mereka berwefie ria dan menguploadnya ke media sosial masing-masing.

dokbar sering menjumpai pasien yang cantik ketika praktek jaga, tapi entah mengapa ada rasa yang tak biasa menyergap malam ini.

dokbar berusaha menguatkan hatinya, ada sang pujaan yang telah mengikat komitmen secara tak resmi dengannya. Seorang calon guru yang sekarang sedang mengikuti program Indonesia mengajar dari Kementerian Pendidikan. Memang diantara keduanya belum menyatakan diri sebagai pasangan atau pacaran, tapi berjanji bila nanti bertemu lagi, mereka akan memutuskan arah hubungan mereka.

Elsa namanya, wanita yang lemah lembut tapi keras pendirian, terlahir di lingkungan priyayi, membuat hidupnya penuh aturan tatakrama yang ketat. Menjadi guru adalah satu-satunya profesi yang diijinkan oleh orang tuanya. Elsa tidak boleh menjalin hubungan dengan lelaki yang tidak sederajat dengannya. Itulah kenapa Elsa baru sekedar memberitahukan ke orang tuanya jika baru mulai mengenal seorang dokter baru dan belum ada komitmen.

Diva diminta rehat sejenak, diobservasi apakah masih terasa keluhan seperti pusing, mual dan sebagainya. Jika kondisinya belum stabil, dokbar menyarankan untuk dirawat.

"Besok saya perform dok" alasan Diva menolak rawat inap.

"Tapi jika kondisi seperti ini, apa bisa perform?" tanya dokbar.

"Kasih obat yang paten dok, yang penting saya bisa perform besok" pinta Diva.

"Mbak.. sebagai seorang artis (dokbar tau profesi Diva dari medical record), harusnya bijak dalam menjaga pola makan. Diet bukan berarti tidak makan sama sekali. Itu namanya merusak tubuh. Banyak ahli-ahli gizi di Rumah Sakit yang bisa diajak diskusi untuk mengatur pola makan. Kalo seperti ini, bukankah Mbak sendiri yang rugi?" ucap dokbar.

"Tapi dok.. tolonglah dok.. besok kalo saya masih merasa sakit setelah perform, saya balik lagi kesini untuk dirawat" lanjut Diva.

dr. Barra menulis di map medical record Diva yang masih baru karena dia baru pertama kali datang ke Rumah Sakit ini.

Diva masih berbaring di bed IGD, dokbar sudah selesai menulis medical record, belum ada pasien lagi, jadi dia bisa duduk agak santai di kursinya.

Ada chat masuk ke HP dokbar, dari Elsa yang basa basi menanyakan kabarnya dan meminta maaf jika sulit dihubungi karena daerah tempat dia mengajar susah sinyal, jadi chat atau telepon untung-untungan jika ada sinyal.

Dari sekian banyak chat dari Elsa, ada satu yang belum bisa dia jawab hingga hari ini.

#Mas Barra kapan akan ketemu sama Romo? Beliau sudah pernah menanyakan tentang Mas karena ga sengaja membaca chat dari Mas#.

Pertanyaan simpel yang sulit untuk dijawab. Sebagai anak sulung, ia masih punya banyak beban. Sekolah di kedokteran memang menjadi keinginannya dan orang tua pastinya. Ayahnya seorang PNS guru SMP yang baru saja pensiun, beliau menggadaikan rumah tempat tinggal demi kuliahnya Barra dan hingga saat ini masih mencicil disebuah Bank BUMN, sekitar tiga tahun lagi baru selesai cicilannya. dokbar sekarang gantian yang mencicil setelah dia mendapatkan ijin praktek, itulah kenapa dia sampai praktek di tiga tempat secara bergantian. Ibunya dokbar terkena stroke ringan enam bulan yang lalu, jadinya sudah tidak bisa berjualan nasi uduk setiap pagi seperti biasa. dokbar juga punya dua adik yang masih sekolah, jadinya keuangan belum stabil untuk memikirkan pernikahan. Hal ini yang membuatnya masih maju mundur untuk berkomitmen dengan Elsa.

Elsa sebenarnya tidak memaksa untuk segera menikah, toh mereka juga masih mencoba saling mengenal lebih dalam dan Elsa masih ingin menjadi guru sesungguhnya disebuah sekolah internasional.

dokbar memang berencana akan kuliah spesialis karena mendapat rekomendasi dari senior sejawatnya dan sedang mengajukan beasiswa. Rasanya tak mampu mengambil spesialis jika dari kocek sendiri.

🌺

Tama masih mengedit vlognya sendiri, dia tengah mereview tempat makan sekitar kampus-kampus yang murah meriah dan enak. Sebenarnya dia sudah pernah membuat konten seperti ini dan hasilnya bisa masuk trending topik nomer sepuluh di Indonesia. Viewersnya mencapai dua juta lebih kala itu, bahkan pihak warung yang direview menghubunginya via direct message media sosial Tama untuk kembali berkunjung ke warungnya lagi.

Beberapa kali Tama singgah di warung dan anak pemilik warung biasanya kenal sama dia, pihak warung mau menggratiskan tapi Tama selalu menolak. Baginya rejeki pihak warung kalo ada efek positif setelah vlognya tayang. Selain itu, Tama ingin mereview tanpa embel-embel pesan sponsor jika makan secara gratis di warung tersebut. Segmen pasar vlog Tama memang pelajar dan mahasiswa, sehingga untuk wilayah Jabodetabek, dia cukup dikenal dan sering ada yang minta foto bareng.

🍒

Mas Wisnu menunggu Bhree hingga masuk kedalam rumah, baru dia masuk ke mobilnya untuk pulang.

Didalam rumah, lampu sudah dimatikan. Hanya lampu dari dapur yang membuat jadi ada cahaya didalam rumah.

Ibunya pasti sudah tidur pikir Bhree, dia bergegas menuju dapur, rasa haus mencekat ditenggorokannya. Tapi langkahnya terhenti didepan kamar Ibunya. Ada suara aneh dari dalam kamar. Diketuknya pintu kamar Ibunya untuk memastikan Ibunya baik-baik saja.

"Bu.... belum tidur? Ibu baik-baik aja kan?" tanya Bhree.

