H-4 keberangkatan tugas negara, dokter Raz hari ini sudah agak santai, karena masuk waktu cuti dari semua jadwal praktek di semua Rumah Sakit tempat beliau praktek. Tadi pagi beliau menyempatkan diri untuk mengantar kedua anaknya ke sekolah.
Sebenarnya masih banyak yang harus dipersiapkan, termasuk quality time bersama anak-anak. Memang sudah ada teknologi canggih sekarang ini sehingga jarak bukanlah penghalang dalam berkomunikasi, tapi pasti akan terasa berbeda menyapa anak-anak via teknologi video call dan lainnya dibandingkan menyapa secara langsung.
Anak-anak sudah sangat memahami kesibukan ayahandanya sejak mereka kecil, sehingga mereka menerima penugasan serta konsekuensi berjauhan dengan dokter Raz selama kurang lebih enam bulan kedepan.
HP dokter Raz berbunyi, tanda ada pesan masuk.
#Assalamualaikum dok Raz, sudah cuti ya?# chat masuk ke HP nya dari orang tua salah satu pasien yang sudah cukup dekat karena sekeluarga adalah pasiennya dokter Raz.
#Waalaikumsalam, ya Bunda, sudah saya informasikan sejak sebulan yang lalu ya# balas dokter Raz.
#dokter Raz jadi keliling Indonesia? Yah Faez gimana nih dok, kalo ke dokter lain ga cocok# lanjut orang tua pasien.
#Sama saja Bunda, semua dokter punya kemampuan yang sama. Nanti jika ke dokter lain, bisa minta diresepkan dengan obat yang sama seperti yang saya berikan. Hak pasien untuk mendapatkan medikasi yang sudah pernah didapatkan dan merasa lebih baik dosis seperti itu. Semoga Faez sehat terus ya, jadi ga perlu ke dokter# lanjut dokter Raz.
#Terima kasih do'anya dok... dokter anak paling top banget deh, tapi kalo mau konsultasi via chat tetap mau jawab kan ya? seperti biasa dok# tulis orang tua pasien.
#InsyaAllah semua chat akan saya usahakan untuk dijawab, tapi kalo slowres, mohon maklum ya, karena memang jadwal saya sangat padat# jawab dokter Raz.
#Sukses terus ya dokter Raz sama misinya, cepat balik ke Jakarta, banyak pasien menantikan dokter Raz comeback# kata orang tua pasien.
#Terima kasih Bunda untuk do'anya, do'a yang sama buat semua pasien dan keluarganya# lanjut dokter Raz.
Setelah merapihkan berkas yang akan dibawa, dokter Raz pamitan ke orang tuanya sekaligus meminta do'a restu karena hari ini sudah bertekad akan melangkahkan kakinya ke rumah wanita misterius yang telah menggelitik hati dan pikirannya.
Sengaja dokter Raz membawa motor, karena rumah wanita tersebut terletak di jalan yang hanya muat satu mobil.
Setelah memarkir motor dengan rapih tepat di depan rumah, bergegas beliau berdiri di pagar dan mengucapkan salam.
"Assalamualaikum..." sapa dokter Raz.
"Waalaikumussalam.... cari siapa ya Mas?" Lelaki berumur dengan rambut penuh uban bertanya.
"Maaf sebelumnya Pak, motor saya parkir didepan rumah apa tidak masalah? saya mau bertamu ke rumah Bapak" tutur dokter Raz dengan sopan.
"Masukkan saja ke halaman sini" jawab Bapak tersebut.
Segera motor dipindahkan oleh dokter Raz, dari jalan masuk kedalam halaman terbuat dari peluran semen. Setelah itu, Bapak tua tersebut mempersilahkan dokter Raz untuk duduk di teras rumahnya yang hanya berisi dua kursi bambu dengan meja kecil.
"Cari siapa Mas?" ulang Bapak tersebut bertanya penuh tanda tanya karena belum pernah melihat dan mengenal dokter Raz.
"Saya perkenalkan diri dulu ya Pak, nama saya Farraz, saya mencari salah satu penghuni di rumah ini" jawab dokter Raz sambil berjabat tangan dengan Bapak tersebut.
"Siapa? apa ada keluarga Bapak yang membuat masalah dengan Mas ini?" tanya Bapak tersebut hati-hati.
