Stetoskop 4, Masa kelam

H-4 keberangkatan tugas negara, dokter Raz hari ini sudah agak santai, karena masuk waktu cuti dari semua jadwal praktek di semua Rumah Sakit tempat beliau praktek. Tadi pagi beliau menyempatkan diri untuk mengantar kedua anaknya ke sekolah.

Sebenarnya masih banyak yang harus dipersiapkan, termasuk quality time bersama anak-anak. Memang sudah ada teknologi canggih sekarang ini sehingga jarak bukanlah penghalang dalam berkomunikasi, tapi pasti akan terasa berbeda menyapa anak-anak via teknologi video call dan lainnya dibandingkan menyapa secara langsung.

Anak-anak sudah sangat memahami kesibukan ayahandanya sejak mereka kecil, sehingga mereka menerima penugasan serta konsekuensi berjauhan dengan dokter Raz selama kurang lebih enam bulan kedepan.

HP dokter Raz berbunyi, tanda ada pesan masuk.

#Assalamualaikum dok Raz, sudah cuti ya?# chat masuk ke HP nya dari orang tua salah satu pasien yang sudah cukup dekat karena sekeluarga adalah pasiennya dokter Raz.

#Waalaikumsalam, ya Bunda, sudah saya informasikan sejak sebulan yang lalu ya# balas dokter Raz.

#dokter Raz jadi keliling Indonesia? Yah Faez gimana nih dok, kalo ke dokter lain ga cocok# lanjut orang tua pasien.

#Sama saja Bunda, semua dokter punya kemampuan yang sama. Nanti jika ke dokter lain, bisa minta diresepkan dengan obat yang sama seperti yang saya berikan. Hak pasien untuk mendapatkan medikasi yang sudah pernah didapatkan dan merasa lebih baik dosis seperti itu. Semoga Faez sehat terus ya, jadi ga perlu ke dokter# lanjut dokter Raz.

#Terima kasih do'anya dok... dokter anak paling top banget deh, tapi kalo mau konsultasi via chat tetap mau jawab kan ya? seperti biasa dok# tulis orang tua pasien.

#InsyaAllah semua chat akan saya usahakan untuk dijawab, tapi kalo slowres, mohon maklum ya, karena memang jadwal saya sangat padat# jawab dokter Raz.

#Sukses terus ya dokter Raz sama misinya, cepat balik ke Jakarta, banyak pasien menantikan dokter Raz comeback# kata orang tua pasien.

#Terima kasih Bunda untuk do'anya, do'a yang sama buat semua pasien dan keluarganya# lanjut dokter Raz.

Setelah merapihkan berkas yang akan dibawa, dokter Raz pamitan ke orang tuanya sekaligus meminta do'a restu karena hari ini sudah bertekad akan melangkahkan kakinya ke rumah wanita misterius yang telah menggelitik hati dan pikirannya.

Sengaja dokter Raz membawa motor, karena rumah wanita tersebut terletak di jalan yang hanya muat satu mobil.

Setelah memarkir motor dengan rapih tepat di depan rumah, bergegas beliau berdiri di pagar dan mengucapkan salam.

"Assalamualaikum..." sapa dokter Raz.

"Waalaikumussalam.... cari siapa ya Mas?" Lelaki berumur dengan rambut penuh uban bertanya.

"Maaf sebelumnya Pak, motor saya parkir didepan rumah apa tidak masalah? saya mau bertamu ke rumah Bapak" tutur dokter Raz dengan sopan.

"Masukkan saja ke halaman sini" jawab Bapak tersebut.

Segera motor dipindahkan oleh dokter Raz, dari jalan masuk kedalam halaman terbuat dari peluran semen. Setelah itu, Bapak tua tersebut mempersilahkan dokter Raz untuk duduk di teras rumahnya yang hanya berisi dua kursi bambu dengan meja kecil.

"Cari siapa Mas?" ulang Bapak tersebut bertanya penuh tanda tanya karena belum pernah melihat dan mengenal dokter Raz.

"Saya perkenalkan diri dulu ya Pak, nama saya Farraz, saya mencari salah satu penghuni di rumah ini" jawab dokter Raz sambil berjabat tangan dengan Bapak tersebut.

"Siapa? apa ada keluarga Bapak yang membuat masalah dengan Mas ini?" tanya Bapak tersebut hati-hati.

"Tidak ada yang bermasalah dengan saya Pak. Jujur saya juga belum kenal dan belum tau namanya, tapi saya punya fotonya..." kata dokter Raz sambil mengeluarkan HP dan menunjukkan foto ke Bapak tersebut.

"Mas ada keperluan apa dengan anak saya?" tarikan wajah Bapak tersebut tampak tidak bersahabat dan intonasinya agak sedikit emosi.

"Maaf sebelumnya Pak, maaf jika dianggap saya lancang dan kurang sopan, saya tidak ada niat jahat terhadap putri Bapak..." dokter Raz kemudian menceritakan kejadian tiga hari yang lalu.

Secara runut dan jelas, semua cerita mengalir dari bibir dokter Raz, Bapak mendengarkan cerita dengan seksama, hanya tampak anggukan kepala tanpa menyelak cerita dari dokter Raz.

"Jadi maksudnya Mas Farraz mau berkenalan dengan putri Bapak itu untuk apa?" tembak Bapak tersebut.

"Saya ingin mengenalnya Pak, jujur saya sudah jatuh hati saat melihatnya di jalan. Maaf sebelumnya.. apa putri Bapak sudah bersuami?" tanya dokter Raz hati-hati.

"Dia ibu tunggal dengan satu orang anak perempuan. Mas Farraz sendiri apa sudah beristri?" ujar Bapak.

"Saya juga single parent dengan dua orang anak, istri saya meninggal lima tahun yang lalu" jawab dokter Raz.

Terasa beban didada dokter Raz sedikit berkurang mendengar wanita yang sudah berhasil mencubit hatinya bukan milik orang.

