Blair and Blair Advocate Office Manhattan New York
Nelson mengetuk pintu ruang kerja ayahnya setelah sekretaris nya mengatakan bahwa Travis Blair tidak ada klien.
"Masuk!" suara Travis terdengar dan Nelson membuka pintunya.
"Dad, boleh aku masuk?" tanya Nelson.
"Masuk Son. Ada apa?" Travis melihat putranya tampak kusut sedang menutup pintu ruang kerjanya yang tampak mewah itu. Travis untuk sementara berkantor di New York sebelum nanti usai pernikahan Gemintang dan Raj, dia akan ke kantor Jakarta yang merupakan peninggalan Stephen Blair. Kantor Jakarta dikelola oleh pengacara senior kepercayaannya.
"Dad, tadi Senator Robert datang kemari."
Travis yang sedang membaca berkas melepaskan kacamata bacanya dan mulai menatap putranya intens. "Ada apa Robert kemari?"
"Meminta aku membela anaknya."
"Kasus apa?" tanya Travis. Nelson tidak menjawab tapi hanya memberikan sebuah berkas ke ayahnya.
Travis memakai kacamata bacanya dan mulai membaca semua dengan teliti.
Setelahnya, Travis menatap putranya. "Kamu tidak mau menerima kasus ini?"
"Aku sudah menerimanya Dad. Awalnya aku hendak menolak karena sudah pasti aku kalah. Tapi setelah aku pikir ulang lagi, lebih baik juri yang memutuskan hukuman untuk pelakunya. Aku tetap menjadi pengacara yang profesional tapi mendorong pihak juri untuk memberikan hukuman maksimal" jawab Nelson.
"Jadi kamu memilih menggunakan suara dan keputusan juri daripada kamu mundur menjadi pengacaranya?" tanya Travis.
"Yup."
"Hukuman maksimal di New York berarti suntik mati?"
"Yup. Bagaimana menurut mu Dad?" tanya Nelson.
Travis mengusap wajahnya dan melepaskan kacamata bacanya. "Dad setuju dengan keputusan kamu. Mau menggunakan pengacara siapapun pasti akan kalahnya karena semua bukti sudah mengarah ke terdakwa."
"Senator Robert meminta agar aku mengalihkan ke hukuman seumur hidup meskipun tanpa pembebasan bersyarat ( without parole ) tapi aku yakin dengan tingkat kekejaman seperti ini, aku meragukan Dad."
"Son, kamu harus bisa membuat juri menjatuhkan hukuman mati! Bagaimana caranya! Daddy setuju dengan ide kamu karena biarkan people yang menjatuhkan hukuman itu!" ucap Travis. "Daddy pernah mendapatkan kasus ini saat Opamh masih ada. Hanya saja saat itu bukan klien yang mampu membayar jasa kita tapi pihak kehakiman yang menunjuk Daddy menjadi pengacaranya dengan pro Bono sebagai latihan menjadi pengacara."
"Apa yang terjadi Dad?"
"Opamu James bilang 'Let the jury decide but you must lead the way to give maximum sentence which is death sentence ( biarkan juri memutuskan tapi kamu harus menuntun mereka ke hukuman maksimal yaitu hukuman mati )!' Ternyata kamu pun mengalami hal yang sama seperti Daddy. Ini semacam napak tilas, Son."
Nelson hanya tersenyum. "Tampaknya memang kita sebagai pengacara harus mendapatkan kasus yang sering merusak hati nurani dan moral..."
"Daddy yakin, klien mu akan bernasib sama dengan klien Daddy. Dihukum mati."
***
Nadya menatap layar iMac nya tapi pikirannya mengembara kemana-mana. Brengseeekkk cowok Mesir satu itu! Main cium tanpa ada embel-embel apa kek! Lama-lama gue mumifikasi sekalian taruh di Thebes! Biar ketemu dengan Nefertiti!
Lama-lama Nadya geram juga karena Omar tidak ada penjelasan membuat gadis itu menelpon pria jangkung itu.
"Halo?"
"Omar! Kamu itu apa-apaan..."
"NOT NOW NADYA!" Omar mematikan panggilannya membuat Nadya melongo.
"Haaaaahhh? Aku dibentak?" pekik Nadya kesal. "Enak saja main bentak-bentak aku!"
***
Sementara itu...
"Lari kemana Tiff?" teriak Omar ke rekannya.
"Ke gang dekat gedung itu OZ!" seru Tiffany. Keduanya sedang mengejar seorang tersangka pelaku pembunuhan agen IRS.
"Aku akan menghalanginya!" ucap Billy Boyd yang berada di mobil bersama Maggie untuk mengejar pelaku itu.
"Brengseeekkk! Dia bisa bersembunyi dimana saja!" umpat Omar Zidane saat mereka keluar dari gang dan melihat banyak gedung apartemen disana.
"Ian! Cari kemana Laquent pergi!" pinta Billy ke markas FBI. "Ada beberapa kamera disini!"
Omar meneliti semua gedung dan mencoba mencari gerakan yang mencurigakan. Tak lama anggota task force FBI dan NYPD datang untuk membantu mereka setelah melakukan parameter hingga lima blok.
"Dia di gedung hitam, Billy!" ucap Ian yang membuat mereka semua masuk ke gedung hitam.
"Kalian masuk ! Aku dan Tiffany akan berjaga di belakang bersama tim" perintah Omar ke Billy dan Maggie. "Be careful!"
Billy dan Maggie masuk bersama dengan tim bersenjata ke gedung hitam sedangkan Omar dan Tiffany terbagi dua tim untuk mengawasi tangga darurat yang berada di masing-masing sisi gedung. Mereka semua dalam kondisi siaga dan waspada.
Omar menodongkan pistolnya ketika melihat buronannya turun melalui tangga darurat yang dikejar oleh Billy. Pria bertubuh tinggi itu langsung naik ke tangga darurat dan menarik Laquent hingga terjatuh dari tangga darurat dan langsung ditodong para tim FBI.
"Benar-benar menyusahkan!" umpat Billy. "Bawa dia ke markas!"
Omar pun turun dan mengambil ponselnya. Dirinya merasa tidak enak karena sudah membentak Nadya.
"Kalau kamu telepon karena merasa bersalah membentak aku, berikan satu alasan meyakinkan kenapa kamu lakukan!" ucap Nadya dingin saat deringan ketiga diterima.
"Maaf Nadya, aku harus mengejar penjahat di daerah Queens. Tonton lah tv."
"Jika itu alasan mu, traktir aku makan malam sebagai ucapan permintaan maaf. Pertama karena kamu menciumiku, kedua karena kamu membentak aku!"
"Deal Nadya! Nanti aku kabari." Omar mematikan ponselnya ketika Maggie datang menghampirinya.
"Senjata pembunuh nya tidak ditemukan di Laquent. Kita harus menyelidiki rumah ibunya" ucap Maggie.
"Mintakan surat penggeledahan, kita ke tempat ibunya" perintah Omar.
"Baik OZ."
***
Yuhuuuu Up Siang Yaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
ꍏꋪꀤ_💜❄
masih ngambang pasangan ini👀👀👀👀
2023-04-14
1
ellyana imutz
kembar yg sehati...1 pusing krn kasus e..1 pusing krn ciuman g jls status e....
2023-04-14
2
za_syfa
nelson mumet sama kasusnya dan Nadya mumet karena Oz main cium tanpa konfirm perasaannya?
2023-04-14
1