Stetoskop 6, Perkenalan

Sudah bisa ditebak bagaimana reaksi keluarga besar Hana, terutama orang tuanya. Sumpah serapah dan amarah dari Bapak cukup membuat Hana merasa tak ada guna hidupnya, wajar reaksi Bapak seperti itu. Anak perempuan yang dibesarkan dengan cinta kasih, harus bernasib malang, dicampakkan oleh suaminya sendiri seperti binatang.

Rasanya sampah yang kotor saja ditempatkan di tong sampah, tidak demikian dengan Hana yang ditalak kemudian kembali ke rumah orang tuanya tanpa penjelasan dari pihak keluarga suaminya Hana.

Depresi dan merasa sedih yang mendalam, dialami oleh Hana. Kembali dia diam, tidak menjelaskan banyak hal kecuali sebatas ditalak suaminya karena ada selisih pendapat yang berujung pada pertengkaran.

Sejak kepulangan Hana dan anaknya, tidak pernah ada kunjungan bahkan penjelasan dari pihak mantan suami dan keluarganya, jangankan bertatap muka langsung, via telepon pun tidak. Apalagi biaya hidup, semua Hana tanggung sendiri dibantu oleh keluarganya.

Tidak lama berselang, ada kawan lamanya mengajak bekerja disebuah Klinik dokter 24 jam, tugas Hana sebagai administrasi disana. Mencatat data pasien, persediaan obat bahkan diperbantukan untuk hal-hal yang berkaitan dengan berbagai laporan.

Setelah satu tahun bekerja di Klinik, Hana akhirnya memberanikan diri untuk mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama, guna kenyamanan hatinya. Secara agama memang sudah jatuh talak cerai terhadap dirinya, tapi Hana ingin jelas juga statusnya secara hukum administrasi negara. Uang yang dia sisihkan jika dapat lemburan dan bonus, dikumpulkan sedikit demi sedikit hingga bisa mendaftarkan perceraiannya di Pengadilan Agama.

Keluarga Hana mendukung keputusan Hana, mereka memang sudah menunggu-nunggu keberanian Hana untuk melangkah ke Pengadilan Agama, tapi tidak mau keputusan itu berasal dari desakan keluarga. Semua menghormati jika Hana masih menimbang-nimbang rasa terhadap mantan suaminya.

Gugatan cerai pun dikabulkan pihak Pengadilan Agama, karena mantan suami tidak jelas tempat tinggalnya (Hana akhirnya berkunjung ke rumah mantan mertuanya untuk membicarakan perihal gugatan cerai terhadap mantan suaminya, tapi jawaban pihak keluarga amat mencengangkan, mereka mengatakan jika anaknya sudah tidak pernah balik ke rumah sejak menjatuhkan talak cerai ke Hana. Bahkan tidak pernah ada komunikasi sehingga keberadaannya pun tidak ada yang tau). Atas saran Pengadilan Agama, diputuskan jika mantan suaminya ghoib (tidak diketahui keberadaannya). Tidak bertele-tele, cukup sekali sidang saja sudah diputuskan Hana menyandang status baru.

Pastinya semua keluarga besar Hana sangat bahagia dengan keputusan Pengadilan Agama ini. Sudah memenuhi rasa keadilan untuk Hana yang dicerai dan ditinggalkan begitu saja.

Sempat Hana merasa malu dan minder dengan status jandanya. Sekuat-kuatnya dia menahan gejolak itu, tetap pernah terpikir juga.

Tapi Hana mencoba untuk segera bangkit, menurutnya anak akan semakin besar, hingga pastinya dokumen-dokumen negara amat diperlukan secara jelas. Oleh karena itu, Hana langsung membuat kartu keluarga dan KTP baru yang berdomisili di rumah orang tuanya.

Mencoba menerima status jandanya meskipun di masyarakat, status tersebut dianggap hina. Biarlah orang berkata apa, karena mereka tidak tau apa yang terjadi dalam rumah tangga Hana hingga akhirnya berakhir dengan kata perceraian.

➡️

Hidup sebagai single mother sudah dijalani selama tiga tahun belakangan ini. Kadang merasa banyak keajaiban dalam hidupnya, Allah seakan memberikan kekuatan super buatnya untuk menghadapi segala permasalahan hidup. Walaupun sekarang dunianya lebih sempit, yaitu hanya berkutat di rumah dan Klinik saja, dia tetap merasa nyaman dan bahagia.

Sudah tiga tahun ini dalam kamus hidupnya tidak kenal berkunjung ke Mall (membeli baju anaknya di pasar), menonton di bioskop pun sudah tidak pernah lagi (padahal dulu rutin sebulan sekali nonton bioskop), boro-boro kenal skincare, cukup bedak bayi yang dia pakai ke wajahnya plus pulasan lipstik yang diirit pakai hingga empat bulan.

Semua kesenangan dunia, sudah dia kubur dalam-dalam sejak hidupnya berantakan. Yang terpenting bisa bantu masak di rumah orang tua dan menyekolahkan anak sudah lebih dari cukup.

Hana yang pembawaannya baik, tentu ada saja tetangga yang mencoba untuk berkenalan lebih lanjut. Tapi ketakutan dan rasa trauma terhadap lelaki membuatnya tidak berani melangkah apalagi mencoba menjalin hubungan dengan lawan jenis.

Alarm jam dua malam, menghentikan segala lamunan Hana. Ia segera bangkit untuk wudhu dan melaksanakan sholat tahajud, sejak cobaan menerpa ia tak pernah absen curhat dini hari dengan RabbNya.

.

Pagi ini seperti biasa, setelah mengantarkan anak ke sekolah (memakai motor milik Bapaknya). Hana bergegas menuju Klinik. Ada tugas tambahan membersihkan Klinik, orang yang biasa bersih-bersih sudah mengundurkan diri karena sudah hamil besar dan akan pulang ke kampung halaman.