"Namanya Hanin Raihana Syahira, dipanggil Hana, nama yang kami sematkan untuknya, benar-benar menjadi do'a karena artinya wanita yang mempunyai kebaikan hati dan penuh cinta. Tapi sayangnya hidupnya tidak seindah namanya.." nanar Bapak melihat kearah dokter Raz, terlihat sekali wajah Bapak tengah menahan air mata.

Kali ini gantian dokter Raz yang mendengarkan sedikit cerita tentang wanita idamannya itu. Mendengar cerita dari Bapak, membuat keyakinan dokter Raz bertambah untuk kembali melabuhkan hatinya pada seorang wanita dan kembali membangun mahligai pernikahan yang baru.

Bapak bukan tipe orang tua yang mudah menceritakan tentang siapa Hana, entah mengapa saat dokter Raz menanyakan tentang Hana, mengalir cerita meskipun tidak detail. Padahal sejak Hana kembali ke rumah ini, Bapak amat sangat menutup segala informasi mengenai Hana.

dokter Raz pun makin to the point untuk mengenal Hana lebih jauh dan jika berjodoh akan segera menikah.

"Mas Farraz.. pada dasarnya Bapak tidak keberatan jika Mas Farraz ingin berkenalan, silahkan saja, asal bisa menjaga kehormatannya. Maklumlah, status janda di Indonesia selalu dipandang negatif oleh masyarakat meskipun dia tidak berbuat apa-apa" kata Bapak.

"InsyaAllah Pak, saya akan menemuinya besok disini bersama orangtua saya. Jadi perkenalan ini diketahui oleh kedua belah pihak. Saya kan juga bukan anak muda Pak.. jadi lebih baik berkenalan secara orang dewasa saja" jawab dokter Raz.

"Langsung bawa orang tuanya? Apa tidak terlalu terburu-buru? kan Mas Farraz dan Hana belum saling kenal" ujar Bapak kaget terhadap niatan dokter Raz.

"Maaf jangan berfikir negatif ya Pak, saya hanya ingin berkenalan dengan cara yang baik, biar orang tua saya juga bisa berkenalan dengan Hana. Empat hari lagi saya akan keliling Indonesia karena tugas negara Pak, jadi saya berharap, jika Hana bisa menerima perkenalan ini, biar orang tua saya yang akan melanjutkan untuk berkenalan lebih lanjut. Saya percaya, orang tua tau yang terbaik untuk saya" tutur dokter Raz.

"Nak Farraz, Bapak ga bisa kasih jawaban apa-apa, semua bapak serahkan ke Hana" ujar Bapak.

"Besok jam berapa Hana ada di rumah ya Pak?" tanya dokter Raz.

"Biasanya jam empat sore dia sudah pulang dari klinik, dia kerja di Klinik yang ga jauh dari sini, Klinik masih kecil. Kalo Mas Farraz sendiri bekerja dimana?" ucap Bapak.

"Saya dokter Pak, pegawai negeri sipil di Departemen kesehatan, tapi masih bagian pelaksana, bukan pejabat" jelas dokter Raz sambil tersenyum.

Sekarang sudah jam tiga sore, tak terasa sudah satu jam Bapak dan dokter Raz berbincang. Ketika akan pamit, dokter Raz melihat anak perempuan berseragam SMP memasuki halaman rumah. Mengucap salam dan mencium tangan Bapak, anak perempuan berjilbab itu menyedekapkan tangannya didepan dadanya, tanda dia memberi salam pada dokter Raz.

dokter Raz menyunggingkan senyum ke arahnya serta menganggukkan kepala. Anak perempuan tersebut masuk kedalam rumah.

"Itu putrinya Hana, kelas satu SMP, anaknya memang pendiam" jelas Bapak spontan setelah melihat dokter Raz seperti ingin bertanya tentang anak perempuan yang tadi baru datang.

"Sudah besar ya, padahal sekilas saya lihat Hana belum terlalu tua" jawab dokter Raz.

"Dia menikah muda selepas SMA, ga ada biaya untuk kuliah Mas, jadi dia memutuskan untuk menikah untuk meringankan beban orang tua" lanjut Bapak.

dokter Raz hanya bisa menganggukkan kepalanya sebagai tanda mengerti kondisi saat itu.

"Baiklah Pak, insyaAllah besok ba'da isya saya akan datang kesini lagi. Semoga tidak ada kendala" janji dokter Raz.

dokter Raz mencium tangannya Bapak dan pamit pulang.

.

Selama perjalanan pulang ke rumah, banyak hal yang berkecamuk didalam batin dokter Raz. Ada sebuah keyakinan untuk mengenalnya lebih lanjut, tapi ada kekhawatiran tentang traumanya Hana yang tadi sekilas Bapak utarakan.

.

Sepulang kerja, Hana segera mencuci pakaian dan beberes rumah. Selepas Maghrib setelah tilawah, semua keluarga inti berkumpul untuk makan malam bersama.

Malam ini semua keluarga full berkumpul. Anak, menantu dan cucu lengkap. Tadi sore Bapak menghubungi lima orang anaknya untuk kumpul di rumah malam ini karena ada yang mau dibicarakan bersama.

Untunglah rumah anak-anak Bapak hanya beda kecamatan saja dan masih berada dalam satu kota yang sama.

"Ada apa ya Pak?" Kakak tertua Hana mulai bertanya.

"Makan dulu aja, nanti baru kita ngobrol. Biar enak ngobrolnya, ga terganggu rasa lapar" canda Bapak.

Setelah Makan malam, para cucu bermain di ruang tengah. Anak-anak Bapak serta Bapak dan Ibu memilih untuk berbincang di teras depan.

"Bapak sengaja mengumpulkan kalian semua malam ini, karena tadi siang Bapak kedatangan tamu yang tidak diduga. Tamu itu bercerita panjang lebar tentang maksud tujuannya datang kesini. Besok tamu itu akan datang kembali selepas isya" tutur Bapak.

"Siapa Pak" mulai adiknya Hana kepo.

"Orang yang ingin berkenalan sama Hana" jawab Bapak.

