Jakarta, Indonesia Tiga Tahun Kemudian... Kasus Kecelakaan Juliet
Nelson dan Travis tiba di Jakarta usai mengurus klien mereka yang berada di Kuala Lumpur Malaysia. Sebagai pengacara kaliber internasional dan memiliki beberapa firma hukum dengan nama Blair and Blair, Travis memilih-milih banyak kasus yang memang high priority apalagi dengan klien VIP dan special.
Kebanyakan para klien yang sok elite dan VIP adalah orang-orang yang tidak sayang mengeluarkan uang konsultasi satu jam yang tidak sedikit jumlahnya asalkan mereka bebas dari hukum atau mendapatkan hukuman ringan. Namun Travis adalah orang yang fair seperti pendahulunya. Jika dirasa kasus nya tidak bisa dibela akibat kejahatannya terlalu berat, Travis memilih mundur.
Dan kini, mereka terpaksa harus pulang ke Jakarta karena Hoshi Reeves sedang meradang karena putrinya mengalami kecelakaan dan tampak Juliet ditabrak dengan sengaja oleh seseorang hingga terluka parah. Travis harus segera pulang untuk menahan si bon cabe agar tidak menghajar si pelaku. ( Baca Romeo Untuk Juliet )
"Dad, Oom Hoshi dimana?" tanya Nelson setelah mereka masuk ke dalam mobil yang menjemput.
"Rumah sakit PRC Group. Bahaya kalau bon cabe ngamuk! Bisa diobrak Abrik semua!" jawab Travis yang tahu bagaimana panasannya Hoshi apalagi ini putrinya yang celaka. Travis pun juga akan sama dengan Hoshi jika sesuatu terjadi pada Nadya.
"Kita ke rumah sakit dulu atau langsung ke kantor polisi?" tanya Nelson.
"Rumah sakit dulu baru ke kantor polisi menemui Kapten Randy Hutabarat. Oom Randy yang mengurus kasusnya karena tahu siapa Juliet. Dan hanya dia yang bisa berkoordinasi dengan Oom David mu."
Nelson mengusap wajahnya. "Aku tidak kebayang bagaimana kalau Oom Hoshi tahu siapa pelakunya. Bisa-bisa dikirim ke Empangnya bang Lukie."
***
Ruang Kerja Randy Hutabarat Usai Nelson dan Valentino memeriksa CCTV
"Sudah kuduga pasti kalian datang" kekeh Randy, sahabat David Hakim Satrio. ( Baca My Boyfriend is not a transgender ).
"Aku tidak mau Hoshi gelap mata akibat ngamuk. Tahu sendiri kan bon cabe itu gimana, Rand." Travis dan Nelson kini duduk di hadapan meja kerja Randy, kapten polisi yang dulu berjibaku bersama David.
"Dua anak buahku yang paling loyal dan membuat aku pusing, sedang berkoordinasi dengan pihak satlantas untuk memeriksa CCTV di area lokasi kejadian."
Tak lama masuklah dua orang dengan berbeda bentuk tubuh. Seorang pria jangkung berwajah datar dan seorang pria yang lebih pendek dengan tubuh gemuk, datang membawa laptop dan iPad masing-masing.
"Pak Ustadz Randy, kisanak sudah mendapatkan rekaman CCTV nya" ucap pria gemuk itu membuat Travis dan Nelson melongo.
"Pak Ustadz?!" tanya Travis dan Nelson bersamaan.
"Ah panggilan kesayangan aku dari para kisanak ini. Nelson, kenalkan ini Bang Toro biasa dipanggil Tororong atau Ateng, tergantung situasi. Masih jomblo di usia hampir kepala lima karena patah hati ditinggal nikah Anandhita. Lalu ini Bang Jimmy biasa dipanggil Jimbong, sudah menikah punya anak dua. Keduanya adalah ahli forensik andalan kami meskipun kelakuan mereka minus" kekeh Randy.
"Pak Travis, apakah Juliet dirawat di RS PRC ?" tanya Toro.
"Iya. Kenapa?"
"Apakah neng Didit ada di sana?" tanya Toro tanpa malu.
Nelson menyembunyikan senyumannya. Ya ampun tante, yang naksir dari sekian puluh tahun lalu.
"Dhita kan di Ciptomangunkusumo, nggak di PRC."
"Duh kok ya disana tho neng Didit..."
"Teng, kalau David dengar, bisa kempes bodi lu ditusuk pakai linggis!" hardik Jimbong yang sebal sekian puluh tahun ributin Anandhita terus meskipun sudah menikah dengan David dan punya anak Arabella.
"Habis, neng Didit awet enom. Kan aku jadi terharu..."
"Astaghfirullah... Jadi gimana hasil penyelidikan kalian?" tanya Randy yang berharap David segera datang agar pawangnya Ateng bisa menghandlenya.