"Iya...." jawab Ibu dari dalam kamar.

Bhree meneruskan langkahnya ke dapur, mengambil air didalam kulkas dan menuang kedalam gelas. Baru saja dia akan minum, terdengar ada suara tertawa. Dia memang sering mendengar dan melihat Ibunya tertawa sendiri saat melihat HP, entah melihat apa, tapi tawanya kali ini berbeda. Karena penasaran, dia menyudahi minumnya dan menghampiri kamar Ibunya lagi.

"Bu... Ibu lagi ada teman ya? kok kaya ada suara lain?" tanya Bhree penasaran.

"Udah tidur sana Bhree, besok pagi katanya mau olahraga ke alun-alun" jawab Ibunya.

"Buka dulu pintunya.. Bhree mau ngomong nih" pinta Bhree.

"Besok aja Bhree... Ibu cape" tukas Ibunya.

"Ibu buka pintunya atau Bhree akan buka paksa pintunya?" tawar Bhree yang makin tidak nyaman dengan suara-suara yang membuatnya over thinking.

"Apa-apaan sih kamu Bhree" bentak Ibunya marah.

"Siapa orang yang ada didalam kamar Ibu?" tanya Bhree ikutan emosi.

"Ibu sendirian, lagi nonton film" ucap Ibunya.

"Buka Bu..." Bhree mulai kesal.

Pintu terbuka dan ada laki-laki berusia sekitar lima puluh tahunan keluar dari kamar Ibu.

"Bapak siapa? buat apa di kamar Ibu?" Bhree mendorong laki-laki tersebut.

"Diah... ini anak kamu? cantikan Ibunya.. " ucap lelaki tua tersenyum nakal.

"Apa yang Bapak lakukan di kamar Ibu?" tanya Bhree kasar.

"Kamu sudah cukup dewasa kan untuk tau apa yang dilakukan dua makhluk berlawanan jenis didalam kamar... hehehe.. Diah... ajarin anak kamu buat sopan sama orang yang lebih tua" kata lelaki itu.

Ibu menarik tangan Bhree yang sudah mau meninju muka lelaki genit itu, Diah meminta lelaki itu untuk keluar rumah, entah naik apa dia kesini karena tidak ada kendaraan di halaman rumah.

Bhree menatap Ibunya penuh amarah.

"Ibu... Bhree ga nyangka..." kata Bhree.

"Bhree... kamu ga usah ikut campur.. kamu kira uang gaji Ibu bisa buat sekolahin kamu? kasih makan dan jajan yang layak? angsuran kredit rumah, kredit mobil dan motor, belum biaya perawatan Ibu di Klinik kecantikan, arisan dan belanja Ibu selama ini?" papar Bu Diah.

"Maksud Ibu... Ibu menjual diri ke laki-laki tua itu buat nafkahin Bhree? Ibu sadar ga itu uang haram?" pekik Bhree.

"Anak kecil ga usah ngomong haram halal. Yang penting sampe hari ini kamu ga kelaparan dan bisa lulus sekolah. Kita juga punya tempat berteduh yang layak. Nanti kuliah kamu juga akan ditanggung sama lelaki itu. Dia pemilik Rumah Sakit tempat Ibu bekerja, kami sudah lama berhubungan tanpa status, kami sekedar saling memenuhi kebutuhan biologis aja.. ga ada cinta. Dia butuh Ibu untuk mendengar keluh kesahnya dan Ibu butuh uangnya" jujur Bu Diah mengaku tanpa ada beban.

"Bu... sadar Bu... kenapa ga nikah aja sekalian? siri juga gapapa, toh Bhree ga pernah ngelarang Ibu buat nikah lagi kan?" jawab Bhree.

"Nikah ribet Bhree.. ada komitmen, harus melayani, ga bisa bebas kemana-mana dan ngapain aja, belum nanti ribet sama keluarganya. Dia sudah berkeluarga dan baik-baik saja sama istrinya. Enak kaya gini lah Bhree.. bosan ya kita tinggalin, ga ada tuntutan apapun" lanjut Bu Diah tanpa merasa salah.

"Ya Allah Bu.. Ibu tega hidupin Bhree pake uang haram selama ini?" ucap Bhree lagi.

Bhree masuk kedalam kamarnya, hancur hati dan kepercayaan terhadap Ibunya sendiri. Sosok Ibu tangguh luar biasa yang selama ini melekat dalam pikirannya karena sudah berjuang buatnya, hancur seketika.

Ibu Diah menghampiri Bhree ke kamar.

"Bhree... realistis sedikit, kita perlu uang buat melanjutkan hidup tanpa kekurangan. Ibu juga punya posisi aman selama lima tahun terakhir ini jadi kepala perawat Rumah Sakit, kamu kira mudah menempati posisi itu? harus sekolah lagi dan banyak ikut pelatihan yang berbayar mahal. Lagipula dengan jabatan seperti itu, Ibu dapat tunjangan dan prestise (kehormatan) pastinya" kata Bu Diah.

"Tapi ga begini caranya Bu" jawab Bhree.

"Yang penting kamu bisa sekolah kan Bhree, makan enak" papar Bu Diah

"Jadi lelaki tua itu yang merekomendasikan Bhree kuliah perawatan? Bener Bu?" tanya Bhree.

"Iya.. dia termasuk salah satu owner sekolah keperawatan. Pokoknya kamu tinggal masuk aja Bhree, ga usah mikir macam-macam" lanjut Bu Diah.

"Ga mau... pantas aja Ayah tinggalin Ibu.. ternyata Ibu kaya begini kelakuannya" ucap Bhree.

Ibu Diah langsung menampar Bhree atas kelancangan Bhree.

"Tau apa tentang Ayahmu.. dimana dia sekarang? Asal kamu tau ya, Ayah kamu itu dari dulu numpang hidup sama Ibu .. mokondo... Ibu aja yang bodoh terkena rayuan gombal sang fotografer kacangan. Ibu kira keren profesinya, dekat dengan kehidupan glamor.. gayanya juga keren kaya orang kaya, ternyata nol besar. Bilangnya mau buka studio sendiri, jadi resign dari tempat kerja. Nyatanya pemalas, mana ada job yang nyamperin kalo diam aja di rumah" cerita Ibu.

