Stetoskop 18, Sekelumit kisah

Pada awalnya Lili menolak tinggal bersama Mawar dan Hari. Tapi apa dayanya ketika Mawar memintanya untuk membantu pekerjaan di rumah karena asisten rumah tangganya sudah berhenti karena mau melahirkan di Kampung.

"Li.. nanti yang jaga disini bisa diputar-putar dari tempat yang lain. Tolonglah Li.. sampai nanti Ibu bisa dapat asisten rumah tangga yang baru lagi" pinta Mawar memelas.

Melihat kesehatan Mawar yang masih lemas pasca pendarahan, membuat Lili bingung. Disatu sisi, Mawar sudah banyak menolongnya, tapi disisi lain dia khawatir Hari akan makin banyak kesempatan untuk melancarkan aksinya. Lili tidak berani berterus terang tentang tindakan Hari kepadanya. Khawatir terjadi keributan antara pasangan suami istri ini dan dia akan terancam dipecat, Bu Mawar pasti akan lebih percaya omongan Pak Hari dibandingkan Lili.

"Baik Bu.." jawab Lili pasrah.

"Ga banyak kerjaan kok Li.. yang penting bebenah dan nyuci gosok. Urusan makanan nanti bisa beli atau Ibu yang masak. Lagian kita kan ga punya anak kecil, jadi ga repot. Rumah memang lumayan besar ya karena dua tingkat, tapi ga usah dibersihin tiap hari, yang penting ga berantakan aja" jelas Mawar.

"Ya Bu.." jawab Lili.

"Sekarang kamu rapihin barang-barang yang mau dibawa, nanti suami Ibu yang akan jemput kamu ya. Sekarang Ibu mau muter ke warung lain, mau cek apa ada yang perlu ditambah varian barangnya" tutur Mawar.

"Ibu naik apa? tadi kayanya kesini naik ojol" ucap Lili.

"Naik ojol, suami saya lagi ngobyek jual beli mobil. Ibu tunggu di rumah ya" kata Mawar sambil bergegas pamit.

.

Satu jam kemudian, Hari membantu Lili menutup warung kemudian naik ke mobilnya Hari.

Hari membukakan pintu depan untuk Lili, Lili menolak dan mau duduk di bangku belakang.

"Li.. saya kan Boss kamu ya.. bukan supir" protes Hari.

Dengan terpaksa Lili duduk disampingnya Hari.

Tangan Hari meraih tangan Lili dan menciumnya, Lili berusaha menarik tangannya.

"Akhirnya.. ini tanda-tanda jodoh Li.. kita akan ada di rumah yang sama. Kita bisa saling mengenal satu sama lain. Abang janji akan membahagiakan kamu sayang" ucap Hari dengan lembut.

Mobil bergerak dengan kecepatan rendah, Hari sengaja mengulur waktu agar bisa beralasan macet.

Dengan sengaja Hari video call sama Mawar.

"Sayang.. ga cemburu kan kalo Lili duduk disamping Abang? ya kalo dia duduk dibelakang kesannya Abang kaya supir taksi" kata Hari.

"Gapapa Bang.. santai aja. Lili kan udah kita anggap seperti anak sendiri, ya wajar dong duduk disebelah Bapaknya" jawab Mawar.

"Jalanan macet nih sayang, nanti kalo Abang cape, berhenti dulu di pom bensin ya, daripada nanti kecelakaan karena badan ga fit" pinta Hari.

"Ya Bang.. yang penting selamat sampe rumah" ucap Mawar.

"Istri Abang ini memang paling top mantap is the best deh, pengertian dan sabar. Love you .. nanti makan malam duluan aja. Kalo nunggu Abang bisa kemalaman makannya" kata Hari.

"Maaf ya Li.. suami Ibu memang orangnya romantis. Tapi ya begini.. ga lihat-lihat ada kamu disitu yang dengar. Ya namanya juga saling mencintai ya.." ujar Mawar dengan perasaan berbunga-bunga.

Lili hanya bisa tersenyum.

Setelah sambungan video call berakhir, Hari malah membelokkan kendaraan kearah restoran berkonsep saung-saung di danau buatan. Jadi antar saung dipisah dengan jembatan.Tempat yang bisa dibilang romantis. Hari ini malam Jum'at, jadi pengunjung tidak seramai saat weekend.

Hari menggandeng tangannya Lili.

"Yang boleh makan disini itu harus suami istri atau keluarga, mereka ga mau yang pacaran makan disini. Kan konsepnya restoran keluarga" jelas Hari.

Lili yang memang tidak pernah ke tempat seperti ini hanya bisa mengikuti penjelasan Hari.

Padahal Hari berbohong, mana ada restoran yang menerapkan aturan hanya pasangan sah yang boleh makan disana. Lili pun masih kurang pergaulan, jadinya percaya terhadap penjelasan Hari.

"Malam.. ada berapa orang Pak?" sapa pelayan disana.

"Berdua Mba.. ada yang saung tertutup kaca ya Mba? soalnya saya agak kurang enak badan kalo kena udara malam" pinta Hari.

"Ada Bapak.. tapi untuk saung seperti itu akan dikenakan charge tempat seratus ribu rupiah per jam. Karena ada fasilitas AC, Bapak juga tetap bisa melihat suasana danau atau memberi makan ikan, karena tinggi kacanya setengah dari saung" jelas pelayan.

"Oke.. saya order makanan disini langsung ya, jadi tinggal diantar kalo sudah siap" ucap Hari.

Hari tidak menanyakan apa yang Lili inginkan, dia memesan semua makanan dan minuman sesuai keinginannya saja.

.

"Pak.. kacanya dibuka boleh?" pinta Lili hati-hati.

"Kenapa sayang? kan enak begini... ga dingin angin malam" tanya Hari yang duduknya mepet ke Lili.

"Mau liat pemandangan.. kayanya bagus" alasan Lili.

"Biar romantis ya" ledek Hari.