"Tidak ada yang bermasalah dengan saya Pak. Jujur saya juga belum kenal dan belum tau namanya, tapi saya punya fotonya..." kata dokter Raz sambil mengeluarkan HP dan menunjukkan foto ke Bapak tersebut.
"Mas ada keperluan apa dengan anak saya?" tarikan wajah Bapak tersebut tampak tidak bersahabat dan intonasinya agak sedikit emosi.
"Maaf sebelumnya Pak, maaf jika dianggap saya lancang dan kurang sopan, saya tidak ada niat jahat terhadap putri Bapak..." dokter Raz kemudian menceritakan kejadian tiga hari yang lalu.
Secara runut dan jelas, semua cerita mengalir dari bibir dokter Raz, Bapak mendengarkan cerita dengan seksama, hanya tampak anggukan kepala tanpa menyelak cerita dari dokter Raz.
"Jadi maksudnya Mas Farraz mau berkenalan dengan putri Bapak itu untuk apa?" tembak Bapak tersebut.
"Saya ingin mengenalnya Pak, jujur saya sudah jatuh hati saat melihatnya di jalan. Maaf sebelumnya.. apa putri Bapak sudah bersuami?" tanya dokter Raz hati-hati.
"Dia ibu tunggal dengan satu orang anak perempuan. Mas Farraz sendiri apa sudah beristri?" ujar Bapak.
"Saya juga single parent dengan dua orang anak, istri saya meninggal lima tahun yang lalu" jawab dokter Raz.
Terasa beban didada dokter Raz sedikit berkurang mendengar wanita yang sudah berhasil mencubit hatinya bukan milik orang.
"Namanya Hanin Raihana Syahira, dipanggil Hana, nama yang kami sematkan untuknya, benar-benar menjadi do'a karena artinya wanita yang mempunyai kebaikan hati dan penuh cinta. Tapi sayangnya hidupnya tidak seindah namanya.." nanar Bapak melihat kearah dokter Raz, terlihat sekali wajah Bapak tengah menahan air mata.
Kali ini gantian dokter Raz yang mendengarkan sedikit cerita tentang wanita idamannya itu. Mendengar cerita dari Bapak, membuat keyakinan dokter Raz bertambah untuk kembali melabuhkan hatinya pada seorang wanita dan kembali membangun mahligai pernikahan yang baru.
Bapak bukan tipe orang tua yang mudah menceritakan tentang siapa Hana, entah mengapa saat dokter Raz menanyakan tentang Hana, mengalir cerita meskipun tidak detail. Padahal sejak Hana kembali ke rumah ini, Bapak amat sangat menutup segala informasi mengenai Hana.
dokter Raz pun makin to the point untuk mengenal Hana lebih jauh dan jika berjodoh akan segera menikah.
"Mas Farraz.. pada dasarnya Bapak tidak keberatan jika Mas Farraz ingin berkenalan, silahkan saja, asal bisa menjaga kehormatannya. Maklumlah, status janda di Indonesia selalu dipandang negatif oleh masyarakat meskipun dia tidak berbuat apa-apa" kata Bapak.
"InsyaAllah Pak, saya akan menemuinya besok disini bersama orangtua saya. Jadi perkenalan ini diketahui oleh kedua belah pihak. Saya kan juga bukan anak muda Pak.. jadi lebih baik berkenalan secara orang dewasa saja" jawab dokter Raz.
"Langsung bawa orang tuanya? Apa tidak terlalu terburu-buru? kan Mas Farraz dan Hana belum saling kenal" ujar Bapak kaget terhadap niatan dokter Raz.
"Maaf jangan berfikir negatif ya Pak, saya hanya ingin berkenalan dengan cara yang baik, biar orang tua saya juga bisa berkenalan dengan Hana. Empat hari lagi saya akan keliling Indonesia karena tugas negara Pak, jadi saya berharap, jika Hana bisa menerima perkenalan ini, biar orang tua saya yang akan melanjutkan untuk berkenalan lebih lanjut. Saya percaya, orang tua tau yang terbaik untuk saya" tutur dokter Raz.
"Nak Farraz, Bapak ga bisa kasih jawaban apa-apa, semua bapak serahkan ke Hana" ujar Bapak.