"Bu... cukup Bu.. Bhree ga mau dengar lagi. Dari Bhree kecil cuma menyaksikan orang tua bertengkar terus. Sampe sekarang pisahpun masih juga Ibu menjelekkan Ayah" jawab Bhree.

"Eh asal tau ya.. kalo ga karena Ibu hamil duluan sama Ayahmu juga ga secepat itu menikah" ucap Bu Diah.

"Astaghfirullah...." Bhree makin histeris

"Ya inilah hasil kebodohan Ibu yang gampang terkena bujuk rayu.. untungnya dia ga kabur dan mau nikah sama Ibu" kata Bu Diah.

"Jadi Bhree hadir sebelum Ibu dan Ayah menikah?" tanya Bhree.

"Bukan.. Ibu keguguran saat baru menikah" jawab Bu Diah singkat.

Bhree diam.

"Tadinya Ibu sudah pasrah sejak kamu hadir, terima kondisi yang ada. Tapi lama kelamaan, Ibu yang diandalkan memenuhi kebutuhan rumah tangga.. ya cape lah. Buat apa banting tulang untuk keluarga dimana suami ga bisa jadi kepala rumah tangga yang selayaknya" kata Bu Diah.

"Ibu.. mulai besok berhenti kerja disana, ga usah menjual diri lagi ... Bhree akan bantu Ibu buat cari uang. Toh kita hanya tinggal punya tanggungan cicilan mobil aja" Bhree bangkit mendekati Ibunya

"Mau kerja apa kamu anak SMA yang baru lulus?" tanya Bu Diah.

"Apa aja Bu yg penting halal" jawab Bhree.

"Kamu kira cari kerja gampang...ga punya skill pula" celoteh Ibu.

"Tapi jangan diterusin lagi ya Bu... cukup ... Bhree akan cari uang bantu angsuran mobil"

"Bhree kalo kamu ga bisa terima kehidupan Ibu sekarang, lebih baik kamu angkat kaki dari sini... sama seperti Ayah kamu. Lebih baik Ibu sendiri daripada punya anak yang ga tau di untung" omel Bu Diah.

Ibu meninggalkan kamar Bhree, Bhree masih diam terpaku berdiri. Kali ini otaknya sudah tidak bisa diajak kompromi untuk berpikir lagi.

Dalam hatinya terbesit sungguh tega seorang Ibu mengusir anaknya tengah malam begini hanya demi lelaki yang menjalin hubungan gelap dengannya.

Bhree melihat dompetnya, hanya ada sedikit uang hasil tips jika dia bantu di studio foto. Di Jakarta ini mereka tidak punya sanak saudara yang bisa ditumpangi tinggal sementara.

Dalam kesunyian malam, Bhree mengadukan semua ke Sang Maha Pengatur Hidup. Ia pasrahkan dirinya, jika pergi dari rumah merupakan jalan terbaik, maka ia meminta kepada Allah untuk dikuatkan dan diberikan jalan.

Setelah sholat, Bhree hanya teringat sama Mas Wisnu, lelaki berusia tiga puluh lima tahun ini memang sangat baik sama Bhree, dia dan istrinya menganggap Bhree seperti adiknya sendiri. Mereka sering bertemu di studio foto. Anak Mas Wisnu baru satu, usianya tiga tahun, kalo ke studio foto pasti anaknya Mas Wisnu mencari Bhree untuk diajak main.

Diberanikan dirinya memencet nomer Mas Wisnu, tapi masih belum berani menyambungkan panggilan.

Bhree masih menimbang-nimbang, rasanya tidak layak melibatkan Mas Wisnu dalam permasalahannya. Dalam kondisi terdesak, entah kekuatan dari mana, akhirnya dia beranikan diri untuk mengirim pesan ke Mas Wisnu.

#Mas Wisnu.... Bhree ijin tinggal di studio boleh ga?# ketik Bhree to the point.

Tidak ada jawaban dari Mas Wisnu, hingga Bhree terlelap diatas sajadahnya.

🌿

Diva keluar dari IGD Rumah Sakit lewat tengah malam, kondisinya sudah lebih baik. dr. Barra meresepkan obat untuk Diva.

dr. Barra makin sibuk menangani pasien di IGD, ada pasien anak kejang demam. Orangtuanya panik, dokter memberikan penanganan gawat darurat dengan memasukkan obat dari anus (maaf) anak tersebut.

"Tadi anaknya disiram air ya Bu? kok bajunya basah, seperti bukan keringat" tanya dr. Barra.

"Iya dok, tadi Kakeknya kaget melihat tiba-tiba kejang dan melotot, disangka kesurupan, jadinya disiram air katanya biar sadar" sahut Ibunya pasien.

"Jika nanti Ibu menemui ada pasien kejang demam, jangan disiram air seperti ini ya, karena bisa mengakibatkan benturan suhu dari tubuh pasien yang panas tinggi dengan suhu dingin dari air yang disiramkan" jelas dr. Barra.

"Baik dok" jawab Ibunya pasien.

dr. Barra terus memantau suhu tubuh anak tersebut. Sambil dia melayani pasien lain yang rata-rata batuk pilek saja (diluar jam praktek dokter umum di poli umum, pasien akan diarahkan ke IGD bagi yang mau ke dokter umum).

⬅️

Hana masih teringat masa kelamnya. Genap sepuluh tahun pernikahannya dengan mantan suami, makin saja cobaan menerpa hebat. Suaminya melakukan KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) baik kondisi biasa maupun saat berhubungan suami istri.

Mantan suaminya selalu menuntut untuk dipenuhi kebutuhan biologisnya kapan pun dia menginginkannya, tak kenal waktu dan situasi. Ditambah lagi mantan suaminya akan merasa puas jika sudah menyiksa tubuh bahkan mengikat tangan dan kaki Hana seperti merudapaksa.

Dan hampir setiap hari seperti itu, jika sedang haid, Hana dipaksa untuk melayani meskipun tidak sampai berhubungan suami istri. Meskipun melakukan "hubungan manual", terkadang Hana lelah dan tidak sesuai hatinya.