Posisi orang duduk bersila di saung ini tidak akan terlihat dari luar, jadinya Lili khawatir Hari akan macam-macam terhadapnya.

"Sayang.. Abang pesen tempat ini berbayar buat jaga privasi kita. Nanti kalo ada yang kenal sama Abang, terus dia liat kita lagi makan berdua, dilaporin ke istri Abang kan bisa salah paham" rayu Hari.

"Tapi Pak.." ujar Lili.

Belum selesai Lili berucap, bibir Hari sudah mendarat dibibirnya. Lili berusaha melepaskan pagutan itu, tapi Hari mencengkram dengan kuat.

Hari pernah ke tempat ini, dia tau kalo pelayanan disini memang bisa sengaja dibuat agak lama waktu sajinya sesuai request. Bisa dibilang tempat ini termasuk tempat "ngedate" terselubung dibalik Restoran, makanya disini membuat saung seperti ini sampai tiga saung, prospek buat bisnis plus-plus.

Hari lalu memeluk Lili. Tangannya mengusap punggung Lili dengan lembut.

"Pak.. mau apa?" tanya Lili makin takut.

"Gimana Li.. terima ga cinta Abang?" bisik Hari.

"Pak.. bisa lepasin ga? Malu nanti kalo ada pelayan datang" alasan Lili.

"Tenang aja sayang.. ngapain malu, kan mereka taunya kita suami istri. Kita bisa bilang pengantin baru" kata Hari.

Lili mendapat telepon dari Bapaknya. Dia berbincang sejenak dengan Bapaknya.

"Tolong ya Li.. obat Bapak habis, ga enak minta terus ke saudara" pinta Bapaknya Lili.

Telepon ditutup.

"Kenapa Li?" tanya Hari sigap.

"Bapak butuh uang buat beli obat, Lili mau cari ATM dulu ya Pak.. biar Bapak bisa beli obat" jelas Lili.

"Sayang ... minta nomer rekeningnya, Abang kan punya mobile banking" kata Hari.

"Nanti saya ganti ke Bapak, seratus ribu aja ya" ujar Lili sambil memberikan nomer rekening ke Hari.

Dua menit kemudian transaksi berhasil. Hari mengirim satu juta rupiah ke Bapaknya Lili.

"Pak.. kebanyakan angka nolnya" kata Lili.

"Biar cukup buat beli obat dan makanan adik-adik kamu, ga usah ganti sayang.. mereka kan calon keluarga Abang juga" ucap Hari.

Hari kembali memeluk Lili.

"Sayang.. kalo ada apa-apa nanti bilang aja ke Abang. Sini Li.. duduk dipangkuan Abang, nanti kamu makin merasa nyaman dekat sama Abang. Kamu ini gadis yang perlu dekapan, pasti ingin kan dimanja" bisik Hari.

Tanpa persetujuan Lili, Hari sudah menarik tubuh Lili untuk duduk dipangkuannya. Lili mencoba bangkit tapi cengkraman tangan Hari dipahanya Lili sangat kuat.

Setengah jam kemudian makanan baru datang.

"Sayang.. boleh ga Abang minta bayaran atas kiriman uang yang tadi?" tanya Hari.

"Pak.. jangan minta macam-macam ya" ingat Lili.

"Abang mau dimanja aja... mau disuapin pake tangan sayang" pinta Hari dengan manjanya.

"Bapak mau makan apa?" tanya Lili.

"Apa aja yang pakai tangan kamu pasti lezat" lanjut Hari.

Lili menyuapi Hari yang tangannya malah sibuk mengelus tubuh Lili.

🌿

"Mawar.. Lo kayanya perlu ngecek laki Lo tuh kaya gimana deh" kata temannya Mawar lewat sambungan telepon.

"Kenapa emangnya?" tanya Mawar.

"Gw udah dua kali ketemu sama dia lagi sama cewek didalam mobil, waktu itu ke daerah Bogor, nah tadi gw liat dia didaerah Cibinong" kata temannya.

"Lo salah liat kali.. laki gw lagi jalan pulang ke Kalibata, kenapa sampe ke Cibinong? lagian emang mobil laki gw cuma ada satu di dunia ini? bisa aja kan mirip" bela Mawar.

"Mata gw belum rabun ya" sahut temannya.

"Kalo Lo pernah liat didaerah Bogor atau tepatnya di Ciseeng itu emang gw yang minta dia anterin karyawan gw yang sakit. Tapi kalo Lo liat dia di Cibinong sekarang ya ga mungkin, gw abis video call sama dia. Emang lagi kena macet di Lenteng Agung" jelas Mawar.

"Oh gitu.. ya gw mah sayang aja sama Lo, jangan sampe deh Lo dikhianatin sama laki Lo" kata temannya.

🍒

"Mas.. Ca balik ya ke Solo, ini udah di stasiun" pamit Elsa lewat sambungan telepon.

Barra tidak bisa mengantar karena ada jadwal jaga di Klinik Faskes 1 BPJS, lagipula Elsa tidak mau diantar.

"Hati-hati di jalan Ca.. salam sama semua keluarga, maaf saya belum bisa main kesana dalam waktu dekat" kata Barra.

"Ya Mas.. " jawab Elsa mengakhiri percakapan.

.

dokbar duduk di ruangannya, sedang membuat laporan medis yang diperlukan untuk Klinik ini.

"Bahkan kamu ga mau ketemuan dulu sebelum balik Ca.. ternyata kondisi Mas dan keluarga ga bisa membuat kamu yakin untuk jalani hidup kedepannya sama Mas.." kata dokbar ngomong sendiri.

Pintu ruangan diketuk.

"Ya.. silahkan masuk" ucap dokbar dari dalam ruangan.

"dok.. sudah ada tiga pasien didepan" lapor perawat.

"Oke..." jawab dokbar singkat sambil merapihkan berkasnya.

dokbar menuju ruang praktek, sambil jalan dia tersenyum kepada pasien dan keluarga yang sudah menunggunya.

