Pada awalnya Lili menolak tinggal bersama Mawar dan Hari. Tapi apa dayanya ketika Mawar memintanya untuk membantu pekerjaan di rumah karena asisten rumah tangganya sudah berhenti karena mau melahirkan di Kampung.
"Li.. nanti yang jaga disini bisa diputar-putar dari tempat yang lain. Tolonglah Li.. sampai nanti Ibu bisa dapat asisten rumah tangga yang baru lagi" pinta Mawar memelas.
Melihat kesehatan Mawar yang masih lemas pasca pendarahan, membuat Lili bingung. Disatu sisi, Mawar sudah banyak menolongnya, tapi disisi lain dia khawatir Hari akan makin banyak kesempatan untuk melancarkan aksinya. Lili tidak berani berterus terang tentang tindakan Hari kepadanya. Khawatir terjadi keributan antara pasangan suami istri ini dan dia akan terancam dipecat, Bu Mawar pasti akan lebih percaya omongan Pak Hari dibandingkan Lili.
"Baik Bu.." jawab Lili pasrah.
"Ga banyak kerjaan kok Li.. yang penting bebenah dan nyuci gosok. Urusan makanan nanti bisa beli atau Ibu yang masak. Lagian kita kan ga punya anak kecil, jadi ga repot. Rumah memang lumayan besar ya karena dua tingkat, tapi ga usah dibersihin tiap hari, yang penting ga berantakan aja" jelas Mawar.
"Ya Bu.." jawab Lili.
"Sekarang kamu rapihin barang-barang yang mau dibawa, nanti suami Ibu yang akan jemput kamu ya. Sekarang Ibu mau muter ke warung lain, mau cek apa ada yang perlu ditambah varian barangnya" tutur Mawar.
"Ibu naik apa? tadi kayanya kesini naik ojol" ucap Lili.
"Naik ojol, suami saya lagi ngobyek jual beli mobil. Ibu tunggu di rumah ya" kata Mawar sambil bergegas pamit.
.
Satu jam kemudian, Hari membantu Lili menutup warung kemudian naik ke mobilnya Hari.
Hari membukakan pintu depan untuk Lili, Lili menolak dan mau duduk di bangku belakang.
"Li.. saya kan Boss kamu ya.. bukan supir" protes Hari.
Dengan terpaksa Lili duduk disampingnya Hari.
Tangan Hari meraih tangan Lili dan menciumnya, Lili berusaha menarik tangannya.
"Akhirnya.. ini tanda-tanda jodoh Li.. kita akan ada di rumah yang sama. Kita bisa saling mengenal satu sama lain. Abang janji akan membahagiakan kamu sayang" ucap Hari dengan lembut.
Mobil bergerak dengan kecepatan rendah, Hari sengaja mengulur waktu agar bisa beralasan macet.
Dengan sengaja Hari video call sama Mawar.
"Sayang.. ga cemburu kan kalo Lili duduk disamping Abang? ya kalo dia duduk dibelakang kesannya Abang kaya supir taksi" kata Hari.
"Gapapa Bang.. santai aja. Lili kan udah kita anggap seperti anak sendiri, ya wajar dong duduk disebelah Bapaknya" jawab Mawar.
"Jalanan macet nih sayang, nanti kalo Abang cape, berhenti dulu di pom bensin ya, daripada nanti kecelakaan karena badan ga fit" pinta Hari.
"Ya Bang.. yang penting selamat sampe rumah" ucap Mawar.
"Istri Abang ini memang paling top mantap is the best deh, pengertian dan sabar. Love you .. nanti makan malam duluan aja. Kalo nunggu Abang bisa kemalaman makannya" kata Hari.
"Maaf ya Li.. suami Ibu memang orangnya romantis. Tapi ya begini.. ga lihat-lihat ada kamu disitu yang dengar. Ya namanya juga saling mencintai ya.." ujar Mawar dengan perasaan berbunga-bunga.
Lili hanya bisa tersenyum.
Setelah sambungan video call berakhir, Hari malah membelokkan kendaraan kearah restoran berkonsep saung-saung di danau buatan. Jadi antar saung dipisah dengan jembatan.Tempat yang bisa dibilang romantis. Hari ini malam Jum'at, jadi pengunjung tidak seramai saat weekend.
