Sudah bisa ditebak bagaimana reaksi keluarga besar Hana, terutama orang tuanya. Sumpah serapah dan amarah dari Bapak cukup membuat Hana merasa tak ada guna hidupnya, wajar reaksi Bapak seperti itu. Anak perempuan yang dibesarkan dengan cinta kasih, harus bernasib malang, dicampakkan oleh suaminya sendiri seperti binatang.
Rasanya sampah yang kotor saja ditempatkan di tong sampah, tidak demikian dengan Hana yang ditalak kemudian kembali ke rumah orang tuanya tanpa penjelasan dari pihak keluarga suaminya Hana.
Depresi dan merasa sedih yang mendalam, dialami oleh Hana. Kembali dia diam, tidak menjelaskan banyak hal kecuali sebatas ditalak suaminya karena ada selisih pendapat yang berujung pada pertengkaran.
Sejak kepulangan Hana dan anaknya, tidak pernah ada kunjungan bahkan penjelasan dari pihak mantan suami dan keluarganya, jangankan bertatap muka langsung, via telepon pun tidak. Apalagi biaya hidup, semua Hana tanggung sendiri dibantu oleh keluarganya.
Tidak lama berselang, ada kawan lamanya mengajak bekerja disebuah Klinik dokter 24 jam, tugas Hana sebagai administrasi disana. Mencatat data pasien, persediaan obat bahkan diperbantukan untuk hal-hal yang berkaitan dengan berbagai laporan.
Setelah satu tahun bekerja di Klinik, Hana akhirnya memberanikan diri untuk mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama, guna kenyamanan hatinya. Secara agama memang sudah jatuh talak cerai terhadap dirinya, tapi Hana ingin jelas juga statusnya secara hukum administrasi negara. Uang yang dia sisihkan jika dapat lemburan dan bonus, dikumpulkan sedikit demi sedikit hingga bisa mendaftarkan perceraiannya di Pengadilan Agama.
Keluarga Hana mendukung keputusan Hana, mereka memang sudah menunggu-nunggu keberanian Hana untuk melangkah ke Pengadilan Agama, tapi tidak mau keputusan itu berasal dari desakan keluarga. Semua menghormati jika Hana masih menimbang-nimbang rasa terhadap mantan suaminya.
Gugatan cerai pun dikabulkan pihak Pengadilan Agama, karena mantan suami tidak jelas tempat tinggalnya (Hana akhirnya berkunjung ke rumah mantan mertuanya untuk membicarakan perihal gugatan cerai terhadap mantan suaminya, tapi jawaban pihak keluarga amat mencengangkan, mereka mengatakan jika anaknya sudah tidak pernah balik ke rumah sejak menjatuhkan talak cerai ke Hana. Bahkan tidak pernah ada komunikasi sehingga keberadaannya pun tidak ada yang tau). Atas saran Pengadilan Agama, diputuskan jika mantan suaminya ghoib (tidak diketahui keberadaannya). Tidak bertele-tele, cukup sekali sidang saja sudah diputuskan Hana menyandang status baru.
Pastinya semua keluarga besar Hana sangat bahagia dengan keputusan Pengadilan Agama ini. Sudah memenuhi rasa keadilan untuk Hana yang dicerai dan ditinggalkan begitu saja.
Sempat Hana merasa malu dan minder dengan status jandanya. Sekuat-kuatnya dia menahan gejolak itu, tetap pernah terpikir juga.
Tapi Hana mencoba untuk segera bangkit, menurutnya anak akan semakin besar, hingga pastinya dokumen-dokumen negara amat diperlukan secara jelas. Oleh karena itu, Hana langsung membuat kartu keluarga dan KTP baru yang berdomisili di rumah orang tuanya.
Mencoba menerima status jandanya meskipun di masyarakat, status tersebut dianggap hina. Biarlah orang berkata apa, karena mereka tidak tau apa yang terjadi dalam rumah tangga Hana hingga akhirnya berakhir dengan kata perceraian.