"Besok jam berapa Hana ada di rumah ya Pak?" tanya dokter Raz.
"Biasanya jam empat sore dia sudah pulang dari klinik, dia kerja di Klinik yang ga jauh dari sini, Klinik masih kecil. Kalo Mas Farraz sendiri bekerja dimana?" ucap Bapak.
"Saya dokter Pak, pegawai negeri sipil di Departemen kesehatan, tapi masih bagian pelaksana, bukan pejabat" jelas dokter Raz sambil tersenyum.
Sekarang sudah jam tiga sore, tak terasa sudah satu jam Bapak dan dokter Raz berbincang. Ketika akan pamit, dokter Raz melihat anak perempuan berseragam SMP memasuki halaman rumah. Mengucap salam dan mencium tangan Bapak, anak perempuan berjilbab itu menyedekapkan tangannya didepan dadanya, tanda dia memberi salam pada dokter Raz.
dokter Raz menyunggingkan senyum ke arahnya serta menganggukkan kepala. Anak perempuan tersebut masuk kedalam rumah.
"Itu putrinya Hana, kelas satu SMP, anaknya memang pendiam" jelas Bapak spontan setelah melihat dokter Raz seperti ingin bertanya tentang anak perempuan yang tadi baru datang.
"Sudah besar ya, padahal sekilas saya lihat Hana belum terlalu tua" jawab dokter Raz.
"Dia menikah muda selepas SMA, ga ada biaya untuk kuliah Mas, jadi dia memutuskan untuk menikah untuk meringankan beban orang tua" lanjut Bapak.
dokter Raz hanya bisa menganggukkan kepalanya sebagai tanda mengerti kondisi saat itu.
"Baiklah Pak, insyaAllah besok ba'da isya saya akan datang kesini lagi. Semoga tidak ada kendala" janji dokter Raz.
dokter Raz mencium tangannya Bapak dan pamit pulang.
.
Selama perjalanan pulang ke rumah, banyak hal yang berkecamuk didalam batin dokter Raz. Ada sebuah keyakinan untuk mengenalnya lebih lanjut, tapi ada kekhawatiran tentang traumanya Hana yang tadi sekilas Bapak utarakan.
.
Sepulang kerja, Hana segera mencuci pakaian dan beberes rumah. Selepas Maghrib setelah tilawah, semua keluarga inti berkumpul untuk makan malam bersama.
Malam ini semua keluarga full berkumpul. Anak, menantu dan cucu lengkap. Tadi sore Bapak menghubungi lima orang anaknya untuk kumpul di rumah malam ini karena ada yang mau dibicarakan bersama.
Untunglah rumah anak-anak Bapak hanya beda kecamatan saja dan masih berada dalam satu kota yang sama.
"Ada apa ya Pak?" Kakak tertua Hana mulai bertanya.
"Makan dulu aja, nanti baru kita ngobrol. Biar enak ngobrolnya, ga terganggu rasa lapar" canda Bapak.
Setelah Makan malam, para cucu bermain di ruang tengah. Anak-anak Bapak serta Bapak dan Ibu memilih untuk berbincang di teras depan.
"Bapak sengaja mengumpulkan kalian semua malam ini, karena tadi siang Bapak kedatangan tamu yang tidak diduga. Tamu itu bercerita panjang lebar tentang maksud tujuannya datang kesini. Besok tamu itu akan datang kembali selepas isya" tutur Bapak.
"Siapa Pak" mulai adiknya Hana kepo.
"Orang yang ingin berkenalan sama Hana" jawab Bapak.
"Hana ???....." Hana langsung kaget.
"Siapa Pak? jadi penasaran. Mba Hana punya pacar ga bilang-bilang nih" canda adiknya Hana.
"Yang jelas dia laki-laki yang ingin berkenalan dengan Hana, Bapak juga belum kenal banget sama dia. Tapi dia berani datang kesini menyampaikan keinginannya untuk berkenalan. Kita lihat aja besok" jelas Bapak.
"Cie.. Mba Hana diam-diam punya penggemar rahasia ternyata, mana langsung ngomong ke Bapak" adiknya Hana makin meledeknya.
"Hana kenal ga Pak sama lelaki itu?" tanya Hana yang masih terheran-heran.