Kodratnya sebagai istri, memang selayaknya melayani suami, tapi seharusnya tidak memaksanya bertindak seperti binatang yang tidak ada aturan.

Hana dengan nekat mengikuti program KB suntik secara diam-diam, menurutnya akan berat bebannya jika punya anak lagi. Mantan suaminya memang tidak tau, bahkan berkali-kali menanyakan ke Hana kenapa dia tak kunjung hami lagi. Bagi mantan suaminya, berhubungan suami istri saat kondisi istri hamil menimbulkan sensasi luar biasa nikmatnya. Inilah kenapa Hana sampai beberapa kali hamil dan berakhir dengan keguguran. Karena selalu dipaksa melayani dengan berbagai gaya yang akan membahayakan janin.

Sungguh sebuah mimpi buruk dalam hidup Hana. Mengalami penyiksaan seksual selama bertahun-tahun, merubah banyak pandangan Hana tentang mahkluk berjenis kelamin laki-laki. Bahkan Hana berusaha menjauhi lelaki sebisa mungkin. Sejak penyiksaan itu terjadi, Hana hanya mau belanja di warung yang pedagangnya perempuan, kontak HP nya pun sudah tidak ada yang lelaki kecuali mantan suaminya, Bapak dan saudara kandung. Bahkan ipar dan sepupunya yang lelaki saja dia blokir.

Walau menerima siksaan lahir batin, Hana tetap percaya inilah jodoh yang sudah Allah tetapkan untuknya. Apalah dayanya melawan ketetapan Allah pikirnya. Mungkin terlihat bodoh di mata manusia. Tapi dia yakin, ini yang terbaik untuk hidupnya.

Belum cukup sampai tindakan KDRT dan tidak dinafkahi secara lahiriah. Saat usia pernikahan menginjak sebelas tahun, mantan suami tergoda oleh Boss wanitanya (dia diterima menjadi supir pribadi saat itu). Hinggalah puncak kesabarannya sudah diambang batas, saat melihat mantan suaminya bertelepon mesra bahkan jarang pulang ke rumah orang tuanya.

Keributan sering terjadi, bahkan tak jarang diakhiri dengan tamparan ke pipi atau didorongnya tubuh Hana ke tembok. Semua terjadi di rumah mertuanya. Mertuanya menutup mata akan kondisi Hana saat itu. Mereka percaya sama omongan anaknya, kalo Hana itu hobi berfoya-foya, tidak bisa melayani suami, tidak bisa kasih uang ke mertua karena diberikan secara diam-diam ke orang tuanya dan banyak hal jelek lainnya yang ditimpakan kepadanya.

Saat dua insan ini di puncak emosi, bak petir di siang bolong, mantan suaminya mengucapkan kata cerai didepan ibunya. Gemetar seluruh badan Hana, lunglai bak tak bertulang. Dengan mengumpulkan sisa-sisa kekuatan, Hana memohon kepada mantan suaminya untuk tidak menceraikannya. Sampai dia berlutut dan mencium kaki mantan suaminya.

Tak ada yang bergeming dengan kondisi Hana saat itu. Akhirnya Hana memutuskan hari itu juga ia dan anaknya pergi meninggalkan rumah mertuanya. Berjalan kaki menuju rumah orang tuanya karena statusnya sudah jatuh talak baginya.

Terpopuler

Comments

Ani Supriadi

Ani Supriadi

aduh mn serem...

2023-08-21

1

☘️ gιмϐυℓ ☘️

☘️ gιмϐυℓ ☘️

Sedih liat nasib Bhree, karena dendam ibunya kepada ayahnya, bakatnya jadi tidak diterima oleh ibunya, dan parahnya sang ibu malah menafkahi dg uang tidak halal 😔😔😔 Begitu juga dg Hana, segitu besar traumanya sampe enggan berurusan dg yg namanya lelaki selain bapak dan saudaranya. gimana dg tawaran dari dr. Raz ya? apa bakal diterima oleh Hana?