"Hana ???....." Hana langsung kaget.

"Siapa Pak? jadi penasaran. Mba Hana punya pacar ga bilang-bilang nih" canda adiknya Hana.

"Yang jelas dia laki-laki yang ingin berkenalan dengan Hana, Bapak juga belum kenal banget sama dia. Tapi dia berani datang kesini menyampaikan keinginannya untuk berkenalan. Kita lihat aja besok" jelas Bapak.

"Cie.. Mba Hana diam-diam punya penggemar rahasia ternyata, mana langsung ngomong ke Bapak" adiknya Hana makin meledeknya.

"Hana kenal ga Pak sama lelaki itu?" tanya Hana yang masih terheran-heran.

"Kalo dari ceritanya Mas Farraz, sepertinya kalian belum saling kenal" lanjut Bapak.

"Farraz?... kayanya belum pernah kenal sama yang namanya Farraz" Hana mencoba mengingat apakah pernah punya kenalan nama tersebut.

Semakin dia mengingat-ingat nama Farraz, makin Hana bingung karena memang tidak merasa pernah punya kenalan bernama Farraz.

"Mas Farraz akan mengajak orang tuanya kesini, dia ingin orang tuanya juga tau kalo dia akan berkenalan dengan kamu Hana" kata Bapak.

Hana makin bingung, Adik dan Kakaknya pun mengalami kebingungan yang sama.

"Apa istimewanya Hana ya sampe ada lelaki senekat itu datang dan menghadap Bapak" tukas Kakaknya Hana.

"Bapak antara bingung dan bahagia... tapi yang Bapak lihat ... Mas Farraz orang yang baik. Dia seorang dokter.. baru sebatas itu yang Bapak tau" papar Bapak.

"dokter???? masa sih Pak.. seorang dokter mau kenalan sama Mba Hana. Apa jangan-jangan yang punya Klinik mau jadikan Mba Hana sebagai istri kedua atau ada dokter disana yang diam-diam suka sama Mba Hana?" lanjut Adiknya Hana.

"Ngaco aja.. yang praktek disana itu dokter perempuan semua, yang punya juga perempuan belum berkeluarga" sahut Hana.

"Yakin itu lelaki baik-baik Pak? secara kita sudah pernah dapat lelaki yang awalnya keliatan baik...eh ternyata....." ucap Kakaknya Hana tidak melanjutkan omongannya.

.

Malam ini, Hana tidak bisa tidur, hatinya resah gelisah setelah mendengar cerita Bapaknya.

Berkenalan dengan lelaki atau memulai pertemanan dengan lawan jenis adalah hal yang sudah lama tidak ia lakukan.

Sejak gugatan cerai dia layangkan tiga tahun silam, Hana sudah pasrah terhadap jodoh yang tidak panjang. Ia telah memilih untuk meneruskan hidup dengan bahagia tanpa pasangan, walau jauh dihati kecilnya pastilah merasakan sedih yang luar biasa.

⬅️⬅️

Pikiran Hana menelusuri lembaran kisah enam belas tahun yang lalu. Saat usianya baru genap sembilan belas tahun.

Hana muda pada akhirnya memutuskan untuk nikah muda. Keputusannya karena saat itu dia merasa sudah menemukan sosok yang selama ini dia idamkan sebagai pendamping. Seorang lelaki yang menampilkan sifat agamis yang cukup lumayan bagus, yang diharapkan dapat membimbingnya kearah yang lebih baik lagi. Ditambah kondisi ekonomi keluarga yang tidak baik saat itu, jadi Hana berpikir bisa mengurangi beban keluarga jika dia menikah.

Hana tidak memandang perbedaan usia hingga sepuluh tahun dengan lelaki tersebut. Dimata Hana, lelaki istimewa itu mampu berpikir dewasa dan ngemong. Selama masa perkenalan, Hana diperlakukan dengan baik dan sangat santun.

Pembawaan lelaki itu yang sumeh, membuatnya mudah cair dengan keluarga Hana. Keputusan untuk segera menikah pun didukung sepenuhnya oleh orang tua kedua belah pihak.

Ya enam belas tahun yang lalu, Hana membuka lembaran baru bersama imamnya, yang diyakini bisa membawanya ke surga baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Hidupnya makin bertambah lengkap saat Allah menitipkan seorang putri yang cantik saat usia pernikahan mereka menginjak tahun ketiga. Sebelum melahirkan putrinya, Hana sudah pernah tiga kali hamil tapi semua tidak bisa diselamatkan hingga waktu melahirkan.

Dunia pernikahan nan indah penuh cinta, mulai diterpa badai prahara. Saat itu usia pernikahan mereka memasuki tahun kelima. Kondisi krisis moneter di negara ini membuat banyak perusahaan tutup dan PHK massal pun terjadi dimana-mana. Tak terkecuali mantan suaminya, mengalami hal yang sama yaitu kehilangan pekerjaan.

Atas nama cinta, Hana mencoba bertahan melewati cobaan ini. Uang pesangon yang diberikan oleh perusahaan, dijadikan modal mulai dari usaha sembako, steam motor hingga jadi agen telur sudah pernah dicobanya. Tapi semua harus berakhir dengan kerugian. Bukan karena Hana tidak bisa berdagang, tapi mantan suaminya yang selalu menghabiskan uang untuk kesenangan pribadi.

Rumah kecilnya dan motor pun sudah habis terjual untuk modal berbagai usaha lagi. Mertuanya, pada akhirnya menawarkan untuk tinggal di rumahnya, daripada mengontrak rumah.

Ditengah kondisi ekonomi yang semakin sulit dan terus melilit, mantan suaminya tak kunjung mendapatkan kerja lagi hingga hampir tiga tahun lamanya.

Mantan suaminya berubah perangai, mulai mabuk-mabukan dan main perempuan, alasannya sebagai penghilang stress. Sifat malasnya saat dulu masih muda juga kambuh lagi. Memang menurut mertuanya dulu anaknya ini tipe santai dan tidak punya keinginan maju, sejak kenal sama Hana ada perubahan untuk hidup yang lebih baik, oleh karena itu mertuanya amat mendukung untuk segera menikah sama Hana.