.

"Sore dok..." sapa pasien.

"Selamat sore.. silahkan duduk, ada keluhan apa Pak?" jawab dokbar dengan sopan.

"Saya ga sakit dok.. cuma mau minta surat keterangan sakit saja" jawab pasien tanpa beban.

"Saya tidak bisa memberikannya Pak, surat tersebut dikeluarkan melalui pemeriksaan medis terlebih dahulu" lanjut dokbar.

"Di tempat lain bisa dok" sahut pasien ngotot.

"Kami para dokter sudah disumpah akan bekerja dengan iman dan hati yang bersih, memberikan surat keterangan sakit pada pasien yang tidak sakit adalah tindakan tidak benar karena kita memberikan surat keterangan palsu kepada pihak yang meminta surat keterangan tersebut. Dibagian pendaftaran juga sudah ditulis besar-besar jika dokter hanya memberikan surat keterangan sakit pada pasien yang benar-benar sakit" jelas dokbar.

"Saya bayar deh dok.. tulis apa kek dok, tinggal diresepkan obat, terus surat sakit dikeluarkan, dokter ga rugi kan?" ucap pasien.

"Bapak ga khawatir kalo surat tersebut menjadi do'a yang Allah kabulkan? kalo saya ngakalin rekam medis serta obat-obatan untuk Bapak.. artinya saya tidak menjalankan sumpah profesi saya dengan benar" dokbar tetap pada pendiriannya.

"Ya udah dok.. saya ke tempat lain aja yang ga ribet" putus pasien yang langsung keluar ruangan.

Perawat masuk dan memberikan map data pasien berikutnya.

Ada anak dan ibu duduk dihadapannya dokbar.

"dok.. anak saya panas sudah lima hari ga turun-turun" keluh sang Ibu.

"Sudah pernah berobat sebelumnya? atau cek laboratorium?" tanya dokbar.

"Ga dok.. minum obat yang dijual di warung aja" jawab sang Ibu.

Rasanya dokbar sudah sangat hapal dengan jawaban Ibu-ibu kalo anaknya demam dicoba minum obat bebas yang ada di warung dulu. Jika masih tidak ada perbaikan baru ke dokter.

"Cek laboratorium dulu ya Bu, karena sudah demam tiga hari, ini rujukan laboratoriumnya, ada dibagian belakang Klinik, nanti Ibu balik lagi kesini untuk menyerahkan hasil. Sebelum itu saya mau cek dulu kondisi anak Ibu" jelas dokbar.

Setelah memeriksa pasien, dokbar meminta mereka ke laboratorium.

.

Pasien ketiga dipanggil oleh perawat untuk masuk ke ruang konsultasi.

dokbar memeriksa pasien pasca dijahit dahinya karena seminggu yang lalu jatuh dari sepeda.

"dok.. makasih ya seminggu yang lalu saya ditolong" kata pasien.

"Sudah tugas saya Mas" ucap dokbar.

"Tapi dokter telaten dan cepat memberikan pertolongan" lanjut pasien.

"Kebetulan saya ada didepan Klinik dan Masnya jatuh dari sepeda kena batu ga jauh dari tempat saya berdiri" sahut dokbar.

.

Setelah pasien sudah tidak ada, Barra balik ke ruangan untuk meneruskan laporan. Rupanya banyak missed call dari Elsa, HP nya tidak dibawa ke ruang konsultasi, jadinya tidak dijawab. Dicobanya untuk menghubungi Elsa kembali, tapi tidak ada jawaban. Barra mengirim pesan untuk mengetahui kenapa Elsa menghubunginya.

🌿

Sudah seminggu ini, Bhree kerja sebagai asistennya Tama. Pagi ini dia berbincang sama Mba Uli, bagian penanggung jawab media sosialnya Tama.

"Masih inget ga pas interview dulu? Mba ga nyangka Lo bakal diterima kerja disini sama Mas Tama. Secara ya.. datang pake kemeja sama celana jeans, gayanya tomboy banget. Tapi ternyata bisa kerja juga ya" buka Mba Uli.

"Jangan menilai dari penampilan dong Mba.. gini-gini juga saya selalu berusaha menjalankan apapun dengan baik" sahut Bhree.

"Mas Tama tuh antusias banget pas liat lamaran yang dikirim, katanya cocok jadi assistennya. Terbukti sih seminggu kerja rupanya tahan banting sama Mas Tama yang kadang moodnya swing" puji Mba Uli.

"Semoga saya bisa kerja lama disini ya Mba, suasananya enak. Semua kaya keluarga. Padahal waktu itu saya sempet kepikiran kok Mba ini kepo banget nanya banyak hal sambil nunggu Mas Tama yang belum datang. Ternyata bagian dari interview toh... Mas Tama juga santai pas ngobrolnya" jelas Bhree.

Bhree sudah berbincang dengan Mas Wisnu mengenai dia bekerja di tempatnya Tama, gajinya pun sekitar satu setengah juta tapi dia dapat makanan sesuai apa yang Tama makan, karena dia kan asisten yang selalu ikut kemanapun Tama pergi atau membuat konten.

Oleh Mas Wisnu, Bhree diijinkan tetap tinggal di studio selama belum bisa membayar kontrakan atau kost. Jadi Bhree akan berangkat pagi dan pulang malam hari ke studio. Bhree diberikan hari libur setiap Jum'at karena Tama jarang mau beraktivitas di hari Jum'at. Jika di hari tersebut Bhree masuk maka akan terhitung lembur.

🍒

Seminggu kemudian...

Jam tujuh pagi, dokbar baru selesai jaga praktek di Klinik dan bersiap menuju Rumah Sakit karena jam dua siang ini akan jaga sampai keesokan paginya. dokbar memutuskan untuk tidak pulang dulu ke rumah karena jarak Klinik dan Rumah Sakit lebih dekat, dia juga bisa tidur di kamar dokter yang ada disamping kamar operasi.