2023-05-26

4

farida

farida

hana nasib mu......antara wanita shalihah atau wanita bodoh... beda tipis

2023-05-26

3

lihat semua
Episodes
1 Stetoskop 1, Permulaan
2 Stetoskop 2, Pada awalnya
3 Stetoskop 3, Masa lalu
4 Stetoskop 4, Masa kelam
5 Stetoskop 5, Kisahpun bermula
6 Stetoskop 6, Perkenalan
7 Stetoskop 7, Menjemput impian
8 Stetoskop 8, Realitanya ada
9 Stetoskop 9, Dinamika IGD
10 Stetoskop 10, Bertemu masa lalu
11 Stetoskop 11, Hari dan wanita
12 Stetoskop 12, Tugas dokter
13 Stetoskop 13, Para lelaki
14 Stetoskop 14, Tak sesuai bayangan
15 Stetoskop 15, Berbincang
16 Stetoskop 16, Rencana baru
17 Stetoskop 17, Merenung
18 Stetoskop 18, Sekelumit kisah
19 Stetoskop 19, Menyimpan cerita
20 Stetoskop 20, Keresahan
21 Stetoskop 21, Mencari jalan
22 Stetoskop 22, Dilema
23 Stetoskop 23, Putaran takdir
24 Stetoskop 24, Perubahan
25 Stetoskop 25, Kisahnya Barra
26 Stetoskop 26, Penolakan
27 Stetoskop 27, Demi masa depan
28 Stetoskop 28, Dan terjadilah..
29 Stetoskop 29, Perbaikan
30 Stetoskop 30, Kehilangan
31 Stetoskop 31, Menahan emosi
32 Stetoskop 32, Bicara
33 Stetoskop 33, Tragedi
34 Stetoskop 34, Rutinitas
35 Stetoskop 35, Duka
36 Stetoskop 36, Pertemuan
37 Stetoskop 37, Jalan berdua
38 Stetoskop 38, Hati ke hati
39 Stetoskop 39, Mencari
40 Stetoskop 40, Harus bisa
41 Stetoskop 41, Menuju yang lebih baik
42 Stetoskop 42, Langkah
43 Stetoskop 43, Berjuang
44 Stetoskop 44, Mengenal
45 Stetoskop 45, Penjajakan
46 Stetoskop 46, Keadaan
47 Stetoskop 47, Terkuak
48 Stetoskop 48, Kedua kalinya
49 Stetoskop 49, Seperti biasa
50 Stetoskop 50, Musibah
51 Stetoskop 51, Melihat dari berbagai sisi
52 Stetoskop 52, Keras hati
53 Stetoskop 53, Berduaan
54 Stetoskop 54, Rejeki tidak hanya berupa uang
55 Stetoskop 55, Akhirnya..
56 Stetoskop 56, Keputusan
57 Stetoskop 57, Menuju halal
58 Stetoskop 58, Menyerahkan
59 Stetoskop 59, Bercerita masa lalu
60 Stetoskop 60, Gosip
61 Stetoskop 61, Menuju bahagia
62 Stetoskop 62, Pengantin baru
63 Stetoskop 63, Cinta
64 Stetoskop 64, Jumpa lagi
65 Stetoskop 65, Antara bahagia dan kecewa
66 Stetoskop 66, Pendekatan
67 Stetoskop 67, Rasa sayang
68 Stetoskop 68, Pasangan?
69 Stetoskop 69, Peristiwa
70 Stetoskop 70, Pelepasan PPDS
71 Stetoskop 71, Kesempatan baru
72 Stetoskop 72, Penyesuaian
73 Stetoskop 73, Diskusi masa lalu
74 Stetoskop 74, Berjumpa
75 Stetoskop 75, Kegiatan
76 Stetoskop 76, Malam ini
77 Stetoskop 77, Babak baru
78 Stetoskop 78, Bertemu lagi
79 Stetoskop 79, Langkah selanjutnya
80 Stetoskop 80, Takut
81 Stetoskop 81, Menemani
82 Stetoskop 82, Mengusik hati
83 Stetoskop 83, Hampir aja
84 Stetoskop 84, Terselamatkan
85 Stetoskop 85, "Kesasar"
86 Stetoskop 86, Dunia milik berdua
87 Stetoskop 87, Setan berbisik
88 Stetoskop 88, Bertemu
89 Stetoskop 89, Campur aduk
90 Stetoskop 90, Aku berhak atas rasaku
91 Stetoskop 91, Nikah Yukkkk
92 Stetoskop 92, Lembaran baru
93 Stetoskop 93, Kembali bersama
94 Stetoskop 94, Rangkaian cerita
95 Stetoskop 95, Tembung
96 Episode 96, Ricuh
97 Stetoskop 97, Pendekatan
98 Stetoskop 98, Perbincangan
99 Stetoskop 99, Gamang
100 Stetoskop 100, Membuka hati
101 Stetoskop 101, Ricuh
102 Stetoskop 102, Menjelang hari H
103 Stetoskop 103, Rencana busuk
104 Stetoskop 104, Di rumah
105 Stetoskop 105, Ketahuan
106 Stetoskop 106, Kesibukan di hari Sabtu
107 Stetoskop 107, Kondangan
108 Stetoskop 108, Ciuman pertama
109 Stetoskop 109, Kembali
110 Stetoskop 110, Kurang fit
111 Stetoskop 111, Miskom
112 Stetoskop 112, Berdebat
113 Stetoskop 113, Pria gila
114 Episode 114, Di Rumah Sakit
115 Stetoskop 115, Jalan pulang
116 Stetoskop 116, Percakapan mendalam
117 Stetoskop 117, Membahas tentang nikah
118 Stetoskop 118, Edisi curhat
119 Stetoskop 119, Resign
120 Stetoskop 120, Touring
121 Stetoskop 121, Sharing ilmu
122 Stetoskop 122, Teman
123 Stetoskop 123, Breaking news
124 Stetoskop 124, Duka menggelayut
125 Stetoskop 125, Sepanjang gang
126 Stetoskop 126, Tidak bersedia
127 Stetoskop 127, Pemakaman
128 Stetoskop 128, Bermuka dua
129 Stetoskop 129, Masih ramai
130 Stetoskop 130, Berjumpa
131 Stetoskop 131, Di kamar Bhree
132 Stetoskop 132, Yang muda yang bercinta
133 Stetoskop 133, Ketahuan
134 Stetoskop 134, ICU
135 Episode 135, Tahap pemulihan
136 Stetoskop 136, Ruang rawat
137 Stetoskop 137, Kecurigaan
138 Stetoskop 138, I love you
139 Stetoskop 139, Tetirah
140 Stetoskop 140, Berbincang
141 Stetoskop 141, Pulang
142 Stetoskop 142, Kangen
143 Stetoskop 143, Bersamamu
144 Stetoskop 144, Berkegiatan
145 Stetoskop 145, Terkuak
146 Stetoskop 146, Berdekatan