➡️
Hidup sebagai single mother sudah dijalani selama tiga tahun belakangan ini. Kadang merasa banyak keajaiban dalam hidupnya, Allah seakan memberikan kekuatan super buatnya untuk menghadapi segala permasalahan hidup. Walaupun sekarang dunianya lebih sempit, yaitu hanya berkutat di rumah dan Klinik saja, dia tetap merasa nyaman dan bahagia.
Sudah tiga tahun ini dalam kamus hidupnya tidak kenal berkunjung ke Mall (membeli baju anaknya di pasar), menonton di bioskop pun sudah tidak pernah lagi (padahal dulu rutin sebulan sekali nonton bioskop), boro-boro kenal skincare, cukup bedak bayi yang dia pakai ke wajahnya plus pulasan lipstik yang diirit pakai hingga empat bulan.
Semua kesenangan dunia, sudah dia kubur dalam-dalam sejak hidupnya berantakan. Yang terpenting bisa bantu masak di rumah orang tua dan menyekolahkan anak sudah lebih dari cukup.
Hana yang pembawaannya baik, tentu ada saja tetangga yang mencoba untuk berkenalan lebih lanjut. Tapi ketakutan dan rasa trauma terhadap lelaki membuatnya tidak berani melangkah apalagi mencoba menjalin hubungan dengan lawan jenis.
Alarm jam dua malam, menghentikan segala lamunan Hana. Ia segera bangkit untuk wudhu dan melaksanakan sholat tahajud, sejak cobaan menerpa ia tak pernah absen curhat dini hari dengan RabbNya.
.
Pagi ini seperti biasa, setelah mengantarkan anak ke sekolah (memakai motor milik Bapaknya). Hana bergegas menuju Klinik. Ada tugas tambahan membersihkan Klinik, orang yang biasa bersih-bersih sudah mengundurkan diri karena sudah hamil besar dan akan pulang ke kampung halaman.
Tidak lupa orang tua Hana memintanya untuk pulang lebih awal karena keluarga Farraz akan datang bertamu malam ini. Hana hanya bisa pasrah, ia sudah bertekad untuk mencoba berkenalan dengan sang tamu yang tidak ia kenal sama sekali. Bukan karena tamu itu seorang dokter dan sepertinya berasal dari keluarga berada, tapi terbesit rasa penasaran karena melihat Bapak amat sangat bahagia setiap bercerita tentang dokter Farraz. Hana tidak mau banyak berpikir jauh dulu, biarlah semua mengalir apa adanya.
Klinik tempat Hana bekerja juga sekarang ada buka praktek bidan, keponakan pemilik Klinik adalah seorang bidan. Jadinya Klinik mulai ramai.
Detik demi detik, menit demi menit hingga jam terus berputar, Hana malah merasakan ketakutan saat jam menujukkan pukul empat sore, saatnya pulang. Segala keyakinan sudah dia tekadkan untuk mencoba memulai berkenalan, tapi rasa tidak percaya terhadap laki-laki kembali memenuhi relung hati dan pikirannya.
"Ayo Hana.. paling tidak, kamu sudah berusaha membuka diri. Toh semua pilihan ada ditangan kamu. Lelaki itu memang berhak untuk mengenal kamu bahkan serius kejenjang pernikahan, tapi kamu yang memutuskan untuk menerima atau menolak. Jangan kecewakan orang tua dan keluarga kamu Hana... sudah cukup mereka mendapatkan cibiran dari masyarakat karena status kamu. Sekarang berani move on Hana.. paling tidak lakukan demi orang tua..." Hana berbicara seorang diri, menyemangati hati agar mampu berdamai dengan situasi dan kondisi yang akan dia hadapi.
Dalam perjalanan pulang, Hana melantunkan do'a sebisanya saja, karena otaknya seakan sulit untuk berpikir dan mengingat do'a-do'a penenang hati. Ia hanya berharap bisa agak tenang dalam kegamangan hatinya.