Hari menggandeng tangannya Lili.
"Yang boleh makan disini itu harus suami istri atau keluarga, mereka ga mau yang pacaran makan disini. Kan konsepnya restoran keluarga" jelas Hari.
Lili yang memang tidak pernah ke tempat seperti ini hanya bisa mengikuti penjelasan Hari.
Padahal Hari berbohong, mana ada restoran yang menerapkan aturan hanya pasangan sah yang boleh makan disana. Lili pun masih kurang pergaulan, jadinya percaya terhadap penjelasan Hari.
"Malam.. ada berapa orang Pak?" sapa pelayan disana.
"Berdua Mba.. ada yang saung tertutup kaca ya Mba? soalnya saya agak kurang enak badan kalo kena udara malam" pinta Hari.
"Ada Bapak.. tapi untuk saung seperti itu akan dikenakan charge tempat seratus ribu rupiah per jam. Karena ada fasilitas AC, Bapak juga tetap bisa melihat suasana danau atau memberi makan ikan, karena tinggi kacanya setengah dari saung" jelas pelayan.
"Oke.. saya order makanan disini langsung ya, jadi tinggal diantar kalo sudah siap" ucap Hari.
Hari tidak menanyakan apa yang Lili inginkan, dia memesan semua makanan dan minuman sesuai keinginannya saja.
.
"Pak.. kacanya dibuka boleh?" pinta Lili hati-hati.
"Kenapa sayang? kan enak begini... ga dingin angin malam" tanya Hari yang duduknya mepet ke Lili.
"Mau liat pemandangan.. kayanya bagus" alasan Lili.
"Biar romantis ya" ledek Hari.
Posisi orang duduk bersila di saung ini tidak akan terlihat dari luar, jadinya Lili khawatir Hari akan macam-macam terhadapnya.
"Sayang.. Abang pesen tempat ini berbayar buat jaga privasi kita. Nanti kalo ada yang kenal sama Abang, terus dia liat kita lagi makan berdua, dilaporin ke istri Abang kan bisa salah paham" rayu Hari.
"Tapi Pak.." ujar Lili.
Belum selesai Lili berucap, bibir Hari sudah mendarat dibibirnya. Lili berusaha melepaskan pagutan itu, tapi Hari mencengkram dengan kuat.
Hari pernah ke tempat ini, dia tau kalo pelayanan disini memang bisa sengaja dibuat agak lama waktu sajinya sesuai request. Bisa dibilang tempat ini termasuk tempat "ngedate" terselubung dibalik Restoran, makanya disini membuat saung seperti ini sampai tiga saung, prospek buat bisnis plus-plus.
Hari lalu memeluk Lili. Tangannya mengusap punggung Lili dengan lembut.
"Pak.. mau apa?" tanya Lili makin takut.
"Gimana Li.. terima ga cinta Abang?" bisik Hari.
"Pak.. bisa lepasin ga? Malu nanti kalo ada pelayan datang" alasan Lili.
"Tenang aja sayang.. ngapain malu, kan mereka taunya kita suami istri. Kita bisa bilang pengantin baru" kata Hari.
Lili mendapat telepon dari Bapaknya. Dia berbincang sejenak dengan Bapaknya.
"Tolong ya Li.. obat Bapak habis, ga enak minta terus ke saudara" pinta Bapaknya Lili.
Telepon ditutup.
"Kenapa Li?" tanya Hari sigap.
"Bapak butuh uang buat beli obat, Lili mau cari ATM dulu ya Pak.. biar Bapak bisa beli obat" jelas Lili.
"Sayang ... minta nomer rekeningnya, Abang kan punya mobile banking" kata Hari.
"Nanti saya ganti ke Bapak, seratus ribu aja ya" ujar Lili sambil memberikan nomer rekening ke Hari.
Dua menit kemudian transaksi berhasil. Hari mengirim satu juta rupiah ke Bapaknya Lili.
"Pak.. kebanyakan angka nolnya" kata Lili.