"Aku sudah menemukan rumah si pelaku." Jimbong menatap dua pria beda usia yang sama - sama berprofesi sebagai pengacara.
"Biar aku hubungi David. Dia sedang di rumah sakit bersama pak Quinn. Kalian berdua sudah tahu mobilnya siapa itu?" tanya Randy sambil mengambil ponselnya untuk menelpon David.
"Sudah dong, pak Ustadz. Tororong!" ucap Toro jumawa.
***
Rumah Sakit PRC Group Jakarta
Nelson menghampiri Romeo yang masih menatap Juliet dari balik kaca.
"Kita akan menangkap dalang dan pelakunya Rom" ucap Nelson. "Aku sama dengan mu, tidak ikhlas melihat adikku terkapar seperti itu."
"Jules tidak berhak mendapatkan kecelakaan itu, Son. Dia tidak salah apa-apa..." jawab Romeo pelan.
Nelson merangkul bahu Romeo. "Jules kuat kok Rombeng. Dia seorang Pratomo, seorang Reeves. Dia anaknya Hoshi Reeves yang memiliki mental baja. Yakin dia akan segera sadar."
Romeo menangis di pelukan Nelson yang memiliki tinggi lebih darinya.
"Kamu ... tidak tahu rasanya... melihat Jules... ditabrak seperti itu..." isak Romeo.
"I know Rom. Kita semua tahu bagaimana rasanya."
Romeo masih menangis dan Valentino bisa melihat bagaimana hancurnya hati sahabatnya.
***
Segala sesuatu bergerak cepat hingga Hoshi tidak tahan lagi untuk tidak melabrak Dokter Sandoro, ayah Susan si dalang peristiwa tabrakan itu. Nelson dan David segera ke Starbucks dekat gedung PRC Group untuk mendapatkan rekaman CCTV saat Susan dan Anneke merencanakan untuk mencelakakan Juliet.
Keduanya tiba bertepatan saat Hoshi mengamuk di depan resepsionis menanyakan dimana ruang dokter Sandoro. Pria berwajah cantik itu tidak memperdulikan sopan santun dan langsung menendang pintu ruang kerja dokter Sandoro. Keributan pun terjadi disana membuat Nelson melihat sendiri betapa menyeramkannya seorang Hoshi Paramudya Quinn kalau sudah mengamuk.
Keadaan semakin tidak kondusif saat Susan masuk dengan diseret oleh dua pengawal Hoshi. Kedatangan Randy, Jimmy dan Toro yang membawa bukti bahwa Susan lah dalang dari semua ini, membuat dokter Sandoro kebingungan.
"Sayang, nanti papa akan sewa pengacara untukmu!" teriak Harry Sandoro yang bingung dengan kejadian di hadapannya. "Nomor Travis Blair... dimana?" ucapnya sambil mencari nomor kontak ponselnya membuat Hoshi menoleh ke arah Travis dan Nelson yang menahan tawa.
"Really? Dia tidak tahu kamu, bro" goda David.
"Biarkan saja" jawab Travis kalem.
"Dad, this is so hilarious" bisik Nelson.
"Ini belum seberapa, boy. Nanti kamu akan lebih sering bertemu yang Membagongkan apalagi kalau menyangkut sepupumu" kekeh Travis yang harus pasang badan setiap sepupunya berulah.
Suara ponsel Travis berbunyi bersamaan dengan Harry Sandoro menghubunginya.
"Ya dokter Sandoro" jawab Travis tenang di hadapan dokter Harry Sandoro yang melongo. "Saya tidak akan membela putri anda karena dia membuat keponakan saya nyaris tewas."
Nelson menatap dokter paruh baya itu dengan smirk di wajahnya. Bagaimana bisa kamu memiliki nomor Daddy tapi tidak tahu wujud Daddy macam apa?
***
Susan yang masih berteriak teriak karena digelandang oleh para polwan disana membuat semua orang kepo, bahkan ada yang merekamnya via ponselnya. Anandhita yang melihat keributan itu hanya tersenyum tipis tapi wajahnya terkejut melihat siapa yang bergegas menghampirinya.
"Neng Didiiiittt... ! Aa' kangeeeennn!"
Anandhita hanya bisa beristighfar. Astaghfirullah.
***
Yuhuuuu Up Siang Yaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Ninik Rochaini
ya ampun...bang Tororong... /Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
2024-09-26
1
ein
urutan bacanya yg mana duluan
2023-09-08
2
Lina Asm
nyesel baru tau cerita ini, danharus baca yg sebelumnya inimah karna sedikit ga ngerti sejarahnya dicerita lalu lalu, PEER inimah..... marathon pasti gaskeun lah🏃♀️
2023-06-07
1