Sesampainya di rumah, semua keluarga sudah berkumpul, ada riuh rendah suara keponakan dan harum masakan Ibu yang rasanya super menggugah selera.
Tepat jam setengah delapan malam, keluarga inti dokter Farraz datang ke rumah orang tuanya Hana. Ada kedua orangtuanya serta dua anaknya turut serta.
Setelah berkenalan singkat, semua melanjutkan ke acara makan malam bersama. Ibu membuat capcay, balado telur dan kerupuk untuk disantap malam ini, hidangan sederhana karena memang inilah kemampuan mereka menjamu tamu. Buah yang ada pun hanya pepaya, itupun boleh metik di halaman depan rumah yang kebetulan ada yang matang.
Padahal inilah kali pertama kedua keluarga ini berjumpa, bahkan belum saling kenal sebelumnya, tapi semua langsung akrab begitu saja.
Pembawaan dan ucapan dokter Farraz sangatlah sopan, sehingga semua keluarga Hana bak tersihir, ditambah badan yang lumayan bagus dengan tinggi sekitar seratus tujuh puluh lima centimeter ditambah wajahnya yang lumayan rupawan diusianya sekarang.
Hana memilih duduk dipojokan ruang tamu (kursi semua dikeluarkan agar bisa duduk lesehan sehingga bisa muat banyak orang), sambil sesekali melayani para keponakannya yang ikut makan juga.
dokter Farraz mencuri-curi pandang ke Hana, makin dipandang, makin ia jatuh cinta. Ditambah ketika melihat bagaimana cara Hana melayani keponakan yang masih kecil dengan sangat telaten dan sabar.
Rasa keyakinan dokter Farraz pun makin bertambah untuk mengenal Hana lebih jauh lagi. Baginya Hana adalah wanita yang tepat untuk mendampinginya menghabiskan sisa umurnya dan bisa membantu membesarkan anak-anak yang banyak kehilangan sosok figur seorang Ibu.
Setelah selesai makan, keluarga Hana merapihkan makanan dan Hana juga ikut merapihkan.
"Hana, sini dulu, nanti biar yang lain merapihkan piring dan makanan" pinta Bapak.
Segera Hana duduk didekat Bapak.
"Baiklah Mas Farraz, ini Hana anak kandung Bapak, katanya mau berkenalan secara langsung... silahkan" ucap Bapak membuka pembicaraan.
"Baik Pak, saya langsung to the point saja ya Hana, kedatangan saya dan keluarga bertujuan untuk berkenalan. Saya bawa orang tua dan anak-anak saya kesini, agar semua tau kalo saya berniat baik terhadap Hana. Mungkin Hana saat ini bingung, orang yang tidak dikenal sama sekali, tapi tiba-tiba datang seperti ini" jelas dokter Farraz.
dokter Farraz menceritakan secara runut dan garis besar bagaimana pertemuannya dengan Hana. Semua orang yang hadir disana mendengarkan penuturan dokter Farraz.
"Kita sudah sama-sama dewasa Hana, rasanya tidak elok berkenalan bak dua insan muda. Jadi saya langsung bawa kedua orang tua dan anak-anak agar bisa ikut juga berkenalan sama kamu. Jika setuju dengan perkenalan ini, maka orang tua dan anak-anak yang akan melanjutkan perkenalan hingga kejenjang berikutnya. Tiga hari lagi saya akan ada tugas selama enam bulan kedepan, tidak pulang ke rumah karena keluar kota" lanjut dokter Farraz.
"Selain berkenalan, apa ada maksud lain yang ingin Mas Farraz sampaikan?" tembak Bapak.