Tidak lupa orang tua Hana memintanya untuk pulang lebih awal karena keluarga Farraz akan datang bertamu malam ini. Hana hanya bisa pasrah, ia sudah bertekad untuk mencoba berkenalan dengan sang tamu yang tidak ia kenal sama sekali. Bukan karena tamu itu seorang dokter dan sepertinya berasal dari keluarga berada, tapi terbesit rasa penasaran karena melihat Bapak amat sangat bahagia setiap bercerita tentang dokter Farraz. Hana tidak mau banyak berpikir jauh dulu, biarlah semua mengalir apa adanya.

Klinik tempat Hana bekerja juga sekarang ada buka praktek bidan, keponakan pemilik Klinik adalah seorang bidan. Jadinya Klinik mulai ramai.

Detik demi detik, menit demi menit hingga jam terus berputar, Hana malah merasakan ketakutan saat jam menujukkan pukul empat sore, saatnya pulang. Segala keyakinan sudah dia tekadkan untuk mencoba memulai berkenalan, tapi rasa tidak percaya terhadap laki-laki kembali memenuhi relung hati dan pikirannya.

"Ayo Hana.. paling tidak, kamu sudah berusaha membuka diri. Toh semua pilihan ada ditangan kamu. Lelaki itu memang berhak untuk mengenal kamu bahkan serius kejenjang pernikahan, tapi kamu yang memutuskan untuk menerima atau menolak. Jangan kecewakan orang tua dan keluarga kamu Hana... sudah cukup mereka mendapatkan cibiran dari masyarakat karena status kamu. Sekarang berani move on Hana.. paling tidak lakukan demi orang tua..." Hana berbicara seorang diri, menyemangati hati agar mampu berdamai dengan situasi dan kondisi yang akan dia hadapi.

Dalam perjalanan pulang, Hana melantunkan do'a sebisanya saja, karena otaknya seakan sulit untuk berpikir dan mengingat do'a-do'a penenang hati. Ia hanya berharap bisa agak tenang dalam kegamangan hatinya.

Sesampainya di rumah, semua keluarga sudah berkumpul, ada riuh rendah suara keponakan dan harum masakan Ibu yang rasanya super menggugah selera.

Tepat jam setengah delapan malam, keluarga inti dokter Farraz datang ke rumah orang tuanya Hana. Ada kedua orangtuanya serta dua anaknya turut serta.

Setelah berkenalan singkat, semua melanjutkan ke acara makan malam bersama. Ibu membuat capcay, balado telur dan kerupuk untuk disantap malam ini, hidangan sederhana karena memang inilah kemampuan mereka menjamu tamu. Buah yang ada pun hanya pepaya, itupun boleh metik di halaman depan rumah yang kebetulan ada yang matang.

Padahal inilah kali pertama kedua keluarga ini berjumpa, bahkan belum saling kenal sebelumnya, tapi semua langsung akrab begitu saja.

Pembawaan dan ucapan dokter Farraz sangatlah sopan, sehingga semua keluarga Hana bak tersihir, ditambah badan yang lumayan bagus dengan tinggi sekitar seratus tujuh puluh lima centimeter ditambah wajahnya yang lumayan rupawan diusianya sekarang.

Hana memilih duduk dipojokan ruang tamu (kursi semua dikeluarkan agar bisa duduk lesehan sehingga bisa muat banyak orang), sambil sesekali melayani para keponakannya yang ikut makan juga.

dokter Farraz mencuri-curi pandang ke Hana, makin dipandang, makin ia jatuh cinta. Ditambah ketika melihat bagaimana cara Hana melayani keponakan yang masih kecil dengan sangat telaten dan sabar.

Rasa keyakinan dokter Farraz pun makin bertambah untuk mengenal Hana lebih jauh lagi. Baginya Hana adalah wanita yang tepat untuk mendampinginya menghabiskan sisa umurnya dan bisa membantu membesarkan anak-anak yang banyak kehilangan sosok figur seorang Ibu.

Setelah selesai makan, keluarga Hana merapihkan makanan dan Hana juga ikut merapihkan.

"Hana, sini dulu, nanti biar yang lain merapihkan piring dan makanan" pinta Bapak.

Segera Hana duduk didekat Bapak.

"Baiklah Mas Farraz, ini Hana anak kandung Bapak, katanya mau berkenalan secara langsung... silahkan" ucap Bapak membuka pembicaraan.

"Baik Pak, saya langsung to the point saja ya Hana, kedatangan saya dan keluarga bertujuan untuk berkenalan. Saya bawa orang tua dan anak-anak saya kesini, agar semua tau kalo saya berniat baik terhadap Hana. Mungkin Hana saat ini bingung, orang yang tidak dikenal sama sekali, tapi tiba-tiba datang seperti ini" jelas dokter Farraz.

dokter Farraz menceritakan secara runut dan garis besar bagaimana pertemuannya dengan Hana. Semua orang yang hadir disana mendengarkan penuturan dokter Farraz.

"Kita sudah sama-sama dewasa Hana, rasanya tidak elok berkenalan bak dua insan muda. Jadi saya langsung bawa kedua orang tua dan anak-anak agar bisa ikut juga berkenalan sama kamu. Jika setuju dengan perkenalan ini, maka orang tua dan anak-anak yang akan melanjutkan perkenalan hingga kejenjang berikutnya. Tiga hari lagi saya akan ada tugas selama enam bulan kedepan, tidak pulang ke rumah karena keluar kota" lanjut dokter Farraz.

"Selain berkenalan, apa ada maksud lain yang ingin Mas Farraz sampaikan?" tembak Bapak.