Baru saja dia mau memakai helm, HPnya berdering, ada panggilan masuk, dari Romonya Elsa, Barra langsung mengangkat telepon.

Belum sempat mengucapkan salam, Romo sudah memborbardir banyak pertanyaan.

"Kenapa kalian putus? Bukannya udah lama kenal dan memutuskan untuk bersama? kenapa hanya karena kamu ga bisa kasih kepastian ke Elsa untuk nikah, terus jadi berantakan kaya begini? Apa yang kurang dari Elsa? apa kalian ga bisa bicara baik-baik?" Romo intonasi suaranya sangat menahan emosi.

"Assalamualaikum Romo...apa kabarnya?" jawab Barra basa basi.

"Ga usah banyak basa basi dengan tanya kabar, kalo Romo telepon dengan suara seperti ini kira-kira kamu bisa tebak kan kabarnya bagaimana. Sekarang jawab pertanyaan Romo yang tadi" tukas Romo.

"Apa yang diceritakan Elsa ke Romo?" tanya balik Barra.

"Kalian memutuskan untuk berpisah, alasannya karena kamu yang belum bisa memberikan kepastian dan masih banyak urusan keluarga yang harus diselesaikan. Barra .. Romo kan sudah setuju sama hubungan kalian. Semua bisa dibicarakan dengan kepala dingin dan ada kami para orang tua yang bisa dimintai pendapat" saran Romo sedih.

"Maaf Romo, saya sedang mengejar waktu praktek di tempat lain. Nanti saya akan bicara dulu dengan Elsa. Sekali lagi saya minta maaf" ujar Barra pelan.

Sambungan telepon berakhir.

Barra langsung mengirim pesan ke Elsa.

#Ca.... Mas akan iyakan semua aduan kamu ke Romo, Mas tidak mau malah tambah memanaskan suasana diantara kita. Mas hormati dan menerima keputusanmu kalo memang ini yang terbaik buat kita berdua. Terima kasih sudah menjadi bagian cerita hidup Mas. Semoga kamu bisa mendapatkan apa yang kamu inginkan#.

Motor Barra sudah melaju di jalan raya. Rasa kantuknya mendadak hilang, segala amarah dan kecewa harus dia buang di jalan. Karena jika sudah menjalankan tugasnya, orang lain atau pasien tidak mau tau bagaimana kondisinya saat ini.

Terpopuler

Comments

Helpy Arifien

Helpy Arifien

di bab sebelumnya istri hari namanya melati. kok di sini jd mawar. ganti nama lg atau gimana ya. wah outhor labil nih