"Biar cukup buat beli obat dan makanan adik-adik kamu, ga usah ganti sayang.. mereka kan calon keluarga Abang juga" ucap Hari.
Hari kembali memeluk Lili.
"Sayang.. kalo ada apa-apa nanti bilang aja ke Abang. Sini Li.. duduk dipangkuan Abang, nanti kamu makin merasa nyaman dekat sama Abang. Kamu ini gadis yang perlu dekapan, pasti ingin kan dimanja" bisik Hari.
Tanpa persetujuan Lili, Hari sudah menarik tubuh Lili untuk duduk dipangkuannya. Lili mencoba bangkit tapi cengkraman tangan Hari dipahanya Lili sangat kuat.
Setengah jam kemudian makanan baru datang.
"Sayang.. boleh ga Abang minta bayaran atas kiriman uang yang tadi?" tanya Hari.
"Pak.. jangan minta macam-macam ya" ingat Lili.
"Abang mau dimanja aja... mau disuapin pake tangan sayang" pinta Hari dengan manjanya.
"Bapak mau makan apa?" tanya Lili.
"Apa aja yang pakai tangan kamu pasti lezat" lanjut Hari.
Lili menyuapi Hari yang tangannya malah sibuk mengelus tubuh Lili.
🌿
"Mawar.. Lo kayanya perlu ngecek laki Lo tuh kaya gimana deh" kata temannya Mawar lewat sambungan telepon.
"Kenapa emangnya?" tanya Mawar.
"Gw udah dua kali ketemu sama dia lagi sama cewek didalam mobil, waktu itu ke daerah Bogor, nah tadi gw liat dia didaerah Cibinong" kata temannya.
"Lo salah liat kali.. laki gw lagi jalan pulang ke Kalibata, kenapa sampe ke Cibinong? lagian emang mobil laki gw cuma ada satu di dunia ini? bisa aja kan mirip" bela Mawar.
"Mata gw belum rabun ya" sahut temannya.
"Kalo Lo pernah liat didaerah Bogor atau tepatnya di Ciseeng itu emang gw yang minta dia anterin karyawan gw yang sakit. Tapi kalo Lo liat dia di Cibinong sekarang ya ga mungkin, gw abis video call sama dia. Emang lagi kena macet di Lenteng Agung" jelas Mawar.
"Oh gitu.. ya gw mah sayang aja sama Lo, jangan sampe deh Lo dikhianatin sama laki Lo" kata temannya.
🍒
"Mas.. Ca balik ya ke Solo, ini udah di stasiun" pamit Elsa lewat sambungan telepon.
Barra tidak bisa mengantar karena ada jadwal jaga di Klinik Faskes 1 BPJS, lagipula Elsa tidak mau diantar.
"Hati-hati di jalan Ca.. salam sama semua keluarga, maaf saya belum bisa main kesana dalam waktu dekat" kata Barra.
"Ya Mas.. " jawab Elsa mengakhiri percakapan.
.
dokbar duduk di ruangannya, sedang membuat laporan medis yang diperlukan untuk Klinik ini.
"Bahkan kamu ga mau ketemuan dulu sebelum balik Ca.. ternyata kondisi Mas dan keluarga ga bisa membuat kamu yakin untuk jalani hidup kedepannya sama Mas.." kata dokbar ngomong sendiri.
Pintu ruangan diketuk.
"Ya.. silahkan masuk" ucap dokbar dari dalam ruangan.
"dok.. sudah ada tiga pasien didepan" lapor perawat.
"Oke..." jawab dokbar singkat sambil merapihkan berkasnya.
dokbar menuju ruang praktek, sambil jalan dia tersenyum kepada pasien dan keluarga yang sudah menunggunya.
.
"Sore dok..." sapa pasien.
"Selamat sore.. silahkan duduk, ada keluhan apa Pak?" jawab dokbar dengan sopan.
"Saya ga sakit dok.. cuma mau minta surat keterangan sakit saja" jawab pasien tanpa beban.
"Saya tidak bisa memberikannya Pak, surat tersebut dikeluarkan melalui pemeriksaan medis terlebih dahulu" lanjut dokbar.