"Tentunya setelah saling mengenal satu sama lain, saya ingin menjadikan Hana pendamping hidup saya kelak. Sudah merasa sreg, tapi kita kan perlu saling mengenal satu sama lain sebelum ketahap selanjutnya. Kita juga bukan benar-benar sendiri, tapi sudah ada anak-anak. Jadinya pasti banyak yang perlu disatukan persepsinya. Kita tidak hanya berpikir sebagai pasangan saja, tapi anak-anak juga harus menerima kita sebagai orang tua sambung" kata dokter Farraz secara gamblang.

Semua terkesima dengan ucapan gentleman ala dokter Farraz, bahkan orang tua Hana dan orang tua dokter Farraz tampak matanya terlihat berkaca-kaca.

Hati Hana bergemuruh, tidak tau apa yang harus dia jawab, mulutnya tercekat hingga tak mampu mengeluarkan suara, otaknya tetiba blank sehingga tidak bisa berpikir cepat terhadap ajakan dokter Farraz.

"Hana tidak harus terburu-buru untuk menjawab perkenalan ini. Farraz memang seperti itu, cara bicaranya gamblang dan tanpa basa basi. Maaf kalo membuat keluarga Hana tidak nyaman" langsung Abinya Farraz memecah suasana kaku yang ada.

"Iya Hana.. kali ini kami hanya berniat bersilaturahim saja, tidak perlu menjadi beban pikiran untuk Hana dan keluarga. Terima kasih kami sudah diterima dengan baik, meskipun belum pernah kenal, rasanya sudah seperti saudara" tambah Umminya Farraz.

Hana hanya menyunggingkan senyuman saja. Hanya itu yang dia bisa.

"Hana.. jangan takut dan khawatir, kamu berhak memutuskan apa yang terbaik buat hidup kamu. Saya ga akan memaksa. Kita semua akan menghormati segala keputusan yang akan kamu buat" tambah dokter Farraz.

Hana mulai akan bersuara.

"Bapak.. Ibu.. dokter Farraz.. terima kasih sudah sudi berkenalan dengan saya dan keluarga, karena niatan ini sangat tiba-tiba, jadi saya belum bisa memberikan jawaban. Jika hendak berkenalan silahkan saja, tapi untuk lebih jauhnya, kita jalani dulu sewajarnya" akhirnya Hana angkat bicara.

Semua hanya bisa menganggukkan kepala tanda menerima ucapannya Hana.

.

Setelah keluarga dokter Farraz pamit, Hana masuk ke kamar. Sudah jam sepuluh malam. Anaknya tengah tertidur karena besok sekolah pagi.

Hana melirik kearah putrinya yang tertidur pulas disampingnya kemudian Hana memeluknya dari belakang dan ikut tertidur pulas.

.

Pagi harinya Hana mendapatkan sebuah pesan masuk ke HP nya.

#Assalamualaikum Hana, hari Sabtu ini kamu kerja?# isi chat yang diterima Hana dari nomer yang tidak dikenal.

#Waalaikumsalam, maaf ini dengan siapa, nomernya belum saya kenal# jawab Hana.

#Saya Farraz, tolong disimpan ya nomer saya# lanjut ketik dokter Farraz.

#dokter tau nomer saya dari mana? kayanya saya ga kasih ya kemarin# lanjut Hana.

#Bapak, jangan marah ke Bapak, saya yang memang memaksa minta nomer kamu# ucap dokter Farraz.

"Ya Allah kenapa Bapak antusias amat ya sama dokter Farraz, Bapak kan tau kalo selama ini ga mau kasih nomer ke lelaki.. tapi ya namanya orang tua.. pasti ingin yang terbaik untuk anaknya. Bisa jadi Bapak menilai dokter Farraz itu orang baik" kata Hana dalam hatinya.

#Sabtu ini saya masuk kerja dok, ada keperluan apa ya?# tanya Hana.

#Mau ajak kamu dan keluarga makan siang, sebagai balasan makan malam kemarin. Sekalian saya mau quality time dengan keluarga sebelum saya berangkat tugas# jelas dokter Farraz.

#Maaf tidak bisa dok, sudah dulu ya dok, saya harus siap-siap urus rumah dan anak sebelum berangkat kerja# pamit Hana.

#Oke# jawab dokter Farraz.

.

Rupanya dokter Farraz ga pantang menyerah, setelah mendapatkan penolakan dari Hana, beliau langsung menghubungi Bapaknya Hana.

Alasan utamanya sama seperti yang diutarakan ke Hana, sehingga Bapak paham apa tujuannya dokter Farraz.

.

Saat sarapan di rumah dokter Farraz.

"Hana sepertinya tidak nyaman sama perkenalan kita semalam" ucap Umminya dokter Farraz.

"Kaget kayanya.. bukan tidak suka.. paling tidak ya itu yang bisa Abi liat" sahut Abinya dokter Farraz.

"Kita kan belum tau bagaimana pernikahannya yang dulu, sekilas Raz liat dia punya trauma terhadap laki-laki, dari sorot matanya keliatan banget" jawab dokter Farraz.

"Kamunya juga jangan terlalu ngejar yang malah nanti jadi boomerang kedepannya. Kalo sudah tau dia punya trauma, harus bermain selow dan cantik Raz" saran Abi.

"Betul apa kata Abi kamu Raz, Ummi menilai Hana itu wanita yang baik, hanya ada masa lalu yang kurang baik saja" lanjut Umminya dokter Farraz.

.

Sepulang kerja, Bapak menyampaikan ke Hana jika hari Sabtu siang diundang oleh dokter Farraz kesebuah Restoran paling terkenal di kota ini. Sebagai balasan dari keluarga dokter Farraz dan pamitan dokter Farraz yang akan bertugas selama enam bulan kedepan.

Beribu alasan Hana berusaha menolak ajakan makan siang tersebut, tapi Bapak sudah menyiapkan beribu bantahan pula.