2024-12-04

1

novita setya

novita setya

saatnya pengunjung tak kasat mata dtg😎😋

2023-06-24

1

novita setya

novita setya

mawar melati semuanya indaah..lihat kebunkuuu

2023-06-24

1

lihat semua
Episodes
1 Stetoskop 1, Permulaan
2 Stetoskop 2, Pada awalnya
3 Stetoskop 3, Masa lalu
4 Stetoskop 4, Masa kelam
5 Stetoskop 5, Kisahpun bermula
6 Stetoskop 6, Perkenalan
7 Stetoskop 7, Menjemput impian
8 Stetoskop 8, Realitanya ada
9 Stetoskop 9, Dinamika IGD
10 Stetoskop 10, Bertemu masa lalu
11 Stetoskop 11, Hari dan wanita
12 Stetoskop 12, Tugas dokter
13 Stetoskop 13, Para lelaki
14 Stetoskop 14, Tak sesuai bayangan
15 Stetoskop 15, Berbincang
16 Stetoskop 16, Rencana baru
17 Stetoskop 17, Merenung
18 Stetoskop 18, Sekelumit kisah
19 Stetoskop 19, Menyimpan cerita
20 Stetoskop 20, Keresahan
21 Stetoskop 21, Mencari jalan
22 Stetoskop 22, Dilema
23 Stetoskop 23, Putaran takdir
24 Stetoskop 24, Perubahan
25 Stetoskop 25, Kisahnya Barra
26 Stetoskop 26, Penolakan
27 Stetoskop 27, Demi masa depan
28 Stetoskop 28, Dan terjadilah..
29 Stetoskop 29, Perbaikan
30 Stetoskop 30, Kehilangan
31 Stetoskop 31, Menahan emosi
32 Stetoskop 32, Bicara
33 Stetoskop 33, Tragedi
34 Stetoskop 34, Rutinitas
35 Stetoskop 35, Duka
36 Stetoskop 36, Pertemuan
37 Stetoskop 37, Jalan berdua
38 Stetoskop 38, Hati ke hati
39 Stetoskop 39, Mencari
40 Stetoskop 40, Harus bisa
41 Stetoskop 41, Menuju yang lebih baik
42 Stetoskop 42, Langkah
43 Stetoskop 43, Berjuang
44 Stetoskop 44, Mengenal
45 Stetoskop 45, Penjajakan
46 Stetoskop 46, Keadaan
47 Stetoskop 47, Terkuak
48 Stetoskop 48, Kedua kalinya
49 Stetoskop 49, Seperti biasa
50 Stetoskop 50, Musibah
51 Stetoskop 51, Melihat dari berbagai sisi
52 Stetoskop 52, Keras hati
53 Stetoskop 53, Berduaan
54 Stetoskop 54, Rejeki tidak hanya berupa uang
55 Stetoskop 55, Akhirnya..
56 Stetoskop 56, Keputusan
57 Stetoskop 57, Menuju halal
58 Stetoskop 58, Menyerahkan
59 Stetoskop 59, Bercerita masa lalu
60 Stetoskop 60, Gosip
61 Stetoskop 61, Menuju bahagia
62 Stetoskop 62, Pengantin baru
63 Stetoskop 63, Cinta
64 Stetoskop 64, Jumpa lagi
65 Stetoskop 65, Antara bahagia dan kecewa
66 Stetoskop 66, Pendekatan
67 Stetoskop 67, Rasa sayang
68 Stetoskop 68, Pasangan?
69 Stetoskop 69, Peristiwa
70 Stetoskop 70, Pelepasan PPDS
71 Stetoskop 71, Kesempatan baru
72 Stetoskop 72, Penyesuaian
73 Stetoskop 73, Diskusi masa lalu
74 Stetoskop 74, Berjumpa
75 Stetoskop 75, Kegiatan
76 Stetoskop 76, Malam ini
77 Stetoskop 77, Babak baru
78 Stetoskop 78, Bertemu lagi
79 Stetoskop 79, Langkah selanjutnya
80 Stetoskop 80, Takut
81 Stetoskop 81, Menemani
82 Stetoskop 82, Mengusik hati
83 Stetoskop 83, Hampir aja
84 Stetoskop 84, Terselamatkan
85 Stetoskop 85, "Kesasar"
86 Stetoskop 86, Dunia milik berdua
87 Stetoskop 87, Setan berbisik
88 Stetoskop 88, Bertemu
89 Stetoskop 89, Campur aduk
90 Stetoskop 90, Aku berhak atas rasaku
91 Stetoskop 91, Nikah Yukkkk
92 Stetoskop 92, Lembaran baru
93 Stetoskop 93, Kembali bersama
94 Stetoskop 94, Rangkaian cerita
95 Stetoskop 95, Tembung
96 Episode 96, Ricuh
97 Stetoskop 97, Pendekatan
98 Stetoskop 98, Perbincangan
99 Stetoskop 99, Gamang
100 Stetoskop 100, Membuka hati
101 Stetoskop 101, Ricuh
102 Stetoskop 102, Menjelang hari H
103 Stetoskop 103, Rencana busuk
104 Stetoskop 104, Di rumah
105 Stetoskop 105, Ketahuan
106 Stetoskop 106, Kesibukan di hari Sabtu
107 Stetoskop 107, Kondangan
108 Stetoskop 108, Ciuman pertama
109 Stetoskop 109, Kembali
110 Stetoskop 110, Kurang fit
111 Stetoskop 111, Miskom
112 Stetoskop 112, Berdebat
113 Stetoskop 113, Pria gila
114 Episode 114, Di Rumah Sakit
115 Stetoskop 115, Jalan pulang
116 Stetoskop 116, Percakapan mendalam
117 Stetoskop 117, Membahas tentang nikah
118 Stetoskop 118, Edisi curhat
119 Stetoskop 119, Resign
120 Stetoskop 120, Touring
121 Stetoskop 121, Sharing ilmu
122 Stetoskop 122, Teman
123 Stetoskop 123, Breaking news
124 Stetoskop 124, Duka menggelayut
125 Stetoskop 125, Sepanjang gang
126 Stetoskop 126, Tidak bersedia
127 Stetoskop 127, Pemakaman
128 Stetoskop 128, Bermuka dua
129 Stetoskop 129, Masih ramai
130 Stetoskop 130, Berjumpa
131 Stetoskop 131, Di kamar Bhree
132 Stetoskop 132, Yang muda yang bercinta
133 Stetoskop 133, Ketahuan
134 Stetoskop 134, ICU
135 Episode 135, Tahap pemulihan
136 Stetoskop 136, Ruang rawat
137 Stetoskop 137, Kecurigaan
138 Stetoskop 138, I love you
139 Stetoskop 139, Tetirah
140 Stetoskop 140, Berbincang
141 Stetoskop 141, Pulang
142 Stetoskop 142, Kangen
143 Stetoskop 143, Bersamamu
144 Stetoskop 144, Berkegiatan
145 Stetoskop 145, Terkuak