Terdesak himpitan keadaan, membuat Hana memutuskan untuk kerja serabutan asalkan masih bisa mengasuh anak. Mulai dari jaga warung tetangga, nyuci dan gosok di rumah saudaranya yang hidupnya lebih mapan.

Booming usaha laundry kiloan membuat Hana akhirnya bekerja disana, tempatnya tidak jauh dari rumah mertua. Setiap satu kilogram baju yang disetrika, Hana mendapatkan bagian lima ratus rupiah. Sambil momong anaknya yang saat itu masih balita, Hana mencoba menyelesaikan banyak setrikaan agar cukup untuk membeli lauk dan susu formula anaknya.

Dia berusaha tidak berhutang bahkan tidak meminta belas kasihan saudaranya.

Keluarga besar Hana tau kondisinya seperti apa, tapi Hana tetaplah sosok yang pandai menutup rapat kondisinya. Selalu bahagia didepan keluarga besarnya.

Semakin hari perangai mantan suaminya makin jauh dari sosok selayaknya suami. Status pengangguran membuat ibadahnya makin ditinggalkan, begadang dengan sesama pengangguran disekitar rumah orang tuanya, merokoknya pun makin kuat, bisa dua bungkus perhari (Hana harus menyisihkan uang untuk rokok mantan suaminya).

Lima tahun Hana berjuang pontang panting memenuhi kebutuhan keluarga kecilnya. Tidak mengenal kata mengeluh.

Apalagi saat anaknya sudah masuk Sekolah Dasar (tidak masuk TK karena terhambat biaya, tapi Hana sendiri yang mengajarkan membaca menulis dan berhitung anaknya) Hana menambah kerja disebuah Klinik yang dekat dengan SD Negeri tempat anaknya bersekolah.

Disana dia membersihkan Klinik dan merapihkan obat-obatan. Dia digaji per Minggu. Selain itu, dia juga antar jemput anak sekolahan (pakai motor Bapak mertuanya) sampai membuat kue tradisional jika ada pesanan.

Pokoknya kerjaan apapun akan dilakoni asalkan halal. Alhamdulillah bisa dikatakan cukup jika sekedar untuk makan, memenuhi "uang jajan" mantan suaminya dan sekolah anaknya.

Waktu yang telah dia habiskan untuk mencari nafkah mulai dari Subuh hingga Maghrib, rasanya belumlah cukup untuknya sekedar meluruskan pinggang jika ditambah dengan pekerjaan di rumah mertuanya.

Terpopuler

Comments

☘️ gιмϐυℓ ☘️

☘️ gιмϐυℓ ☘️

Ya kalo memang Hana & Farraz berjodoh, mudah2an tidak terulang kejadian kelam di kehidupan mereka terdahulu

2023-05-24

4

Nurul S N

Nurul S N

semoga ja Hana berjodoh ma dokter Raz dech biar ada yg ngurus Pak Dokter 🤭😊

2023-05-24

2

Eni Djulaeha

Eni Djulaeha

mulai keluar keringet..

