Perjalanan Kembali ke Manhattan.
Nadya menoleh ke arah jendela sembari menikmati pemandangan malam. Jujur jalan dari Staten Island menuju kota Manhattan mulai sepi apalagi menjelang tengah malam. Perjalanan mereka membutuhkan waktu sekitar 40 menitan melewati tol I-278 E.
"Mengantuk Nad?" tanya Omar.
"Nope. Eh OZ, apakah kamu punya seseorang setelah mbak Leia?"
"Apanya?"
"Cewek setelah mbak Leia?" Nadya menatap Omar dengan wajah kepo.
"Tidak ada."
Nadya menatap tidak percaya. "Seriously? Look, kamu itu nggak jelek lho! Menarik dan manly."
"Tadi katanya perlu dibuktikan" kekeh Omar.
"Iya sih. Kembali ke topik. Beneran habis patah hati sama mbak Leia, kamu tidak tertarik sama cewek lain?" Nadya tetap menatap super kepo ke Omar.
"Aku agen FBI Nad dan pekerjaan ini menyita kehidupan sosial aku..."
"CK! Alasan klise!" decih Nadya. "Kamu bukannya tidak bisa tapi tidak mau mencari karena bagi kamu, mbak Leia is the best! Tapi Tuhan pasti akan memberikan kamu gadis yang jauh lebih baik dari mbak Leia. Rasanya aku sudah bilang ini bolak balik deh!"
Omar tersenyum ke arah Nadya yang mengerucutkan bibirnya. "Nad, kalau ada yang suka padamu, bagaimana?"
"Siapa?"
"Well, kalau ada... Syarat nya apa?"
Nadya tersenyum. "Asalkan dia baik, tidak mengekang aku untuk berkarier di dunia hukum, menerima aku termasuk bar-barnya dan hanya melihat sosok Nadya Aurora bukannya Nadya Blair... Bisa aku pertimbangkan."
"Jika dia tidak seiman?"
"Aku tidak masalah pindah selama pria itu bisa membimbing aku di keyakinannya. Kamu tahu sendiri keluarga aku macam-macam. Keluarga Blair lawyer dan Smith memang dari dulu berbeda dari keluarga Pratomo. But, buat kami diversity itu lah yang membuat kami saling respek. Kamu tahu kenapa kami sering mengadakan acara pernikahan di bulan Desember karena bisa bersama dengan kami, berkumpul bersama. Begitu juga jika lebaran, kami pun datang. Bagi kami, kebersamaan itu penting karena jika bukan keluarga yang akan membantu kita, siapa lagi? Memang ada teman rasa saudara tapi hubungan darah itu tidak bisa dilepaskan" ucap Nadya panjang lebar.
"Aku selalu suka dengan keluarga kalian tapi tidak acara menistakan! Ampun deh kalian itu kalau sudah seperti itu!"
Nadya terbahak. "Itu sudah hukum wajib tidak tertulis turun temurun bahwa menistakan itu wajib bukan Sunnah!"
Omar tertawa. "Seriously kalian itu! Eh menurutmu, apakah kejadian tadi bakalan muncul di permukaan tidak ya?"
"Kejadian apa? Oom Bima? Well, kita lihat saja nanti. Kalau di grup keluarga tidak ada gegera, berarti aman... Sementara. Karena soal tadi itu bagaikan bom waktu, suatu saat pasti akan pada tahu semuanya."
"Apakah Kapten Chris Bradford dan Mr David Satrio akan mengungkapkan di grup keluarga?" tanya Omar yang sudah keluar Staten Island dan masuk jalur Manhattan.
"Dua Oom ku itu termasuk kalem dan pasti tidak akan melakukannya. Untung Oom Hoshi tidak ikut karena pasti akan lebih brutal ejekannya" senyum Nadya.
"Hoshi ... Quinn Reeves?" tanya Omar.
"Yup. Oom Hoshi Paramudya Quinn Reeves itu adalah musuh abadi Oom Bima sejak mereka masih SMA. Kata Daddy, sampai diadu gelut di Dojo keluarga" jawab Nadya. ( Bisa dibaca di Hoshi, My Tiger ).
"Astaghfirullah... Ada ya orang yang betah musuhan meskipun jadi ipar?"
"Kalau kata Arka sih, akur lima menit gelut 55 menit."
Omar tertawa. "Tapi biasanya kalau yang seperti itu aslinya care."
"Memang. Oom Hoshi ngamuk saat ada mencelakakan Oom Bima."
"Nah tuh! Benar kan?" senyum Omar.
"Oh Omar Zidane, kamu tidak tahu alasan nya. Bagi Oom Hoshi, hanya dia yang boleh bikin Oom Bima ternistakan! Orang lain tidak boleh!" gelak Nadya.