147 Stetoskop 147, Ngedate
148 Stetoskop 148, Kencan
149 Stetoskop 149, Emosi jiwa
150 Stetoskop 150, Ada-ada saja
151 Stetoskop 151, Duduk bersama
152 Stetoskop 152, Nakal
153 Stetoskop 153, Komitmen baru
154 Stetoskop 154, Panggilan darurat
155 Stetoskop 155, Berangkat
156 Stetoskop 156, Kehebohan
157 Stetoskop 157, Mau menikah
158 Stetoskop 158, Temu kangen
159 Stetoskop 159, Tak disangka
160 Stetoskop 160, Maaf
161 Stetoskop 161, Gawat
162 Stetoskop 162, Menggelitik jiwa
163 Stetoskop 163, Kesibukan menjelang pernikahan
164 Stetoskop 164, Perbincangan laki-laki
165 Stetoskop 165, Menegang
166 Stetoskop 166, Ambang kesabaran
167 Stetoskop 167, Persiapan
168 Stetoskop 168, H-1
169 Stetoskop 169, Tegang
170 Stetoskop 170, Sah
171 Stetoskop 171, Ramah tamah
172 Stetoskop 172, Caption
173 Stetoskop 173, Kegiatan pasangan
174 Stetoskop 174, Full of love
175 Stetoskop 175, Jumpa lagi
176 Stetoskop 176, Ricuh
177 Stetoskop 177, Penjelasan
178 Stetoskop 178, Di Solo
179 Stetoskop 179, Warna warni kehidupan pasangan
180 Stetoskop 180, Ribut lagi
181 Stetoskop 181, Mantu dan mertua
182 Stetoskop 182, Kesibukan dokbar
183 Stetoskop 183, Manja
184 Stetoskop 184, Bertengkar
185 Stetoskop 185, Pembicaraan tepi jurang
186 Stetoskop 186, Hiburan
187 Stetoskop 187, Ruwet
188 Stetoskop 188, Kesibukan harian dokbar
189 Stetoskop 189, Edisi curhat
190 Stetoskop 190, Rahasia yang terkuak
191 Stetoskop 191, Quality time
192 Stetoskop 192, Obrolan penting
193 Stetoskop 193, Pesona Barra
194 Stetoskop, kegiatan Bhree
195 Stetoskop 195, Perkembangan
196 Stetoskop 196, Hidup baru Tama
197 Stetoskop 197, Perbincangan keluarga
198 Stetoskop 198, Curhatan Barra
199 Stetoskop 199, Isu yang tak hangat
200 Stetoskop 200, Pandangan terhadap Barra
201 Stetoskop 201, Di rumah Prof Andjar
202 Stetoskop 202, Menuju bahagia
203 Stetoskop 203, Dunia masing-masing
204 Stetoskop 204, Kehidupan
205 Stetoskop 205, Kegiatan seperti biasa
206 Stetoskop 206, Lelah
207 Stetoskop 207, Menggelitik kalbu
208 Stetoskop 208, Mikir
209 Stetoskop 209, Obrolan yang ga penting
210 Stetoskop 210, Berita menggelegar
211 Stetoskop 211, Mellow
212 Stetoskop 212, Bola panas
213 Stetoskop 213, Kebaikan
214 Stetoskop 214, Menahan emosi
215 Stetoskop 215, Pelan tapi pasti
216 Stetoskop 216, Berbeda
217 Stetoskop 217, Karena masa lalu
218 Stetoskop 218, Sedikit mereda
219 Stetoskop 219, Perbincangan
220 Stetoskop 220, Kejadian tak biasa
221 Stetoskop 221, Kabar duka
222 Stetoskop 222, Kejadian luar biasa
223 Stetoskop 223, Keajaiban itu ada
224 Stetoskop 224, Perbincangan
225 Stetoskop 225, Jenguk
226 Stetoskop 226, Tak seperti yang diharapkan
227 Stetoskop 227, Terus terang
228 Stetoskop 228, Berkunjung
229 Stetoskop 229, Belum ada titik terang
230 Stetoskop 230, Bintangnya
231 Stetoskop 231, Ngobrol santai
232 Stetoskop 232, Rahasia terbongkar lagi
233 Stetoskop 233, Dukacita
234 Stetoskop 234, Ada aja kendalanya
235 Stetoskop 235, Di rumah aja
236 Stetoskop 236, Masih panas
237 Stetoskop 237, Emosi dokbar
238 Stetoskop 238, dokbar hari ini
239 Stetoskop 239, Dilema lagi
240 Stetoskop 240, Masih belum nyaman
241 Stetoskop 241, Obrolan
242 Stetoskop 242, Tambah pusing
243 Stetoskop 243, Tidak terlibat
244 Stetoskop 244, IGD
245 Stetoskop 245, Saat ini
246 Stetoskop 246, Kamar VVIP
247 Stetoskop 247, Kematian di IGD
248 Stetoskop 248, Suasana terkini
249 Stetoskop 249, Akhirnyaaa
250 Stetoskop 250, Ambulans
251 Stetoskop 251, Drama yang berakhir juga
252 Stetoskop 252, Pengakuan
253 Stetoskop 253, Mengiris perih
254 Stetoskop 254, Duka mendalam
255 Stetoskop 255, Menyembuhkan luka
256 Stetoskop 256, Pengumuman mengejutkan
257 Stetoskop 257, Mencoba berdamai
258 Stetoskop 258, Masih gamang
259 Stetoskop 259, Keputusan
260 Stetoskop 260, Oh begitu....
261 Stetoskop 261, Memaafkan
262 Stetoskop 262, Berdua dengan segala ceritanya
263 Stetoskop 263, Berdamai
264 Stetoskop 264, dokbar on duty
265 Stetoskop 265, Persiapan
266 Stetoskop 266, Berita lagi
267 Stetoskop 267, Waktu bersama
268 Stetoskop 268, Sowan kesana kemari
269 Stetoskop 269, Mengakhiri bab di Cinta Medika
270 Episode 270, Duka diujung senja
271 Stetoskop 271, Mencari jalan tengah
272 Stetoskop 272, Perpisahan dan pertemuan
273 Stetoskop 273, Cemburu
274 Stetoskop 274, Legowo
275 Stetoskop 275, Bertemu kawan lama
276 Stetoskop 276, Kumpul lagi
277 Stetoskop 277, Mumet lagi
278 Stetoskop 278, Berita yang membuat pening
279 Stetoskop 279, Mencoba menyelesaikan masalah
280 Stetoskop 280, Sampai disini
Episodes