"Feeling orang tua tidak akan salah Hana, dulu ketika kamu menjalin hubungan dengan lelaki yang sudah malas Bapak sebut namanya itu, rasanya Bapak kurang sreg. Tapi apa mau dikata, kamu sudah kadung jatuh cinta sedalam-dalamnya. Orang tua mana yang tidak khawatir kalo anak gadisnya didatangi terus setiap hari bahkan diajak jalan. Makanya Bapak saat itu setuju saja jika kalian cepat menikah, daripada timbul fitnah" kata Bapak.

"Pak.. lelaki itu pintar mendekati didepannya. Hana sudah pernah punya pengalaman habis manis sepah dibuang. Jadi.. tolong Bapak jangan memaksa Hana untuk membuka hati ke dokter Farraz" jawab Hana.

"Bapak ga memaksa Hana, Bapak hanya ingin kamu mencoba membuka diri. Sudah cukup penderitaan kamu selama ini. Apa ga kasian sama masa depan anak kamu? katanya mau anak bisa sekolah tinggi. Dengan penghasilan kamu sekarang, rasanya ga akan cukup untuk menggapai keinginan itu. Kamu belum terlalu tua untuk kembali mengarungi bahtera rumah tangga Hana. Bapak hanya ingin kamu ada yang menjaga kelak. Bapak sudah tua.. ga akan selalu bisa jagain kamu dan cucu" ucap Bapaknya Hana sambil menahan kesedihannya.

Hana pun akhirnya terpaksa pasrah untuk setuju menghadiri undangan dokter Farraz. Nantinya dokter Farraz akan menyewakan mobil untuk keluarga Hana menuju Restoran. Ia sangat paham, kalo keluarga Hana tidak punya mobil dan pastinya akan repot jika naik kendaraan umum.