"Kalo dari ceritanya Mas Farraz, sepertinya kalian belum saling kenal" lanjut Bapak.
"Farraz?... kayanya belum pernah kenal sama yang namanya Farraz" Hana mencoba mengingat apakah pernah punya kenalan nama tersebut.
Semakin dia mengingat-ingat nama Farraz, makin Hana bingung karena memang tidak merasa pernah punya kenalan bernama Farraz.
"Mas Farraz akan mengajak orang tuanya kesini, dia ingin orang tuanya juga tau kalo dia akan berkenalan dengan kamu Hana" kata Bapak.
Hana makin bingung, Adik dan Kakaknya pun mengalami kebingungan yang sama.
"Apa istimewanya Hana ya sampe ada lelaki senekat itu datang dan menghadap Bapak" tukas Kakaknya Hana.
"Bapak antara bingung dan bahagia... tapi yang Bapak lihat ... Mas Farraz orang yang baik. Dia seorang dokter.. baru sebatas itu yang Bapak tau" papar Bapak.
"dokter???? masa sih Pak.. seorang dokter mau kenalan sama Mba Hana. Apa jangan-jangan yang punya Klinik mau jadikan Mba Hana sebagai istri kedua atau ada dokter disana yang diam-diam suka sama Mba Hana?" lanjut Adiknya Hana.
"Ngaco aja.. yang praktek disana itu dokter perempuan semua, yang punya juga perempuan belum berkeluarga" sahut Hana.
"Yakin itu lelaki baik-baik Pak? secara kita sudah pernah dapat lelaki yang awalnya keliatan baik...eh ternyata....." ucap Kakaknya Hana tidak melanjutkan omongannya.
.
Malam ini, Hana tidak bisa tidur, hatinya resah gelisah setelah mendengar cerita Bapaknya.
Berkenalan dengan lelaki atau memulai pertemanan dengan lawan jenis adalah hal yang sudah lama tidak ia lakukan.
Sejak gugatan cerai dia layangkan tiga tahun silam, Hana sudah pasrah terhadap jodoh yang tidak panjang. Ia telah memilih untuk meneruskan hidup dengan bahagia tanpa pasangan, walau jauh dihati kecilnya pastilah merasakan sedih yang luar biasa.
⬅️⬅️
Pikiran Hana menelusuri lembaran kisah enam belas tahun yang lalu. Saat usianya baru genap sembilan belas tahun.
Hana muda pada akhirnya memutuskan untuk nikah muda. Keputusannya karena saat itu dia merasa sudah menemukan sosok yang selama ini dia idamkan sebagai pendamping. Seorang lelaki yang menampilkan sifat agamis yang cukup lumayan bagus, yang diharapkan dapat membimbingnya kearah yang lebih baik lagi. Ditambah kondisi ekonomi keluarga yang tidak baik saat itu, jadi Hana berpikir bisa mengurangi beban keluarga jika dia menikah.
Hana tidak memandang perbedaan usia hingga sepuluh tahun dengan lelaki tersebut. Dimata Hana, lelaki istimewa itu mampu berpikir dewasa dan ngemong. Selama masa perkenalan, Hana diperlakukan dengan baik dan sangat santun.
Pembawaan lelaki itu yang sumeh, membuatnya mudah cair dengan keluarga Hana. Keputusan untuk segera menikah pun didukung sepenuhnya oleh orang tua kedua belah pihak.
Ya enam belas tahun yang lalu, Hana membuka lembaran baru bersama imamnya, yang diyakini bisa membawanya ke surga baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Hidupnya makin bertambah lengkap saat Allah menitipkan seorang putri yang cantik saat usia pernikahan mereka menginjak tahun ketiga. Sebelum melahirkan putrinya, Hana sudah pernah tiga kali hamil tapi semua tidak bisa diselamatkan hingga waktu melahirkan.
Dunia pernikahan nan indah penuh cinta, mulai diterpa badai prahara. Saat itu usia pernikahan mereka memasuki tahun kelima. Kondisi krisis moneter di negara ini membuat banyak perusahaan tutup dan PHK massal pun terjadi dimana-mana. Tak terkecuali mantan suaminya, mengalami hal yang sama yaitu kehilangan pekerjaan.