Updated 280 Episodes

1
Stetoskop 1, Permulaan
2
Stetoskop 2, Pada awalnya
3
Stetoskop 3, Masa lalu
4
Stetoskop 4, Masa kelam
5
Stetoskop 5, Kisahpun bermula
6
Stetoskop 6, Perkenalan
7
Stetoskop 7, Menjemput impian
8
Stetoskop 8, Realitanya ada
9
Stetoskop 9, Dinamika IGD
10
Stetoskop 10, Bertemu masa lalu
11
Stetoskop 11, Hari dan wanita
12
Stetoskop 12, Tugas dokter
13
Stetoskop 13, Para lelaki
14
Stetoskop 14, Tak sesuai bayangan
15
Stetoskop 15, Berbincang
16
Stetoskop 16, Rencana baru
17
Stetoskop 17, Merenung
18
Stetoskop 18, Sekelumit kisah
19
Stetoskop 19, Menyimpan cerita
20
Stetoskop 20, Keresahan
21
Stetoskop 21, Mencari jalan
22
Stetoskop 22, Dilema
23
Stetoskop 23, Putaran takdir
24
Stetoskop 24, Perubahan
25
Stetoskop 25, Kisahnya Barra
26
Stetoskop 26, Penolakan
27
Stetoskop 27, Demi masa depan
28
Stetoskop 28, Dan terjadilah..
29
Stetoskop 29, Perbaikan
30
Stetoskop 30, Kehilangan
31
Stetoskop 31, Menahan emosi
32
Stetoskop 32, Bicara
33
Stetoskop 33, Tragedi
34
Stetoskop 34, Rutinitas
35
Stetoskop 35, Duka
36
Stetoskop 36, Pertemuan
37
Stetoskop 37, Jalan berdua
38
Stetoskop 38, Hati ke hati
39
Stetoskop 39, Mencari
40
Stetoskop 40, Harus bisa
41
Stetoskop 41, Menuju yang lebih baik
42
Stetoskop 42, Langkah
43
Stetoskop 43, Berjuang
44
Stetoskop 44, Mengenal
45
Stetoskop 45, Penjajakan
46
Stetoskop 46, Keadaan
47
Stetoskop 47, Terkuak
48
Stetoskop 48, Kedua kalinya
49
Stetoskop 49, Seperti biasa
50
Stetoskop 50, Musibah
51
Stetoskop 51, Melihat dari berbagai sisi
52
Stetoskop 52, Keras hati
53
Stetoskop 53, Berduaan
54
Stetoskop 54, Rejeki tidak hanya berupa uang
55
Stetoskop 55, Akhirnya..
56
Stetoskop 56, Keputusan
57
Stetoskop 57, Menuju halal
58
Stetoskop 58, Menyerahkan
59
Stetoskop 59, Bercerita masa lalu
60
Stetoskop 60, Gosip
61
Stetoskop 61, Menuju bahagia
62
Stetoskop 62, Pengantin baru
63
Stetoskop 63, Cinta
64
Stetoskop 64, Jumpa lagi
65
Stetoskop 65, Antara bahagia dan kecewa
66
Stetoskop 66, Pendekatan
67
Stetoskop 67, Rasa sayang
68
Stetoskop 68, Pasangan?
69
Stetoskop 69, Peristiwa
70
Stetoskop 70, Pelepasan PPDS
71
Stetoskop 71, Kesempatan baru
72
Stetoskop 72, Penyesuaian
73
Stetoskop 73, Diskusi masa lalu
74
Stetoskop 74, Berjumpa
75
Stetoskop 75, Kegiatan
76
Stetoskop 76, Malam ini
77
Stetoskop 77, Babak baru
78
Stetoskop 78, Bertemu lagi
79
Stetoskop 79, Langkah selanjutnya
80
Stetoskop 80, Takut
81
Stetoskop 81, Menemani
82
Stetoskop 82, Mengusik hati
83
Stetoskop 83, Hampir aja
84
Stetoskop 84, Terselamatkan
85
Stetoskop 85, "Kesasar"
86
Stetoskop 86, Dunia milik berdua
87
Stetoskop 87, Setan berbisik
88
Stetoskop 88, Bertemu
89
Stetoskop 89, Campur aduk
90
Stetoskop 90, Aku berhak atas rasaku
91
Stetoskop 91, Nikah Yukkkk
92
Stetoskop 92, Lembaran baru
93
Stetoskop 93, Kembali bersama
94
Stetoskop 94, Rangkaian cerita
95
Stetoskop 95, Tembung
96
Episode 96, Ricuh
97
Stetoskop 97, Pendekatan
98
Stetoskop 98, Perbincangan
99
Stetoskop 99, Gamang
100
Stetoskop 100, Membuka hati
101
Stetoskop 101, Ricuh
102
Stetoskop 102, Menjelang hari H
103
Stetoskop 103, Rencana busuk
104
Stetoskop 104, Di rumah
105
Stetoskop 105, Ketahuan
106
Stetoskop 106, Kesibukan di hari Sabtu
107
Stetoskop 107, Kondangan
108
Stetoskop 108, Ciuman pertama
109
Stetoskop 109, Kembali
110
Stetoskop 110, Kurang fit
111
Stetoskop 111, Miskom
112
Stetoskop 112, Berdebat
113
Stetoskop 113, Pria gila
114
Episode 114, Di Rumah Sakit
115
Stetoskop 115, Jalan pulang
116
Stetoskop 116, Percakapan mendalam
117
Stetoskop 117, Membahas tentang nikah
118
Stetoskop 118, Edisi curhat
119
Stetoskop 119, Resign
120
Stetoskop 120, Touring
121
Stetoskop 121, Sharing ilmu
122
Stetoskop 122, Teman
123
Stetoskop 123, Breaking news
124
Stetoskop 124, Duka menggelayut
125
Stetoskop 125, Sepanjang gang
126
Stetoskop 126, Tidak bersedia
127
Stetoskop 127, Pemakaman
128
Stetoskop 128, Bermuka dua
129
Stetoskop 129, Masih ramai
130
Stetoskop 130, Berjumpa
131
Stetoskop 131, Di kamar Bhree
132
Stetoskop 132, Yang muda yang bercinta
133
Stetoskop 133, Ketahuan
134
Stetoskop 134, ICU
135
Episode 135, Tahap pemulihan
136
Stetoskop 136, Ruang rawat
137
Stetoskop 137, Kecurigaan
138
Stetoskop 138, I love you
139
Stetoskop 139, Tetirah
140
Stetoskop 140, Berbincang
141
Stetoskop 141, Pulang
142
Stetoskop 142, Kangen
143
Stetoskop 143, Bersamamu
144
Stetoskop 144, Berkegiatan
145
Stetoskop 145, Terkuak
146
Stetoskop 146, Berdekatan
147
Stetoskop 147, Ngedate
148
Stetoskop 148, Kencan
149
Stetoskop 149, Emosi jiwa