Terpopuler

Comments

Ani Supriadi

Ani Supriadi

dokter faz...selow selow

2023-08-21

1

Siti Jubaedah

Siti Jubaedah

santai dong dok....🤭 Alon alon

2023-05-30

3

Lila Anggraini

Lila Anggraini

masih menikmati alur ceritany, semoga ada benang merah antara kisah tokoh2ny

2023-05-29

3

lihat semua
Episodes
1 Stetoskop 1, Permulaan
2 Stetoskop 2, Pada awalnya
3 Stetoskop 3, Masa lalu
4 Stetoskop 4, Masa kelam
5 Stetoskop 5, Kisahpun bermula
6 Stetoskop 6, Perkenalan
7 Stetoskop 7, Menjemput impian
8 Stetoskop 8, Realitanya ada
9 Stetoskop 9, Dinamika IGD
10 Stetoskop 10, Bertemu masa lalu
11 Stetoskop 11, Hari dan wanita
12 Stetoskop 12, Tugas dokter
13 Stetoskop 13, Para lelaki
14 Stetoskop 14, Tak sesuai bayangan
15 Stetoskop 15, Berbincang
16 Stetoskop 16, Rencana baru
17 Stetoskop 17, Merenung
18 Stetoskop 18, Sekelumit kisah
19 Stetoskop 19, Menyimpan cerita
20 Stetoskop 20, Keresahan
21 Stetoskop 21, Mencari jalan
22 Stetoskop 22, Dilema
23 Stetoskop 23, Putaran takdir
24 Stetoskop 24, Perubahan
25 Stetoskop 25, Kisahnya Barra
26 Stetoskop 26, Penolakan
27 Stetoskop 27, Demi masa depan
28 Stetoskop 28, Dan terjadilah..
29 Stetoskop 29, Perbaikan
30 Stetoskop 30, Kehilangan
31 Stetoskop 31, Menahan emosi
32 Stetoskop 32, Bicara
33 Stetoskop 33, Tragedi
34 Stetoskop 34, Rutinitas
35 Stetoskop 35, Duka
36 Stetoskop 36, Pertemuan
37 Stetoskop 37, Jalan berdua
38 Stetoskop 38, Hati ke hati
39 Stetoskop 39, Mencari
40 Stetoskop 40, Harus bisa
41 Stetoskop 41, Menuju yang lebih baik
42 Stetoskop 42, Langkah
43 Stetoskop 43, Berjuang
44 Stetoskop 44, Mengenal
45 Stetoskop 45, Penjajakan
46 Stetoskop 46, Keadaan
47 Stetoskop 47, Terkuak
48 Stetoskop 48, Kedua kalinya
49 Stetoskop 49, Seperti biasa
50 Stetoskop 50, Musibah
51 Stetoskop 51, Melihat dari berbagai sisi
52 Stetoskop 52, Keras hati
53 Stetoskop 53, Berduaan
54 Stetoskop 54, Rejeki tidak hanya berupa uang
55 Stetoskop 55, Akhirnya..
56 Stetoskop 56, Keputusan
57 Stetoskop 57, Menuju halal
58 Stetoskop 58, Menyerahkan
59 Stetoskop 59, Bercerita masa lalu
60 Stetoskop 60, Gosip
61 Stetoskop 61, Menuju bahagia
62 Stetoskop 62, Pengantin baru
63 Stetoskop 63, Cinta
64 Stetoskop 64, Jumpa lagi
65 Stetoskop 65, Antara bahagia dan kecewa
66 Stetoskop 66, Pendekatan
67 Stetoskop 67, Rasa sayang
68 Stetoskop 68, Pasangan?
69 Stetoskop 69, Peristiwa
70 Stetoskop 70, Pelepasan PPDS
71 Stetoskop 71, Kesempatan baru
72 Stetoskop 72, Penyesuaian
73 Stetoskop 73, Diskusi masa lalu
74 Stetoskop 74, Berjumpa
75 Stetoskop 75, Kegiatan
76 Stetoskop 76, Malam ini
77 Stetoskop 77, Babak baru
78 Stetoskop 78, Bertemu lagi
79 Stetoskop 79, Langkah selanjutnya
80 Stetoskop 80, Takut
81 Stetoskop 81, Menemani
82 Stetoskop 82, Mengusik hati
83 Stetoskop 83, Hampir aja
84 Stetoskop 84, Terselamatkan
85 Stetoskop 85, "Kesasar"
86 Stetoskop 86, Dunia milik berdua
87 Stetoskop 87, Setan berbisik
88 Stetoskop 88, Bertemu
89 Stetoskop 89, Campur aduk
90 Stetoskop 90, Aku berhak atas rasaku
91 Stetoskop 91, Nikah Yukkkk
92 Stetoskop 92, Lembaran baru
93 Stetoskop 93, Kembali bersama
94 Stetoskop 94, Rangkaian cerita
95 Stetoskop 95, Tembung
96 Episode 96, Ricuh
97 Stetoskop 97, Pendekatan
98 Stetoskop 98, Perbincangan
99 Stetoskop 99, Gamang
100 Stetoskop 100, Membuka hati
101 Stetoskop 101, Ricuh
102 Stetoskop 102, Menjelang hari H
103 Stetoskop 103, Rencana busuk
104 Stetoskop 104, Di rumah
105 Stetoskop 105, Ketahuan
106 Stetoskop 106, Kesibukan di hari Sabtu
107 Stetoskop 107, Kondangan
108 Stetoskop 108, Ciuman pertama
109 Stetoskop 109, Kembali
110 Stetoskop 110, Kurang fit
111 Stetoskop 111, Miskom
112 Stetoskop 112, Berdebat
113 Stetoskop 113, Pria gila
114 Episode 114, Di Rumah Sakit
115 Stetoskop 115, Jalan pulang
116 Stetoskop 116, Percakapan mendalam
117 Stetoskop 117, Membahas tentang nikah
118 Stetoskop 118, Edisi curhat
119 Stetoskop 119, Resign
120 Stetoskop 120, Touring
121 Stetoskop 121, Sharing ilmu
122 Stetoskop 122, Teman
123 Stetoskop 123, Breaking news
124 Stetoskop 124, Duka menggelayut
125 Stetoskop 125, Sepanjang gang
126 Stetoskop 126, Tidak bersedia
127 Stetoskop 127, Pemakaman
128 Stetoskop 128, Bermuka dua
129 Stetoskop 129, Masih ramai
130 Stetoskop 130, Berjumpa
131 Stetoskop 131, Di kamar Bhree
132 Stetoskop 132, Yang muda yang bercinta
133 Stetoskop 133, Ketahuan
134 Stetoskop 134, ICU
135 Episode 135, Tahap pemulihan
136 Stetoskop 136, Ruang rawat
137 Stetoskop 137, Kecurigaan
138 Stetoskop 138, I love you
139 Stetoskop 139, Tetirah
140 Stetoskop 140, Berbincang
141 Stetoskop 141, Pulang
142 Stetoskop 142, Kangen
143 Stetoskop 143, Bersamamu