"Di tempat lain bisa dok" sahut pasien ngotot.
"Kami para dokter sudah disumpah akan bekerja dengan iman dan hati yang bersih, memberikan surat keterangan sakit pada pasien yang tidak sakit adalah tindakan tidak benar karena kita memberikan surat keterangan palsu kepada pihak yang meminta surat keterangan tersebut. Dibagian pendaftaran juga sudah ditulis besar-besar jika dokter hanya memberikan surat keterangan sakit pada pasien yang benar-benar sakit" jelas dokbar.
"Saya bayar deh dok.. tulis apa kek dok, tinggal diresepkan obat, terus surat sakit dikeluarkan, dokter ga rugi kan?" ucap pasien.
"Bapak ga khawatir kalo surat tersebut menjadi do'a yang Allah kabulkan? kalo saya ngakalin rekam medis serta obat-obatan untuk Bapak.. artinya saya tidak menjalankan sumpah profesi saya dengan benar" dokbar tetap pada pendiriannya.
"Ya udah dok.. saya ke tempat lain aja yang ga ribet" putus pasien yang langsung keluar ruangan.
Perawat masuk dan memberikan map data pasien berikutnya.
Ada anak dan ibu duduk dihadapannya dokbar.
"dok.. anak saya panas sudah lima hari ga turun-turun" keluh sang Ibu.
"Sudah pernah berobat sebelumnya? atau cek laboratorium?" tanya dokbar.
"Ga dok.. minum obat yang dijual di warung aja" jawab sang Ibu.
Rasanya dokbar sudah sangat hapal dengan jawaban Ibu-ibu kalo anaknya demam dicoba minum obat bebas yang ada di warung dulu. Jika masih tidak ada perbaikan baru ke dokter.
"Cek laboratorium dulu ya Bu, karena sudah demam tiga hari, ini rujukan laboratoriumnya, ada dibagian belakang Klinik, nanti Ibu balik lagi kesini untuk menyerahkan hasil. Sebelum itu saya mau cek dulu kondisi anak Ibu" jelas dokbar.
Setelah memeriksa pasien, dokbar meminta mereka ke laboratorium.
.
Pasien ketiga dipanggil oleh perawat untuk masuk ke ruang konsultasi.
dokbar memeriksa pasien pasca dijahit dahinya karena seminggu yang lalu jatuh dari sepeda.
"dok.. makasih ya seminggu yang lalu saya ditolong" kata pasien.
"Sudah tugas saya Mas" ucap dokbar.
"Tapi dokter telaten dan cepat memberikan pertolongan" lanjut pasien.
"Kebetulan saya ada didepan Klinik dan Masnya jatuh dari sepeda kena batu ga jauh dari tempat saya berdiri" sahut dokbar.
.
Setelah pasien sudah tidak ada, Barra balik ke ruangan untuk meneruskan laporan. Rupanya banyak missed call dari Elsa, HP nya tidak dibawa ke ruang konsultasi, jadinya tidak dijawab. Dicobanya untuk menghubungi Elsa kembali, tapi tidak ada jawaban. Barra mengirim pesan untuk mengetahui kenapa Elsa menghubunginya.
🌿
Sudah seminggu ini, Bhree kerja sebagai asistennya Tama. Pagi ini dia berbincang sama Mba Uli, bagian penanggung jawab media sosialnya Tama.
"Masih inget ga pas interview dulu? Mba ga nyangka Lo bakal diterima kerja disini sama Mas Tama. Secara ya.. datang pake kemeja sama celana jeans, gayanya tomboy banget. Tapi ternyata bisa kerja juga ya" buka Mba Uli.
"Jangan menilai dari penampilan dong Mba.. gini-gini juga saya selalu berusaha menjalankan apapun dengan baik" sahut Bhree.
"Mas Tama tuh antusias banget pas liat lamaran yang dikirim, katanya cocok jadi assistennya. Terbukti sih seminggu kerja rupanya tahan banting sama Mas Tama yang kadang moodnya swing" puji Mba Uli.