150
Stetoskop 150, Ada-ada saja
151
Stetoskop 151, Duduk bersama
152
Stetoskop 152, Nakal
153
Stetoskop 153, Komitmen baru
154
Stetoskop 154, Panggilan darurat
155
Stetoskop 155, Berangkat
156
Stetoskop 156, Kehebohan
157
Stetoskop 157, Mau menikah
158
Stetoskop 158, Temu kangen
159
Stetoskop 159, Tak disangka
160
Stetoskop 160, Maaf
161
Stetoskop 161, Gawat
162
Stetoskop 162, Menggelitik jiwa
163
Stetoskop 163, Kesibukan menjelang pernikahan
164
Stetoskop 164, Perbincangan laki-laki
165
Stetoskop 165, Menegang
166
Stetoskop 166, Ambang kesabaran
167
Stetoskop 167, Persiapan
168
Stetoskop 168, H-1
169
Stetoskop 169, Tegang
170
Stetoskop 170, Sah
171
Stetoskop 171, Ramah tamah
172
Stetoskop 172, Caption
173
Stetoskop 173, Kegiatan pasangan
174
Stetoskop 174, Full of love
175
Stetoskop 175, Jumpa lagi
176
Stetoskop 176, Ricuh
177
Stetoskop 177, Penjelasan
178
Stetoskop 178, Di Solo
179
Stetoskop 179, Warna warni kehidupan pasangan
180
Stetoskop 180, Ribut lagi
181
Stetoskop 181, Mantu dan mertua
182
Stetoskop 182, Kesibukan dokbar
183
Stetoskop 183, Manja
184
Stetoskop 184, Bertengkar
185
Stetoskop 185, Pembicaraan tepi jurang
186
Stetoskop 186, Hiburan
187
Stetoskop 187, Ruwet
188
Stetoskop 188, Kesibukan harian dokbar
189
Stetoskop 189, Edisi curhat
190
Stetoskop 190, Rahasia yang terkuak
191
Stetoskop 191, Quality time
192
Stetoskop 192, Obrolan penting
193
Stetoskop 193, Pesona Barra
194
Stetoskop, kegiatan Bhree
195
Stetoskop 195, Perkembangan
196
Stetoskop 196, Hidup baru Tama
197
Stetoskop 197, Perbincangan keluarga
198
Stetoskop 198, Curhatan Barra
199
Stetoskop 199, Isu yang tak hangat
200
Stetoskop 200, Pandangan terhadap Barra
201
Stetoskop 201, Di rumah Prof Andjar
202
Stetoskop 202, Menuju bahagia
203
Stetoskop 203, Dunia masing-masing
204
Stetoskop 204, Kehidupan
205
Stetoskop 205, Kegiatan seperti biasa
206
Stetoskop 206, Lelah
207
Stetoskop 207, Menggelitik kalbu
208
Stetoskop 208, Mikir
209
Stetoskop 209, Obrolan yang ga penting
210
Stetoskop 210, Berita menggelegar
211
Stetoskop 211, Mellow
212
Stetoskop 212, Bola panas
213
Stetoskop 213, Kebaikan
214
Stetoskop 214, Menahan emosi
215
Stetoskop 215, Pelan tapi pasti
216
Stetoskop 216, Berbeda
217
Stetoskop 217, Karena masa lalu
218
Stetoskop 218, Sedikit mereda
219
Stetoskop 219, Perbincangan
220
Stetoskop 220, Kejadian tak biasa
221
Stetoskop 221, Kabar duka
222
Stetoskop 222, Kejadian luar biasa
223
Stetoskop 223, Keajaiban itu ada
224
Stetoskop 224, Perbincangan
225
Stetoskop 225, Jenguk
226
Stetoskop 226, Tak seperti yang diharapkan
227
Stetoskop 227, Terus terang
228
Stetoskop 228, Berkunjung
229
Stetoskop 229, Belum ada titik terang
230
Stetoskop 230, Bintangnya
231
Stetoskop 231, Ngobrol santai
232
Stetoskop 232, Rahasia terbongkar lagi
233
Stetoskop 233, Dukacita
234
Stetoskop 234, Ada aja kendalanya
235
Stetoskop 235, Di rumah aja
236
Stetoskop 236, Masih panas
237
Stetoskop 237, Emosi dokbar
238
Stetoskop 238, dokbar hari ini
239
Stetoskop 239, Dilema lagi
240
Stetoskop 240, Masih belum nyaman
241
Stetoskop 241, Obrolan
242
Stetoskop 242, Tambah pusing
243
Stetoskop 243, Tidak terlibat
244
Stetoskop 244, IGD
245
Stetoskop 245, Saat ini
246
Stetoskop 246, Kamar VVIP
247
Stetoskop 247, Kematian di IGD
248
Stetoskop 248, Suasana terkini
249
Stetoskop 249, Akhirnyaaa
250
Stetoskop 250, Ambulans
251
Stetoskop 251, Drama yang berakhir juga
252
Stetoskop 252, Pengakuan
253
Stetoskop 253, Mengiris perih
254
Stetoskop 254, Duka mendalam
255
Stetoskop 255, Menyembuhkan luka
256
Stetoskop 256, Pengumuman mengejutkan
257
Stetoskop 257, Mencoba berdamai
258
Stetoskop 258, Masih gamang
259
Stetoskop 259, Keputusan
260
Stetoskop 260, Oh begitu....
261
Stetoskop 261, Memaafkan
262
Stetoskop 262, Berdua dengan segala ceritanya
263
Stetoskop 263, Berdamai
264
Stetoskop 264, dokbar on duty
265
Stetoskop 265, Persiapan
266
Stetoskop 266, Berita lagi
267
Stetoskop 267, Waktu bersama
268
Stetoskop 268, Sowan kesana kemari
269
Stetoskop 269, Mengakhiri bab di Cinta Medika
270
Episode 270, Duka diujung senja
271
Stetoskop 271, Mencari jalan tengah
272
Stetoskop 272, Perpisahan dan pertemuan
273
Stetoskop 273, Cemburu
274
Stetoskop 274, Legowo
275
Stetoskop 275, Bertemu kawan lama
276
Stetoskop 276, Kumpul lagi
277
Stetoskop 277, Mumet lagi
278
Stetoskop 278, Berita yang membuat pening
279
Stetoskop 279, Mencoba menyelesaikan masalah
280
Stetoskop 280, Sampai disini

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!