2023-05-24

2

lihat semua
Episodes
1 Stetoskop 1, Permulaan
2 Stetoskop 2, Pada awalnya
3 Stetoskop 3, Masa lalu
4 Stetoskop 4, Masa kelam
5 Stetoskop 5, Kisahpun bermula
6 Stetoskop 6, Perkenalan
7 Stetoskop 7, Menjemput impian
8 Stetoskop 8, Realitanya ada
9 Stetoskop 9, Dinamika IGD
10 Stetoskop 10, Bertemu masa lalu
11 Stetoskop 11, Hari dan wanita
12 Stetoskop 12, Tugas dokter
13 Stetoskop 13, Para lelaki
14 Stetoskop 14, Tak sesuai bayangan
15 Stetoskop 15, Berbincang
16 Stetoskop 16, Rencana baru
17 Stetoskop 17, Merenung
18 Stetoskop 18, Sekelumit kisah
19 Stetoskop 19, Menyimpan cerita
20 Stetoskop 20, Keresahan
21 Stetoskop 21, Mencari jalan
22 Stetoskop 22, Dilema
23 Stetoskop 23, Putaran takdir
24 Stetoskop 24, Perubahan
25 Stetoskop 25, Kisahnya Barra
26 Stetoskop 26, Penolakan
27 Stetoskop 27, Demi masa depan
28 Stetoskop 28, Dan terjadilah..
29 Stetoskop 29, Perbaikan
30 Stetoskop 30, Kehilangan
31 Stetoskop 31, Menahan emosi
32 Stetoskop 32, Bicara
33 Stetoskop 33, Tragedi
34 Stetoskop 34, Rutinitas
35 Stetoskop 35, Duka
36 Stetoskop 36, Pertemuan
37 Stetoskop 37, Jalan berdua
38 Stetoskop 38, Hati ke hati
39 Stetoskop 39, Mencari
40 Stetoskop 40, Harus bisa
41 Stetoskop 41, Menuju yang lebih baik
42 Stetoskop 42, Langkah
43 Stetoskop 43, Berjuang
44 Stetoskop 44, Mengenal
45 Stetoskop 45, Penjajakan
46 Stetoskop 46, Keadaan
47 Stetoskop 47, Terkuak
48 Stetoskop 48, Kedua kalinya
49 Stetoskop 49, Seperti biasa
50 Stetoskop 50, Musibah
51 Stetoskop 51, Melihat dari berbagai sisi
52 Stetoskop 52, Keras hati
53 Stetoskop 53, Berduaan
54 Stetoskop 54, Rejeki tidak hanya berupa uang
55 Stetoskop 55, Akhirnya..
56 Stetoskop 56, Keputusan
57 Stetoskop 57, Menuju halal
58 Stetoskop 58, Menyerahkan
59 Stetoskop 59, Bercerita masa lalu
60 Stetoskop 60, Gosip
61 Stetoskop 61, Menuju bahagia
62 Stetoskop 62, Pengantin baru
63 Stetoskop 63, Cinta
64 Stetoskop 64, Jumpa lagi
65 Stetoskop 65, Antara bahagia dan kecewa
66 Stetoskop 66, Pendekatan
67 Stetoskop 67, Rasa sayang
68 Stetoskop 68, Pasangan?
69 Stetoskop 69, Peristiwa
70 Stetoskop 70, Pelepasan PPDS
71 Stetoskop 71, Kesempatan baru
72 Stetoskop 72, Penyesuaian
73 Stetoskop 73, Diskusi masa lalu
74 Stetoskop 74, Berjumpa
75 Stetoskop 75, Kegiatan
76 Stetoskop 76, Malam ini
77 Stetoskop 77, Babak baru
78 Stetoskop 78, Bertemu lagi
79 Stetoskop 79, Langkah selanjutnya
80 Stetoskop 80, Takut
81 Stetoskop 81, Menemani
82 Stetoskop 82, Mengusik hati
83 Stetoskop 83, Hampir aja
84 Stetoskop 84, Terselamatkan
85 Stetoskop 85, "Kesasar"
86 Stetoskop 86, Dunia milik berdua
87 Stetoskop 87, Setan berbisik
88 Stetoskop 88, Bertemu
89 Stetoskop 89, Campur aduk
90 Stetoskop 90, Aku berhak atas rasaku
91 Stetoskop 91, Nikah Yukkkk
92 Stetoskop 92, Lembaran baru
93 Stetoskop 93, Kembali bersama
94 Stetoskop 94, Rangkaian cerita
95 Stetoskop 95, Tembung
96 Episode 96, Ricuh
97 Stetoskop 97, Pendekatan
98 Stetoskop 98, Perbincangan
99 Stetoskop 99, Gamang
100 Stetoskop 100, Membuka hati
101 Stetoskop 101, Ricuh
102 Stetoskop 102, Menjelang hari H
103 Stetoskop 103, Rencana busuk
104 Stetoskop 104, Di rumah
105 Stetoskop 105, Ketahuan
106 Stetoskop 106, Kesibukan di hari Sabtu
107 Stetoskop 107, Kondangan
108 Stetoskop 108, Ciuman pertama
109 Stetoskop 109, Kembali
110 Stetoskop 110, Kurang fit
111 Stetoskop 111, Miskom
112 Stetoskop 112, Berdebat
113 Stetoskop 113, Pria gila
114 Episode 114, Di Rumah Sakit
115 Stetoskop 115, Jalan pulang
116 Stetoskop 116, Percakapan mendalam
117 Stetoskop 117, Membahas tentang nikah
118 Stetoskop 118, Edisi curhat
119 Stetoskop 119, Resign
120 Stetoskop 120, Touring
121 Stetoskop 121, Sharing ilmu
122 Stetoskop 122, Teman
123 Stetoskop 123, Breaking news
124 Stetoskop 124, Duka menggelayut
125 Stetoskop 125, Sepanjang gang
126 Stetoskop 126, Tidak bersedia
127 Stetoskop 127, Pemakaman
128 Stetoskop 128, Bermuka dua
129 Stetoskop 129, Masih ramai
130 Stetoskop 130, Berjumpa
131 Stetoskop 131, Di kamar Bhree
132 Stetoskop 132, Yang muda yang bercinta
133 Stetoskop 133, Ketahuan
134 Stetoskop 134, ICU
135 Episode 135, Tahap pemulihan
136 Stetoskop 136, Ruang rawat
137 Stetoskop 137, Kecurigaan
138 Stetoskop 138, I love you
139 Stetoskop 139, Tetirah
140 Stetoskop 140, Berbincang
141 Stetoskop 141, Pulang
142 Stetoskop 142, Kangen
143 Stetoskop 143, Bersamamu
144 Stetoskop 144, Berkegiatan
145 Stetoskop 145, Terkuak
146 Stetoskop 146, Berdekatan
147 Stetoskop 147, Ngedate
148 Stetoskop 148, Kencan