"Whaaattt?" Omar Zidane menghela nafas panjang.
***
Apartemen Keluarga Blair Di Central Park New York
Omar mengantarkan Nadya sampai ke apartemen keluarga nya. Dan tak lama pintu apartemen itu terbuka dan tampak seorang wanita dengan darah Asia berdiri disana.
"Aduh syukurlah kamu sudah pulang Nad!" ucap wanita yang sudah berumur tapi masih tampak cantik itu.
"Mom, jangan kencang-kencang, sesak nih aku!" ucap Nadya dengan nada tercekik.
"Oh maaf sayang" cengir wanita itu. "Eh siapa ini Nad?"
"Mommy, kenalkan ini Omar Zidane, agen FBI temannya bang Pedro. OZ, ini mommy aku, Rahajeng Blair."
"Nice to meet you Mrs Blair" sapa Omar sambil mengulurkan tangannya ke Rahajeng.
"Senang bertemu denganmu juga Omar. Ayo masuk! Akhirnya ketemu langsung. Panggil saja Tante Rahajeng. Tante banyak mendengar cerita tentang kamu dan saat Nadya bilang kamu jangkung, Tante tidak mengira kalau kamu sangat tinggi." Rahajeng sampai harus mendongak ke Omar padahal tingginya 170cm dan termasuk tinggi untuk wanita Asia. "Ayo masuk!"
Omar dan Nadya mengikuti Rahajeng yang masuk ke dal.am apartemen yang bisa dibilang elegan itu.
"Kamu tingginya berapa, Omar?" tanya Rahajeng setelah duduk di sofa ruang keluarga. Nadya lalu mengambil dua botol juice untuknya dan Omar serta satu botol air mineral untuk Rahajeng. Ibunya jarang minum manis kalau malam.
"196 cm Mrs Blair" jawab Omar.
"Oh please Omar. Aku lebih nyaman dipanggil Tante macam saudara-saudaranya Nadya."
"Baik... Tante." Omar melihat Nadya meletakkan botol juice jeruk di hadapannya. "Thanks Nadya."
"You're welcome." Nadya lalu duduk di sebelah Omar.
"Nad, berarti Omar tingginya sama dengan Dante Mancini kan?" celetuk Rahajeng polos tanpa menyadari wajah Omar berubah dingin.
Dante lagi! Dante lagi!
Nadya yang melihatnya, hanya bisa menepuk bahu Omar. "Kayaknya mom" ucapnya sambil tersenyum manis ke pria itu seolah ingin membuatnya nyaman.
"Ohya. Bagaimana Bayu? Jadi mau cincang penembak Abi?" tanya Rahajeng yang langsung menngganti topik teringat sepupu suaminya kena tembak.
"Nggak jadi mom. Tapi mas Bayu habis bebasin Tante Gandari langsung diomeli."
"Lho kenapa?"
"Tante Gandari tidak suka melihat mas Bayu kumis an" kekeh Nadya.
"Oh Astagaaa! Abi gimana Nad?"
"Oom Abi sudah selesai dioperasi dan peluru nya sudah bisa dikeluarkan dan mas Bayu membalas dengan menembak bahu penjahat nya, persis tempatnya Oom Abi tertembak."
"Yang penting tidak ada yang dilemparkan ke Empang lah!"
Nadya mengangguk diikuti senyum tipis Omar Zidane.
"So Omar, kamu umur berapa?"
"33 tahun, tahun ini."
"Sudah punya istri?"
"Belum. Masih sibuk bekerja menjadi agen FBI."
"Harusnya kamu tiru Pedro, dia sudah settle hidupnya" komentar Rahajeng.
"Insyaallah saya akan diberikan jodohnya" senyum Omar sambil melirik ke Nadya.
"Amin" ucap Rahajeng tulus.
Nadya menatap Omar. "Aku yakin jodohmu pasti cewek yang spesial pakai telor macam nasi goreng."
Omar langsung menepuk pelan dahi gadis itu. "Sukanya kok dicocokkan dengan makanan!"
***
Yuhuuuu Up Sore Yaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
ꍏꋪꀤ_💜❄
mungkin suruh ngejalanin dulu yaaa....
ayolah bang Oz..... dibilang g peka tpi nyatanya kek gitu....
perlu di ajak bakar sesuatu nih.....
2023-04-10
1
za_syfa
udah mulai sadar kah Oz kl dia mulai ada rasa sama Nadya
2023-04-10
1
ellyana imutz
jdh bang OZ dh d dpn mata cm blm peka y...Nadya jgn kyk oma Keia yg zonk soal cinta tp jenius d bisnis
2023-04-09
1