"Tentunya setelah saling mengenal satu sama lain, saya ingin menjadikan Hana pendamping hidup saya kelak. Sudah merasa sreg, tapi kita kan perlu saling mengenal satu sama lain sebelum ketahap selanjutnya. Kita juga bukan benar-benar sendiri, tapi sudah ada anak-anak. Jadinya pasti banyak yang perlu disatukan persepsinya. Kita tidak hanya berpikir sebagai pasangan saja, tapi anak-anak juga harus menerima kita sebagai orang tua sambung" kata dokter Farraz secara gamblang.
Semua terkesima dengan ucapan gentleman ala dokter Farraz, bahkan orang tua Hana dan orang tua dokter Farraz tampak matanya terlihat berkaca-kaca.
Hati Hana bergemuruh, tidak tau apa yang harus dia jawab, mulutnya tercekat hingga tak mampu mengeluarkan suara, otaknya tetiba blank sehingga tidak bisa berpikir cepat terhadap ajakan dokter Farraz.
"Hana tidak harus terburu-buru untuk menjawab perkenalan ini. Farraz memang seperti itu, cara bicaranya gamblang dan tanpa basa basi. Maaf kalo membuat keluarga Hana tidak nyaman" langsung Abinya Farraz memecah suasana kaku yang ada.
"Iya Hana.. kali ini kami hanya berniat bersilaturahim saja, tidak perlu menjadi beban pikiran untuk Hana dan keluarga. Terima kasih kami sudah diterima dengan baik, meskipun belum pernah kenal, rasanya sudah seperti saudara" tambah Umminya Farraz.
Hana hanya menyunggingkan senyuman saja. Hanya itu yang dia bisa.
"Hana.. jangan takut dan khawatir, kamu berhak memutuskan apa yang terbaik buat hidup kamu. Saya ga akan memaksa. Kita semua akan menghormati segala keputusan yang akan kamu buat" tambah dokter Farraz.
Hana mulai akan bersuara.
"Bapak.. Ibu.. dokter Farraz.. terima kasih sudah sudi berkenalan dengan saya dan keluarga, karena niatan ini sangat tiba-tiba, jadi saya belum bisa memberikan jawaban. Jika hendak berkenalan silahkan saja, tapi untuk lebih jauhnya, kita jalani dulu sewajarnya" akhirnya Hana angkat bicara.
Semua hanya bisa menganggukkan kepala tanda menerima ucapannya Hana.
.
Setelah keluarga dokter Farraz pamit, Hana masuk ke kamar. Sudah jam sepuluh malam. Anaknya tengah tertidur karena besok sekolah pagi.
Hana melirik kearah putrinya yang tertidur pulas disampingnya kemudian Hana memeluknya dari belakang dan ikut tertidur pulas.
.
Pagi harinya Hana mendapatkan sebuah pesan masuk ke HP nya.
#Assalamualaikum Hana, hari Sabtu ini kamu kerja?# isi chat yang diterima Hana dari nomer yang tidak dikenal.
#Waalaikumsalam, maaf ini dengan siapa, nomernya belum saya kenal# jawab Hana.
#Saya Farraz, tolong disimpan ya nomer saya# lanjut ketik dokter Farraz.
#dokter tau nomer saya dari mana? kayanya saya ga kasih ya kemarin# lanjut Hana.
#Bapak, jangan marah ke Bapak, saya yang memang memaksa minta nomer kamu# ucap dokter Farraz.
"Ya Allah kenapa Bapak antusias amat ya sama dokter Farraz, Bapak kan tau kalo selama ini ga mau kasih nomer ke lelaki.. tapi ya namanya orang tua.. pasti ingin yang terbaik untuk anaknya. Bisa jadi Bapak menilai dokter Farraz itu orang baik" kata Hana dalam hatinya.
#Sabtu ini saya masuk kerja dok, ada keperluan apa ya?# tanya Hana.
#Mau ajak kamu dan keluarga makan siang, sebagai balasan makan malam kemarin. Sekalian saya mau quality time dengan keluarga sebelum saya berangkat tugas# jelas dokter Farraz.