149 Stetoskop 149, Emosi jiwa
150 Stetoskop 150, Ada-ada saja
151 Stetoskop 151, Duduk bersama
152 Stetoskop 152, Nakal
153 Stetoskop 153, Komitmen baru
154 Stetoskop 154, Panggilan darurat
155 Stetoskop 155, Berangkat
156 Stetoskop 156, Kehebohan
157 Stetoskop 157, Mau menikah
158 Stetoskop 158, Temu kangen
159 Stetoskop 159, Tak disangka
160 Stetoskop 160, Maaf
161 Stetoskop 161, Gawat
162 Stetoskop 162, Menggelitik jiwa
163 Stetoskop 163, Kesibukan menjelang pernikahan
164 Stetoskop 164, Perbincangan laki-laki
165 Stetoskop 165, Menegang
166 Stetoskop 166, Ambang kesabaran
167 Stetoskop 167, Persiapan
168 Stetoskop 168, H-1
169 Stetoskop 169, Tegang
170 Stetoskop 170, Sah
171 Stetoskop 171, Ramah tamah
172 Stetoskop 172, Caption
173 Stetoskop 173, Kegiatan pasangan
174 Stetoskop 174, Full of love
175 Stetoskop 175, Jumpa lagi
176 Stetoskop 176, Ricuh
177 Stetoskop 177, Penjelasan
178 Stetoskop 178, Di Solo
179 Stetoskop 179, Warna warni kehidupan pasangan
180 Stetoskop 180, Ribut lagi
181 Stetoskop 181, Mantu dan mertua
182 Stetoskop 182, Kesibukan dokbar
183 Stetoskop 183, Manja
184 Stetoskop 184, Bertengkar
185 Stetoskop 185, Pembicaraan tepi jurang
186 Stetoskop 186, Hiburan
187 Stetoskop 187, Ruwet
188 Stetoskop 188, Kesibukan harian dokbar
189 Stetoskop 189, Edisi curhat
190 Stetoskop 190, Rahasia yang terkuak
191 Stetoskop 191, Quality time
192 Stetoskop 192, Obrolan penting
193 Stetoskop 193, Pesona Barra
194 Stetoskop, kegiatan Bhree
195 Stetoskop 195, Perkembangan
196 Stetoskop 196, Hidup baru Tama
197 Stetoskop 197, Perbincangan keluarga
198 Stetoskop 198, Curhatan Barra
199 Stetoskop 199, Isu yang tak hangat
200 Stetoskop 200, Pandangan terhadap Barra
201 Stetoskop 201, Di rumah Prof Andjar
202 Stetoskop 202, Menuju bahagia
203 Stetoskop 203, Dunia masing-masing
204 Stetoskop 204, Kehidupan
205 Stetoskop 205, Kegiatan seperti biasa
206 Stetoskop 206, Lelah
207 Stetoskop 207, Menggelitik kalbu
208 Stetoskop 208, Mikir
209 Stetoskop 209, Obrolan yang ga penting
210 Stetoskop 210, Berita menggelegar
211 Stetoskop 211, Mellow
212 Stetoskop 212, Bola panas
213 Stetoskop 213, Kebaikan
214 Stetoskop 214, Menahan emosi
215 Stetoskop 215, Pelan tapi pasti
216 Stetoskop 216, Berbeda
217 Stetoskop 217, Karena masa lalu
218 Stetoskop 218, Sedikit mereda
219 Stetoskop 219, Perbincangan
220 Stetoskop 220, Kejadian tak biasa
221 Stetoskop 221, Kabar duka
222 Stetoskop 222, Kejadian luar biasa
223 Stetoskop 223, Keajaiban itu ada
224 Stetoskop 224, Perbincangan
225 Stetoskop 225, Jenguk
226 Stetoskop 226, Tak seperti yang diharapkan
227 Stetoskop 227, Terus terang
228 Stetoskop 228, Berkunjung
229 Stetoskop 229, Belum ada titik terang
230 Stetoskop 230, Bintangnya
231 Stetoskop 231, Ngobrol santai
232 Stetoskop 232, Rahasia terbongkar lagi
233 Stetoskop 233, Dukacita
234 Stetoskop 234, Ada aja kendalanya
235 Stetoskop 235, Di rumah aja
236 Stetoskop 236, Masih panas
237 Stetoskop 237, Emosi dokbar
238 Stetoskop 238, dokbar hari ini
239 Stetoskop 239, Dilema lagi
240 Stetoskop 240, Masih belum nyaman
241 Stetoskop 241, Obrolan
242 Stetoskop 242, Tambah pusing
243 Stetoskop 243, Tidak terlibat
244 Stetoskop 244, IGD
245 Stetoskop 245, Saat ini
246 Stetoskop 246, Kamar VVIP
247 Stetoskop 247, Kematian di IGD
248 Stetoskop 248, Suasana terkini
249 Stetoskop 249, Akhirnyaaa
250 Stetoskop 250, Ambulans
251 Stetoskop 251, Drama yang berakhir juga
252 Stetoskop 252, Pengakuan
253 Stetoskop 253, Mengiris perih
254 Stetoskop 254, Duka mendalam
255 Stetoskop 255, Menyembuhkan luka
256 Stetoskop 256, Pengumuman mengejutkan
257 Stetoskop 257, Mencoba berdamai
258 Stetoskop 258, Masih gamang
259 Stetoskop 259, Keputusan
260 Stetoskop 260, Oh begitu....
261 Stetoskop 261, Memaafkan
262 Stetoskop 262, Berdua dengan segala ceritanya
263 Stetoskop 263, Berdamai
264 Stetoskop 264, dokbar on duty
265 Stetoskop 265, Persiapan
266 Stetoskop 266, Berita lagi
267 Stetoskop 267, Waktu bersama
268 Stetoskop 268, Sowan kesana kemari
269 Stetoskop 269, Mengakhiri bab di Cinta Medika
270 Episode 270, Duka diujung senja
271 Stetoskop 271, Mencari jalan tengah
272 Stetoskop 272, Perpisahan dan pertemuan
273 Stetoskop 273, Cemburu
274 Stetoskop 274, Legowo
275 Stetoskop 275, Bertemu kawan lama
276 Stetoskop 276, Kumpul lagi
277 Stetoskop 277, Mumet lagi
278 Stetoskop 278, Berita yang membuat pening
279 Stetoskop 279, Mencoba menyelesaikan masalah
280 Stetoskop 280, Sampai disini
Episodes