"Semoga saya bisa kerja lama disini ya Mba, suasananya enak. Semua kaya keluarga. Padahal waktu itu saya sempet kepikiran kok Mba ini kepo banget nanya banyak hal sambil nunggu Mas Tama yang belum datang. Ternyata bagian dari interview toh... Mas Tama juga santai pas ngobrolnya" jelas Bhree.
Bhree sudah berbincang dengan Mas Wisnu mengenai dia bekerja di tempatnya Tama, gajinya pun sekitar satu setengah juta tapi dia dapat makanan sesuai apa yang Tama makan, karena dia kan asisten yang selalu ikut kemanapun Tama pergi atau membuat konten.
Oleh Mas Wisnu, Bhree diijinkan tetap tinggal di studio selama belum bisa membayar kontrakan atau kost. Jadi Bhree akan berangkat pagi dan pulang malam hari ke studio. Bhree diberikan hari libur setiap Jum'at karena Tama jarang mau beraktivitas di hari Jum'at. Jika di hari tersebut Bhree masuk maka akan terhitung lembur.
🍒
Seminggu kemudian...
Jam tujuh pagi, dokbar baru selesai jaga praktek di Klinik dan bersiap menuju Rumah Sakit karena jam dua siang ini akan jaga sampai keesokan paginya. dokbar memutuskan untuk tidak pulang dulu ke rumah karena jarak Klinik dan Rumah Sakit lebih dekat, dia juga bisa tidur di kamar dokter yang ada disamping kamar operasi.
Baru saja dia mau memakai helm, HPnya berdering, ada panggilan masuk, dari Romonya Elsa, Barra langsung mengangkat telepon.
Belum sempat mengucapkan salam, Romo sudah memborbardir banyak pertanyaan.
"Kenapa kalian putus? Bukannya udah lama kenal dan memutuskan untuk bersama? kenapa hanya karena kamu ga bisa kasih kepastian ke Elsa untuk nikah, terus jadi berantakan kaya begini? Apa yang kurang dari Elsa? apa kalian ga bisa bicara baik-baik?" Romo intonasi suaranya sangat menahan emosi.
"Assalamualaikum Romo...apa kabarnya?" jawab Barra basa basi.
"Ga usah banyak basa basi dengan tanya kabar, kalo Romo telepon dengan suara seperti ini kira-kira kamu bisa tebak kan kabarnya bagaimana. Sekarang jawab pertanyaan Romo yang tadi" tukas Romo.
"Apa yang diceritakan Elsa ke Romo?" tanya balik Barra.
"Kalian memutuskan untuk berpisah, alasannya karena kamu yang belum bisa memberikan kepastian dan masih banyak urusan keluarga yang harus diselesaikan. Barra .. Romo kan sudah setuju sama hubungan kalian. Semua bisa dibicarakan dengan kepala dingin dan ada kami para orang tua yang bisa dimintai pendapat" saran Romo sedih.
"Maaf Romo, saya sedang mengejar waktu praktek di tempat lain. Nanti saya akan bicara dulu dengan Elsa. Sekali lagi saya minta maaf" ujar Barra pelan.
Sambungan telepon berakhir.
Barra langsung mengirim pesan ke Elsa.
#Ca.... Mas akan iyakan semua aduan kamu ke Romo, Mas tidak mau malah tambah memanaskan suasana diantara kita. Mas hormati dan menerima keputusanmu kalo memang ini yang terbaik buat kita berdua. Terima kasih sudah menjadi bagian cerita hidup Mas. Semoga kamu bisa mendapatkan apa yang kamu inginkan#.
Motor Barra sudah melaju di jalan raya. Rasa kantuknya mendadak hilang, segala amarah dan kecewa harus dia buang di jalan. Karena jika sudah menjalankan tugasnya, orang lain atau pasien tidak mau tau bagaimana kondisinya saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 280 Episodes
Comments
Helpy Arifien
di bab sebelumnya istri hari namanya melati. kok di sini jd mawar. ganti nama lg atau gimana ya. wah outhor labil nih
2024-12-04
1
novita setya
saatnya pengunjung tak kasat mata dtg😎😋
2023-06-24
1
novita setya
mawar melati semuanya indaah..lihat kebunkuuu
2023-06-24
1