146 Stetoskop 146, Berdekatan
147 Stetoskop 147, Ngedate
148 Stetoskop 148, Kencan
149 Stetoskop 149, Emosi jiwa
150 Stetoskop 150, Ada-ada saja
151 Stetoskop 151, Duduk bersama
152 Stetoskop 152, Nakal
153 Stetoskop 153, Komitmen baru
154 Stetoskop 154, Panggilan darurat
155 Stetoskop 155, Berangkat
156 Stetoskop 156, Kehebohan
157 Stetoskop 157, Mau menikah
158 Stetoskop 158, Temu kangen
159 Stetoskop 159, Tak disangka
160 Stetoskop 160, Maaf
161 Stetoskop 161, Gawat
162 Stetoskop 162, Menggelitik jiwa
163 Stetoskop 163, Kesibukan menjelang pernikahan
164 Stetoskop 164, Perbincangan laki-laki
165 Stetoskop 165, Menegang
166 Stetoskop 166, Ambang kesabaran
167 Stetoskop 167, Persiapan
168 Stetoskop 168, H-1
169 Stetoskop 169, Tegang
170 Stetoskop 170, Sah
171 Stetoskop 171, Ramah tamah
172 Stetoskop 172, Caption
173 Stetoskop 173, Kegiatan pasangan
174 Stetoskop 174, Full of love
175 Stetoskop 175, Jumpa lagi
176 Stetoskop 176, Ricuh
177 Stetoskop 177, Penjelasan
178 Stetoskop 178, Di Solo
179 Stetoskop 179, Warna warni kehidupan pasangan
180 Stetoskop 180, Ribut lagi
181 Stetoskop 181, Mantu dan mertua
182 Stetoskop 182, Kesibukan dokbar
183 Stetoskop 183, Manja
184 Stetoskop 184, Bertengkar
185 Stetoskop 185, Pembicaraan tepi jurang
186 Stetoskop 186, Hiburan
187 Stetoskop 187, Ruwet
188 Stetoskop 188, Kesibukan harian dokbar
189 Stetoskop 189, Edisi curhat
190 Stetoskop 190, Rahasia yang terkuak
191 Stetoskop 191, Quality time
192 Stetoskop 192, Obrolan penting
193 Stetoskop 193, Pesona Barra
194 Stetoskop, kegiatan Bhree
195 Stetoskop 195, Perkembangan
196 Stetoskop 196, Hidup baru Tama
197 Stetoskop 197, Perbincangan keluarga
198 Stetoskop 198, Curhatan Barra
199 Stetoskop 199, Isu yang tak hangat
200 Stetoskop 200, Pandangan terhadap Barra
201 Stetoskop 201, Di rumah Prof Andjar
202 Stetoskop 202, Menuju bahagia
203 Stetoskop 203, Dunia masing-masing
204 Stetoskop 204, Kehidupan
205 Stetoskop 205, Kegiatan seperti biasa
206 Stetoskop 206, Lelah
207 Stetoskop 207, Menggelitik kalbu
208 Stetoskop 208, Mikir
209 Stetoskop 209, Obrolan yang ga penting
210 Stetoskop 210, Berita menggelegar
211 Stetoskop 211, Mellow
212 Stetoskop 212, Bola panas
213 Stetoskop 213, Kebaikan
214 Stetoskop 214, Menahan emosi
215 Stetoskop 215, Pelan tapi pasti
216 Stetoskop 216, Berbeda
217 Stetoskop 217, Karena masa lalu
218 Stetoskop 218, Sedikit mereda
219 Stetoskop 219, Perbincangan
220 Stetoskop 220, Kejadian tak biasa
221 Stetoskop 221, Kabar duka
222 Stetoskop 222, Kejadian luar biasa
223 Stetoskop 223, Keajaiban itu ada
224 Stetoskop 224, Perbincangan
225 Stetoskop 225, Jenguk
226 Stetoskop 226, Tak seperti yang diharapkan
227 Stetoskop 227, Terus terang
228 Stetoskop 228, Berkunjung
229 Stetoskop 229, Belum ada titik terang
230 Stetoskop 230, Bintangnya
231 Stetoskop 231, Ngobrol santai
232 Stetoskop 232, Rahasia terbongkar lagi
233 Stetoskop 233, Dukacita
234 Stetoskop 234, Ada aja kendalanya
235 Stetoskop 235, Di rumah aja
236 Stetoskop 236, Masih panas
237 Stetoskop 237, Emosi dokbar
238 Stetoskop 238, dokbar hari ini
239 Stetoskop 239, Dilema lagi
240 Stetoskop 240, Masih belum nyaman
241 Stetoskop 241, Obrolan
242 Stetoskop 242, Tambah pusing
243 Stetoskop 243, Tidak terlibat
244 Stetoskop 244, IGD
245 Stetoskop 245, Saat ini
246 Stetoskop 246, Kamar VVIP
247 Stetoskop 247, Kematian di IGD
248 Stetoskop 248, Suasana terkini
249 Stetoskop 249, Akhirnyaaa
250 Stetoskop 250, Ambulans
251 Stetoskop 251, Drama yang berakhir juga
252 Stetoskop 252, Pengakuan
253 Stetoskop 253, Mengiris perih
254 Stetoskop 254, Duka mendalam
255 Stetoskop 255, Menyembuhkan luka
256 Stetoskop 256, Pengumuman mengejutkan
257 Stetoskop 257, Mencoba berdamai
258 Stetoskop 258, Masih gamang
259 Stetoskop 259, Keputusan
260 Stetoskop 260, Oh begitu....
261 Stetoskop 261, Memaafkan
262 Stetoskop 262, Berdua dengan segala ceritanya
263 Stetoskop 263, Berdamai
264 Stetoskop 264, dokbar on duty
265 Stetoskop 265, Persiapan
266 Stetoskop 266, Berita lagi
267 Stetoskop 267, Waktu bersama
268 Stetoskop 268, Sowan kesana kemari
269 Stetoskop 269, Mengakhiri bab di Cinta Medika
270 Episode 270, Duka diujung senja
271 Stetoskop 271, Mencari jalan tengah
272 Stetoskop 272, Perpisahan dan pertemuan
273 Stetoskop 273, Cemburu
274 Stetoskop 274, Legowo
275 Stetoskop 275, Bertemu kawan lama
276 Stetoskop 276, Kumpul lagi
277 Stetoskop 277, Mumet lagi
278 Stetoskop 278, Berita yang membuat pening
279 Stetoskop 279, Mencoba menyelesaikan masalah
280 Stetoskop 280, Sampai disini
Episodes

