JFK Airport New York
Nadya mendaratkan pesawat Gulfstream itu dengan mulus dan segera Billy Boyd bersama Tiffany dan Maggie membuka pintu pesawat mewah itu. Tampak mobil FBI sudah berada di dekat hangar milik Giandra Otomotif Co. Nadya meminta pengisian bahan bakar lalu dirinya turun bersama dengan Omar Zidane yang sebelumnya menemani sebagai co pilot.
"Hai" sapa Nelson ke adiknya yang baru turun dari pesawat. "Mana Margarita aku?"
"Tidak ada kakakku sayang. Gara-gara dia!" ucap Nadya sambil menunjuk ke arah Omar Zidane.
"What!! Bukankah kamu sendiri yang ingin menjemput kami? Seriously kalian para pengacara itu sukanya memutar balikan omongan" protes Omar.
"Memangnya FBI tidak?" balas Nadya judes. Omar menyipitkan matanya ke arah gadis cantik itu.
"Nad, kata mas Bayu, mereka sudah bergerak dan kita harus bersiap ke Rio de Janeiro. Malam ini mereka harus sudah keluar Brazil" potong Nelson.
"Ini lagi isi bahan bakar" jawab Nadya santai.
"Excuse me." Omar meninggalkan kedua kakak beradik Blair untuk berkoordinasi dengan para rekannya untuk membawa Eduardo ke tahanan FBI. Tampak Billy Boyd mengangguk saat mendapatkan arahan dari Omar dan semua anggota FBI pun pergi meninggalkan pria berdarah Mesir itu sendirian, membuat Nelson dan Nadya bingung.
"Kamu ditinggal atau ketinggalan?" tanya Nelson bingung.
"Ditinggal karena aku akan mendampingi kalian mengawal Bayu, Jubal dan keluarga kalian pulang" jawab Omar kalem membuat dua kakak beradik Blair itu melongo.
"What?" Nadya menatap tajam ke Omar.
"Kamu dengar sendiri Nadya, aku akan mengawal kalian agar Bayu tidak membawa Harland kemari."
Nelson dan Nadya saling berpandangan.
***
Perjalanan Menuju Rio de Janeiro Brazil
Nelson dan Nadya menerbangkan pesawat Gulfstream milik keluarga Blair menuju Brazil setelah Bayu, Dante, Luke dan Antonio sudah berhasil mendapatkan target.
"Jangan bilang kalian mau pakai PW-10 punya Shinchan!" ucap Nelson ke Luke.
"Bayu bawa coba! Kan Kampret tuh angin lisus!" jawab Luke di earpiece nya.
"Kalau tidak di test Drive, mana tahu berhasil atau tidak" sahut Bayu kalem.
"Iya betul Son. Itu kan hasil karya aku!" timpal Shinichi ikut nimbrung.
"Aku minta jangan aneh-aneh! Kami masih belum sampai Rio!" hardik Nelson karena perjalanan dari New York ke Rio de Janeiro membutuhkan waktu hampir sepuluh jam dan diperkirakan mereka akan tiba malam hari.
"Nggak aneh-aneh kok. Hanya bawa pulang semua orang dengan selamat" jawab Dante Mancini.
***
"Kalian berdua pilot?" tanya Omar saat Nelson dan Nadya berisitirahat sebentar sementara pesawat mewah mereka di-setting ke auto pilot.
"Yup. Aku dan Nadya memang memegang lisensi pilot internasional. Aku sudah belajar menerbangkan pesawat sejak usia sepuluh tahun apalagi kami sudah sekolah di New York dari elementary school."
"Bukannya kamu juga mengenal Raveena, Omar?" tanya Nadya sambil meminum hot Choco.
"Iya, Veena sahabat sepupuku waktu SMA."
"So, apa kalian tim kasus Harland dengan bang Pedro dekat?" tanya Nelson.
"Well, kami berbeda divisi sebenarnya. Pedro di divisi domestik terutama kejahatan ter*ris kalau aku dan tim di divisi homicide." Omar menatap kedua kakak beradik itu dengan tatapan serius.
"Tapi sekarang kan bang Pedro dipindahkan ke BAU di Quantico" ucap Nadya.
"Iya. Sebenarnya divisi Ter*ris New York kehilangan agen terbaiknya tapi memang Pedro pantas mendapatkan promosi itu. Apalagi Nadira kan juga menjadi dosen University of Maryland. Setidaknya aku senang melihat Pedro bahagia dengan hidupnya apalagi sudah memiliki Biana" senyum Omar getir.