144 Stetoskop 144, Berkegiatan
145 Stetoskop 145, Terkuak
146 Stetoskop 146, Berdekatan
147 Stetoskop 147, Ngedate
148 Stetoskop 148, Kencan
149 Stetoskop 149, Emosi jiwa
150 Stetoskop 150, Ada-ada saja
151 Stetoskop 151, Duduk bersama
152 Stetoskop 152, Nakal
153 Stetoskop 153, Komitmen baru
154 Stetoskop 154, Panggilan darurat
155 Stetoskop 155, Berangkat
156 Stetoskop 156, Kehebohan
157 Stetoskop 157, Mau menikah
158 Stetoskop 158, Temu kangen
159 Stetoskop 159, Tak disangka
160 Stetoskop 160, Maaf
161 Stetoskop 161, Gawat
162 Stetoskop 162, Menggelitik jiwa
163 Stetoskop 163, Kesibukan menjelang pernikahan
164 Stetoskop 164, Perbincangan laki-laki
165 Stetoskop 165, Menegang
166 Stetoskop 166, Ambang kesabaran
167 Stetoskop 167, Persiapan
168 Stetoskop 168, H-1
169 Stetoskop 169, Tegang
170 Stetoskop 170, Sah
171 Stetoskop 171, Ramah tamah
172 Stetoskop 172, Caption
173 Stetoskop 173, Kegiatan pasangan
174 Stetoskop 174, Full of love
175 Stetoskop 175, Jumpa lagi
176 Stetoskop 176, Ricuh
177 Stetoskop 177, Penjelasan
178 Stetoskop 178, Di Solo
179 Stetoskop 179, Warna warni kehidupan pasangan
180 Stetoskop 180, Ribut lagi
181 Stetoskop 181, Mantu dan mertua
182 Stetoskop 182, Kesibukan dokbar
183 Stetoskop 183, Manja
184 Stetoskop 184, Bertengkar
185 Stetoskop 185, Pembicaraan tepi jurang
186 Stetoskop 186, Hiburan
187 Stetoskop 187, Ruwet
188 Stetoskop 188, Kesibukan harian dokbar
189 Stetoskop 189, Edisi curhat
190 Stetoskop 190, Rahasia yang terkuak
191 Stetoskop 191, Quality time
192 Stetoskop 192, Obrolan penting
193 Stetoskop 193, Pesona Barra
194 Stetoskop, kegiatan Bhree
195 Stetoskop 195, Perkembangan
196 Stetoskop 196, Hidup baru Tama
197 Stetoskop 197, Perbincangan keluarga
198 Stetoskop 198, Curhatan Barra
199 Stetoskop 199, Isu yang tak hangat
200 Stetoskop 200, Pandangan terhadap Barra
201 Stetoskop 201, Di rumah Prof Andjar
202 Stetoskop 202, Menuju bahagia
203 Stetoskop 203, Dunia masing-masing
204 Stetoskop 204, Kehidupan
205 Stetoskop 205, Kegiatan seperti biasa
206 Stetoskop 206, Lelah
207 Stetoskop 207, Menggelitik kalbu
208 Stetoskop 208, Mikir
209 Stetoskop 209, Obrolan yang ga penting
210 Stetoskop 210, Berita menggelegar
211 Stetoskop 211, Mellow
212 Stetoskop 212, Bola panas
213 Stetoskop 213, Kebaikan
214 Stetoskop 214, Menahan emosi
215 Stetoskop 215, Pelan tapi pasti
216 Stetoskop 216, Berbeda
217 Stetoskop 217, Karena masa lalu
218 Stetoskop 218, Sedikit mereda
219 Stetoskop 219, Perbincangan
220 Stetoskop 220, Kejadian tak biasa
221 Stetoskop 221, Kabar duka
222 Stetoskop 222, Kejadian luar biasa
223 Stetoskop 223, Keajaiban itu ada
224 Stetoskop 224, Perbincangan
225 Stetoskop 225, Jenguk
226 Stetoskop 226, Tak seperti yang diharapkan
227 Stetoskop 227, Terus terang
228 Stetoskop 228, Berkunjung
229 Stetoskop 229, Belum ada titik terang
230 Stetoskop 230, Bintangnya
231 Stetoskop 231, Ngobrol santai
232 Stetoskop 232, Rahasia terbongkar lagi
233 Stetoskop 233, Dukacita
234 Stetoskop 234, Ada aja kendalanya
235 Stetoskop 235, Di rumah aja
236 Stetoskop 236, Masih panas
237 Stetoskop 237, Emosi dokbar
238 Stetoskop 238, dokbar hari ini
239 Stetoskop 239, Dilema lagi
240 Stetoskop 240, Masih belum nyaman
241 Stetoskop 241, Obrolan
242 Stetoskop 242, Tambah pusing
243 Stetoskop 243, Tidak terlibat
244 Stetoskop 244, IGD
245 Stetoskop 245, Saat ini
246 Stetoskop 246, Kamar VVIP
247 Stetoskop 247, Kematian di IGD
248 Stetoskop 248, Suasana terkini
249 Stetoskop 249, Akhirnyaaa
250 Stetoskop 250, Ambulans
251 Stetoskop 251, Drama yang berakhir juga
252 Stetoskop 252, Pengakuan
253 Stetoskop 253, Mengiris perih
254 Stetoskop 254, Duka mendalam
255 Stetoskop 255, Menyembuhkan luka
256 Stetoskop 256, Pengumuman mengejutkan
257 Stetoskop 257, Mencoba berdamai
258 Stetoskop 258, Masih gamang
259 Stetoskop 259, Keputusan
260 Stetoskop 260, Oh begitu....
261 Stetoskop 261, Memaafkan
262 Stetoskop 262, Berdua dengan segala ceritanya
263 Stetoskop 263, Berdamai
264 Stetoskop 264, dokbar on duty
265 Stetoskop 265, Persiapan
266 Stetoskop 266, Berita lagi
267 Stetoskop 267, Waktu bersama
268 Stetoskop 268, Sowan kesana kemari
269 Stetoskop 269, Mengakhiri bab di Cinta Medika
270 Episode 270, Duka diujung senja
271 Stetoskop 271, Mencari jalan tengah
272 Stetoskop 272, Perpisahan dan pertemuan
273 Stetoskop 273, Cemburu
274 Stetoskop 274, Legowo
275 Stetoskop 275, Bertemu kawan lama
276 Stetoskop 276, Kumpul lagi
277 Stetoskop 277, Mumet lagi
278 Stetoskop 278, Berita yang membuat pening
279 Stetoskop 279, Mencoba menyelesaikan masalah
280 Stetoskop 280, Sampai disini
Episodes