Updated 280 Episodes

1
Stetoskop 1, Permulaan
2
Stetoskop 2, Pada awalnya
3
Stetoskop 3, Masa lalu
4
Stetoskop 4, Masa kelam
5
Stetoskop 5, Kisahpun bermula
6
Stetoskop 6, Perkenalan
7
Stetoskop 7, Menjemput impian
8
Stetoskop 8, Realitanya ada
9
Stetoskop 9, Dinamika IGD
10
Stetoskop 10, Bertemu masa lalu
11
Stetoskop 11, Hari dan wanita
12
Stetoskop 12, Tugas dokter
13
Stetoskop 13, Para lelaki
14
Stetoskop 14, Tak sesuai bayangan
15
Stetoskop 15, Berbincang
16
Stetoskop 16, Rencana baru
17
Stetoskop 17, Merenung
18
Stetoskop 18, Sekelumit kisah
19
Stetoskop 19, Menyimpan cerita
20
Stetoskop 20, Keresahan
21
Stetoskop 21, Mencari jalan
22
Stetoskop 22, Dilema
23
Stetoskop 23, Putaran takdir
24
Stetoskop 24, Perubahan
25
Stetoskop 25, Kisahnya Barra
26
Stetoskop 26, Penolakan
27
Stetoskop 27, Demi masa depan
28
Stetoskop 28, Dan terjadilah..
29
Stetoskop 29, Perbaikan
30
Stetoskop 30, Kehilangan
31
Stetoskop 31, Menahan emosi
32
Stetoskop 32, Bicara
33
Stetoskop 33, Tragedi
34
Stetoskop 34, Rutinitas
35
Stetoskop 35, Duka
36
Stetoskop 36, Pertemuan
37
Stetoskop 37, Jalan berdua
38
Stetoskop 38, Hati ke hati
39
Stetoskop 39, Mencari
40
Stetoskop 40, Harus bisa
41
Stetoskop 41, Menuju yang lebih baik
42
Stetoskop 42, Langkah
43
Stetoskop 43, Berjuang
44
Stetoskop 44, Mengenal
45
Stetoskop 45, Penjajakan
46
Stetoskop 46, Keadaan
47
Stetoskop 47, Terkuak
48
Stetoskop 48, Kedua kalinya
49
Stetoskop 49, Seperti biasa
50
Stetoskop 50, Musibah
51
Stetoskop 51, Melihat dari berbagai sisi
52
Stetoskop 52, Keras hati
53
Stetoskop 53, Berduaan
54
Stetoskop 54, Rejeki tidak hanya berupa uang
55
Stetoskop 55, Akhirnya..
56
Stetoskop 56, Keputusan
57
Stetoskop 57, Menuju halal
58
Stetoskop 58, Menyerahkan
59
Stetoskop 59, Bercerita masa lalu
60
Stetoskop 60, Gosip
61
Stetoskop 61, Menuju bahagia
62
Stetoskop 62, Pengantin baru
63
Stetoskop 63, Cinta
64
Stetoskop 64, Jumpa lagi
65
Stetoskop 65, Antara bahagia dan kecewa
66
Stetoskop 66, Pendekatan
67
Stetoskop 67, Rasa sayang
68
Stetoskop 68, Pasangan?
69
Stetoskop 69, Peristiwa
70
Stetoskop 70, Pelepasan PPDS
71
Stetoskop 71, Kesempatan baru
72
Stetoskop 72, Penyesuaian
73
Stetoskop 73, Diskusi masa lalu
74
Stetoskop 74, Berjumpa
75
Stetoskop 75, Kegiatan
76
Stetoskop 76, Malam ini
77
Stetoskop 77, Babak baru
78
Stetoskop 78, Bertemu lagi
79
Stetoskop 79, Langkah selanjutnya
80
Stetoskop 80, Takut
81
Stetoskop 81, Menemani
82
Stetoskop 82, Mengusik hati
83
Stetoskop 83, Hampir aja
84
Stetoskop 84, Terselamatkan
85
Stetoskop 85, "Kesasar"
86
Stetoskop 86, Dunia milik berdua
87
Stetoskop 87, Setan berbisik
88
Stetoskop 88, Bertemu
89
Stetoskop 89, Campur aduk
90
Stetoskop 90, Aku berhak atas rasaku
91
Stetoskop 91, Nikah Yukkkk
92
Stetoskop 92, Lembaran baru
93
Stetoskop 93, Kembali bersama
94
Stetoskop 94, Rangkaian cerita
95
Stetoskop 95, Tembung
96
Episode 96, Ricuh
97
Stetoskop 97, Pendekatan
98
Stetoskop 98, Perbincangan
99
Stetoskop 99, Gamang
100
Stetoskop 100, Membuka hati
101
Stetoskop 101, Ricuh
102
Stetoskop 102, Menjelang hari H
103
Stetoskop 103, Rencana busuk
104
Stetoskop 104, Di rumah
105
Stetoskop 105, Ketahuan
106
Stetoskop 106, Kesibukan di hari Sabtu
107
Stetoskop 107, Kondangan
108
Stetoskop 108, Ciuman pertama
109
Stetoskop 109, Kembali
110
Stetoskop 110, Kurang fit
111
Stetoskop 111, Miskom
112
Stetoskop 112, Berdebat
113
Stetoskop 113, Pria gila
114
Episode 114, Di Rumah Sakit
115
Stetoskop 115, Jalan pulang
116
Stetoskop 116, Percakapan mendalam
117
Stetoskop 117, Membahas tentang nikah
118
Stetoskop 118, Edisi curhat
119
Stetoskop 119, Resign
120
Stetoskop 120, Touring
121
Stetoskop 121, Sharing ilmu
122
Stetoskop 122, Teman
123
Stetoskop 123, Breaking news
124
Stetoskop 124, Duka menggelayut
125
Stetoskop 125, Sepanjang gang
126
Stetoskop 126, Tidak bersedia
127
Stetoskop 127, Pemakaman
128
Stetoskop 128, Bermuka dua
129
Stetoskop 129, Masih ramai
130
Stetoskop 130, Berjumpa
131
Stetoskop 131, Di kamar Bhree
132
Stetoskop 132, Yang muda yang bercinta
133
Stetoskop 133, Ketahuan
134
Stetoskop 134, ICU
135
Episode 135, Tahap pemulihan
136
Stetoskop 136, Ruang rawat
137
Stetoskop 137, Kecurigaan
138
Stetoskop 138, I love you
139
Stetoskop 139, Tetirah
140
Stetoskop 140, Berbincang
141
Stetoskop 141, Pulang
142
Stetoskop 142, Kangen
143
Stetoskop 143, Bersamamu
144
Stetoskop 144, Berkegiatan
145
Stetoskop 145, Terkuak
146
Stetoskop 146, Berdekatan
147
Stetoskop 147, Ngedate
148
Stetoskop 148, Kencan
149
Stetoskop 149, Emosi jiwa