"Apa kamu masih belum move on dari Mbak Leia?" cengir Nelson membuat pria jangkung itu melongo. "Oh come on OZ, kita semua tahu kalau kamu naksir mbak Leia, makanya Bang Dante langsung main tutup akses kamu ke kakakku itu."
"Leia juga tidak ada perasaan denganku" ujar Omar.
"Memang. Kamu itu terlalu santun sedangkan mbak Leia tipe orang yang suka spontanitas, sudah beda kutub. Kalau magnet itu biasanya yang sama mental tapi tidak berlaku di soal asmara. Malah yang mental malah nempel macam Velcro" ucap Nadya.
Omar menatap gadis cantik yang bar-barnya sama dengan Leia. "Apakah semua anak perempuan di keluarga Leia memang urakan dan brutal?"
"Kenapa kamu tanya begitu?" Nelson menyesap orange juice nya.
"Soalnya Nadya itu sama dengan Raveena, ceplas-ceplos."
"Ya maklum lah, kami kan saudara sepupu jadi kalau sifatnya mirip, ya bukan salah bunda mengandung tapi salah gen yang turun temurun meskipun itu bagus sih" cengir Nadya.
"Nadya? Nelson?" suara Luke terdengar dari radio. "Kalian sampai mana?"
"Sekitar dua jam lagi kami mendarat. Kalian bagaimana?" jawab Nelson.
"Hendak menuju bandara, dua paket sudah ditangan. Brengseknya perjalanan menuju bandara. hampir satu setengah jam!"
"Kan pas tuh bang, kita landing kalian datang. Kurang siapa?"
"Angin lisus."
"Gue denger Luke!" hardik Bayu.
"Angin tsunami... angin sripit-sripit... angin putiing beliung... angin..."
"Shut up Shinchan! Berisik!" seru semua saudara sepupunya.
Omar menoleh ke arah Nadya yang melengos mendengar ucapan sepupu ceriwisnya.
"Kalian itu membawa penjahat internasional. Kenapa sih santai banget? Apa kalian tidak merasa takut?" tanya Omar ke Nadya.
Nadya memajukan tubuhnya karena mereka duduk bersebrangan. "Aku yakin FBI pasti punya data hitam keluarga kami cukup panjang dari generasi kedua hingga kami generasi keenam. Dari situ kalian bisa menyimpulkan bahwa keluarga kami sangat menghayati yang namanya gegeran sesuai dengan motto keluarga no rusuh no life. Jadi buat kami, kegiatan seperti ini sama saja healing dari pekerjaan kami yang sangat menguras energi. Anggap saja liburan yang memacu adrenalin."
Omar melongo. "Laki perempuan sama?"
"Menurutmu mbak Leia gimana? Raveena gimana? Sama saja kan?" cengir Nadya.
"Nad, kita alihkan ke manual soalnya kurang dari satu setengah jam lagi kita akan mendarat. Kamu bantu aku" panggil Nelson.
"Iya mas. Aku bantu." Nadya pun berjalan menuju kokpit meninggalkan Omar yang memegang pelipisnya.
"Astaghfirullah... Keluarga tidak takut mati..." gumam Omar.
***
Bandara International Rio de Janeiro Brazil
Pesawat Gulfstream milik keluarga Blair mendarat dengan mulus bertepatan dengan sudah berkumpulnya semua anggota keluarga yang membuat gegeran Brazil dengan menculik agen yang AWOL ( absent without official leave atau bahasa Slank nya absent without leave aka pergi tanpa permisi ).
Bayu, Dante, Antonio, Luke, Gabriel, dan Jubal sudah menunggu pintu pesawat itu terbuka. Tak lama tampak Nelson berdiri disana.
"Yuk pulang! Udahan main suntik menyuntik dan tembak-tembakan nya" cengir Nelson.
***
FYI, Kalila dan Alexander sudah ada yaaa di Noveltoon
***
Yuhuuuu Up Siang Yaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
ꍏꋪꀤ_💜❄
intinya no rusuh no hidup🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2023-03-17
1
za_syfa
kl ini keluarga gak gegeran kayaknya ada yg kurang deh
2023-03-17
1
ellyana imutz
kyk lg marn dokter dokteran y son
2023-03-17
1