Updated 280 Episodes

1
Stetoskop 1, Permulaan
2
Stetoskop 2, Pada awalnya
3
Stetoskop 3, Masa lalu
4
Stetoskop 4, Masa kelam
5
Stetoskop 5, Kisahpun bermula
6
Stetoskop 6, Perkenalan
7
Stetoskop 7, Menjemput impian
8
Stetoskop 8, Realitanya ada
9
Stetoskop 9, Dinamika IGD
10
Stetoskop 10, Bertemu masa lalu
11
Stetoskop 11, Hari dan wanita
12
Stetoskop 12, Tugas dokter
13
Stetoskop 13, Para lelaki
14
Stetoskop 14, Tak sesuai bayangan
15
Stetoskop 15, Berbincang
16
Stetoskop 16, Rencana baru
17
Stetoskop 17, Merenung
18
Stetoskop 18, Sekelumit kisah
19
Stetoskop 19, Menyimpan cerita
20
Stetoskop 20, Keresahan
21
Stetoskop 21, Mencari jalan
22
Stetoskop 22, Dilema
23
Stetoskop 23, Putaran takdir
24
Stetoskop 24, Perubahan
25
Stetoskop 25, Kisahnya Barra
26
Stetoskop 26, Penolakan
27
Stetoskop 27, Demi masa depan
28
Stetoskop 28, Dan terjadilah..
29
Stetoskop 29, Perbaikan
30
Stetoskop 30, Kehilangan
31
Stetoskop 31, Menahan emosi
32
Stetoskop 32, Bicara
33
Stetoskop 33, Tragedi
34
Stetoskop 34, Rutinitas
35
Stetoskop 35, Duka
36
Stetoskop 36, Pertemuan
37
Stetoskop 37, Jalan berdua
38
Stetoskop 38, Hati ke hati
39
Stetoskop 39, Mencari
40
Stetoskop 40, Harus bisa
41
Stetoskop 41, Menuju yang lebih baik
42
Stetoskop 42, Langkah
43
Stetoskop 43, Berjuang
44
Stetoskop 44, Mengenal
45
Stetoskop 45, Penjajakan
46
Stetoskop 46, Keadaan
47
Stetoskop 47, Terkuak
48
Stetoskop 48, Kedua kalinya
49
Stetoskop 49, Seperti biasa
50
Stetoskop 50, Musibah
51
Stetoskop 51, Melihat dari berbagai sisi
52
Stetoskop 52, Keras hati
53
Stetoskop 53, Berduaan
54
Stetoskop 54, Rejeki tidak hanya berupa uang
55
Stetoskop 55, Akhirnya..
56
Stetoskop 56, Keputusan
57
Stetoskop 57, Menuju halal
58
Stetoskop 58, Menyerahkan
59
Stetoskop 59, Bercerita masa lalu
60
Stetoskop 60, Gosip
61
Stetoskop 61, Menuju bahagia
62
Stetoskop 62, Pengantin baru
63
Stetoskop 63, Cinta
64
Stetoskop 64, Jumpa lagi
65
Stetoskop 65, Antara bahagia dan kecewa
66
Stetoskop 66, Pendekatan
67
Stetoskop 67, Rasa sayang
68
Stetoskop 68, Pasangan?
69
Stetoskop 69, Peristiwa
70
Stetoskop 70, Pelepasan PPDS
71
Stetoskop 71, Kesempatan baru
72
Stetoskop 72, Penyesuaian
73
Stetoskop 73, Diskusi masa lalu
74
Stetoskop 74, Berjumpa
75
Stetoskop 75, Kegiatan
76
Stetoskop 76, Malam ini
77
Stetoskop 77, Babak baru
78
Stetoskop 78, Bertemu lagi
79
Stetoskop 79, Langkah selanjutnya
80
Stetoskop 80, Takut
81
Stetoskop 81, Menemani
82
Stetoskop 82, Mengusik hati
83
Stetoskop 83, Hampir aja
84
Stetoskop 84, Terselamatkan
85
Stetoskop 85, "Kesasar"
86
Stetoskop 86, Dunia milik berdua
87
Stetoskop 87, Setan berbisik
88
Stetoskop 88, Bertemu
89
Stetoskop 89, Campur aduk
90
Stetoskop 90, Aku berhak atas rasaku
91
Stetoskop 91, Nikah Yukkkk
92
Stetoskop 92, Lembaran baru
93
Stetoskop 93, Kembali bersama
94
Stetoskop 94, Rangkaian cerita
95
Stetoskop 95, Tembung
96
Episode 96, Ricuh
97
Stetoskop 97, Pendekatan
98
Stetoskop 98, Perbincangan
99
Stetoskop 99, Gamang
100
Stetoskop 100, Membuka hati
101
Stetoskop 101, Ricuh
102
Stetoskop 102, Menjelang hari H
103
Stetoskop 103, Rencana busuk
104
Stetoskop 104, Di rumah
105
Stetoskop 105, Ketahuan
106
Stetoskop 106, Kesibukan di hari Sabtu
107
Stetoskop 107, Kondangan
108
Stetoskop 108, Ciuman pertama
109
Stetoskop 109, Kembali
110
Stetoskop 110, Kurang fit
111
Stetoskop 111, Miskom
112
Stetoskop 112, Berdebat
113
Stetoskop 113, Pria gila
114
Episode 114, Di Rumah Sakit
115
Stetoskop 115, Jalan pulang
116
Stetoskop 116, Percakapan mendalam
117
Stetoskop 117, Membahas tentang nikah
118
Stetoskop 118, Edisi curhat
119
Stetoskop 119, Resign
120
Stetoskop 120, Touring
121
Stetoskop 121, Sharing ilmu
122
Stetoskop 122, Teman
123
Stetoskop 123, Breaking news
124
Stetoskop 124, Duka menggelayut
125
Stetoskop 125, Sepanjang gang
126
Stetoskop 126, Tidak bersedia
127
Stetoskop 127, Pemakaman
128
Stetoskop 128, Bermuka dua
129
Stetoskop 129, Masih ramai
130
Stetoskop 130, Berjumpa
131
Stetoskop 131, Di kamar Bhree
132
Stetoskop 132, Yang muda yang bercinta
133
Stetoskop 133, Ketahuan
134
Stetoskop 134, ICU
135
Episode 135, Tahap pemulihan
136
Stetoskop 136, Ruang rawat
137
Stetoskop 137, Kecurigaan
138
Stetoskop 138, I love you
139
Stetoskop 139, Tetirah
140
Stetoskop 140, Berbincang
141
Stetoskop 141, Pulang
142
Stetoskop 142, Kangen
143
Stetoskop 143, Bersamamu
144
Stetoskop 144, Berkegiatan
145
Stetoskop 145, Terkuak
146
Stetoskop 146, Berdekatan
147
Stetoskop 147, Ngedate
148
Stetoskop 148, Kencan
149
Stetoskop 149, Emosi jiwa