Updated 280 Episodes

1
Stetoskop 1, Permulaan
2
Stetoskop 2, Pada awalnya
3
Stetoskop 3, Masa lalu
4
Stetoskop 4, Masa kelam
5
Stetoskop 5, Kisahpun bermula
6
Stetoskop 6, Perkenalan
7
Stetoskop 7, Menjemput impian
8
Stetoskop 8, Realitanya ada
9
Stetoskop 9, Dinamika IGD
10
Stetoskop 10, Bertemu masa lalu
11
Stetoskop 11, Hari dan wanita
12
Stetoskop 12, Tugas dokter
13
Stetoskop 13, Para lelaki
14
Stetoskop 14, Tak sesuai bayangan
15
Stetoskop 15, Berbincang
16
Stetoskop 16, Rencana baru
17
Stetoskop 17, Merenung
18
Stetoskop 18, Sekelumit kisah
19
Stetoskop 19, Menyimpan cerita
20
Stetoskop 20, Keresahan
21
Stetoskop 21, Mencari jalan
22
Stetoskop 22, Dilema
23
Stetoskop 23, Putaran takdir
24
Stetoskop 24, Perubahan
25
Stetoskop 25, Kisahnya Barra
26
Stetoskop 26, Penolakan
27
Stetoskop 27, Demi masa depan
28
Stetoskop 28, Dan terjadilah..
29
Stetoskop 29, Perbaikan
30
Stetoskop 30, Kehilangan
31
Stetoskop 31, Menahan emosi
32
Stetoskop 32, Bicara
33
Stetoskop 33, Tragedi
34
Stetoskop 34, Rutinitas
35
Stetoskop 35, Duka
36
Stetoskop 36, Pertemuan
37
Stetoskop 37, Jalan berdua
38
Stetoskop 38, Hati ke hati
39
Stetoskop 39, Mencari
40
Stetoskop 40, Harus bisa
41
Stetoskop 41, Menuju yang lebih baik
42
Stetoskop 42, Langkah
43
Stetoskop 43, Berjuang
44
Stetoskop 44, Mengenal
45
Stetoskop 45, Penjajakan
46
Stetoskop 46, Keadaan
47
Stetoskop 47, Terkuak
48
Stetoskop 48, Kedua kalinya
49
Stetoskop 49, Seperti biasa
50
Stetoskop 50, Musibah
51
Stetoskop 51, Melihat dari berbagai sisi
52
Stetoskop 52, Keras hati
53
Stetoskop 53, Berduaan
54
Stetoskop 54, Rejeki tidak hanya berupa uang
55
Stetoskop 55, Akhirnya..
56
Stetoskop 56, Keputusan
57
Stetoskop 57, Menuju halal
58
Stetoskop 58, Menyerahkan
59
Stetoskop 59, Bercerita masa lalu
60
Stetoskop 60, Gosip
61
Stetoskop 61, Menuju bahagia
62
Stetoskop 62, Pengantin baru
63
Stetoskop 63, Cinta
64
Stetoskop 64, Jumpa lagi
65
Stetoskop 65, Antara bahagia dan kecewa
66
Stetoskop 66, Pendekatan
67
Stetoskop 67, Rasa sayang
68
Stetoskop 68, Pasangan?
69
Stetoskop 69, Peristiwa
70
Stetoskop 70, Pelepasan PPDS
71
Stetoskop 71, Kesempatan baru
72
Stetoskop 72, Penyesuaian
73
Stetoskop 73, Diskusi masa lalu
74
Stetoskop 74, Berjumpa
75
Stetoskop 75, Kegiatan
76
Stetoskop 76, Malam ini
77
Stetoskop 77, Babak baru
78
Stetoskop 78, Bertemu lagi
79
Stetoskop 79, Langkah selanjutnya
80
Stetoskop 80, Takut
81
Stetoskop 81, Menemani
82
Stetoskop 82, Mengusik hati
83
Stetoskop 83, Hampir aja
84
Stetoskop 84, Terselamatkan
85
Stetoskop 85, "Kesasar"
86
Stetoskop 86, Dunia milik berdua
87
Stetoskop 87, Setan berbisik
88
Stetoskop 88, Bertemu
89
Stetoskop 89, Campur aduk
90
Stetoskop 90, Aku berhak atas rasaku
91
Stetoskop 91, Nikah Yukkkk
92
Stetoskop 92, Lembaran baru
93
Stetoskop 93, Kembali bersama
94
Stetoskop 94, Rangkaian cerita
95
Stetoskop 95, Tembung
96
Episode 96, Ricuh
97
Stetoskop 97, Pendekatan
98
Stetoskop 98, Perbincangan
99
Stetoskop 99, Gamang
100
Stetoskop 100, Membuka hati
101
Stetoskop 101, Ricuh
102
Stetoskop 102, Menjelang hari H
103
Stetoskop 103, Rencana busuk
104
Stetoskop 104, Di rumah
105
Stetoskop 105, Ketahuan
106
Stetoskop 106, Kesibukan di hari Sabtu
107
Stetoskop 107, Kondangan
108
Stetoskop 108, Ciuman pertama
109
Stetoskop 109, Kembali
110
Stetoskop 110, Kurang fit
111
Stetoskop 111, Miskom
112
Stetoskop 112, Berdebat
113
Stetoskop 113, Pria gila
114
Episode 114, Di Rumah Sakit
115
Stetoskop 115, Jalan pulang
116
Stetoskop 116, Percakapan mendalam
117
Stetoskop 117, Membahas tentang nikah
118
Stetoskop 118, Edisi curhat
119
Stetoskop 119, Resign
120
Stetoskop 120, Touring
121
Stetoskop 121, Sharing ilmu
122
Stetoskop 122, Teman
123
Stetoskop 123, Breaking news
124
Stetoskop 124, Duka menggelayut
125
Stetoskop 125, Sepanjang gang
126
Stetoskop 126, Tidak bersedia
127
Stetoskop 127, Pemakaman
128
Stetoskop 128, Bermuka dua
129
Stetoskop 129, Masih ramai
130
Stetoskop 130, Berjumpa
131
Stetoskop 131, Di kamar Bhree
132
Stetoskop 132, Yang muda yang bercinta
133
Stetoskop 133, Ketahuan
134
Stetoskop 134, ICU
135
Episode 135, Tahap pemulihan
136
Stetoskop 136, Ruang rawat
137
Stetoskop 137, Kecurigaan
138
Stetoskop 138, I love you
139
Stetoskop 139, Tetirah
140
Stetoskop 140, Berbincang
141
Stetoskop 141, Pulang
142
Stetoskop 142, Kangen
143
Stetoskop 143, Bersamamu
144
Stetoskop 144, Berkegiatan
145
Stetoskop 145, Terkuak
146
Stetoskop 146, Berdekatan
147
Stetoskop 147, Ngedate
148
Stetoskop 148, Kencan
149
Stetoskop 149, Emosi jiwa