Atas nama cinta, Hana mencoba bertahan melewati cobaan ini. Uang pesangon yang diberikan oleh perusahaan, dijadikan modal mulai dari usaha sembako, steam motor hingga jadi agen telur sudah pernah dicobanya. Tapi semua harus berakhir dengan kerugian. Bukan karena Hana tidak bisa berdagang, tapi mantan suaminya yang selalu menghabiskan uang untuk kesenangan pribadi.
Rumah kecilnya dan motor pun sudah habis terjual untuk modal berbagai usaha lagi. Mertuanya, pada akhirnya menawarkan untuk tinggal di rumahnya, daripada mengontrak rumah.
Ditengah kondisi ekonomi yang semakin sulit dan terus melilit, mantan suaminya tak kunjung mendapatkan kerja lagi hingga hampir tiga tahun lamanya.
Mantan suaminya berubah perangai, mulai mabuk-mabukan dan main perempuan, alasannya sebagai penghilang stress. Sifat malasnya saat dulu masih muda juga kambuh lagi. Memang menurut mertuanya dulu anaknya ini tipe santai dan tidak punya keinginan maju, sejak kenal sama Hana ada perubahan untuk hidup yang lebih baik, oleh karena itu mertuanya amat mendukung untuk segera menikah sama Hana.
Terdesak himpitan keadaan, membuat Hana memutuskan untuk kerja serabutan asalkan masih bisa mengasuh anak. Mulai dari jaga warung tetangga, nyuci dan gosok di rumah saudaranya yang hidupnya lebih mapan.
Booming usaha laundry kiloan membuat Hana akhirnya bekerja disana, tempatnya tidak jauh dari rumah mertua. Setiap satu kilogram baju yang disetrika, Hana mendapatkan bagian lima ratus rupiah. Sambil momong anaknya yang saat itu masih balita, Hana mencoba menyelesaikan banyak setrikaan agar cukup untuk membeli lauk dan susu formula anaknya.
Dia berusaha tidak berhutang bahkan tidak meminta belas kasihan saudaranya.
Keluarga besar Hana tau kondisinya seperti apa, tapi Hana tetaplah sosok yang pandai menutup rapat kondisinya. Selalu bahagia didepan keluarga besarnya.
Semakin hari perangai mantan suaminya makin jauh dari sosok selayaknya suami. Status pengangguran membuat ibadahnya makin ditinggalkan, begadang dengan sesama pengangguran disekitar rumah orang tuanya, merokoknya pun makin kuat, bisa dua bungkus perhari (Hana harus menyisihkan uang untuk rokok mantan suaminya).
Lima tahun Hana berjuang pontang panting memenuhi kebutuhan keluarga kecilnya. Tidak mengenal kata mengeluh.
Apalagi saat anaknya sudah masuk Sekolah Dasar (tidak masuk TK karena terhambat biaya, tapi Hana sendiri yang mengajarkan membaca menulis dan berhitung anaknya) Hana menambah kerja disebuah Klinik yang dekat dengan SD Negeri tempat anaknya bersekolah.
Disana dia membersihkan Klinik dan merapihkan obat-obatan. Dia digaji per Minggu. Selain itu, dia juga antar jemput anak sekolahan (pakai motor Bapak mertuanya) sampai membuat kue tradisional jika ada pesanan.
Pokoknya kerjaan apapun akan dilakoni asalkan halal. Alhamdulillah bisa dikatakan cukup jika sekedar untuk makan, memenuhi "uang jajan" mantan suaminya dan sekolah anaknya.
Waktu yang telah dia habiskan untuk mencari nafkah mulai dari Subuh hingga Maghrib, rasanya belumlah cukup untuknya sekedar meluruskan pinggang jika ditambah dengan pekerjaan di rumah mertuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 280 Episodes
Comments
☘️ gιмϐυℓ ☘️
Ya kalo memang Hana & Farraz berjodoh, mudah2an tidak terulang kejadian kelam di kehidupan mereka terdahulu
2023-05-24
4
Nurul S N
semoga ja Hana berjodoh ma dokter Raz dech biar ada yg ngurus Pak Dokter 🤭😊
2023-05-24
2
Eni Djulaeha
mulai keluar keringet..
2023-05-24
2