150
Stetoskop 150, Ada-ada saja
151
Stetoskop 151, Duduk bersama
152
Stetoskop 152, Nakal
153
Stetoskop 153, Komitmen baru
154
Stetoskop 154, Panggilan darurat
155
Stetoskop 155, Berangkat
156
Stetoskop 156, Kehebohan
157
Stetoskop 157, Mau menikah
158
Stetoskop 158, Temu kangen
159
Stetoskop 159, Tak disangka
160
Stetoskop 160, Maaf
161
Stetoskop 161, Gawat
162
Stetoskop 162, Menggelitik jiwa
163
Stetoskop 163, Kesibukan menjelang pernikahan
164
Stetoskop 164, Perbincangan laki-laki
165
Stetoskop 165, Menegang
166
Stetoskop 166, Ambang kesabaran
167
Stetoskop 167, Persiapan
168
Stetoskop 168, H-1
169
Stetoskop 169, Tegang
170
Stetoskop 170, Sah
171
Stetoskop 171, Ramah tamah
172
Stetoskop 172, Caption
173
Stetoskop 173, Kegiatan pasangan
174
Stetoskop 174, Full of love
175
Stetoskop 175, Jumpa lagi
176
Stetoskop 176, Ricuh
177
Stetoskop 177, Penjelasan
178
Stetoskop 178, Di Solo
179
Stetoskop 179, Warna warni kehidupan pasangan
180
Stetoskop 180, Ribut lagi
181
Stetoskop 181, Mantu dan mertua
182
Stetoskop 182, Kesibukan dokbar
183
Stetoskop 183, Manja
184
Stetoskop 184, Bertengkar
185
Stetoskop 185, Pembicaraan tepi jurang
186
Stetoskop 186, Hiburan
187
Stetoskop 187, Ruwet
188
Stetoskop 188, Kesibukan harian dokbar
189
Stetoskop 189, Edisi curhat
190
Stetoskop 190, Rahasia yang terkuak
191
Stetoskop 191, Quality time
192
Stetoskop 192, Obrolan penting
193
Stetoskop 193, Pesona Barra
194
Stetoskop, kegiatan Bhree
195
Stetoskop 195, Perkembangan
196
Stetoskop 196, Hidup baru Tama
197
Stetoskop 197, Perbincangan keluarga
198
Stetoskop 198, Curhatan Barra
199
Stetoskop 199, Isu yang tak hangat
200
Stetoskop 200, Pandangan terhadap Barra
201
Stetoskop 201, Di rumah Prof Andjar
202
Stetoskop 202, Menuju bahagia
203
Stetoskop 203, Dunia masing-masing
204
Stetoskop 204, Kehidupan
205
Stetoskop 205, Kegiatan seperti biasa
206
Stetoskop 206, Lelah
207
Stetoskop 207, Menggelitik kalbu
208
Stetoskop 208, Mikir
209
Stetoskop 209, Obrolan yang ga penting
210
Stetoskop 210, Berita menggelegar
211
Stetoskop 211, Mellow
212
Stetoskop 212, Bola panas
213
Stetoskop 213, Kebaikan
214
Stetoskop 214, Menahan emosi
215
Stetoskop 215, Pelan tapi pasti
216
Stetoskop 216, Berbeda
217
Stetoskop 217, Karena masa lalu
218
Stetoskop 218, Sedikit mereda
219
Stetoskop 219, Perbincangan
220
Stetoskop 220, Kejadian tak biasa
221
Stetoskop 221, Kabar duka
222
Stetoskop 222, Kejadian luar biasa
223
Stetoskop 223, Keajaiban itu ada
224
Stetoskop 224, Perbincangan
225
Stetoskop 225, Jenguk
226
Stetoskop 226, Tak seperti yang diharapkan
227
Stetoskop 227, Terus terang
228
Stetoskop 228, Berkunjung
229
Stetoskop 229, Belum ada titik terang
230
Stetoskop 230, Bintangnya
231
Stetoskop 231, Ngobrol santai
232
Stetoskop 232, Rahasia terbongkar lagi
233
Stetoskop 233, Dukacita
234
Stetoskop 234, Ada aja kendalanya
235
Stetoskop 235, Di rumah aja
236
Stetoskop 236, Masih panas
237
Stetoskop 237, Emosi dokbar
238
Stetoskop 238, dokbar hari ini
239
Stetoskop 239, Dilema lagi
240
Stetoskop 240, Masih belum nyaman
241
Stetoskop 241, Obrolan
242
Stetoskop 242, Tambah pusing
243
Stetoskop 243, Tidak terlibat
244
Stetoskop 244, IGD
245
Stetoskop 245, Saat ini
246
Stetoskop 246, Kamar VVIP
247
Stetoskop 247, Kematian di IGD
248
Stetoskop 248, Suasana terkini
249
Stetoskop 249, Akhirnyaaa
250
Stetoskop 250, Ambulans
251
Stetoskop 251, Drama yang berakhir juga
252
Stetoskop 252, Pengakuan
253
Stetoskop 253, Mengiris perih
254
Stetoskop 254, Duka mendalam
255
Stetoskop 255, Menyembuhkan luka
256
Stetoskop 256, Pengumuman mengejutkan
257
Stetoskop 257, Mencoba berdamai
258
Stetoskop 258, Masih gamang
259
Stetoskop 259, Keputusan
260
Stetoskop 260, Oh begitu....
261
Stetoskop 261, Memaafkan
262
Stetoskop 262, Berdua dengan segala ceritanya
263
Stetoskop 263, Berdamai
264
Stetoskop 264, dokbar on duty
265
Stetoskop 265, Persiapan
266
Stetoskop 266, Berita lagi
267
Stetoskop 267, Waktu bersama
268
Stetoskop 268, Sowan kesana kemari
269
Stetoskop 269, Mengakhiri bab di Cinta Medika
270
Episode 270, Duka diujung senja
271
Stetoskop 271, Mencari jalan tengah
272
Stetoskop 272, Perpisahan dan pertemuan
273
Stetoskop 273, Cemburu
274
Stetoskop 274, Legowo
275
Stetoskop 275, Bertemu kawan lama
276
Stetoskop 276, Kumpul lagi
277
Stetoskop 277, Mumet lagi
278
Stetoskop 278, Berita yang membuat pening
279
Stetoskop 279, Mencoba menyelesaikan masalah
280
Stetoskop 280, Sampai disini

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!