150
Stetoskop 150, Ada-ada saja
151
Stetoskop 151, Duduk bersama
152
Stetoskop 152, Nakal
153
Stetoskop 153, Komitmen baru
154
Stetoskop 154, Panggilan darurat
155
Stetoskop 155, Berangkat
156
Stetoskop 156, Kehebohan
157
Stetoskop 157, Mau menikah
158
Stetoskop 158, Temu kangen
159
Stetoskop 159, Tak disangka
160
Stetoskop 160, Maaf
161
Stetoskop 161, Gawat
162
Stetoskop 162, Menggelitik jiwa
163
Stetoskop 163, Kesibukan menjelang pernikahan
164
Stetoskop 164, Perbincangan laki-laki
165
Stetoskop 165, Menegang
166
Stetoskop 166, Ambang kesabaran
167
Stetoskop 167, Persiapan
168
Stetoskop 168, H-1
169
Stetoskop 169, Tegang
170
Stetoskop 170, Sah
171
Stetoskop 171, Ramah tamah
172
Stetoskop 172, Caption
173
Stetoskop 173, Kegiatan pasangan
174
Stetoskop 174, Full of love
175
Stetoskop 175, Jumpa lagi
176
Stetoskop 176, Ricuh
177
Stetoskop 177, Penjelasan
178
Stetoskop 178, Di Solo
179
Stetoskop 179, Warna warni kehidupan pasangan
180
Stetoskop 180, Ribut lagi
181
Stetoskop 181, Mantu dan mertua
182
Stetoskop 182, Kesibukan dokbar
183
Stetoskop 183, Manja
184
Stetoskop 184, Bertengkar
185
Stetoskop 185, Pembicaraan tepi jurang
186
Stetoskop 186, Hiburan
187
Stetoskop 187, Ruwet
188
Stetoskop 188, Kesibukan harian dokbar
189
Stetoskop 189, Edisi curhat
190
Stetoskop 190, Rahasia yang terkuak
191
Stetoskop 191, Quality time
192
Stetoskop 192, Obrolan penting
193
Stetoskop 193, Pesona Barra
194
Stetoskop, kegiatan Bhree
195
Stetoskop 195, Perkembangan
196
Stetoskop 196, Hidup baru Tama
197
Stetoskop 197, Perbincangan keluarga
198
Stetoskop 198, Curhatan Barra
199
Stetoskop 199, Isu yang tak hangat
200
Stetoskop 200, Pandangan terhadap Barra
201
Stetoskop 201, Di rumah Prof Andjar
202
Stetoskop 202, Menuju bahagia
203
Stetoskop 203, Dunia masing-masing
204
Stetoskop 204, Kehidupan
205
Stetoskop 205, Kegiatan seperti biasa
206
Stetoskop 206, Lelah
207
Stetoskop 207, Menggelitik kalbu
208
Stetoskop 208, Mikir
209
Stetoskop 209, Obrolan yang ga penting
210
Stetoskop 210, Berita menggelegar
211
Stetoskop 211, Mellow
212
Stetoskop 212, Bola panas
213
Stetoskop 213, Kebaikan
214
Stetoskop 214, Menahan emosi
215
Stetoskop 215, Pelan tapi pasti
216
Stetoskop 216, Berbeda
217
Stetoskop 217, Karena masa lalu
218
Stetoskop 218, Sedikit mereda
219
Stetoskop 219, Perbincangan
220
Stetoskop 220, Kejadian tak biasa
221
Stetoskop 221, Kabar duka
222
Stetoskop 222, Kejadian luar biasa
223
Stetoskop 223, Keajaiban itu ada
224
Stetoskop 224, Perbincangan
225
Stetoskop 225, Jenguk
226
Stetoskop 226, Tak seperti yang diharapkan
227
Stetoskop 227, Terus terang
228
Stetoskop 228, Berkunjung
229
Stetoskop 229, Belum ada titik terang
230
Stetoskop 230, Bintangnya
231
Stetoskop 231, Ngobrol santai
232
Stetoskop 232, Rahasia terbongkar lagi
233
Stetoskop 233, Dukacita
234
Stetoskop 234, Ada aja kendalanya
235
Stetoskop 235, Di rumah aja
236
Stetoskop 236, Masih panas
237
Stetoskop 237, Emosi dokbar
238
Stetoskop 238, dokbar hari ini
239
Stetoskop 239, Dilema lagi
240
Stetoskop 240, Masih belum nyaman
241
Stetoskop 241, Obrolan
242
Stetoskop 242, Tambah pusing
243
Stetoskop 243, Tidak terlibat
244
Stetoskop 244, IGD
245
Stetoskop 245, Saat ini
246
Stetoskop 246, Kamar VVIP
247
Stetoskop 247, Kematian di IGD
248
Stetoskop 248, Suasana terkini
249
Stetoskop 249, Akhirnyaaa
250
Stetoskop 250, Ambulans
251
Stetoskop 251, Drama yang berakhir juga
252
Stetoskop 252, Pengakuan
253
Stetoskop 253, Mengiris perih
254
Stetoskop 254, Duka mendalam
255
Stetoskop 255, Menyembuhkan luka
256
Stetoskop 256, Pengumuman mengejutkan
257
Stetoskop 257, Mencoba berdamai
258
Stetoskop 258, Masih gamang
259
Stetoskop 259, Keputusan
260
Stetoskop 260, Oh begitu....
261
Stetoskop 261, Memaafkan
262
Stetoskop 262, Berdua dengan segala ceritanya
263
Stetoskop 263, Berdamai
264
Stetoskop 264, dokbar on duty
265
Stetoskop 265, Persiapan
266
Stetoskop 266, Berita lagi
267
Stetoskop 267, Waktu bersama
268
Stetoskop 268, Sowan kesana kemari
269
Stetoskop 269, Mengakhiri bab di Cinta Medika
270
Episode 270, Duka diujung senja
271
Stetoskop 271, Mencari jalan tengah
272
Stetoskop 272, Perpisahan dan pertemuan
273
Stetoskop 273, Cemburu
274
Stetoskop 274, Legowo
275
Stetoskop 275, Bertemu kawan lama
276
Stetoskop 276, Kumpul lagi
277
Stetoskop 277, Mumet lagi
278
Stetoskop 278, Berita yang membuat pening
279
Stetoskop 279, Mencoba menyelesaikan masalah
280
Stetoskop 280, Sampai disini

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!