#Maaf tidak bisa dok, sudah dulu ya dok, saya harus siap-siap urus rumah dan anak sebelum berangkat kerja# pamit Hana.
#Oke# jawab dokter Farraz.
.
Rupanya dokter Farraz ga pantang menyerah, setelah mendapatkan penolakan dari Hana, beliau langsung menghubungi Bapaknya Hana.
Alasan utamanya sama seperti yang diutarakan ke Hana, sehingga Bapak paham apa tujuannya dokter Farraz.
.
Saat sarapan di rumah dokter Farraz.
"Hana sepertinya tidak nyaman sama perkenalan kita semalam" ucap Umminya dokter Farraz.
"Kaget kayanya.. bukan tidak suka.. paling tidak ya itu yang bisa Abi liat" sahut Abinya dokter Farraz.
"Kita kan belum tau bagaimana pernikahannya yang dulu, sekilas Raz liat dia punya trauma terhadap laki-laki, dari sorot matanya keliatan banget" jawab dokter Farraz.
"Kamunya juga jangan terlalu ngejar yang malah nanti jadi boomerang kedepannya. Kalo sudah tau dia punya trauma, harus bermain selow dan cantik Raz" saran Abi.
"Betul apa kata Abi kamu Raz, Ummi menilai Hana itu wanita yang baik, hanya ada masa lalu yang kurang baik saja" lanjut Umminya dokter Farraz.
.
Sepulang kerja, Bapak menyampaikan ke Hana jika hari Sabtu siang diundang oleh dokter Farraz kesebuah Restoran paling terkenal di kota ini. Sebagai balasan dari keluarga dokter Farraz dan pamitan dokter Farraz yang akan bertugas selama enam bulan kedepan.
Beribu alasan Hana berusaha menolak ajakan makan siang tersebut, tapi Bapak sudah menyiapkan beribu bantahan pula.
"Feeling orang tua tidak akan salah Hana, dulu ketika kamu menjalin hubungan dengan lelaki yang sudah malas Bapak sebut namanya itu, rasanya Bapak kurang sreg. Tapi apa mau dikata, kamu sudah kadung jatuh cinta sedalam-dalamnya. Orang tua mana yang tidak khawatir kalo anak gadisnya didatangi terus setiap hari bahkan diajak jalan. Makanya Bapak saat itu setuju saja jika kalian cepat menikah, daripada timbul fitnah" kata Bapak.
"Pak.. lelaki itu pintar mendekati didepannya. Hana sudah pernah punya pengalaman habis manis sepah dibuang. Jadi.. tolong Bapak jangan memaksa Hana untuk membuka hati ke dokter Farraz" jawab Hana.
"Bapak ga memaksa Hana, Bapak hanya ingin kamu mencoba membuka diri. Sudah cukup penderitaan kamu selama ini. Apa ga kasian sama masa depan anak kamu? katanya mau anak bisa sekolah tinggi. Dengan penghasilan kamu sekarang, rasanya ga akan cukup untuk menggapai keinginan itu. Kamu belum terlalu tua untuk kembali mengarungi bahtera rumah tangga Hana. Bapak hanya ingin kamu ada yang menjaga kelak. Bapak sudah tua.. ga akan selalu bisa jagain kamu dan cucu" ucap Bapaknya Hana sambil menahan kesedihannya.
Hana pun akhirnya terpaksa pasrah untuk setuju menghadiri undangan dokter Farraz. Nantinya dokter Farraz akan menyewakan mobil untuk keluarga Hana menuju Restoran. Ia sangat paham, kalo keluarga Hana tidak punya mobil dan pastinya akan repot jika naik kendaraan umum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 280 Episodes
Comments
Ani Supriadi
dokter faz...selow selow
2023-08-21
1
Siti Jubaedah
santai dong dok....🤭 Alon alon
2023-05-30
3
Lila Anggraini
masih menikmati alur ceritany, semoga ada benang merah antara kisah tokoh2ny
2023-05-29
3