150
Stetoskop 150, Ada-ada saja
151
Stetoskop 151, Duduk bersama
152
Stetoskop 152, Nakal
153
Stetoskop 153, Komitmen baru
154
Stetoskop 154, Panggilan darurat
155
Stetoskop 155, Berangkat
156
Stetoskop 156, Kehebohan
157
Stetoskop 157, Mau menikah
158
Stetoskop 158, Temu kangen
159
Stetoskop 159, Tak disangka
160
Stetoskop 160, Maaf
161
Stetoskop 161, Gawat
162
Stetoskop 162, Menggelitik jiwa
163
Stetoskop 163, Kesibukan menjelang pernikahan
164
Stetoskop 164, Perbincangan laki-laki
165
Stetoskop 165, Menegang
166
Stetoskop 166, Ambang kesabaran
167
Stetoskop 167, Persiapan
168
Stetoskop 168, H-1
169
Stetoskop 169, Tegang
170
Stetoskop 170, Sah
171
Stetoskop 171, Ramah tamah
172
Stetoskop 172, Caption
173
Stetoskop 173, Kegiatan pasangan
174
Stetoskop 174, Full of love
175
Stetoskop 175, Jumpa lagi
176
Stetoskop 176, Ricuh
177
Stetoskop 177, Penjelasan
178
Stetoskop 178, Di Solo
179
Stetoskop 179, Warna warni kehidupan pasangan
180
Stetoskop 180, Ribut lagi
181
Stetoskop 181, Mantu dan mertua
182
Stetoskop 182, Kesibukan dokbar
183
Stetoskop 183, Manja
184
Stetoskop 184, Bertengkar
185
Stetoskop 185, Pembicaraan tepi jurang
186
Stetoskop 186, Hiburan
187
Stetoskop 187, Ruwet
188
Stetoskop 188, Kesibukan harian dokbar
189
Stetoskop 189, Edisi curhat
190
Stetoskop 190, Rahasia yang terkuak
191
Stetoskop 191, Quality time
192
Stetoskop 192, Obrolan penting
193
Stetoskop 193, Pesona Barra
194
Stetoskop, kegiatan Bhree
195
Stetoskop 195, Perkembangan
196
Stetoskop 196, Hidup baru Tama
197
Stetoskop 197, Perbincangan keluarga
198
Stetoskop 198, Curhatan Barra
199
Stetoskop 199, Isu yang tak hangat
200
Stetoskop 200, Pandangan terhadap Barra
201
Stetoskop 201, Di rumah Prof Andjar
202
Stetoskop 202, Menuju bahagia
203
Stetoskop 203, Dunia masing-masing
204
Stetoskop 204, Kehidupan
205
Stetoskop 205, Kegiatan seperti biasa
206
Stetoskop 206, Lelah
207
Stetoskop 207, Menggelitik kalbu
208
Stetoskop 208, Mikir
209
Stetoskop 209, Obrolan yang ga penting
210
Stetoskop 210, Berita menggelegar
211
Stetoskop 211, Mellow
212
Stetoskop 212, Bola panas
213
Stetoskop 213, Kebaikan
214
Stetoskop 214, Menahan emosi
215
Stetoskop 215, Pelan tapi pasti
216
Stetoskop 216, Berbeda
217
Stetoskop 217, Karena masa lalu
218
Stetoskop 218, Sedikit mereda
219
Stetoskop 219, Perbincangan
220
Stetoskop 220, Kejadian tak biasa
221
Stetoskop 221, Kabar duka
222
Stetoskop 222, Kejadian luar biasa
223
Stetoskop 223, Keajaiban itu ada
224
Stetoskop 224, Perbincangan
225
Stetoskop 225, Jenguk
226
Stetoskop 226, Tak seperti yang diharapkan
227
Stetoskop 227, Terus terang
228
Stetoskop 228, Berkunjung
229
Stetoskop 229, Belum ada titik terang
230
Stetoskop 230, Bintangnya
231
Stetoskop 231, Ngobrol santai
232
Stetoskop 232, Rahasia terbongkar lagi
233
Stetoskop 233, Dukacita
234
Stetoskop 234, Ada aja kendalanya
235
Stetoskop 235, Di rumah aja
236
Stetoskop 236, Masih panas
237
Stetoskop 237, Emosi dokbar
238
Stetoskop 238, dokbar hari ini
239
Stetoskop 239, Dilema lagi
240
Stetoskop 240, Masih belum nyaman
241
Stetoskop 241, Obrolan
242
Stetoskop 242, Tambah pusing
243
Stetoskop 243, Tidak terlibat
244
Stetoskop 244, IGD
245
Stetoskop 245, Saat ini
246
Stetoskop 246, Kamar VVIP
247
Stetoskop 247, Kematian di IGD
248
Stetoskop 248, Suasana terkini
249
Stetoskop 249, Akhirnyaaa
250
Stetoskop 250, Ambulans
251
Stetoskop 251, Drama yang berakhir juga
252
Stetoskop 252, Pengakuan
253
Stetoskop 253, Mengiris perih
254
Stetoskop 254, Duka mendalam
255
Stetoskop 255, Menyembuhkan luka
256
Stetoskop 256, Pengumuman mengejutkan
257
Stetoskop 257, Mencoba berdamai
258
Stetoskop 258, Masih gamang
259
Stetoskop 259, Keputusan
260
Stetoskop 260, Oh begitu....
261
Stetoskop 261, Memaafkan
262
Stetoskop 262, Berdua dengan segala ceritanya
263
Stetoskop 263, Berdamai
264
Stetoskop 264, dokbar on duty
265
Stetoskop 265, Persiapan
266
Stetoskop 266, Berita lagi
267
Stetoskop 267, Waktu bersama
268
Stetoskop 268, Sowan kesana kemari
269
Stetoskop 269, Mengakhiri bab di Cinta Medika
270
Episode 270, Duka diujung senja
271
Stetoskop 271, Mencari jalan tengah
272
Stetoskop 272, Perpisahan dan pertemuan
273
Stetoskop 273, Cemburu
274
Stetoskop 274, Legowo
275
Stetoskop 275, Bertemu kawan lama
276
Stetoskop 276, Kumpul lagi
277
Stetoskop 277, Mumet lagi
278
Stetoskop 278, Berita yang membuat pening
279
Stetoskop 279, Mencoba menyelesaikan masalah
280
Stetoskop 280, Sampai disini

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!